Fisiologi Hewan Metabolisme
Fisiologi Hewan Metabolisme
Fisiologi Hewan Metabolisme
METABOLISME
Metabolisme adalah erat dengan gizi dan ketersediaan nutrisi. Bioenergetics adalah istilah
yang menggambarkan jalur biokimia atau metabolisme yang sel akhirnya memperoleh
energi. Pembentukan energi adalah salah satu komponen vital metabolisme (Kimball,
1988).
Makhluk multiseluler, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan tersusun atas jutaan sel.
Tiap sel memiliki fungsi tertentu untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Untuk
menjalankan fungsinya, sel melakukan proses metabolisme. Metabolisme adalah proses-
proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga
reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator
enzim. Metabolisme juga berperan mengubah zat yang beracun menjadi senyawa yang tak
beracun dan dapat dikeluarkan dari tubuh. Proses ini disebut detoksifikasi. Umumnya,
hasil akhir anabolisme merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme. Hal itu
disebabkan sebagian besar proses metabolisme terjadi di dalam sel. Mekanisme masuk dan
keluarnya zat kimia melalui membran sel mempunyai arti penting dalam
mempertahankan keseimbangan energi dan materi dalam tubuh. Proses sintesis dan
penguraian berlangsung dalam berbagai jalur metabolisme. Adapun hasil reaksi tiap
tahap metabolisme merupakan senyawa pemula dari tahap reaksi berikutnya. Proses
metabolisme yang terjadi di dalam sel makhluk hidup seperti pada tumbuhan dan
manusia, melibatkan sebagian besar enzim (katalisator) baik berlangsung secara sintesis
(anabolisme) dan respirasi (katabolisme). Pada saat berlangsungnya peristiwa reaksi
biokimia di dalam sel, enzim bekerja secara spesifik. Enzim mempercepat reaksi kimia
yang menghasilkan senyawa ATP dan senyawa-senyawa lain yang berenergi tinggi seperti
pada proses respirasi, fotosintesis, kemosintesis, sintesis protein, dan lemak (Johnson,
1984).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per
satuan waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena
respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen (Tobin, 2005).
Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai
berikut:
(Tobin, 2005)
Laju metabolisme dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin,
status reproduksi, makanan dalam usus, stress fisiologis, aktivitas, musim, ukuran tubuh
dan temperature lingkungan. Laju metabolisme baku (standard metabolic rate) merupakan
laju metabolisme hewan manakala hewan tersebut sedang istirahat dan tidak ada
makanan dalam ususnya. Ketika pengukuran laju metabolisme tengah dilakukan, jarang
sekali ikan berada dalam keaadaan diam, sehingga istilah laju metabolsme rutin sering
dipakai untuk menunjukkan bahwa laju metabolisme diukur dalam keaadaan selama level
aktifitas rutin. Ini menyebabkan hasil pengukurannya biasanya lebih tinggi dari laju
metabolisme manakala ikan benar-benar diam (Yuwono, 2001).
Menurut Richard & Gordan (1989) ada tiga macam metode untuk mengukur metabolisme
yaitu sebagai berikut:
1. Menghitung selisih antara nilai energi dari semua makanan yang masuk kedalam
tubuh hewan dan semua ekskresi terutama urin dan feses, cara ini hanya akurat
digunakan untuk digunakan bila tidak terjadi perubahan komposisi tubuh hewan.
2. Menghitung produksi panas total pada organisme, metode ini sungguh akurat dalam
memberikan informasi tentang bahan bakar yang digunakan, organisme yang diukur
dimasukkan dalam kalorimeter.
3. Menghitung jumlah oksigen yang digunakan oleh organisme untuk proses oksidasi
dan jumlah konsumsi oksigen, cara ini paling banyak digunakan dan mudah dilaksanakan
tetapi tentu saja tidak bias digunakan untuk organisme anaerob sebab meskipun konsumsi
oksigen nol bukan berarti tidak terdapat metabolisme dalam tubuh organisme tersebut
2.3 Proses Respirasi Jangkrik
Serangga termasuk hewan berbuku-buku. Sebagian besar serangga hidup di darat. Contoh
serangga adalah jangkrik, kupu-kupu, belalang, nyamuk, lalat, semut, laron, kecoak. Alat
pernafasan serangga yang hidup di darat berbeda dengan yang hidup di air. Serangga
bernafas dengan trakea. Trakea adalah suatu sistem alat pernafasan yang terdiri atas
pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang-cabang ini
bermuara di stigma (spirakel). Stigma merupakan lubang keluar masuknya udara. Pada
trakea terdapat kantong udara kantong hawa, yang berfungsi menyimpan udara yang
masuk untuk sementara waktu (Johnson, 1984).
Mekanisme respirasi hewan jangkrik yaitu corong hawa (trakea) adalah alat pernafasan
yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada
lubang kecil yang ada dikerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, yang terletak berpasangan pada
setiap sekmen tubuh. Spirakel mempunyai tutup yang dikontrol oleh otot sehingga
membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Umumnya spirakel terbuka
selama serangga terbang, dan menutup saat beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat
spirakel. Kemudian udara dan spirakel menuju pembuluh – pembuluh trakea dan
selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus.
Sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis titin, terisi cairan dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas
terjadi antara trakeolus dengan sel – sel tubuh. Trakeolus mempunyai fungsi yang sama
dengan kapiler. Pada sistem pengangkutan pada vertebrata. Mekanisme pernapasan pada
serangga ini, misalnya belalang adalah : jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea
menyerpi sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang
berkontraksi maka trakea kembali pada volume semula. Sehingga tekanan udara menjadi
lebih kecil dibandingkan tekanan diluar sebagai akibatnya udara diluar yang kaya oksigen
masuk ke trakea, sistem trake berfungsi mengangkut oksigen dan mengedarkan keseluruh
tubuh, sebaliknya mengangkut karbondioksida hasil respirasi dikeluarkan dalam tubuh.
Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan
tidak mengangkut gas. Bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah
berdifusi ke jaringan (Johnson, 1984).
2.4 Respirometri
Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigenyang digunakan
oleh organisme dan ada karbon dioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang
bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh
organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi.
Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler
berskala (Anonim, 2011).
Spesimen yang akan digunakan dalam penyelidikan ini sebaiknya dipilih yang masih segar
atau lincah. Tabung spesimen dipisahkan dari bagian yang berskala dan kedalamnya
dimasukkan zat pengikat CO2. Biasanya digunakan KOH kristal yang kemudian ditutup
dengan kasa atau kapas agar tidak tercecah oleh spesimen yang diselidiki. Sebagai
pengikat CO2 dapat juga digunakan larutan pekat KOH yang diserapkan pada kertas
pengisap. Setelah itu spesimen dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan
bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung,
pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes air (lebih baik berwarna misalnya eosin).
Tetes air ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum
udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu
O2 diserap, CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH. Kecepatan tetes air itu
bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi hewan/organisme
tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah: lama pernapasan
(misalnya dapat diambil tiap 5 menit sekali atau 10 menit sekali) dan jarak yang ditempuh
oleh tetes air bergerak. Jika nilai skala pada pipa kapiler tertera 0,1 --- 0,2 dan seterusnya,
dan jarak itu dibagi menjadi 5 bagian, maka berarti 1 skala bernilai 0,02 ml (Anonim,
2011).
Menurut (Guyton, 1997), Jalur-jalur metabolisme terdiri dari reaksi katabolisme dan
rekasi anabolisme:
Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan
hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut
sebagai hormon, dan dipercepat (dikatalisis) oleh enzim. Pada senyawa organik, penentu
arah reaksi kimia disebut promoterdan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah substrat yang
bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi guna menghasilkan
senyawa intermediat, yang merupakan substrat pada jenjang reaksi berikutnya.
Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada suatu jenjang reaksi disebut metabolom.
Semua ini dipelajari pada suatu cabang ilmu biologi yang disebut metabolomika.
2.1.1 Katabolisme
Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian senyawa ini menghasilkan atau melepaskan
energi berupa ATP yang biasa digunakaan organisme untuk beraktivitas. Katabolisme
mempunyai dua fungsi, yaitu menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain, dan
menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sel. Reaksi yang
umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Energi yang dilepaskan oleh reaksi katabolisme
disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan
berenergi elektron tinggi NADH2 (Nikotilamid adenin dinukleotida H2) serta FADH2
(Flavin adenin dinukleotida H2) (Guyton, 1997).
1. Respirasi sel
2. Glikolisis
3. Transpor Electron
4. Fosforilasi Oksidatif
5. Dekarboksilasi Oksidatif
Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian
dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam
lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini gugus disulfida
dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus sulfhidril. Pada tahap reaksi
ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari gugus lipoil pada asam
dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A). Kemudian asetil ko-A dibebaskan
dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat gugus tiol
pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi
bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan
FAD (flavin adenin dinukleotida) (Guyton, 1997).
Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat
pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi
FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD +) (Guyton,
1997).
6. Siklus Krebs
7. Fermentasi
2.1.2 Anabolisme
Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam
amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, adalah aktivasi senyawa-senyawa tersebut
menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor
tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam
nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis,
sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis
(Guyton, 1997).
(Guyton,1997).
1. Fotosintesis
2. Kemosintesis
Tidak semua tumbuhan dapat melakukan asimilasi C menggunakan cahaya sebagai
sumber energi. Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil dapat
mengadakan asimilasi C dengan menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi
kimia, misalnya bakteri sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan lain-lain.
Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa tertentu.
Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+
(ferri). Bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus memperoleh energi dengan cara
mengoksidasi NH3, tepatnya Amonium Karbonat menjadi asam nitrit dengan reaksi.
Nitrosomonas :
Jadi dapat disimpulkan bahwa glukosa darah berbanding terbalik dengan hormon insulin
dan berbanding lurus dengan hormon glukagon, epinefrin, dan glukokortikoid.
Maksudnya, apabila hormon insulin yang disekresikan sedikit maka glukosa darah
meningkat. Sedangkan apabila hormon glukagon, epinefrin, dan glukokortikoid
disekresikan banyak maka glukosa darahpun ikut meningkat (Richard & Gordon, 1989)
BAB II
PEMBAHASAN
Rangka Sitoskeleton merupakan membran sel yang bekerja sebagai penutup untuk organel
internal dan melindungi mereka. Fungsi ini sangat vital dalam sel-sel hewan, yang kekurangan
dinding sel. Rangka membran sitoskeleton ini (jaringan selular ‘kerangka’ yang terbuat dari
protein dan terkandung dalam sitoplasma) dan memberi bentuk pada sel. Para mikrofilamen
sitoskeleton melekat pada protein tertentu dalam membran sel, terutama yang bagian integral.
Mikrofilamen ini juga telah memegang protein di tempat, sebagai yang terakhir memiliki
kecenderungan untuk bergerak. Ilustrasi di bawah ini menunjukkan sitoskeleton karena
tersuspensi dalam sitoplasma dan melekat ke membran sel.
Gambar 2. Sitoskeleton didalam sel
Fungsi lain yang penting dari membran sel adalah transportasi molekul dan ion masuk dan
keluar dari sel. Membran semipermeabel yang memungkinkan molekul tertentu untuk bebas
bergerak di atasnya. Sebagian besar hidrofobik kecil (tidak ada afinitas untuk air) molekul
melewati membran ini secara bebas. Beberapa molekul bersifat hidrofilik kecil juga dapat
berhasil. Tetapi yang lain harus dilakukan melintasi membran. Mutasi molekul melintasi
membran mungkin atau mungkin tidak memerlukan penggunaan energi sel.
Transportasi sel merupakan salah satu fungsi penting membran plasma. Selain memberikan
dukungan kepada sitoskeleton dan mengangkut molekul dan ion, membran sel memiliki berbagai
fungsi lain juga.
a. Interaksi dengan sel lain: membran ini juga bertanggung jawab untuk melampirkan sel pada
matriks ekstraseluler (bahan non-hidup yang ditemukan di luar sel), sehingga sel dapat
mengelompokkan bersama-sama untuk membentuk jaringan.
b. Komunikasi dengan sel lain: Molekul-molekul protein dalam membran sel menerima sinyal
dari sel lain atau lingkungan luar dan mengubah sinyal ke pesan, yang diteruskan ke organel
dalam sel.
c. Melakukan Aktivitas Metabolik: Dalam beberapa sel, molekul protein tertentu kelompok
bersama untuk membentuk enzim, yang melakukan reaksi metabolisme dekat permukaan dalam
dari membran sel.
Zat yang memiliki berat molekul kecil akan lebih cepat berdifusi dibandingkan zat dengan
berat molekul besar. Oleh karena itu, zat yang paling mudah berdifusi adalah gas. Cairan relatif
lebih lambat berdifusi dibandingkan dengan gas. Tidak seluruh molekul dapat berdifusi masuk
ke dalam sel. Membran sel terdiri atas molekul-molekul fosfolipid dengan pori-pori
ultramikroskopik yang dapat melewatkan molekul-molekul berukuran kecil dan ion. Molekul-
molekul yang dapat melewati membran sel di antaranya adalah oksigen, karbon dioksida, air, dan
beberapa mineral yang larut dalam air. Molekul berukuran sedang, seperti molekul gula dan
asam amino, tidak dapat berdifusi melewati membran sel. Pertukaran O2 dan CO2 pada proses
respirasi hewan merupakan salah satu contoh difusi. Pada prinsipnya, pada difusi membran sel
bersifat pasif. Membran sel tidak mengeluarkan energi untuk memindahkan molekul ke luar
maupun ke dalam sel.
b. Osmosis
Secara luas, proses osmosis diartikan sebagai proses perpindahan pelarut melewati sebuah
membran semipermeabel. Secara sederhana, osmosis dapat diartikan sebagai proses difusi air
sebagai pelarut, melewati sebuah membran semipermeabel. Masuknya air ini dapat
menyebabkan tekanan air yang disebut tekanan osmotik. Pada sel tanaman disebut tekanan
turgor. Terdapat tiga sifat larutan yang dapat menentukan pergerakan air pada osmosis, yaitu
hipertonik, hipotonik, dan isotonik. Suatu larutan dikatakan hipertonik jika memiliki konsentrasi
zat terlarut lebih tinggi dibandingkan larutan pembandingnya. Dalam hal ini, larutan pembanding
akan bersifat hipotonik karena memiliki konsentrasi zat terlarut lebih kecil. Larutan isotonik,
memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama dengan larutan pembanding.
Jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, air akan terus-menerus keluar dari sel. Sel
akan mengerut, mengalami dehidrasi, dan bahkan dapat mati. Pada sel tumbuhan, hal ini
menyebabkan sitoplasma mengerut dan terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini disebut
plasmolisis. Dengan demikian, pada saat tertentu, sel perlu meningkatkan kembali kandungan
zat-zat dalam sitoplasma untuk menaikkan tekanan osmotik di dalam sel. Cara sel
mempertahankan tekanan osmotiknya ini disebut osmoregulasi. Demikian seterusnya, sel selalu
aktif dan hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kondisi setimbang antara sel dan
lingkungannya. Proses metabolisme membutuhkan air dan mineral atau garam dan berbagai zat
yang terkandung dalam sitoplasma. Akibatnya, tekanan osmotik dan konsentrasi molekul-
molekul lain berubah sehingga terjadi aliran difusi dan osmosis yang terus-menerus dari sel ke
luar atau dari luar ke dalam sel.
c. Difusi Terbantu
Proses difusi terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi terbantu sangat tergantung pada
suatu mekanisme transpor dari membran sel. Difusi terbantu dapat ditemui pada kehidupan
sehari-hari, misalnya pada bakteri Escherichia coli yang diletakkan pada media laktosa.
Membran sel bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga tidak dapat dilalui oleh laktosa.
Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan membentuk enzim dari dalam sel yang disebut
permease, yang merupakan suatu protein sel. Enzim permease inilah yang akan membuatkan
jalan bagi laktosa sehingga laktosa ini dapat masuk melalui membran sel.
2. Transpor Aktif
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang
bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. Transpor
aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki
konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di
dalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini, misalnya ion K+, Na+dan Cl+. Peristiwa
transpor aktif dapat Anda lihat pada peristiwa masuknya glukosa ke dalam sel melewati
membran plasma dengan menggunakan energi yang berasal dari ATP. Contoh lain terjadi pada
darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion kalium (K) dan natrium (Na) yang terjadi
antara sel darah merah dan cairan ekstrasel (plasma darah). Kadar ion kalium pada sitoplasma sel
darah merah tiga puluh kali lebih besar daripada cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium
plasma darah sebelas kali lebih besar daripada di dalam sel darah merah. Adanya pengangkutan
ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion di dalam sel. Mekanisme transpor ion
ini dapat terlihat pada Gambar
Ion Na+ dan K+ dengan transpor aktif dapat melewati membran sel. (1) Ion Na+ terikat
pada suatu tempat di protein membran. (2) Ion Na+ tersusun dengan formasi tertentu untuk
dilepaskan ke luar sel. (3) Ion K+ dari luar diikat. (4) Hal ini merangsang membran sel untuk
kembali ke bentuk semula. (5) Ion K+ dilepaskan protein membran dan masuk ke dalam sel.
Peristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
a. Endositosis
Endositosis merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel. Istilah
endositosis berasal dari bahasa Yunani, endo artinya ke dalam dan cytosartinya sel. Membran sel
membentuk pelipatan ke dalam (invaginasi) dan “memakan” benda yang akan dipindahkan ke
dalam sel. Di dalam sel, benda tersebut dilapisi oleh sebagian membran sel yang terlepas
membentuk selubung. Proses makan pada Amoeba adalah contoh mudah untuk menggambarkan
proses endositosis. Endositosis membran sel pada Amoeba, akan membentuk vakuola (Gambar
8). Pada vakuola ini, tempat makanan dicerna, diserap, dan dikeluarkan sisa-sisa.
b. Eksositosis
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat Anda lihat pada
proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses pengeluaran hormon tertentu. Semua
proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Sel-sel yang mengeluarkan protein
akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi protein akan bergerak ke arah
permukaan sel untuk mengosongkan isinya.
Proses Amoeba mengeluarkan sisa-sisa makanan melalui vakuolanya adalah satu contoh
eksositosis. Istilah eksositosis berasal dari bahasa Yunani, exo artinya keluar dan cytos artinya
sel. Vakuola atau selubung membran melingkupi sisa zat makanan yang sudah dicerna.
Kemudian, bergabung kembali dengan membran sel dan sisa zat makanan untuk di buang keluar
sel. Jadi, eksositosis adalah proses mengeluarkan benda dari dalam sel ke luar sel. Membran
yang menyelubungi sel tersebut akan bersatu atau berfusi dengan membran sel. Cara ini adalah
salah satu mekanisme yang digunakan sel-sel kelenjar untuk menyekresikan hasil metabolisme.
Misalnya, sel-sel kelenjar di pankreas yang mengeluarkan enzim ke saluran pankreas yang
bermuara di usus halus. Sel-sel tersebut mengeluarkan enzim dari dalam sel menggunakan
mekanisme eksositosis (Gambar 10).
Gambar 10. Proses pengeluaran sekret dapat dilakukan dengan cara eksositosis.
Pada umumnya, eksosistosis dan endositosis digunakan untuk memindahkan benda-benda
yang berukuran besar. Kedua proses tersebut, saling menyeimbangkan luas permukaan plasma
membran sehingga volume sel tidak harus menjadi lebih kecil dari semula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah “ Sistem Transportasi Membran Sel” ini, maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur membran sel yaitu model mozaik fluida yang dikemukakan oleh Singer dan Nicholson
pada tahun 1972.
2. Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah.
3. Transpor pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi.
4. Transpor pasif dibedakan menjadi peristiwa difusi, osmosis, dan difusi terbantu.
5. Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang
bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP.
6. Peristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan eksositosis.
7. Endositosis merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel.
8. Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa sel dan
membran sel penting bagi kehidupan kita.
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena penulis
masih dalam proses pembelajaran. Dan yang penulis harapkan dengan adanya makalah ini,dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.