MAKALAH APRESIASI PROSA Teori Struktural Robert Stanton

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALISIS CERPEN “GADIS KUPU-KUPU” KARYA CANDRA MALIK DENGAN


MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURAL ROBERT STANTON

Disusun Oleh :

Icca Dyaz Marshanda 2101422124

Dosen Pengampu :

Dr. Nas Haryati Setyaningsih M. Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Gadis Kupu-Kupu karya Candra Malik, sesuai dengan
tenggat waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester
mata kuliah Apresiasi Prosa yang dibimbing oleh Ibu Dr. Nas Haryati Setyaningsih M. Pd.

Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunannya. Oleh karena itu, kami menerima kritik yang membangun, saran, serta masukan dari
pembaca sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman kami dalam menganalisis karya sastra secara
baik dan benar. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan mendukung kami
dalam penyusunan makalah ini. Harapan kami dalam menyusun makalah ini adalah untuk memberikan
pemahaman kepada pembacxa terkait dengan apresiasi prosa dan juga karya sastra lain.

Semarang, 13 Juni 2023

Penulis
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan sebuah ungkapan bentuk dari ekspresi manusia yang penggambarannya
dituangkan dalam bentuk tulisan yang bersifat imajinatif dan memberikan kepuasan tersendiri bagi
para penikmatnya. Dalam sebuah karya sastra tentunya tidak akan lepas dengan pendekatan serta
teori-teori sastra didalamnya. Pendekatan dan teori tersebut terdiri dari berbagai macam perngertian
serta ungkapan yang berbeda dari masing-masing pengemuka. Dalam makalah ini, teori yang akan
digunakan untuk menganalisis karya sastra berwujud cerpen adalah teori struktural Robert Stanton.

Teori struktural Robert Stanton dalam karya sastra dibagi menjadi tiga bagian, yaitu fakta cerita,
sarana kesastraan, dan tema. Fakta cerita dalam teori ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif
dalam karya sastra. Sarana kesastraan merupakan suatu teknik yang digunakan oleh pengarang untuk
memilih serta menyusun detail cerita yang meliputi kejadian dan peristiwa yang akan menjadi pola
bermakna. Dalam fakta cerita memuat alur, karakter, dan latar. Selanjutnya pada sarana kesastraan
terdapat judul, sudut pandang, gaya atau tone, simbolisme dan ironi. Dan yang terakir adalah tema
cerita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana analisis teori struktural yang dikemukakan oleh Robert Stanton?
2. Apa saja yang termuat dalam teori struktural Robert Stanton?
3. Jelaskan mengenai tiga bagian dalam teori struktural Robert Stanton yang dapat digunakan untuk
menganalisis karya sastra berupa cerpen!
1.3 Tujuan
1. Untuk menegtahui analisis struktural yang dikemukakan oleh Robert Stanton
2. Mengetahui hal-hal yang termuat dalam teori struktural Robert Stanton
3. Mengetahui analisis keseluruhan cerpen berdasarkan pada bagian teori struktural Robert Stanton
PEMBAHASAN

Dalam makalah ini, cerpen yang akan digunakan sebagai bahan analisis adalah erpen berjudul
Gadis Kupu-Kupu karya Chandra Malik. Dengan menggunakan teori struktural Robert Stanton, terdapat
tiga bagian utama yang akan dibahas dalam analisis ini, tiga bagian itu adalah fakta cerita, sarana
kesastraan, dan tema. Adapun hasil analisis dijelaskan sebagai berikut.

A. Fakta Cerita
Fakta cerita dalam analisis cerpen ini memuat karakter dari masing-masing tokoh, alur yang
menjadi proses berjalannya cerita, serta latar yang menjadi lingkungan sebuah peristiwa atau
kejadian itu terjadi.

1. Alur
Alur merupakan pola pengembangan suatu cerita yang direka dan dijalin sedemikian rupa
sehingga dapat menggerakan jalannya cerita yang dituangkan secara runtutu dari tahap awal
hingga akhir, didalamnya terdapat hubungan sebabt akibat yang disusun secara kronologis.
dalam karya sastra, alur dibedakan menjadi tiga jenis yakni alur maju, alur mundur, dan juga
alur maju-mundur atau campuran. Alur maju disebut sebagai alur progresif yang mana dalam
suatu cerita klimaks-nya hanya terdapat pada bagian akhir cerita dengan urutan waktu yang
runtub.t. Alur mundur juga disebut dengan alur regresif yang menceritakan tentang masa
lampau. Alur campuran merupakan alur yang diawali dengan klimaks, lalu menceritakan
mengenai masa lampau, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian.

Pada cerpen Gadis Kupu-Kupu, alur yang digunakan adalah alur maju-mundur atau
campuran, karena pada cerpen tersebut diawali dengan sebuah konflik lalu ulasan-ulasan
mengenai masa lampau dan diakhiri dengan tahap penyelesaian. Alur tersebut dijabarkan
sebagai berikut
a. Tahap klimaks
Pada alur campuran, pada bagian awal berupa tahapan klimaks yang mana
pengarang menceritakan tentang Tanaka sebagai tokoh utama yang sedang memegang
selembar kertas bergambar kupu-kupu membuatnya teringat akan seseorang yang
dinantinya selama bertahun-tahun. Konflik dalam tahapan ini berupa konflik internal
yakni konflik batin pada diri Tanaka. Ia begitu menanti seseorang yang sejak lama tak
ada kabarnya. Hingga selembar kertas bergambar kupu-kupu membuatnya kembali
mengenang masa-masa dimana ia menghabiskan masa kecilnya dengan seorang gadis
penyuka kupu-kupu. Lalu konflik tersebut semakin nampak ketika murid SD yang diajar
oleh Tanaka memiliki nama yang sama dengan seseorang yang selalu terkenang dalam
hati Tanaya, murid yang ia maksud adalah Tanaya, sama persis dengan gadis penyuka
kupu-kupu itu. Bayangan-bayangan masa lalu itu semakin kuat mendominasi pikiran
Tanaka.

b. Ulasan pada masa lampau


Pada tahap kedua ini, proses meceritakan masa lampau pun dimulai. Hal itu
terjadi disaat sang tokoh utama, Tanaka, mendengar nama murid baru di sekolahnya yang
bernama Tanaya, sama persis dengan nama seseorang yang hingga saat ini tidak pernah
hilang dari benaknya. Bayang-bayang Tanaya mulai menguasai pikirannya. Kupu-kupu,
Tanaya, tatapan murid bernama Tanaya, baju rajut dengan bordir kupu-kupu di bagian
dada kiri yang Tanaka kenakan, semuanya hal-hal kecil itu kembali membuat ia
mengingat akan cinta pertamanya, cinta yang hingga saat ini masih leluasa mengisi hati
Tanaka. bayangan manis keseharian mereka dahulu masih melekat dalam pikir Tanaka,
tanpa ada sedikit pun yang ia lupakan. Ia menyesali mengapa tak mengetahui alasan
Tanaya tiba-tiba meninggalkannya saat itu. Mungkin juga karena usia Tanaka yang masih
belia dan belum memahami situasi yang terjadi pada saat itu.

c. Tahap Penyelesaian
Disaat Tanaka memesan kopi pada sebuah cafe, ia sedikit bergumam karena lagi-
lagi ia bertemu dengan gambar kupu-kupu yang selalu mengingatkan akan kisah
lamanya. Lalu, saat ia bergumam mengenai kupu-kupu, tiba-tiba seseorang
mengejutkannya dan dengan asal berbicara bahwa ia juga menyukai kupu-kupu.
Seseorang itu ternyata murid Tanaka pada saat ia mengajar di Sekolah Dasar. Gadis yang
mengajaknya berbicara itu adalah Tanaya. Setelah banyak berbincang, hal mengejutkan
bagi Tanaka ternyata Tanaya merupakan anak dari gadis yang ia cinta. Tanaya, namanya
memang serupa dengan sang ibu. Cerita panjang yang dilontarkan oleh muridnya itu
membuat hati Tanaka bergerak untuk kembali pada pelukan sang masa lalu. Meskipun
terkesan begitu terlambat, namun Tanaka segera merengkuh sang kasih, penantian serta
kesetiaannya telah berbalas. Kini, Tanaya telah mendapatkan kembali kupu-kupunya, ia
Tanaka. Kisah romansa masa kecilnya.
2. Karakter
a. Tanaka
Dalam cerpen dengan judul Gadis Kupu-kupu, tokoh Tanaka memiliki karakter
sebagai seorang laki-laki yang setia, tulus, dan tidak mudah putus asa dalam menanti
seorang gadis yang sejak kecil menjadi cinta pertamanya. Gadis itu adalah gadis dengan
sebutan gadis kupu-kupu. Hal tersebut dapat dibuktikan pada kutipan monolog berikut.

Terpisah waktu, selama ini aku jauh darimu, tapi tak menye- rah kutempuh kesunyian
untuk akhirnya bertemu lagi denganmu. Setiaku padamu ada di sini, di dada ini, Tanaya.
Perasaanku pada- mu sejati, dan aku percaya nyala cintamu padaku pun abadi. Maaf-
kan aku yang sangat terlambat datang. Tanaya, ini aku Tanaka, kupu-kupumu.

b. Tanaya (Murid)
Memiliki karakter yang segan untuk berbicara dengan siapa saja serta
kepribadian yang menampakkan bahwa Tanaya merupakan seorang gadis yang suka
bertanya dan ramah kepada siapa saja. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan
dialog berikut.

“Saya juga cinta kupu-kupu, Om.”


“Hush. Jangan panggil aku Om.”
“Maaf. Saya harus menyapa Anda bagaimana?”
“Tanaka. Namaku Tanaka. Seluruh rambutku sudah perak, memang, tapi engkau tak
punya alasan menyebut aku Om. Siapa namamu?”
“Tanaya. Tunggu sebentar, saya akan bawakan Kopi Luwak khas Bali dari The Butterfly
Globe Brand, lalu kita akan mengobrol tentang kupu-kupu.”

c. Tanaya
Tanaya, perempuan penyuka kupu-kupu. Dalam cerpen digambarkan sosok
Tanaya memiliki karakter yang periang dan bersemangat, suka mengutarakan apa saja
dari mulutnya, serta memiliki karakter yang kuat terhadap jalannya cerita pada cerpen ini.
Hal tersebut dapat dibuktikan pada potongan dialog berikut.
“Gara-gara kupu-kupu Lepidoptera, aku jadi suka juga warna oranye.”
“Lepidoptera?”
“Ya. Kupu-kupu oranye di Pantai Kupu-Kupu, Langkat, Suma- tera Utara.”
“Pantai Kupu-Kupu? Aku harus ke sana!”

“Ssssst, kita harus mengendap-endap. Jika engkau berlari, dia akan terbang!”
Engkau mengatupkan bibir, dengan sebatang telunjuk kau letakkan bagai slot kunci pintu
gerbang, dan spontan aku mema- tung. Pelan, pelan, pelan, hap! Telunjuk dan ibu jarimu
berhasil menangkap sepasang sayap kupu-kupu. Engkau menari-nari kegirangan
mengejek aku yang sering gagal dalam operasi perburuan setiap senja itu.

3. Latar
a. Latar Waktu
Senja dan angin laut melepas rekah-rekah kulit semesta di garis cakrawala.
Menggambarkan latar waktu pada sore hari menjelang matahari terbenam.

Sore itu, bibir mengerucut dan mata cemberut yang kuterima darimu.
Latar waktu dalam cuplikan diatas adalah sore hari.

b. Latar Tempat
Di gurun pasir pesisir ini, kita mengkhayalkan taman yang sama: tak perlu kaktu.
Latar tempat pada cuplikan narasi cerpen “Gadis Kupu-Kupu” berada di pinggir pantai.

“Bolehkah gambar kupu-kupu ini saya warnai merah menyala, Pak Guru?”
Latar tempat pada cuplikan dialog diatas adalah di Sekolah.

B. Tema
Tema merupakan poko pikiran atau ide yang melatarbelakangi dan digunakan sebagai
dasar untuk membuat karangan terutama karya sastra. Dalam tema mencakup bberbagai aspek-
aspek kehidupan yang menggambarkan emosi yang dialami tokoh dalam karangan seperti sedih,
takut, kecewa, dan lain sebagainya.
Tema dalam cerpen Gadis Kupu-Kupu adalah sebuah penantian. Dalam cerpen dijelaskan
bahwa sudah beberapa tahun, bahkan disaat sang tokoh utama menginjak usia 30 tahun, ia tetap
menanti akan sebuah takdir. Penantian yang begitu panjang pada akhirnya akan selesai juga. Ia
kembali bertemu dengan sang kasih melalui perantara muridnya. Bagi Tanaka, sejauh apapun
sang kupu-kupu terbang, pasti ia akan hinggap juga.

C. Sarana-Sarana Sastra
Sarana sastra merupakan sebuah metode pengarang dalam memilih dan menyusun detail
cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton, 2012:46). Dalam sarana cerita tersusun
atas judul, sudut pandang, gaya, simbolisme, dan ironi.
1. Judul
Dalam penulisan sebuah judul dapat dianggap relevan jika didalamnya membentuk satu
kesatuan cerita. Dalam cerpen Gadis Kupu-Kupu judul yang digunakan oleh Chandra Malik
sudah sesuai dengan keseluruhan cerita yakni mengisahkan tentang seorang gadis yang begitu
menyukai kupu-kupu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

Kutipan 1
“Gara-gara kupu-kupu Lepidoptera, aku jadi suka juga warna oranye.”
“Lepidoptera?”
“Ya. Kupu-kupu oranye di Pantai Kupu-Kupu, Langkat, Suma- tera Utara.”
“Pantai Kupu-Kupu? Aku harus ke sana!”

Kutipan 2
“Pernah, seekor kupu-kupu hinggap di kaca jendela kereta api yang kunaiki dari Bandung.
Dia diam saja sepanjang perjalanan.”
“Tidak engkau tangkap?”
“Aku memandanginya sampai terlelap, dan tahu-tahu kami sudah sampai di Yogyakarta.”
“Dan, kupu-kupu itu?”
“Itulah kupu-kupu bersayap biru yang pernah kulihat dan tak kulihat lagi.”

2. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah arah pandang dari seorang pengarang dalam menyajikan sebuah
karya sastra. Dalam sudut pandang dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya adalah
sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Dalam cerpen Gadis Kupu-
Kupu sudut pandang yang digunakan adalah sebagai berikut.
 Sudut pandang orang pertama pelaku utama
Aku mencintaimu, kurasa. Ya, kurasa itulah alasanku datang setiap senja di taman
ini, kadangkala lebih dulu tiba, tapi lebih sering terlambat
 Sudut pandang orang pertama jamak
Tadi malam, kita berjanji akan bertemu lagi di taman kha-yalan ini. Kubawa kertas
bergambar kupu-kupu darimu, yang harus engkau warnai dengan pastel biru
 Sudut pandang orang ketiga
“Pernah, seekor kupu-kupu hinggap di kaca jendela kereta api yang kunaiki dari
Bandung. Dia diam saja sepanjang perjalan- an.”

3. Gaya atau Tone


Dalam sastra, gaya bahasa merupakan cara pengarang dalam menyampaikan bahasa.
Gaya bahasa biasanya digunakan untuk menimbulkan efek emosional tertentu dalam diri
pembaca. Pada setiap pengarang tetunya memiliki gaya yang berbeda dalam menuangkan
karyanya sehingga dengan mudah untuk mengenali siapa yang membuat karangan itu.
Gaya penulisan yang dilakukan oleh Candra Malik cenderung mudah untuk dipahami dan
mengugganakan beberapa majas didalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kutipan
narasi pada cerpen yakni sebagai berikut.

disusul derai bulu- bulu bunga ilalang yang berguguran.

Cuplikan tersebut menggunakan majas personifikasi. Majas personifikasi merupakan gaya


bahasa yang mendeskripsikan suatu enda layaknya manusia.

4. Simbolisme
Simbol yang muncul pada Cerpen Gadis Kupu-Kupu karya Chandra Malik yakni melalui
kupu-kupu. Kupu-kupu menyimbolkan dan juga keseluruhan isi cerita. Simbol dari kupu-
kupu pada cerpen tersebut adalah seseorang yang entah berada dimana dalam perjalanan
hidupnya serta cintanya yang begitu rumit dan membutuhkan perjuangan berupa penantian,
sehingga hasil akhir perjalanan itupun membuahkan hasil yang indah layaknya corak warna
serta bentuk dari kupu-kupu.

5. Ironi
Dilansir dari Diksi dan Gaya Bahasa (2009) karya Gorys Keraf, ironi diturunkan dari kata
eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura. Jadi pada dasarnya, ironi merupakan bahasa
kiasan yang mengimplikasikan sesuatu yang berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan
dengan yang sebenarnya dikatakan tersebut. ironi adalah salah satu jenis majas yang
berupa sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan
dari fakta tersebut atau mengungkapkan sindiran halus.
Dalam percakapan sehari-hari biasanya, pengujar menyampaikan sesuatu yang
sebaliknya dari apa yang ingin dikatakannya, jadi di sini terdapat satu penanda dengan dua
kemungkinan petanda. Ironi mengandung antonimi atau oposisi antara kedua tataran isi.
Bahkan, majas ini juga mengandung kesenjangan yang cukup kuat antara makna harfiah dan
makna kiasan.

DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, I. ANALISIS UNSUR INTRINSIK HIKAYAT PUYANG REMANJANG SAKTI
(SEBUAH UPAYA UNTUK MELESTARIKAN KEARIFAN LOKAL MELAYU MUARA
ENIM) Yuni.
Panambunan, I. W., Badaruddin, S., & Kuswarini, P. (2022). ANALISIS STRUKTURALISME
ROBERT STANTON DALAM NOVEL TENTANG KAMU KARYA TERE LIYE. JOEL:
Journal of Educational and Language Research, 1(10), 1417-1430.
Tatag, P., & Dimas, A. (2014). Analisis Strukturalisme dalam Cerita Pendek “die Postkarte” karya
Heinrich Böll. Universitas Negeri Yogyakarta: Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai