Bab I

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Melaksanakan Seminar/Lokakarya Regional dengan Tema “Sosialisasi Pengisian

Data Kesehatan Atlet Tinju Pelajar Menjelang Kejuaran Tinju Pelajar Palembang
2016” tanggal 21 November 2016 di SMKN 2 Kota Palembang pukul 09.00 WIB
sampai dengan selesai.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sikap kebiasaan dan kegemaran berolahraga memang sejak dahulu

kala telah di miliki oleh bangsa Indonesia,beraneka ragam aliran beladiri

tumbuh dengan amat suburnya di kalangan masyarakat Indonesia.Olahraga

yang sejenis di terima secara baik di lingkungan masyarakat,demikian halnya

dengan olahraga beladiri tinju,hanya saja olahraga ini belum bermasyarakat

sepenuhnya karena masih di rgukan akhir dari olahraga ini bagi

perkembangan bangsa,tetapi hal itu tidak perlu kita jadikan sebagai suatu

halangan,yang penting sekarang adalah bagaimana cara pembinaannya

sehingga olahrga ini dapat di kembangkan sesuai kehendak garis besar haluan

Negara mengatakan bahwa “pendidikan jasmani dan olahraga perlu makin di

tingkatkan dan di masyarakatkan sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani

dan rohani bagi setiap anggota masyarakat”

Tinju adalah salah satu olahraga yang tertua dan sangat populer di

seluruh dunia dan sepanjang abad. Tinju adalah suatu seni sekaligus suatu

ilmu karena untuk mempelajarinya hingga dapat tampil di atas ring

memerlukan waktu bertahun-tahun


Untuk mempelajarinya teknik dan gerakan pukulan tinju menurut

(saleh basrah: 1989) Latihan tinju sebaiknya dilakukan secara teratur,diatur

dengan baik mengenai waktu latihan ,lama latihan dan waktu istirahat,latihan

tinju di lakukan secara continue dan berkesinambungan,tidak terputus-

putus,rajin,giat,tekun dan serius dan yang paling penting,latihan itu di lakukan

dengan gembira tanpa beban bukan karena terpaksa/di paksa.

Menurut (Harsono, 1992) latihan adalah proses yang sistematis, dari

pada berlatih atau bekerja secara berulang-ulang,dan diperlukan adanya

program latihan. Perlunya program latihan sedemikian rupa, mengingat bahwa

kemampuan individual seseorang untuk keberhasilannya dalam mencapai

prestasi olahraga merupakan suatu yang kompleks dan sangat ditentukan oleh

faktor interaksi antara pengaruh genetika (internal) dan lingkungan

(eksternal). Menurut Setiawan ( 1999:1 ), salah satu faktor yang sangat

menentukan prestasi olahraga nasional adalah konsep latihan ( training ).

Prestasi olahraga nasional tercapai dengan membina dan

mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan

melaui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu

pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Selain itu dalam pengembangan

olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan keilmuan yang menyeluruh

dengan jalan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan kualitas

dan kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan


kaedah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk

meningkatan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi

yang telah ada tau menghasilkan teknologi baru bagi kegiatan keolahragaan.

Dalam pembinaan dan pembentukan pada atlet terutama atlet tinju

amatir pelajar diperlukan catatan kesehatan atlet terutama atlet tinju. dalam

kegiatan menjelang pertandingan diperlukannya sosialisasi dan pengisian data

kesehatan atlet guna mengetahui kesiapan atlet tersebut dalan segi fisik dan

mental agar siap tanding.

Pencatatan kesehatan atlet tinju sangatlah diperlukan mengingat jenis

olah raga ini termasuk olah raga keras yang penuh dengan benturan fisik

sehingga diperlukannya kesiapan bagi tim maupun atlet itu sendiri untuk

menuju pertandingan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah

penelitian ini adalah bagaimanakah pengisian data kesehatan atlet tinju pelajar

menjelang kejuaraan tinju pelajar Palembang 2016.

1.3. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk bentuk pengisian data kesehatan

atlet tinju pelajar menjelang kejuaraan tinju pelajar Palembang 2016.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penyuluhan ini adalah sebagai bahan masukan bagi para
pelatih dan atlet tinju pelajar untuk mengetahui batas kelayakan dan kemampuan

bertanding melalui pencatatan kesehatan menjelang pertandingan.

1.5. Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan ini berlangsung selama satu hari yaitu tanggal 21 November

2016 dan pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di SMKN 2 Kota Palembang

yang juga menjadi lokasi event pertandingan tinju pelajar Kota Palembang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Data Kesehatan Atlet


2.1.1. Ruang Lingkup

Data dalam pelayanan kesehatan disimpan dalam bentuk rekam kesehatan

yang merupakan kumpulan dari berbagai elemen data dalam rekam kesehatan yang

digunakan untuk membandingkan, mengkombinasikan , dan menyajikan kondisi

atlet oleh dokter untuk pelayanan kesehatan. Dalam standarisasi data kesehatan

istilah medis, para profesional The Health Information Management (HIM)

menyepakati untuk penelitian tentang bentuk dan standar dari data, yang

menemukan untuk pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan saat ini dalam rekam

kesehatan elektronil dan berbasis komputer ada 4 rekomendasi yaitu; female,

male, undetermined, dan unknown (dinus.ac.id).

Dalam ilmu olah raga juga membahas masalah medis yang mengkhususkan

pembahasan pada penggunaan olahraga sebagai media atau sarana untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Ilmu kesehatan olahraga merupakan cabang ilmu medis olahraga

mengenai pengkajian pelaksanaan olahraga pada orang sehat. Penggunaan istilah

ilmu medis olahraga (sport medicine) baru dikenalkan saat pertemuan ahli kedokteran

olahraga pada tahun 1912 di Jerman.

Tetapi diyakini bahwa upaya-upaya penerapan ilmu kedokteran pada bidang

olahraga telah dilakukan jauh sebelum pertemuan itu. Istilah-istilah yang sering

digunakan dalam medis olahraga; Aktivitas fisik adalah segala kegiatan atau aktivitas
yang menyebabkan peningkatan penggunaan energi/kalori oleh tubuh. Contoh:

menyapu, mencuci, dan sebagainya. Latihan (exercise) merupakan serangkaian

aktifitas fisik yang terstruktur dan berirama dengan intensitas tertentu dalam jangka

waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Contoh:

bersepeda, latihan beban, jogging dan sebaginya. Olahraga (sport) merupakan

serangkaian aktifitas fisik yang dilakukan secara terstruktur dengan berpedoman pada

aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu tetapi tidak terikat pada intensitas dan

waktunya. Contohnya dari segi prestasi ; olahraga prestasi dan non-prestasi,

sedangkan dari segi kontak badan : kontak penuh, kontak sebagian dan no kontak.

Misalnya olahraga tinju, olahraga karate, olahraga bolabasket, dan sebagainya. Istilah

latihan dan olahraga dalam hal ini memiliki arti yang sama karena pengertian istilah

olahraga dan latihan di dalam masyarakat tidak jauh berbeda.

2.1.2. Olah Raga Tinju Amatir

Tinju adalah olahraga dan seni beladiri yang menampilkan dua

orang partisipan dengan berat yang tidak jauh berbeda sesuai dengan kelasnya

bertanding satu sama lain dengan menggunakan tinju atau pukulan mereka dalam

rangkaian pertandingan berinterval 1 x 3 menit yang disebut ronde. Baik dalam

olimpiade ataupun olahraga profesional, kedua petinju menghindari pukulan

lawan mereka sambil berupaya mendaratkan pukulan mereka sendiri kepada

lawannya. Pemenang dalam olahraga tinju dinilai berdasarkan ketepatan tinju


yang diarahkan ke lawannya dan apabila lawan sudah dinilai KO atau TKO oleh

wasit.

Menurut catatan sejarah tinju pertama kali diperkenalkan dari

bangsa Romawi, Mesir, serta Yunani. Awalnya, para petinju mengikuti

pertandingan ini tanpa menggunakan sarung tinju, tetapi menggunakan sarung

besi sehingga banyak sekali dimasa itu petinju yang harus meninggal diarea

pertandingan akibat terkena pukulan sarung tangan besi yang sangat berbahaya.

Petinju yang terkenal saat itu ialah Theagenes yang berasal dari Thasos,

Yunani. Theagenes telah menjadi juara olimpiade tinju yang diadakan pada tahun

450 M. Theagenes juga telah melakukan pertandingan tinju 1.406 kali dalam

hidupnya dan masih menggunakan sarungan tangan besi. Hingga pada tahun 1973,

peraturan tentang tinju telah ada peraturan versi terbaru serta pemakaian sarung

tinju dengan menggunakan bahan spons. James Ping adalah petinju pertama yang

menggunakan sarung tinju bahan spons dan juga seorang juara dari Britania.

Semenjak saat itu olahraga tinju mulai berkembang pesat hingga saat ini masuk

sampai Indonesia. Legenda tinju dunia pada saat ini seperti Mike Tyson,

Evander Holyfield, dan Mohamad Ali. (www.bimbingan.org/sejarah-dan-

perkembangan-tinju-dunia.htm).

Di Indonesia tinju masuk dan dipopulerkan oleh negara Hindia Belanda atau

KNIL (Koninklijk Nederlands Inside Large). Kalahnya Belanda oleh

Jepang membuat pertinjuan kita seperti kehilangan induk. Sehingga setiap

pertandingan tinju yang diselenggarakan tidak ada organisasi yang bertanggung


jawab. Maka pihak kepolisian ingin mendirikan organisasi tinju. Didi

Karta Sasmita, Komandan Kepolisian di Jakarta, akhirnya mendirikan

PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat) dengan ketuanya Frans Mendur pada

tanggal 28 April 1955. Menjelang Olympiade Roma tahun 1960, Indonesia

hendak ikut berpartisipasi. Ketentuan IOC (International Olympic Committee)

mengharuskan ada organisasi tinju amatir yang mandiri di Indonesia. Maka pada

tanggal 30 Oktober 1959 berdirilah PERTINA (Persatuan Tinju Amatir Indonesia).

Olahraga tinju professional sempat dilarang dipertandingkan di Indonesia akibat

politik Indonesia pada waktu itu cenderung ikut blok sosialis. Maka pada

tanggal 23 November 1961, Maladi selaku Menteri Olahraga melarang tinju

profesional hidup di Indonesia.

Tinju di Indonesia terbilang sangat popular dengan lahirnya seorang

juara tinju dunia seperti Chris Jhon. Chris John merupakan putra kedua dari

empat bersaudara dari pasangan Johan Tjahjadi (alias Tjia Foek Sem) dan Maria

Warsini. Chris John mencatatkan rekor sebagai juara dunia kelas bulu pertama

yang berasal dari Indonesia, mencatatkan rekor sebagai petinju kedua

terlama yang menjadi juara dunia kelas bulu sepanjang masa, serta mencatatkan

rekor sebagai peringkat kedua dalam daftar petinju yang paling sering

mempertahankan gelar juara dunia kelas bulu sepanjang masa. Ia tercatat sebagai

petinju Indonesia kelima yang berhasil meraih gelar juara dunia, setelah Ellyas

Pical, dan Nico Thomas.


Di Indonesia, wadah olah raga tinju ini bernaung di dalam organisasi

Persatuan Tinju Amatir Indonesia yang biasa disingkat PERTINA yang juga masuk

dalam induk Organisasi Komite Olah Raga Nasional Indonesia disingkat Koni dan

AIBA ( Internationale de Boxe Amateur) sebagai badan olah raga Olimpic tinju

sedunia. Hingga saat ini PERTINA sering mengadakan kegiatan olah raga timju antar

pelajar untuk menyaring bakat-bakat muda dikalangan pelajar untuk olah raga tinju

amatir.

2.1.4. Data Kesehatan Atlet Tinju Pelajar

1. Kesehatan Atlet
Olahraga memiliki banyak manfaat, terutama bagi atlet. Olahraga dapat

mengajarkan disiplin, dedikasi, kerja keras, dan kerjasama tim. Namun,

berolahraga juga memiliki banyak resiko, tergantung pada jenis olahraga yang

dilakukan. Olahraga kontak fisik seperti tinju atau sepak bola beresiko

menyebabkan cedera kepala. Sedangkan tenis atau squash dapat menyebabkan

kelainan muskuloskeletal akibat bagian tubuh yang terlalu sering digunakan.

Pemeriksaan kesehatan ini umumnya direkomendasikan pada orang yang

memiliki indikasi tertentu, dan jenis pemeriksaan disesuaikan dengan

kebutuhannya, misalnya pemeriksaan dari perusahaan untuk evaluasi

kesehatan karyawan, penderita penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes

yang belum terkontrol, persiapan tindakan operasi, kaum lanjut usia (lansia)

terutama yang memiliki banyak keluhan fisik, serta sebagai prsyaratan khusus
seperti asuransi dan uji saring untuk jenjang pendidikan maupun pekerjaan,

juga pemeriksaaan kesehatan kepada atlet khususnya atlet tinju.

Pembinaan prestasi memiliki aspek-aspek fisik, teknik, taktik dan

psikis. Pembinaan fisik atau biomotor yang baik akan menentukan

berkembangnya prestasi ke depan. Pengembangan kemampuan biomotor

ini akan menjadikan suatu parameter tersendiri dari kemajuan olahraga. Untuk

itu perlu ditelaah mengenai pengembangan kemampuan motorik ini, dengan

melibatkan IPTEK keolahragaan yang dapat menciptakan prestasi yang

terukur. Kemampuan fisik/biomotor (biomotor abilities), adalah

kebutuhan akan suatu aktifitas ke dalam suatu kerja gerak dalam

keolahragaan yang berkenaan dengan komponen-komponen fisik sebagai

penunjang dalam cabang olahraga tertentu, seperti: kekuatan, daya tahan,

kecepatan, daya ledak, kelentukan, kelincahan, ketepatan, keseimbangan,

kordinasi.

Melakukan suatu aktifitas jasmani yang termasuk dalam kegiatan

kecabangan olahraga tentu memerlukan suatu kemampuan fisik yang

baik. Hampir semua cabang olahraga dalam olah dayanya memerlukan

kemampuan fisik. Kondisi fisik yang baik dapat dilihat dari:

1. meningkatnya sistem kerja jantung dan paru,

2. meningkatnya tekanan darah

3. meningkatnya kualitas efisiensi gerak, dan

4. meningkatnya kecepatan respon yang dilakukan oleh organ tubuh


(Bompa, 2015).

Satu hal yang harus diperhatikan pelatih berkenaan dengan kondisi

fisik ini adalah kemampuan biomotor dasar (kondisi fisik umum), karena

bagaimanapun juga hal ini merupakan kebutuhan mendasar yang harus

dimiliki oleh seorang atlet sebelum mengembangkan kemampuan fisik khusus

dan teknik cabang spesialisasinya. Adapun kemampuan biomotor dasar yang

perlu dilkembangkan meliputi: (1) kekuatan, (2) daya tahan, (3) kecepatan, (4)

kelentukan, dan (5) koordinasi (Bompa, 1990; Thomson, 1993).

2. Sosialisasi Pencataan Data Kesehatan Atlet Melalui Record Book


Boxing AIBA sebagai Rekam Medis Kesehatan Atlet

Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas

dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan diatas kertas,disket, pita nama dan

pita film. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara

(syahlan : 253).

Sedangkan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan

laporan. Laporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan

tertentu dan hasilnya yang disampaikan ke pihak yang berwenang atau

berkaitan dengan kegiatan tersebut (syahlan : 256).

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan.

Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang

dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan


pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai

bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi

merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan

informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan

organisasi tersebut. Istilah lain dalam pencataan dan pendokumentasian

kesehatan ini disebut rekam medis yaitu catatan dan dokumen yang berisi

tentang kondisi keadaan atlet yang dijadikan dasar untuk tindakan lebih lanjut.

Sistem Pencatatan secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu

Sistem PencatatanTradisional dan Sistem Pencatatan Non-Tradisional. Sistem

Pencatatan Tradisional adalah system pencatatan yang memiliki catatan

masing-masing dari setiap profesi atau petugas kesehatan, dimana dalam

sistem ini masing-masing disiplin ilmu (Dokter, Bidan, Perawat, Epidemiolog,

Ahli Gizi dsb) mempunyai catatan sendiri – sendiri secara terpisah.

Keuntungan system ini adalah pencatatan dapat dilakukan secara lebih

sederhana. Kelemahan system ini adalah data tentang kesehatan yang

terkumpul kurang menyeluruh, koordinasi antar petugaskesehatan tidak ada

dan upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan tuntas sulit dilakukan.

Sistem Pencatatan Non-Tradisional adalah Pencatatan yang

berorientasi pada Masalah (Problem Oriented Record /POR). Keuntungan

system ini adalah kerjasama antar tim kesehatan lebih baik dan menunjang

mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh.Setiap petugas kesehatan

dituntut untuk membuat pencatatan tentang data kesehatan sebaik mungkin.


Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat pula disimpulkan

bahwa pencatatan dan pelaporan merupakan :

1. Suatu kegiatan mencatat dengan berbagai alat/media tentang data kesehatan

yangdiperlukan sehingga terwujud tulisan yang bias dibaca dan dapahami

isinya.

2. Salah satu kegiatan administrasi kesehatan yang harus dikerjakan dan

dipertanggungjawabkan oleh petugas kesehatan.

3. Kumpulan Informasi kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang berfungsi

sebagai alat/sarana komunikasi yang penting antar petugas kesehatan.

Sebagai alat pencataan yang digunakan untuk pengisian data kesehatan atlet

tinju pelajat menjelang kejuaraan tinju pelajar palembang 2016 di SMKN 2 Kota

Palembang tanggal 21 November 2016, alat pencataan dan pendokumentasian ini

dalam kegiatan Tinju Amatir PB PERTINA disebut sebagai record book, atau

buku catatan identitas dan kesehatan atlet tinju amatir terutama pelajar. Yang

meliputi pencatan keadaan atlet, berat badan, denyut nadi, berat badan, kesehatan

telinga, hidung, mata, gigi, abdomen, tekanan darah, dan juga refleks atlet. Dalam

hal ini dapat dilihat pada tabel record book di bawah ini.
MEDICAL EXAMINATION PRIOR TO OLYMPIC GAMES, WORD
CHAMPIONSHIPS WORLD CUP & CONTINENTAL CHAMPIONSHIPS
Date Temp. Pulse B.P Pulpis Teeth Chest Abdome Knee Reflex Signature Weight Signature
RightLeft n Right Left of of the
Physician person in
change
0
Pre- C mmHg mmHg Acceleration kg
Game Normal
Weal,loss
Passage 1.R Result of Diagnostis
Game 2.R Game after game
3.R
0
Pre- C mmHg mmHg Acceleration kg
Game Normal
Weal,loss
Passage 1.R Result of Diagnostis
Game 2.R Game after game
3.R
0
Pre- C mmHg mmHg Acceleration kg
Game Normal
Weal,loss
Passage 1.R Result of Diagnostis
Game 2.R Game after game
3.R
0
Pre- C mmHg mmHg Acceleration kg
Game Normal
Weal,loss
Passage 1.R Result of Diagnostis
Game 2.R Game after game
3.R

Pada contoh di bawah ini pencataan record booktelah diisi dengan

melkukan berbagai pemeriksaan keesehatan atlet yang diisi oleh petugas

kesehatan:

Gambar 1
Gambar 2

Gambar 3
BAB III

Pelaksanaan Kegiatan

3.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Permasalahan yang dihadapi pada kegiatan Kejuaran Tinju Pelajar se


Kotamadya Palembang tahun 206 ini adalah kurangnya pengetahuan tentang
kesiapan kesehatan dan pencatatan ksehatan atlet tinju di tingkat pelajar.
Sehinga mempengaruhi performa atlet itu sendiri dalam pertandingan.
Dari permasalahan tersebut, maka pemecahan masalah yang dapat
dilakukan adalah memberikan penyuluhan dan edukasi tentang pentingnya
kesiatan dan pencatatan kesehatan atlet melalui record book boxing untuk
tingkat pelajar sehingga kita dapat mengthui kesiapan fisik dan mental atlet itu
sendiri mnjlang pertandingan.

3.2. Khalayak Sasaran

Subjek dari penyuluhan ini adalah atlet peserta kompetisi tinju amatir tingkat
pelajar yang di selenggarakan oleh PB PERTINA Kota Palembang bekerja sama
dengan Disdikpora Kota Palembang yang pnyelenggaraannya dilaksanakan
pada tanggal 21 November 2016, dengan kriteria klas pertandingan
berdasarkan berat badan sebagai berikut:
a. Kelas Pertandingan Atlet Tinju Putra
 Kelas 46 kg
 Kelas 52 kg
 Kelas 56 kg
 Kelas 60 kg
 Kelas 64 kg
b. Kelas Pertandingan Atlet Tinju Putri
 Kelas 48 kg
 Kelas 51 kg
 Kelas 54 kg
 Kelas 57 kg
 Kelas 60 kg
 Kelas 64 kg

3.3. Metode Kegiatan

Untuk mengukur keberhasilan kegiatan penyuluhan, maka dilakukan evaluasi


dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data tentang proses yang dicapai menggunakan teknik
observasi dan wawancara
b. Observasi dilakukan untuk mengetahui tanggapan peserta mengenai materi
yang disampaikan
c. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan peserta terhadap

materi yang disampaikan

d. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisa secara deskriptif. Suatu

kesimpulan dapat diambil berdasarkan kecenderungan umum

BAB IV

PEMBAHASAN

Pengabdian masyarakat yang dilakukan tentang Pengisian Data Kesehatan


Atlet Tinju Pelajar Menjelang Kejuaran Tinju Pelajar Palembang adalah sebagai
bentuk sosialisasi tentang pentingnya mendata kesehatan untuk kesiapan mereka
sebelum bertanding. Pencatatan masalah kesehatan ini dipakai sebagai rujukan untk
mengurangi resiko cidera parah di atas ring tinju ketika bertanding atau kesiapan fisik
atlet tinju itu sendiri.
Kegiatan telah dilaksanakan dengan penyampaian materi pengisian data
kesehatan atlet ini dilaksanakan di kota Palembang menjelang kejuaran tinju tingkat
pelajar se-Kotamadya Palembang yang diadakan oleh PB PERTINA kota Palembang
bertempat di aula tertutup SMK Negeri 2 Palembang pada tanggal 21 November 2016
pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai, dengan materi yang dipaparkan seputar
masalah pendataan, kesehatan, kesiapan secara fisik, dan kesiapan secara psikologi
atlet tinju itu sendiri menjelang pertandingan yang dipaparkan kepada seluruh atlet
tinju pelajar yang akan bertanding.
Sosialisasi yang dilakukan agar seluruh peserta memperoleh edukasi kesehtan
dalam mempersipakan diri menjelang pertandingan dengan melakukan kegiatan atau
proses pendokumentasian untuk memudahkan dan mengetahui standar kesehatan atlet
tinju menjelang bertanding dengan bentuk pecatatan data atlet berdasarkan pada
pencatan keadaan atlet, berat badan, denyut nadi, berat badan, kesehatan telinga,
hidung, mata, gigi, abdomen, tekanan darah, dan juga refleks atlet dan termasuk juga
pencatatan pada perkmbangan dan kemajuan kesehatan atlet itu sendiri dalam upaya
mengurangi resiko cidera yang lebih para atlet itu sendiri.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kegiatan pengabdian masyarakat telah dilaksanakan, dari hasil pelaksanaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa atlet tinju pelajar memperoleh tambahan
pengetahuan mengenai apa dan bagaimana pngisian dan pencatatan data keshatan
menjelang pertandingan tinju amatir se-Kotamadya Palembang.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan beberapa saran yaitu:
a. Keterlibatan pemerintah sangat diperlukan untuk mencari bibit atlet baru dri
kejuaraan tinju pelajar yang berprestasi.
b. Mengingat olah raga tinju amatir termasuk katgori olah raga keras, maka
diperlukannyalah pencatatan data kesehatan dengan latar belakang kesehatan
atlet itu sendiri untuk mengurangi cedera yang lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai