Laporan Praktikum 2 Fistum
Laporan Praktikum 2 Fistum
Laporan Praktikum 2 Fistum
A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang tidak
menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan umbi?
3. Bagaimana cara menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan?
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan
panjang potongan jaringan tumbuhan.
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
perubahan panjang irisan jaringan umbi.
3. Menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan.
C. HIPOTESIS
1. H0 (Hipotesis Nol): Tidak ada pengaruh signifikan dari konsentrasi larutan
sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan.
Ha (Hipotesis Alternatif): Terdapat pengaruh signifikan dari konsentrasi larutan
sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan.
D. KAJIAN PUSTAKA
Air merupakan 85-95% berat tumbuhan herbal yang hidup di air. Air di dalam
sel diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk
mengangkutnya atau yang biasa kita kenal sebagai transportasi (Dwidjoseputro,
2001). Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke
seluruh bagian tubuh tumbuhan, hal ini dikarenakan tumbuhan memerlukan air dan
mineral untuk tumbuh.
Air dan mineral ini diserap dari dalam tanah oleh tumbuhan dengan
menggunakan akar oleh membran sel yang kemudian akan diintegrasikan ke dalam
plasma sel (sitoplasma). Sitoplasma dibungkus oleh selaput tipis yang disebut
membran plasma selaput ini merupakan membran dua lapis yang mampu mengatur
secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya
(Prof. Dr. Yuni Sri Rahayu, 2023). Menurut Campbell (2010: 143), mekanisme lalu
lintas membran sel dibedakan menjadi dua yaitu tanspor pasif dan transport aktif.
Transpor pasif merupakan difusi suatu zat melintasi membran biologis tanpa
pengeluaran energi. Adapun transpor pasif meliputi proses difusi, osmosis, dan difusi
terbantu ( Chatterjea, 2011). Penyerapan dan proses pengangkutan air dan zat terlarut
terjadi melalui pembuluh kayu (xylem), pengangkutan hasil fotosintesis dilakukan
melalui pembuluh tapis (floem). (Dwidjoseputro, 2001).
a. Osmosis
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah
(Suradinata, 2003). Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan
osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya.Ekstraksi osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel
melalui membran semi permeable dari keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis,
sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding
sel (Rahmasari, 2014).
2. Gerakan Air: Dalam osmosis, air akan bergerak dari daerah konsentrasi pelarut
yang lebih rendah (hipotonik) ke daerah konsentrasi pelarut yang lebih tinggi
(hipertonik) melalui membran. Tujuan utama osmosis adalah untuk mencapai
keseimbangan osmotik antara kedua sisi membran.
4. Contoh dalam Biologi: Osmosis memiliki banyak peran penting dalam biologi
sel. Misalnya, dalam sel tumbuhan, osmosis adalah mekanisme yang digunakan
untuk menyerap air dari tanah ke dalam sel-sel tumbuhan melalui akar. Sel-sel
darah merah manusia juga mengalami osmosis dalam proses regulasi
keseimbangan air dalam tubuh.
5. Gaya Dorong untuk Regulasi Sel: Osmosis adalah salah satu cara sel-sel
mengatur volume dan tekanan internalnya. Ketika sel berada dalam larutan
hipertonik (konsentrasi pelarut yang lebih tinggi), air akan keluar dari sel,
menyebabkan sel mengerut atau bahkan mengalami plasmolisis. Di sisi lain,
dalam larutan hipotonik (konsentrasi pelarut yang lebih rendah), air akan
memasuki sel, mengembangkan sel dan dapat menyebabkan lisis sel jika terlalu
banyak air masuk.
b. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan
pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke kosentrasi rendah. Contoh-
contohnya adalah difusi zat warna dalam air tenang, difusi glukosa dan teknik
tomografi, difusi zat melalui membran, difusi oksigen dalam membran polimer.
Bahkan difusi tidak hanya terjadi pada skala mikro tetapi juga skala makro, seperti
difusi gas dan galaksi (Trihandaru, 2012:1)
3. Contoh dalam Biologi: Difusi memiliki banyak peran penting dalam biologi.
Misalnya, dalam sel-sel tubuh manusia, nutrisi dan gas seperti oksigen dan
karbon dioksida mengalami difusi melalui membran sel untuk memasuki atau
meninggalkan sel. Proses ini memungkinkan sel-sel untuk mendapatkan nutrisi
dan mengeluarkan produk limbah.
4. Aplikasi dalam Kimia dan Fisika: Difusi adalah konsep yang penting dalam
kimia dan fisika. Contoh aplikasinya termasuk difusi gas dalam ruangan atau
dalam wadah tertutup, difusi zat terlarut dalam larutan, dan banyak lagi.
Jika diaplikasikan pada suatu sel, yang akan terjadi adalah sel akan mengerut
jika berada pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi larutan lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena air akan keluar meninggalkan sel secara osmosis. Sebaliknya, jika sel
berada pada lingkungan yang hipotonis (konsentrasi rendah) sel akan banyak
menyerap air, karena air berosmosis dari lingkungan ke dalam sel. Larutan yang
menyebabkan sel menggelembung, atau tetap penuh, disebabkan oleh masuknya air
disebut larutan hipotonik. Larutan yang menyebabkan sel berkerut disebabkan karena
kehilangan air disebut larutan hipertonik (Campbell, Neil A. 2008). Salah satu bagian
difusi adalah osmosis yaitu perpindahan air dari larutan yang mempunyai konsentarsi
rendah ke larutan yang mempunyai konsentrasi tingi melalui membran semipermiabel
( Tanzyah dkk. 2015).
Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat
digunakan dengan metode plasmolisis. Metode ini ditempuh dengan cara menentukan
pada konsentrasi sukrosa berapa jumlah sel yang mengalami plasmolisis 50%. Pada
kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh
cairan sel (Prof. Dr. Yuni Sri Rahayu, 2023). Jika konsentrasi larutan yang
menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
22,4 × × 𝑇
𝑇𝑂 𝑒 = 273°
Dengan :
TO = Tekanan osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273° + t℃)
Dengan ketentuan tekanan sel bernilai positif sedangkan nilai potensial osmotik
bernilai negatif (Prof. Dr. Yuni Sri Rahayu, 2023).
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel Kontrol : jenis dan ukuran labu siam
Variabel Manipulasi : konsentrasi larutan sukrosa
Variabel Respon : pertambahan panjang atau mengalami penyusutan panjang.
H. RANCANGAN PERCOBAAN
Percobaan 2 Penentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan
Dimasukkan potongan Labu Siam kedalam larutan, tiap wadah berisi 4 potong.
I. LANGKAH KERJA
1. Menyediakan 6 cup puding lalu mengisi cup puding ke-1 dengan larutan sukrosa
0 M, cup ke-2 dengan larutan sukrosa 0,2 M, cup ke-3 dengan larutan sukrosa 0,4
M, cup ke-4 dengan larutan sukrosa 0,6 M, cup ke-5 dengan larutan sukrosa 0,8
M dan cup ke-6 dengan larutan sukrosa 1 M. Kemudian memberikan label pada
masing-masing wadah.
2. Membuat silinder pada labu siam dengan menggunakan alat pengebor gabus.
Lalu mengukur dan memotong umbi dengan ketentuan 2 cm.
3. Memasukkan masing-masing 4 potongan umbi tersebut ke dalam puding yang
telah diisi larutan sukrosa dalam berbagai konsentrasi, dengan rentang waktu dari
cup 1 dan cup 2 selama 5 menit.
4. Setelah 1,5 jam (waktu dihitung pada masing-masing cup) mengeluarkan setiap
potongan umbi dengan menggunakan pinset lalu mengukur kembali panjang
potongan umbi.
5. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang umbi untuk setiap konsentrasi
larutan sukrosa.
J. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Penentuan Potensial Air
Ditanya : PA ?
Jawab :
PA = PO + PT
PA = PO + 0
PO = -TO
22,4 ×0,075 × 306°
=− 273°
= 1,88 atm
2. Pembahasan
Meskipun rata-rata hasil yang kami peroleh sessui dengan teori namun ada
satu data yang tidak sesuai dengan teori. Setelah kami berdiskusi hal ini bisa terjadi
kemungkinan dikarenakan kesalahan pengukuran. Selain itu, kemungkinan juga
terdapat kesalahan karena potongan yang digunakan masih mengandung kulit labu
siam jadi membuat perubahan panjang yang terjadi sedikit terhambat.
3. Diskusi
1. Mengapa perlu dicari nilai kosentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang potongan silinder labu siam dalam menentukan nilai
potensial air.
2. Mengapa nilai potensial air sel labu siam yang tidak berubah panjangnya sama
dengan nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang labu siam tersebut.
Situasi ini mencapai keseimbangan osmosis. Ketika tekanan osmotik
di dalam sel labu siam sama dengan tekanan osmotik di luar sel (di dalam
larutan sukrosa), maka panjang sel tetap stabil karena tidak ada aliran bersih
air yang masuk atau keluar dari sel. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi air di
dalam sel dan di luar sel telah mencapai titik keseimbangan, sehingga tidak
ada perubahan dalam nilai potensial air.
L. KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap panjang potongan
jaringan tumbuhan, yaitu semakin tinggi konsentrasi larutan makan potongan
akan semakin pendek.
2. Dari uji yang telah kami lakukan tidak terdapat konsentrasi sukrosa yang tidak
menyebabkan perubahan panajang potongan jaringan labu siam. Namun pada
grafik yang telah dibuat menunjukkan, pada konsentrasi 0,075 tidak ada
perubahan pada labu.
3. Dari perhitungan yang telah kami lakukan, nilai potensial air adalah 1,88 atm.
M. DAFTAR PUSTAKA
Yahya. (2015). Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum Tuberosum
Dan Doucus Carota. Jurnal Biology Education, 4(1): 196-206.
Prof. Dr. Yuni Sri Rahayu, M. P. (2023). Petunjuk Praktikum mATA kULIAH Fisiologi
Tum,buhan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Syahidah, R. N., Agustin, N., Shalsabilla, S. E., & Ayu, N. DIFUSI, OSMOSIS DAN
IMBIBISI.
Campbell, Neil A, et al. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Gramedia
Rahmasari, Hamita dkk. 2014. Ekstraksi Osmosis Pada Pembuatan Sirup Murbei
(Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa Dan Lama Osmosis. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 3 p.191-197, Juli 2014.
Tanzyah, Lia L dkk. 2015. Profil Miskonsepsi Siswa Pada Subtopik Difusi Kelas XI.
Jurnal Biology Education. Vol. 4 No. 3: 1004-1006. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya