Fisiologi Hewan Metabolisme

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

FISIOLOGI HEWAN METABOLISME

METABOLISME

Menurut Kimball (1988), metabolisme adalah istilah yang digunakan untuk


menggambarkan semua reaksi kimia yang terlibat dalam mempertahankan keadaan hidup
sel-sel dan organisme. Metabolisme dapat nyaman dibagi menjadi dua kategori:

1. Katabolisme - rincian dari molekul untuk mendapatkan energi

2. Anabolisme - sintesis senyawa semua yang diperlukan oleh sel-


sel

Metabolisme adalah erat dengan gizi dan ketersediaan nutrisi. Bioenergetics adalah istilah
yang menggambarkan jalur biokimia atau metabolisme yang sel akhirnya memperoleh
energi. Pembentukan energi adalah salah satu komponen vital metabolisme (Kimball,
1988).

Makhluk multiseluler, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan tersusun atas jutaan sel.
Tiap sel memiliki fungsi tertentu untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Untuk
menjalankan fungsinya, sel melakukan proses metabolisme. Metabolisme adalah proses-
proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga
reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator
enzim. Metabolisme juga berperan mengubah zat yang beracun menjadi senyawa yang tak
beracun dan dapat dikeluarkan dari tubuh. Proses ini disebut detoksifikasi. Umumnya,
hasil akhir anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme. Hal itu
disebabkan sebagian besar proses metabolisme terjadi di dalam sel. Mekanisme masuk dan
keluarnya zat kimia melalui membran sel mempunyai arti penting dalam
mempertahankan keseimbangan energi dan materi dalam tubuh. Proses sintesis dan
penguraian berlangsung dalam berbagai jalur metabolisme. Adapun hasil reaksi tiap
tahap metabolisme merupakan senyawa pemula dari tahap reaksi berikutnya. Proses
metabolisme yang terjadi di dalam sel makhluk hidup seperti pada tumbuhan dan
manusia, melibatkan sebagian besar enzim (katalisator) baik berlangsung secara sintesis
(anabolisme) dan respirasi (katabolisme). Pada saat berlangsungnya peristiwa reaksi
biokimia di dalam sel, enzim bekerja secara spesifik. Enzim mempercepat reaksi kimia
yang menghasilkan senyawa ATP dan senyawa-senyawa lain yang berenergi tinggi seperti
pada proses respirasi, fotosintesis, kemosintesis, sintesis protein, dan lemak (Johnson,
1984).

2.2 Laju Metabolisme

Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per
satuan waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena
respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen (Tobin, 2005).

Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai
berikut:

C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP

(Tobin, 2005)

Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang


dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari
bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan
energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya
cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen (Tobin, 2005).

Laju metabolisme dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin,
status reproduksi, makanan dalam usus, stress fisiologis, aktivitas, musim, ukuran tubuh
dan temperature lingkungan. Laju metabolisme baku (standard metabolic rate) merupakan
laju metabolisme hewan manakala hewan tersebut sedang istirahat dan tidak ada
makanan dalam ususnya. Ketika pengukuran laju metabolisme tengah dilakukan, jarang
sekali ikan berada dalam keaadaan diam, sehingga istilah laju metabolsme rutin sering
dipakai untuk menunjukkan bahwa laju metabolisme diukur dalam keaadaan selama level
aktifitas rutin. Ini menyebabkan hasil pengukurannya biasanya lebih tinggi dari laju
metabolisme manakala ikan benar-benar diam (Yuwono, 2001).

Menurut Richard & Gordan (1989) ada tiga macam metode untuk mengukur metabolisme
yaitu sebagai berikut:

1. Menghitung selisih antara nilai energi dari semua makanan yang masuk kedalam
tubuh hewan dan semua ekskresi terutama urin dan feses, cara ini hanya akurat
digunakan untuk digunakan bila tidak terjadi perubahan komposisi tubuh hewan.

2. Menghitung produksi panas total pada organisme, metode ini sungguh akurat dalam
memberikan informasi tentang bahan bakar yang digunakan, organisme yang diukur
dimasukkan dalam kalorimeter.

3. Menghitung jumlah oksigen yang digunakan oleh organisme untuk proses oksidasi
dan jumlah konsumsi oksigen, cara ini paling banyak digunakan dan mudah dilaksanakan
tetapi tentu saja tidak bias digunakan untuk organisme anaerob sebab meskipun konsumsi
oksigen nol bukan berarti tidak terdapat metabolisme dalam tubuh organisme tersebut
2.3 Proses Respirasi Jangkrik

Serangga termasuk hewan berbuku-buku. Sebagian besar serangga hidup di darat. Contoh
serangga adalah jangkrik, kupu-kupu, belalang, nyamuk, lalat, semut, laron, kecoak. Alat
pernafasan serangga yang hidup di darat berbeda dengan yang hidup di air. Serangga
bernafas dengan trakea. Trakea adalah suatu sistem alat pernafasan yang terdiri atas
pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang-cabang ini
bermuara di stigma (spirakel). Stigma merupakan lubang keluar masuknya udara. Pada
trakea terdapat kantong udara kantong hawa, yang berfungsi menyimpan udara yang
masuk untuk sementara waktu (Johnson, 1984).

Mekanisme respirasi hewan jangkrik yaitu corong hawa (trakea) adalah alat pernafasan
yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada
lubang kecil yang ada dikerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, yang terletak berpasangan pada
setiap sekmen tubuh. Spirakel mempunyai tutup yang dikontrol oleh otot sehingga
membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Umumnya spirakel terbuka
selama serangga terbang, dan menutup saat beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat
spirakel. Kemudian udara dan spirakel menuju pembuluh – pembuluh trakea dan
selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus.
Sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis titin, terisi cairan dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas
terjadi antara trakeolus dengan sel – sel tubuh. Trakeolus mempunyai fungsi yang sama
dengan kapiler. Pada sistem pengangkutan pada vertebrata. Mekanisme pernapasan pada
serangga ini, misalnya belalang adalah : jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea
menyerpi sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang
berkontraksi maka trakea kembali pada volume semula. Sehingga tekanan udara menjadi
lebih kecil dibandingkan tekanan diluar sebagai akibatnya udara diluar yang kaya oksigen
masuk ke trakea, sistem trake berfungsi mengangkut oksigen dan mengedarkan keseluruh
tubuh, sebaliknya mengangkut karbondioksida hasil respirasi dikeluarkan dalam tubuh.
Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan
tidak mengangkut gas. Bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah
berdifusi ke jaringan (Johnson, 1984).

2.4 Respirometri

Respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur rata-rata


pernapasan organisme dengan mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbon
dioksida. Hal ini memungkinkan penyelidikan bagaimana faktor-faktor seperti umur atau
pengaruh cahaya memengaruhi rata-rata pernapasan
(Anonim, 2011).

Respirometer sederhana adalah alat yang dapat


digunakan untuk
mengukur kecepatan pernapasanbeberapa macam organisme hidup
seperti serangga, bunga, akar, kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang
berarti, kecepatan pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu
banyaknya oksigen yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik.
Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen
(tempat hewan atau bagian tumbuhan yang diselidiki) dan pipa kapilerberskala yang
dikaliberasikan teliti hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat disatukan amat rapat hingga
kedap udara dan didudukkan pada penumpu (landasan) kayu ataulogam (Anonim, 2011).
Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP dan
NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan protein). Jalur-
jalur metabolisme respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan. Respirasi dalam
biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan
senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam
pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan
pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak
tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme
hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya
diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak
melulu melibatkan oksigen (Guyton, 1997).
Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa. Glikogenolisis adalah lintasan
metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain glukoneogenosis, untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari
simtomahipoglisemia. Pada glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut dengan 3
enzim, glikogen fosforilase, glukosidase, fosfoglukomutase, menjadi glukosa. Hormon yang
berperan pada lintasan ini adalah glukagon dan adrenalin. Glikolisis, pengubahan glukosa
menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen. Glikolisis adalah serangkaian
reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis
adalah salah satu proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal, dan terjadi
(dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk
organisme. Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa
dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan
dalam senyawa organik berupa adenosine triphosphate atau yang lebih umum dikenal
dengan istilah ATP dan NADH (Campbell, 2000).
Transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria, dan berakhir setelah elektron
dan H+ bereaksi dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir, membentuk
H2O. ATP yang dihasilkan pada tahap ini adalah 32 ATP. Reaksinya kompleks, tetapi
yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-molekul khusus, seperti Flavo
protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal ada beberapa sitokrom, yaitu
sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi pertama-tama berasal dari NADH,
kemudian ditransfer ke FMN (Flavine Mono Nukleotida), selanjutnya ke Q, sitokrom C1,
C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H yang diambil dari lingkungan sekitarnya.
Sampai terjadi reaksi terakhir yang membentuk H2O. Hasil akhir proses ini terbentuknya
32 ATP dan H2O sebagai hasil sampingan respirasi. Produk sampingan respirasi tersebut
pada akhirnya dibuang ke luar tubuh, pada tumbuhan melalui stomata dan melalui paru-
paru pada pernapasan hewan tingkat tinggi (Campbell, 2000).
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi yang
dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan ATP, dan mereduksi gas oksigen
menjadi air. Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis
nutrien, hampir semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.
Lintasan ini sangat umum digunakan karena sangat efisien untuk mendapatkan energi,
dibandingkan dengan proses fermentasi alternatif lainnya seperti glikolisis
anaerobik. Dalam proses fosforilasi oksidatif, elektron yang dihasilkan oleh siklus asam
sitrat akan ditransfer ke senyawa NAD+ yang berada di dalam matriks mitokondria.
Setelah menerima elektron, NAD+ akan bereaksi menjadi NADH dan ion H+, kemudian
mendonorkan elektronnya ke rantai transpor elektron kompleks I dan FAD yang berada
di dalam rantai transpor elektron kompleks II. FAD akan menerima dua elektron,
kemudian bereaksi menjadi FADH2 melalui reaksi redoks. Reaksi redoks ini melepaskan
energi yang digunakan untuk membentuk ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini
dijalankan oleh serangkaian kompleks protein di dalam mitokondria, manakala pada
prokariota, protein-protein ini berada di membran dalam sel. Enzim yang saling
berhubungan ini disebut sebagai rantai transpor elektron. Pada eukariota, lima kompleks
protein utama terlibat dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak
enzim-enzim berbeda yang terlibat. Elektron yang melekat pada molekul rantai transpor
elektron di sisi dalam membran mitokondria akan menarik ion H+ menuju membran
mitokondria sisi luar, disebut kopling kemiosmotik,[4] yang menyebabkan kemiosmosis,
yaitu difusi ion H+ melalui ATP sintase ke dalam mitokondria yang berlawanan dengan
arah gradien pH, dari area dengan energi potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju
matriks dengan energi potensial lebih tinggi. Proses kopling kemiosmotik menghasilkan
kombinasi gradien pH dan potensial listrik di sepanjang membran ini yang disebut gaya
gerak proton. Energi gaya gerak proton digunakan untuk menghasilkan ATP melalui
reaksi fosforilasi ADP. Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia
menghasilkan spesi oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida pada
kompleks I. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh,
dan kemungkinan juga menyebabkan penuaan. Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan
metabolisme ini juga merupakan target dari banyak obat dan racun yang dapat
menghambat aktivitas enzim (Pickering, 2000).
Siklus krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus ini berasal dari nama
orang yang menemukan reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus
ini disebut juga siklus asam sitrat. Siklus krebs diawali dengan adanya 2 molekul asam
piruvat yang dibentuk pada glikolisis yang meninggalkan sitoplasma masuk ke
mitokondria. Sehingga, siklus krebs terjadi di dalam mitokondria (Campbell, 2000).
Hasil-hasil anabolisme berguna dalam fungsi yang esensial. Hasil-hasil tersebut
misalnya glikogen dan protein sebagai bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat untuk
pengkopian informasi genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun struktur tubuh
makhluk hidup, baik intraselular maupun ekstraselular. Bila sintesis bahan-bahan ini
lebih cepat dari perombakannya, maka organisme akan tumbuh (Guyton, 1997).

Waktu Volume Udara


5 menit pertama 0,37 ml
5 menit kedua 0,47 ml
5 menit ketiga 0,58 ml
Jumlah 1,42 ml
Rata-Rata 0,58 ml

Nama Kadar Glukosa


No. Jenis Kelamin
Praktikan Darah (mg/dL)
1. Praktikan 1 Laki-laki 103 mg/dL
2. Praktikan 2 Laki-laki 97 mg/dL
3. Praktikan 3 Perempuan 97 mg/dL
4. Praktikan 4 Perempuan 78 mg/dL

Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigenyang digunakan
oleh organisme dan ada karbon dioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang
bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh
organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi.
Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler
berskala (Anonim, 2011).

Spesimen yang akan digunakan dalam penyelidikan ini sebaiknya dipilih yang masih segar
atau lincah. Tabung spesimen dipisahkan dari bagian yang berskala dan kedalamnya
dimasukkan zat pengikat CO2. Biasanya digunakan KOH kristal yang kemudian ditutup
dengan kasa atau kapas agar tidak tercecah oleh spesimen yang diselidiki. Sebagai
pengikat CO2 dapat juga digunakan larutan pekat KOH yang diserapkan pada kertas
pengisap. Setelah itu spesimen dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan
bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung,
pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes air (lebih baik berwarna misalnya eosin).
Tetes air ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum
udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu
O2 diserap, CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH. Kecepatan tetes air itu
bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi hewan/organisme
tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah: lama pernapasan
(misalnya dapat diambil tiap 5 menit sekali atau 10 menit sekali) dan jarak yang ditempuh
oleh tetes air bergerak. Jika nilai skala pada pipa kapiler tertera 0,1 --- 0,2 dan seterusnya,
dan jarak itu dibagi menjadi 5 bagian, maka berarti 1 skala bernilai 0,02 ml (Anonim,
2011).

2.5 Jalur Metabolisme

Menurut (Guyton, 1997), Jalur-jalur metabolisme terdiri dari reaksi katabolisme dan
rekasi anabolisme:

Ø Katabolisme, yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik untuk


mendapatkan energi
Ø Anabolisme, yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul-molekul
tertentu, untuk diserap oleh sel tubuh.

Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan
hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut
sebagai hormon, dan dipercepat (dikatalisis) oleh enzim. Pada senyawa organik, penentu
arah reaksi kimia disebut promoterdan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.

Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah substrat yang
bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi guna menghasilkan
senyawa intermediat, yang merupakan substrat pada jenjang reaksi berikutnya.
Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada suatu jenjang reaksi disebut metabolom.
Semua ini dipelajari pada suatu cabang ilmu biologi yang disebut metabolomika.

2.1.1 Katabolisme

Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian senyawa ini menghasilkan atau melepaskan
energi berupa ATP yang biasa digunakaan organisme untuk beraktivitas. Katabolisme
mempunyai dua fungsi, yaitu menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain, dan
menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sel. Reaksi yang
umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Energi yang dilepaskan oleh reaksi katabolisme
disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan
berenergi elektron tinggi NADH2 (Nikotilamid adenin dinukleotida H2) serta FADH2
(Flavin adenin dinukleotida H2) (Guyton, 1997).

1. Respirasi sel

Pada dasarnya, respirasi adalah proses


oksidasi yang dialami SET sebagai unit
penyimpan energi kimia pada organisme
hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-
asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan
enzim dan beberapa molekul sederhana.
Karena proses ini adalah reaksi eksoterm
(melepaskan energi), energi yang dilepas
ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai
reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua
kelompok senyawa terakhir ini. Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia
memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai
respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen,
yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses
pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob
menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai
oksidator. Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada organisme eukariotik
terjadi di dalam mitokondria (Guyton, 1997).

2. Glikolisis

Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan


Embden-Meyerhof-Parnas (bahasa Inggris: EMP
pathway), yang pertama kali ditemukan oleh Gustav
Embden, Otto Meyerhof dan Jakub Karol Parnas.
Selain itu juga terdapat lintasan Entner–Doudoroff
yang ditemukan oleh Michael Doudoroff dan Nathan
Entner terjadi hanya pada sel prokariota, dan
berbagai lintasan heterofermentatif dan
homofermentatif (Campbell, 2000).

3. Transpor Electron

4. Fosforilasi Oksidatif

5. Dekarboksilasi Oksidatif

Dekarboksilasi Oksidatif atau disingkat dengan


DO adalah proses Perubahan Piruvatmenjadi Asetilkoezim – A. Proses ini berlangsung
karboksilasi Oksidatif ini di membran luar mitocondria sebagai fase antara sebelum Siklus
Krebs ( Pra Siklus Krebs ) sehingga DO sering dimasukkan langsung dalam Siklus
krebs. Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap
reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam
trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase
dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase,
dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim
(tiaminpirofosfat, asam lipoat, koenzim-A, flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid
adenine dinukleotida) dan berlangsung dalam lima tahap reaksi. Keseluruhan reaksi
dekarboksilasi ini irreversibel, dengan ∆ G 0 = - 80 kkal per mol. Reaksi ini merupakan
jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap reaksi pertama dikatalis oleh
piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat sebagai
koenzimnya.Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil yang terkait
pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat (Pickering, 2000).

Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian
dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam
lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini gugus disulfida
dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus sulfhidril. Pada tahap reaksi
ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari gugus lipoil pada asam
dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A). Kemudian asetil ko-A dibebaskan
dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat gugus tiol
pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi
bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan
FAD (flavin adenin dinukleotida) (Guyton, 1997).

Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat
pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi
FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD +) (Guyton,
1997).

6. Siklus Krebs

Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua


dalam respirasi aerob yang mempunyai tiga fungsi, yaitu
menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk kembali
oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs
selanjutnya. Dalam siklus krebs, dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan
2 ATP (Campbell, 2000).

7. Fermentasi

Menurut (Kimball, 1988), Fermentasi adalah proses pembebasan energy tanpa


oksigen. Ciri-ciri dari fermentasi adalah terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan
oksigen bebas, terjadi proses glikolisis, tidak terjadi penyaluran elektron ke Siklus Krebs,
dan Transpor Elektron Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan
dengan respirasi aerob. Fermentasi terdiri atas 3 macam, yaitu fermentasi asam laktat,
fermentasi alkohol, fermentasi asam cuka.Prinsip dari sebuah fermentasi adalah
memperbanyak jumlah mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan
pangan. Bahan baku yang paling banyak digunakan oleh mikroorganisme adalah
karbohidrat dari glukosa tetapi mikroorganisme juga dapat menggunakan protein dan
lemak. Beberapa manfaat dari fermentasi adalah pengawet makanan zat-zat metabolit
yang dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk,
penganekaragaman pangan, menginhibisi pertumbuhan mikroorganisme patogen,
meningkatkan nilai gizi makanan.

2.1.2 Anabolisme

Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa organik


sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks. Proses ini membutuhkan energi
dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun
energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa
sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi
yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia
pada senyawa kompleks yang terbentuk (Guyton, 1997).

Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam
amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, adalah aktivasi senyawa-senyawa tersebut
menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor
tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam
nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis,
sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis
(Guyton, 1997).

(Guyton,1997).

1. Fotosintesis

Arti fotosintesis adalah proses penyusunan atau pembentukan dengan menggunakan


energi cahaya atau foton. Sumber energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki
spektrum cahaya infra merah (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
ungu dan ultra ungu (tidak kelihatan). Yang digunakan dalam proses fetosintesis adalah
spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai merah, infra merah dan ultra ungu tidak
digunakan dalam fotosintesis. Dalam fotosintesis, dihasilkan karbohidrat dan oksigen,
oksigen sebagai hasil sampingan dari fotosintesis, volumenya dapat diukur, oleh sebab itu
untuk mengetahui tingkat produksi fotosintesis adalah dengan mengatur volume oksigen
yang dikeluarkan dari tubuh tumbuhan. Untuk membuktikan bahwa dalam fotosintesis
diperlukan energi cahaya matahari, dapat dilakukan percobaan Ingenhousz (Campbell,
2000).

2. Kemosintesis
Tidak semua tumbuhan dapat melakukan asimilasi C menggunakan cahaya sebagai
sumber energi. Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil dapat
mengadakan asimilasi C dengan menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi
kimia, misalnya bakteri sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan lain-lain.
Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa tertentu.
Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+
(ferri). Bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara
mengoksidasi NH3, tepatnya Amonium Karbonat menjadi asam nitrit dengan reaksi.

Nitrosomonas :

(NH4)2CO3 + 3 O2 ——> 2 HNO2 + CO2 + 3 H20 + Energi Nitrosococcus (Campbell, 2000).

2.6 Proses Penyeimbangan Glukosa

Penyeimbangan glukosa darah dilakukan dengan menggunakan sekresi hormon insulin,


glukagon dan hormon somatostatin. Pengaturan glukosa darah juga dilakukan dengan
cara kerja otot serta menyediakan cadangan glukosa jika glukosa darah berlebih.
Makanan pertama kali ditelan oleh mulut masih dalam bentuk karbohidrat, yaitu
monosakarida, diskarida, polisakarida. Kemudian setelah ditelan diubah menjadi
monosakarida. Setelah itu, monosakarida diserap oleh duodenum dan jejenum proksimal.
Peristiwa ini membuat kadar glukosa darah meningkat sementara waktu dan akan
kembali normal karena adanya keseimbangan metabolisme. Selain itu, pengaturan glukosa
darah juga bergantung pada kerja hati dan sedikit pada perifer otot dan jaringan lemak .
Hati berguna dalam pengaturan glukosa darah dikarenakan hati berfungsi untuk
mengekstraksi glukosa, menyintesis glikogen, glikogenolisis. Selain itu pengaturan kadar
glukosa darah oleh hati juga bergantung pada beberapa hormon, yaitu hormon insulin.
Hormon insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas tepatnya pada sel β pulau
langerhans dan berfungsi untuk menurunkan glukosa darah. Selain hormon insulin,
pengaturan glukosa darah juga diatur oleh hormon-hormon yang berguna untuk
menaikkan glukosa darah, yaitu hormon glukagon yang disekresikan oleg sel α pulau
langerhans, hormon epinefrin yang disekresikan oleh medula adrenal, dan hormon
glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal (Richard & Gordon, 1989).

Jadi dapat disimpulkan bahwa glukosa darah berbanding terbalik dengan hormon insulin
dan berbanding lurus dengan hormon glukagon, epinefrin, dan glukokortikoid.
Maksudnya, apabila hormon insulin yang disekresikan sedikit maka glukosa darah
meningkat. Sedangkan apabila hormon glukagon, epinefrin, dan glukokortikoid
disekresikan banyak maka glukosa darahpun ikut meningkat (Richard & Gordon, 1989)

SISTEM TRANSPORTASI MEMBRAN SEL


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Membran sel (bahasa Inggris: cell membrane, plasma membrane) adalah bagian sel yang
memisahkan sel dengan lingkungan di luar sel, terutama untuk melindungi inti sel dan sistem
kelangsungan hidup yang bekerja di dalam sitoplasma.
Membran sel merupakan salah satu bagian dari sel yang berfungsi untuk membatasi isi sel
dari lingkungan luarnya. Pada awal perkembangannya membran sel memiliki berbagai macam
model berdasar pada hasil percobaan yang telah dilakukan oleh beberapa orang saintis di jaman
dahulu. Akan tetapi model membran sel yang dianut hingga saat ini ialah model mosaik fluida.
Hal tersebut didasarkan atas adanya beberapa alasan yang berhubungan dengan substansi
penyusun membran sel. Adapun substansi penyusun membran sel ialah lipid, protein, dan
karbohidrat. Didalam makalah ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai struktur, fungsi dan
transportasi membran sel.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimanakah struktur membran sel?
 Apakah fungsi membran sel?
 Apakah fungsi transportasi membran sel?
 Bagaimanakah mekanisme proses-proses yang terjadi pada membran sel?
1.3 Tujuan
 Mengetahui struktur membran sel
 Mengetahui fungsi membran sel
 Mengetahui fungsi transportasi membran sel
 Mengetahui mekanisme proses-proses yang terjadi pada membran sel

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Membran Sel


Struktur membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan
Nicholson pada tahun 1972. Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak
dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang
lapisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan
lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-
komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi
semipermanen Komponen penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein,
oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.
Komponen utama membran sel terdiri atas Phosfolipid, selain itu terdapat senyawa lipid
seperti sfingomyelin, kolesterol, dan glikolipida. Phosfolipid memiliki dua bagian yaitu bagian
yang bersifat hidrofilik dan bagian yang bersifat hidrofobik. Bagian hidrofobik merupakan
bagian yang terdiri atas asam lemak. Sedangkan bagian hidrofilik terdiri atas gliserol, phosfat,
dan gugus tambahan seperti kolin, serin, dan lain-lain. Penamaan phosfolipid dan sifat masing-
masing akan bergantung pada jenis gugus tambahan yang dimiliki oleh phosfolipid. Jenis-jenis
phosfolipid penyusun membran sel antara lain adalah : phosfokolin (pc), phosfoetanolamin (pe),
phosfoserin (ps), dan phosfoinositol (pi). Secara alami di alam phosfolipid akan membentuk
struktur misel (struktur menyerupai bola) atau membran lipid 2 lapis. Karena strukturnya yang
dinamis maka komponen phosfolipid di membran dapat melakukan pergerakan dan perpindahan
posisi. Pergerakan yang terjadi antara lain adalah pergerakan secara lateral (Pergerakan molekul
lipid dengan tetangganya pada monolayer membran) dan pergerakan secara flip flop (Tipe
pergerakan trans bilayer).
Protein inegral membran, terintegrasi pada lapisan lipid dan menembus 2 lapisan lipid /
transmembran. Protein integral memiliki domain membentang di luar sel dan di sitoplasma.
Bersifat amfipatik, mempunyai sekuen helix protein, hidrofobik, menembus lapisan lipida, dan
untaian asam amino hidrofilik. Banyak diantaranya merupakan glikoprotein, gugus gula pada
sebelah luar sel. Di sintesis di RE, gula dimodifikasi di badan golgi.
Permukaan luar setiap sel dibatasi oleh selaput halus dan elastis yang disebut membran sel.
Membran ini sangat penting dalam pengaturan isi sel, karena semua bahan yang keluar atau
masuk harus melalui membran ini. Hal ini berarti, membran sel mencegah masuknya zat-zat
tertentu dan memudahkan masuknya zat-zat yang lain. Selain membatasi sel, membran plasma
juga membatasi berbagai organel-organel dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas.
Membran plasma bersifat diferensial permeabel, mempunyai pori-pori ultramikroskopik
yang dilalui zat-zat tertentu. Ukuran pori-pori ini menentukan besar maksimal molekul yang
dapat melalui membran. Selain besar molekul, faktor lain yang mempengaruhi masuknya suatu
zat ke dalam sel adalah muatan listrik, jumlah molekul air, dan daya larut partikel dalam air.
Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid (lemak yang bersenyawa dengan
fosfat). Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (nonpolar), kedua lapis
molekul tersebut saling berorientasi ke dalam. Sedangkan, bagian kepala bersifat hidrofilik
(polar) mengarah ke lingkungan yang berair. Selain fosfolipid terdapat juga glikolipid (lemak
yang bersenyawa dengan karbohidrat) dan sterol (lemak alkohol terutama kolesterol).
Sedangkan, komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda.
Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda
fosfolipid. Beberapa protein membran adalah enzim, sedangkan yang lain adalah reseptor bagi
hormon atau senyawa tertentu lainnya. Komposisi lipid dan protein penyusun membran
bervariasi, tergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri.
Namun,
membran
mempunyai
ciri-ciri
yang sama,
yaitu
bersifat
permeable
selektif
terhadap
molekul-
molekul.
Sehingga,
membran sel dapat mempertahankan bentuk dan ukuran sel.
Gambar 1. Membran Sel

2.2 Fungsi Membran Sel


Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua
arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2),
dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul
polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme
khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas
membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk
molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif
untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Pada sel eukariota, membran sel yang membungkus organel-organel di dalamnya, terbentuk
dari dua macam senyawa yaitu lipid dan protein, umumnya berjenis fosfolipid seperti senyawa
antara fosfatidil etanolamina dan kolesterol, yang membentuk struktur dengan dua lapisan
dengan permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel, namun
di sela-sela molekul fosfolipid tersebut, terdapat transporter yang merupakan jalur masuk dan
keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel.
Nilai permeabilitas air pada membran ganda dari berbagai komposisi lipid berkisar antara 2
hingga 1.000 × 10−5 cm2/dt. Angka tertinggi ditemukan pada membran plasma pada sel epitelial
ginjal, beberapa sel glia dan beberapa sel yang dipengaruhi oleh protein membran dari jenis
akuaporin. Akuaporin-2 memungkinkan adanya transporter air yang peka terhadap vasopresin,
sedang ekspresi akuaporin-4 ditemukan sangat tinggi pada beberapa sel glia dan ependimal.
Pada tahun 1972, Seymour Jonathan Singer dan Garth Nicholson mengemukakan model
mosaik fluida yang disusun berdasarkan hukum-hukum termodinamika untuk menjelaskan
struktur membran sel.
Pada model ini, protein penyusun membran dijabarkan sebagai sekelompok molekul
globular heterogenus yang tersusun dalam struktur amfipatik, yaitu dengan gugus ionik dan polar
menghadap ke fase akuatik, dan gugus non-polar menghadap ke dalam interior membran yang
disebut matriks fosfolipid dan bersifat hidrofobik. Himpunan-himpunan molekul globular
tersebut terbenam sebagian ke dalam matriks fosfolipid tersebut. Struktur membran teratur
membentuk lapisan ganda fluida yang diskontinu, dan sebagian kecil dari matriks fosfolipid
berinteraksi dengan molekul globular tersebut sehinggal struktur mosaik fluida merupakan
analogi lipoprotein atau protein integral di dalam larutan membran ganda fosfolipid.

2.3 Fungsi Transportasi Membran Sel


Ada banyak fungsi yang dilakukan oleh membran sel salah satunya adalah untuk
pengangkutan zat dari luar atau kedalam sel.

Rangka Sitoskeleton merupakan membran sel yang bekerja sebagai penutup untuk organel
internal dan melindungi mereka. Fungsi ini sangat vital dalam sel-sel hewan, yang kekurangan
dinding sel. Rangka membran sitoskeleton ini (jaringan selular ‘kerangka’ yang terbuat dari
protein dan terkandung dalam sitoplasma) dan memberi bentuk pada sel. Para mikrofilamen
sitoskeleton melekat pada protein tertentu dalam membran sel, terutama yang bagian integral.
Mikrofilamen ini juga telah memegang protein di tempat, sebagai yang terakhir memiliki
kecenderungan untuk bergerak. Ilustrasi di bawah ini menunjukkan sitoskeleton karena
tersuspensi dalam sitoplasma dan melekat ke membran sel.
Gambar 2. Sitoskeleton didalam sel

Fungsi lain yang penting dari membran sel adalah transportasi molekul dan ion masuk dan
keluar dari sel. Membran semipermeabel yang memungkinkan molekul tertentu untuk bebas
bergerak di atasnya. Sebagian besar hidrofobik kecil (tidak ada afinitas untuk air) molekul
melewati membran ini secara bebas. Beberapa molekul bersifat hidrofilik kecil juga dapat
berhasil. Tetapi yang lain harus dilakukan melintasi membran. Mutasi molekul melintasi
membran mungkin atau mungkin tidak memerlukan penggunaan energi sel.
Transportasi sel merupakan salah satu fungsi penting membran plasma. Selain memberikan
dukungan kepada sitoskeleton dan mengangkut molekul dan ion, membran sel memiliki berbagai
fungsi lain juga.
a. Interaksi dengan sel lain: membran ini juga bertanggung jawab untuk melampirkan sel pada
matriks ekstraseluler (bahan non-hidup yang ditemukan di luar sel), sehingga sel dapat
mengelompokkan bersama-sama untuk membentuk jaringan.
b. Komunikasi dengan sel lain: Molekul-molekul protein dalam membran sel menerima sinyal
dari sel lain atau lingkungan luar dan mengubah sinyal ke pesan, yang diteruskan ke organel
dalam sel.
c. Melakukan Aktivitas Metabolik: Dalam beberapa sel, molekul protein tertentu kelompok
bersama untuk membentuk enzim, yang melakukan reaksi metabolisme dekat permukaan dalam
dari membran sel.

2.4 Mekanisme Proses-Proses yang Terjadi pada Membran Sel


Mekanisme transpor zat melalui membran- Dari penjelasan di depan Anda telah
mengetahui bahwa sel merupakan penyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Segala aktivitas
terjadi dalam sel, sehingga fungsi jaringan pun dapat dilakukan dengan baik. Tentunya di sini
ada hubungan antara sel satu dengan yang lain, terutama dalam hal transpor zat-zat untuk proses
metabolisme tumbuhan. Zat-zat tersebut keluar masuk sel dengan melewati membran sel. Cara
zat melewati membran sel melalui beberapa mekanisme berikut.
1. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi. Perpindahan zat
ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antara zat atau larutan. Transpor pasif melalui peristiwa
difusi, osmosis, dan difusi terbantu.
a. Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan suatu zat yang terjadi secara spontan ketika ada
perbedaan tekanan difusi, dari tekanan yang tinggi ke arah tekanan yang lebih rendah. Tekanan
difusi berkorelasi positif dengan konsentrasi zat tersebut. Artinya, semakin tinggi
konsentrasinya, semakin tinggi pula tekanan difusi zat tersebut. Perhatikan Gambar 3. Ada
beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, di antaranya suhu dan zat yang berdifusi.
Dengan naiknya suhu, energi kinetik yang dimiliki molekul suatu zat menjadi lebih tinggi
sehingga pergerakan molekul zat menjadi lebih cepat.
Gambar 3. Mekanisme difusi. (a) Dua ruang dengan konsentrasi zat yang berbeda. (b)
Terjadi perpindahan zat setelah sekat dibuka. (c) Konsentrasi zat telah seimbang, tidak ada
perpindahan zat.

Zat yang memiliki berat molekul kecil akan lebih cepat berdifusi dibandingkan zat dengan
berat molekul besar. Oleh karena itu, zat yang paling mudah berdifusi adalah gas. Cairan relatif
lebih lambat berdifusi dibandingkan dengan gas. Tidak seluruh molekul dapat berdifusi masuk
ke dalam sel. Membran sel terdiri atas molekul-molekul fosfolipid dengan pori-pori
ultramikroskopik yang dapat melewatkan molekul-molekul berukuran kecil dan ion. Molekul-
molekul yang dapat melewati membran sel di antaranya adalah oksigen, karbon dioksida, air, dan
beberapa mineral yang larut dalam air. Molekul berukuran sedang, seperti molekul gula dan
asam amino, tidak dapat berdifusi melewati membran sel. Pertukaran O2 dan CO2 pada proses
respirasi hewan merupakan salah satu contoh difusi. Pada prinsipnya, pada difusi membran sel
bersifat pasif. Membran sel tidak mengeluarkan energi untuk memindahkan molekul ke luar
maupun ke dalam sel.
b. Osmosis
Secara luas, proses osmosis diartikan sebagai proses perpindahan pelarut melewati sebuah
membran semipermeabel. Secara sederhana, osmosis dapat diartikan sebagai proses difusi air
sebagai pelarut, melewati sebuah membran semipermeabel. Masuknya air ini dapat
menyebabkan tekanan air yang disebut tekanan osmotik. Pada sel tanaman disebut tekanan
turgor. Terdapat tiga sifat larutan yang dapat menentukan pergerakan air pada osmosis, yaitu
hipertonik, hipotonik, dan isotonik. Suatu larutan dikatakan hipertonik jika memiliki konsentrasi
zat terlarut lebih tinggi dibandingkan larutan pembandingnya. Dalam hal ini, larutan pembanding
akan bersifat hipotonik karena memiliki konsentrasi zat terlarut lebih kecil. Larutan isotonik,
memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama dengan larutan pembanding.

Gambar 4. Sebuah osmometer. Osmometer sederhana dapat mengukur tekanan osmotik.


Osmosis akan bergerak dari air murni ke larutan hingga tekanan osmotiknya seimbang.
Pergerakan molekul air melalui membran semipermeabel selalu dari larutan hipotonis
menuju ke larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut kedua larutan
seimbang (isotonik). Misalnya, sebuah sel diletakkan di dalam air murni. Konsentrasi zat terlarut
di dalam sel lebih besar (hipertonik) karena adanya garam mineral, asam-asam organik, dan
berbagai zat lain yang dikandung sel. Dengan demikian, air akan terus mengalir ke dalam sel
sehingga konsentrasi larutan di dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membran sel memiliki
kemampuan yang terbatas untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah. Pada sel darah
merah, peristiwa ini disebut hemolisis (Gambar 5). Pada sel tumbuhan, peristiwa ini dapat
teratasi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang menahan sel mengembang lebih lanjut.
Pada sel tumbuhan keadaan ini disebut turgid. Keadaan sel turgid membuat tanaman kokoh dan
tidak layu. Di alam, air jarang ditemukan dalam keadaan murni, air selalu mengandung garam-
garam dan mineral-mineral tertentu. Dengan demikian, air aktif keluar atau masuk sel. Hal
tersebut berkaitan dengan konsentrasi zat terlarut pada sitoplasma. Pada saat air di dalam
sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi kandungan mineral garam dan zat-zat yang terdapat
di dalam sitoplasma. Hal ini membuat konsentrasi zat terlarut di luar sel sama besar
dibandingkan konsentrasi air di dalam sel.
Gambar 5. Reaksi sel terhadap beberapa sifat larutan.

Jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, air akan terus-menerus keluar dari sel. Sel
akan mengerut, mengalami dehidrasi, dan bahkan dapat mati. Pada sel tumbuhan, hal ini
menyebabkan sitoplasma mengerut dan terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini disebut
plasmolisis. Dengan demikian, pada saat tertentu, sel perlu meningkatkan kembali kandungan
zat-zat dalam sitoplasma untuk menaikkan tekanan osmotik di dalam sel. Cara sel
mempertahankan tekanan osmotiknya ini disebut osmoregulasi. Demikian seterusnya, sel selalu
aktif dan hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kondisi setimbang antara sel dan
lingkungannya. Proses metabolisme membutuhkan air dan mineral atau garam dan berbagai zat
yang terkandung dalam sitoplasma. Akibatnya, tekanan osmotik dan konsentrasi molekul-
molekul lain berubah sehingga terjadi aliran difusi dan osmosis yang terus-menerus dari sel ke
luar atau dari luar ke dalam sel.
c. Difusi Terbantu
Proses difusi terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi terbantu sangat tergantung pada
suatu mekanisme transpor dari membran sel. Difusi terbantu dapat ditemui pada kehidupan
sehari-hari, misalnya pada bakteri Escherichia coli yang diletakkan pada media laktosa.
Membran sel bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga tidak dapat dilalui oleh laktosa.
Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan membentuk enzim dari dalam sel yang disebut
permease, yang merupakan suatu protein sel. Enzim permease inilah yang akan membuatkan
jalan bagi laktosa sehingga laktosa ini dapat masuk melalui membran sel.

2. Transpor Aktif
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang
bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. Transpor
aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di
dalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini, misalnya ion K+, Na+dan Cl+. Peristiwa
transpor aktif dapat Anda lihat pada peristiwa masuknya glukosa ke dalam sel melewati
membran plasma dengan menggunakan energi yang berasal dari ATP. Contoh lain terjadi pada
darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion kalium (K) dan natrium (Na) yang terjadi
antara sel darah merah dan cairan ekstrasel (plasma darah). Kadar ion kalium pada sitoplasma sel
darah merah tiga puluh kali lebih besar daripada cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium
plasma darah sebelas kali lebih besar daripada di dalam sel darah merah. Adanya pengangkutan
ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion di dalam sel. Mekanisme transpor ion
ini dapat terlihat pada Gambar

Gambar 6. Mekanisme Transpor Ion


Perbedaan utama antara transpor aktif, osmosis, dan difusi adalah energi yang dikeluarkan
sel. Pada osmosis dan difusi, sel tidak mengeluarkan energi apapun untuk memindahkan zat
melewati membran sel karena zat berpindah sesuai dengan gradien konsentrasi. Dengan kata
lain, difusi dan osmosis terjadi secara spontan. Transpor aktif merupakan mekanisme
pemindahan molekul atau zat tertentu melalui membran sel, berlawanan arah dengan gradien
konsentrasi. Oleh karena itu, harus ada energi tambahan dari sel yang digunakan untuk
membantu perpindahan tersebut. Energi tambahan yang digunakan dalam proses transpor aktif
berasal dari ATP yang dihasilkan oleh mitokondria melalui proses respirasi. Selain itu, pada
membran sel terdapat lapisan protein. Salah satu jenis protein yang terdapat di membran sel
tersebut adalah protein transpor. Protein transpor mengenali zat tertentu yang masuk atau keluar
sel. Zat yang dipindahkan dengan cara transpor aktif pada umumnya adalah zat yang memiliki
ukuran molekul cukup besar sehingga tidak mampu melewati membran sel. Sel mengimbangi
tekanan osmosis lingkungannya dengan cara menyerap atau mengeluarkan molekul-molekul
tertentu. Dengan demikian, terjadi aliran air masuk atau keluar sel. Kemampuan mengimbangi
tekanan osmosis dengan transpor aktif menjadi sangat penting untuk bertahan hidup. Pompa
natrium kalium merupakan contoh transpor aktif yang banyak ditemukan pada membran sel.
Perpindahan molekul ini menggunakan energi ATP untuk mengeluarkan natrium (Na+) keluar
sel dan bersama dengan itu memasukkan kalium (K+) ke dalam sel. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 7. Proses transpor aktif Na+ dan K+.

Ion Na+ dan K+ dengan transpor aktif dapat melewati membran sel. (1) Ion Na+ terikat
pada suatu tempat di protein membran. (2) Ion Na+ tersusun dengan formasi tertentu untuk
dilepaskan ke luar sel. (3) Ion K+ dari luar diikat. (4) Hal ini merangsang membran sel untuk
kembali ke bentuk semula. (5) Ion K+ dilepaskan protein membran dan masuk ke dalam sel.

Peristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
a. Endositosis
Endositosis merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel. Istilah
endositosis berasal dari bahasa Yunani, endo artinya ke dalam dan cytosartinya sel. Membran sel
membentuk pelipatan ke dalam (invaginasi) dan “memakan” benda yang akan dipindahkan ke
dalam sel. Di dalam sel, benda tersebut dilapisi oleh sebagian membran sel yang terlepas
membentuk selubung. Proses makan pada Amoeba adalah contoh mudah untuk menggambarkan
proses endositosis. Endositosis membran sel pada Amoeba, akan membentuk vakuola (Gambar
8). Pada vakuola ini, tempat makanan dicerna, diserap, dan dikeluarkan sisa-sisa.

Gambar 8. Proses fagositosis pada Amoeba


Terdapat tiga bentuk endositosis, yaitu fagositosis, pinositosis, danendositosis dengan
bantuan reseptor. Proses makan pada Amoeba merupakan contoh fagositosis. Pada proses
fagositosis, benda yang dimasukkan ke dalam sel berupa zat atau molekul padat. Adapun pada
pinositosis berupa zat cair. Berbeda dengan fagositosis dan pinositosis, pada endositosis dengan
bantuan reseptor hanya menerima molekul yang sangat spesifik. Di dalam lekukan membran
plasma terdapat reseptor protein yang akan berikatan dengan protein molekul yang akan diterima
sel (Gambar 9).
Gambar 9. Proses endositosis dengan bantuan reseptor. Pada proses ini, kolesterol
dikenali dan dimasukkan ke dalam sel dengan bantuan reseptor protein.

b. Eksositosis
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat Anda lihat pada
proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses pengeluaran hormon tertentu. Semua
proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Sel-sel yang mengeluarkan protein
akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi protein akan bergerak ke arah
permukaan sel untuk mengosongkan isinya.
Proses Amoeba mengeluarkan sisa-sisa makanan melalui vakuolanya adalah satu contoh
eksositosis. Istilah eksositosis berasal dari bahasa Yunani, exo artinya keluar dan cytos artinya
sel. Vakuola atau selubung membran melingkupi sisa zat makanan yang sudah dicerna.
Kemudian, bergabung kembali dengan membran sel dan sisa zat makanan untuk di buang keluar
sel. Jadi, eksositosis adalah proses mengeluarkan benda dari dalam sel ke luar sel. Membran
yang menyelubungi sel tersebut akan bersatu atau berfusi dengan membran sel. Cara ini adalah
salah satu mekanisme yang digunakan sel-sel kelenjar untuk menyekresikan hasil metabolisme.
Misalnya, sel-sel kelenjar di pankreas yang mengeluarkan enzim ke saluran pankreas yang
bermuara di usus halus. Sel-sel tersebut mengeluarkan enzim dari dalam sel menggunakan
mekanisme eksositosis (Gambar 10).

Gambar 10. Proses pengeluaran sekret dapat dilakukan dengan cara eksositosis.
Pada umumnya, eksosistosis dan endositosis digunakan untuk memindahkan benda-benda
yang berukuran besar. Kedua proses tersebut, saling menyeimbangkan luas permukaan plasma
membran sehingga volume sel tidak harus menjadi lebih kecil dari semula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah “ Sistem Transportasi Membran Sel” ini, maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan Nicholson
pada tahun 1972.
2. Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah.
3. Transpor pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi.
4. Transpor pasif dibedakan menjadi peristiwa difusi, osmosis, dan difusi terbantu.
5. Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang
bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP.
6. Peristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
7. Endositosis merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel.
8. Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa sel dan
membran sel penting bagi kehidupan kita.
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis
masih dalam proses pembelajaran. Dan yang penulis harapkan dengan adanya makalah ini,dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.

Anda mungkin juga menyukai