Instrumen Evaluasi Bimbingan Dan Konseli
Instrumen Evaluasi Bimbingan Dan Konseli
Instrumen Evaluasi Bimbingan Dan Konseli
Disusun oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
2016
INSTRUMEN EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING
D. Prinsip-prinsip evaluasi BK
Karena evaluasi adalah proses untuk menilai efektifitas program, evaluasi paling berguna
ketika dilakukan berdasarkan kerangka prinsip-prinseip bimbingan. Tujuh prinsip bimbingan
diantaranya (Gibson & Michell, 2011: 582-584)adalah
1. Evaluasi yang efektif membutuhkan pengenalan terhadap tujuan-tujuan program.
Sebelum program evaluasi dilakukan, sangat esensial kalau tujuan program tersebut bisa
diidentifikasikan dengan jelas.Tujuan program mestinya dinyatakan dalam terminologi yang
jelas dan terukur. Prinsip ini menunjukkan kalau program konseling mestinya dievaluasi
berdasarkan seberapa baik mengerjakan apa yang dirancang untuk dilakukan.
2. Evaluasi yang efektif mensyaratkan kriteria pengukuran yang sahih.
Ketika tujuan program teridentifikasi dengan jelas, kriteria yang sahih untuk mengukur gerak
maju terhadap tujuan mestinya sudah bisa diidentifikasi.Pengembangan kriteria sangat penting
kalau ingin evaluasi sahih dan bermakna. Dengan kata lain, tujuan yang dinyatakan secara
buram dan kriteria yang dinyatakan kurang jelas akan mengurangi efektifitas evaluasi
program.
3. Evaluasi program yang efektif bergantung kepada pengaplikasian yang sahih pengukuran
kriteria.
Kriteria yang valid untuk mengukur kemajuan program kearah kearah tujuan yang diinginkan
harus sudah ditetapkan.Validitas pada akhirnya bergantung pada kepada pengaplikasian yang
sahih.Hal ini mengimplikasikan evaluasi yang efektif terhadap semua program yanf
semestinya melibatkan, disemua kasus, individu yang kompeten secara professional dalam
teknik evaluasi maupun pemahaman program. Sering kali kriteria evaluasi yang efektif
diabaikan ditangan evaluator yang hanya memiliki pengetahuan semu tentang peran dan
fungsi yang tepat dari program BK.
4. Evaluasi program mestinya melibatkan semua pihak yang terkait.
Evaluasi terhadap program BK melibatkan mereka yang menjadi partisipan atau yang
terpengaruh atau yang berkaitan dengan program.Ini mencakup, sebagai tambahan bagi staf
konseling, administrator program, pengguna layanan dan sesekali anggota komunitas dan
lembaga-lembaga pendukung.Kontribusi utama evaluasi yang efektif harus dating dari mereka
yang memiliki pengetahuan sesssungguhnya dan terlibat dalam program. Pengevaluasi
eksternal dari lembaga-lembaga pemerintah, asosiasi pengakreditasi atau lembaga-lembaga
pendidikan yang lain, tentunya membantu namum mereka bukan satu-satunya penyedia
evaluasi.
5. Evaluasi yang bermakna mensyaratkan umpan balik dan terobosan.
Jika hasil evaluasi digunakan bagi perbaikan program dan pengembangannya barulah proses
evaluasi jadi bermakna. Asumsi ini, kalau begitu, merupakan hasil dari evaluasi program
apapun yang tersedia bagi pihak-pihak yang peduli dengan manajemen dan pengembangan
program. Diasumsikan juga kalau manajer program dan stafnya akan menggunakan hasil-hasil
ini bagi perencanaan, pengembangan dan pengambilan keputusan program dimas depan.
6. Evaluasi paling efektif jika program adalah proses yang berkesinambungan dan terencana.
Pendekatan ini mungkin memampukan staf program mengidentifikasikan kelemahan yang
perlu diperbaiki segera atau pencapaian yang segera digaris bawahi.Artinya, evaluasi
memerlukan perencanaan yang spesifik dan tanggung jawab yang dirancang baik bagi evaluasi
kemajuan program dan kajian tahunan atau semi tahunan yang lebih ekstensif.
7. Evaluasi menitikberatkan pada hal-hal yang positif.
Seringkali evaluasi dilihat sebagai proses yang mengancam karena dimaksudkan untuk
membngkar kelemahan yang perlu segera diperbaiki atau pencapaian yang mestinya diraih.
Jika evaluasi program adalah untuk menyediakan hasil yang paling bermakna, maka harus
dilakukan dengan semangat yang positif, dimaksudkan untuk memfasilitasi program dan
menyoroti kekuatan dan kelemahannya.
E. KRITERIA EVALUASI PROGRAM BK
Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Membahas mengenai kriteria keberhasilan sebagai patokan evaluasi
tidak akan terlepas membahas standar, dan indikator. Makna ketiga konsep tersebut tentunya
tidak sama, akan tetapi memiliki kaitan satu dengan yang lainnya. Mutrofin & Hadi (2006:77)
menjelaskan kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap basis penting untuk
melakukan riset evaluasi pada program tersebut. Pendapat ini senada dengan apa yang
disampaikan oieh Winkel & Hastuti (2006: 825) bahwa kriteria adalah patokan dalam evaluasi
program. Berbeda dengan kriteria, standar memiliki penekanannya pada pertanyaan "seberapa
banyak kriteria penting telah mencukupi?" Sementara indikator merujuk pada ukuran yang
digunakan untuk mengumpulkan data sehubungan dengan performansi nilai kriteria (valued
criteria).
Kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis relevan dan penting
untuk melakukan riset evaluasi. Pemberian nilai pada kriteria didasarkan pada keyaldnan,
pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan hasil kajian teoritis.
Menetapkan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program memang tidak mudah.
Schmidt (1999:264) menjelaskan empat (4) cara untuk menentukan kriteria dalam evaluasi outcome,
yaitu menggunakan pencapaian melalui persentase, membandingkan pencapaian siswa yang
mengikuti program dan yang tidak mengikuti program, menanyakannya pada siswa, orang tua,
atau guru, serta dengan membandingkan skor pre-test dan post-test. Gysbers (2006: 338)
mengatakan bahwa tidak ada aturan yang keras dan cepat untuk menghasilkan sebuah standard
performance. Meskipun tidak ada aturan yang keras, akan tetapi biasanya standar tersebut
dihasilkan melalui penilaian ahli berdasarkan pengalaman anggota staf. Winkel & Hastuti (2006)
menjelaskan bahwa kriteria dapat ditentukan berdasarkan ciri yang melekat dalam program
bimbingan tersebut, baik eksternal maupun internal.
1. Program Bimbingan
Program bimbingan dan konseling yang ada di sekolah memiliki berbagai program,
baik dalam program kegiatan layanan, maupun dalam program satuan pendukung. Salah
satunya adalah program layanan bimbingan kelompok yang sering juga disebut sebagai
program bimbingan atau istilah yang sekarang banyak digunakan adalah layanan dasar
(guidance curriculum). Dalam rangka itu, penting membahas lebih dalam mengenai
program bimbingan atau bimbingan kelompok atau layanan dasar(guidance curriculum)
tersebut. Layanan Bimbingan kelompok sebagaimana yang dijelaskan pada dasarnya
memiliki banyak persamaan dengan konsep kurikulum bimbingan yang disampaikan oleh
Gysbers & Henderson, sehingga bimbingan kelompok dapat pula disebut sebagai layanan
dasar (guidance curriculum). Untuk lebih memahami pengertian bimbingan kelompok atau
program bimbingan atau layanan dasar(guidance curriculum), maka perlu dijelaskan
terlebih dahulu mengenai macam-macam bimbingan.
a. Macam-Macam Bimbingan
Pelayanan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan formal terlaksana dengan
mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Seluruh kegiatan itu terselenggarakan dalam
rangka suatu program bimbingan (guidance program), yaitu suatu rangkaian kegiatan
bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu,
misalnya semesteran atau satu tahun ajaran. Program bimbingan yang diselenggarakan dapat
juga dibedakan berdasarkan bentuk bimbingan, sifat bimbingan, dan ragam bimbingan.
Bentuk bimbingan menunjuk pada jumlah orang yang diberi layanan bimbingan.
Bilamana siswa yang dilayani hanya satu orang, maka digunakan istilah bimbingan
individual atau bimbingan perseorangan. Bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang,
maka digunakan istilah bimbingan kelompok, baik kelompok kecil, agak besar, dan besar.
Sifat bimbingan menunjuk pada suatu tujuan yang ingin dicapai da lam
pelayanan bimbingan, apakah itu mendampingi siswa dalam per kembangan yang sedang
berjalan agar berlangsung seoptimal mungkin, atau apakah membantu siswa memperbaiki
proses perkembangan yang telah mengalami salah jalur agar kemudian berlangsung lebih
balk, atau apakah bimbingan bertujuan membantu siswa dalam membekali agar lebih siap
menghadapi tantangan di masa depan.
Ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan
tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Ragam bimbingan dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, meliputi; bimbingan akademik, karier, dan bimbingan pribadi-
sosial. Ketiga bagian tersebut sesungguhnya saling terkait satu dengan lainnya, akan tetapi
dibedakan dalam rangka keperluan praktis. Winkel & Hastuti (2006) beranggapan tidak masalah
ketika dibedakan antara bimbingan akademik, karier, dan pribadi-sosial, akan tetapi harus
diingat bahwa ketiga bimbingan saling terkait dan dapat pula saling tumpang tindih (Winkel &
Hastuti, 2006:110-123). Untuk itu maka tidak ada satu ragam bimbingan yang absolute, akan tetapi
tepatnya dikatakan lebih dominan.
b. Pengertian Program Bimbingan/Layanan Dasar (Guidance Curriculum)
Program Bimbingan adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam kelompok.
Gazda dalam Prayitno (2004) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah
merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun
rencana dan keputusan yang tepat (Prayitno, 2004:195). Gazda juga menyebut bahwa bimbingan
kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional,
dan sosial. Mc Daniel dalam Prayitno (2004) menjelaskan telah lama dikenal bahwa berbagai
informasi berkenaan dengan orientasi siswa baru, pindah program, dan peta sosiometri,
serta bagaimana mengembangkan hubungan antarsiswa dapat disampaikan dan dibahas dalam
bimbingan kelompok (Prayitno, 2004:195). Brewer dalam Winkel & Hastuti (2006)
berpandangan bahwa tugas pokok semua tenaga pendidik adalah mempersiapkan siswa
untuk mengatur berbagai bidang kehidupan sedemikian rupa sehingga bermakna dan
memberikan kepuasan, seperti bidang kesehatan, bidang kehidupan keluarga, bidang
pekerjaan, bidang rekreasi, bidang pendalaman pengetahuan, dan bidang kehidupan
bermasyarakat (Winkel & Hastuti, 2006:91). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat
diambil beberapa pokok pikiran mengenai bimbingan kelompok, meliputi:
v Bimbingan kelompok merupakan kegiatan kelompok yang diberikan untuk siswa.
v Kegiatan bimbingan kelompok meliputi bidang akademik, pribadisosial, serta karier.
v Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk membantu siswa menyusun rencana dan keputusan
yang tepat baik dalam hal akademik, pribadi-sosial, serta karier.
v Bimbingan kelompok merupakan tugas pokok guru BK yang ada di sekolah.
Tujuan dari bimbingan kelompok ini adalah menunjang perkembangan pribadi, perkembangan
sosial, serta perkembangan belajar dan karier siswa (Winkel & Hastuti, 2006:134). Bentuk kurikulum
bimbingan berisi kompetensi-kompetensi yang dipilih yang sesuai dengan kebutuhan siswa (sesuai
dengan tingkat dan jenjang) dan kegiatan yang terstruktur, yang diselenggarakan secara sistematis,
dipilih untuk memenuhi kebutuhan siswa Anda, sekolah, dan masyarakat melalui strategi berikut ini:
v Kegiatan di kelas
Konselor mengajar, tim pengajar, atau memberikan dukungan pada pengajaran kegiatan
pembelajaran dalam kurikulum bimbingan di dalam kelas. Guru mengajarkan pula unit-unit
tertentu. Kurikulum bimbingan tidak terbatas untuk mengajarkan satu atau dua subjek tertentu
akan tetapi keseluruhan dari subjek yang terdapat dalam kurikulum bimbingan tersebut.
v Kegiatan sekolah
Konselor sekolah mengorganisasikan dan menyelengarakan sesi kelompok yang luas, seperti
career days dan educational/college/ vocational days. Anggota yang lain dari tim bimbingan dan
konseling seperti guru dan administrator dilibatkan dalam mengorganisasikan dan
menyelenggarakan kegiatan tersebut. Meskipun tanggung jawab konselor sekolah termasuk juga
mengorganisasikan dan mengimplementasikan kurikulum bimbingan, kerjas ama dan dukungan
dari pihak pimpinan sekolah dan staf sungguh penting dalam rangka kesuksesan implementasi. Orang
tua dan wali juga dilibatkan untuk memberikan masukan bagi program bimbingan dan konseling
terutama kurikulum bimbingan. Hal ini juga dimaksudkan agar orang tua dan wali memberikan
dukungan dan dorongan proses pembelajaran bimbingan di rumah. Bentuk pelaksanaan bimbingan
kelompok (group guidance class) menjadi ciri khas dari model bimbingan yang ada sekarang ini
(Gysbers & Henderson, 2006: 68-69). Hal ini tampak pada adanya jam bimbingan di sekolah.
2. Program Konseling
Konseling merupakan program yang sangat penting dalam program bimbingan dan
konseling. Program konseling merupakan program yang berusaha merespons secara aktif
berbagai permasalahan yang ada di sekolah. Gysbers dan Henderson (2006) menjelaskan
bahwa program yang responsif merujuk pada kegiatan yang secara aktif merespons berbagai
permasalahan yang muncul di sekolah. Tujuan dari komponen ini adalah untuk bekerja dengan
siswa yang sedang memiliki permasalahan atau berpotensi memiliki permasalahan yang dapat
mengganggu kesehatan pribadi-sosialnya, akademiknya, serta kariernya, dan perkembangan
pendidikannya. Isu yang spesifik yang mungkin dihadapi siswa adalah pilihan pendidikan,
karier, kehilangan anggota keluarga, hubungan, kehadiran, putus sekolah, sires, pelecehan,
bunuh diri, dan lain sebagainya.
a. Definisi Konseling
Definisi konseling berdasarkan The New Grollier Webster International Dictionary
(1971) kata konseling merupakan alih bahasa dari bahasa Inggris counseling yang berasal
dari bahasa Latin consilium yang berarti memberi saran, informasi, opini, dialog, atau
pertimbangan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam rangka membuat
keputusan atau tindakan yang akan datang.
Menurut Shertzer dan Stone (Syuhada, 1988) "Konseling adalah proses interaksi
yang memberikan fasilitas atau kemudahan-kemudahan untuk pemahaman yang
bermakna terhadap diri dan lingkungan, serta menghasilkan kemantapan dan/atau
kejernihan tujuan-tujuan dan nilainilai untuk perilaku di masa datang".
b. Ciri-ciri lconseling
Sebagai suatu program yang khusus, tentunya konseling memiliki karakteristik,
yang meliputi:
i. Konseling merupakan suatu proses yang terjadi oleh adanya hubungan antara
konselor dengan klien yang dengan sengaja akan mencapai suatu tujuan yang
bermakna bagi klien
ii. Konseling merupakan suatu bantuan agar klien lebih mampu memahami diri serta
lingkungannya guna merencanakan masa depannya yang lebih baik
iii. Dalam proses konseling konselor memberikan fasilitas yang bernilai psikologis bagi
klien yang digali dari teori-teori, metode, dan teknik psikologi kepribadian dan ilmu-
ilmu sosial lainnya untuk memungkinkan klien melakukan perubahan perilaku dari
yang kurang positif kepada yang yang lebih positif Hasil yang ingin dicapai oleh
konselor dan klien ialah perwujudan dan/atau kejelasan nilai-nilai dan tujuan-tujuan
perilaku klien di masa datang, yaitu perilaku yang dapat
membahagiakan/menyejahterakan diri serta masyarakatnya (Syuhada, 1988)
TUJUAN AKTUAL
EVALUASI RECYCLING
KONTEKS KEPUTUSAN
PERENCANAAN EVALUASI
KEPUTUSAN PRODUK
EVALUASI IMPLEMENTAS
INPUT SIMULTAN
I KEPUTUSAN
STRUKTURISASI EVALUASI
KEPUTUSAN PROSES
I. Prosedur-prosedur evaluasi
Proses evaluasi biasaanya melibatkan serangkaian aktifitas yang berurutan, kira-kira seperti
langkah berikut (Gibson & Michell, 2011: 585-586):
1. Mengidentifikasikan tujuan yang dinilai.
Langkah pertama adalah menetapkan variabel, atau batasan-batasan, bagi evaluasi. Evaluasi
dapat dapat difokuskan pada program konseling secara total atau hanya salah satu atau
beberapa tujuan saja. Tujuan-tujuan program mestinya dinyatakan dalam terminology yang
jelas, tepat, spesifik dan dapat diukur.Tujuan yang sifatnya luas lebih sulit diukur ketimbang
tujuan yang sifatnya khusus.
2. Mengembangkan rencana evaluatif.
Ketika tujuan evaluasi sudah ditetapkan, langkah kedua adalah pengidentifikasian dan
pensahihan kriteria yang tepat bagi pengukuran kemajuan program. Keseluruan rencana
evaluasi, sebagai tambahan bagi spesifikasi jenis-jenis data yang dikumpulkan, mestinya
juga menspesifikan bagaimana data akan diorganisasikan dan kepada siapa akan dilaporkan.
Pada akhirnya, rencana evaluasi mestinya juga menyimpulkan tentang cara menggunakan
temuan untuk pengembangan program kedepannya.
3. Mengaplikasikan rencana evaluasi.
Setelah evaluasi dirancang, validitasnya kemudian dilakukan.Juga menitik beratkan pada
perencanaan yang baik dan pendekatan yang positif, menggunakan pengevaluasi yang
memilii pemahaman dan kompetensi yang dibutuhkan. Alokasi waktu juga penting karena
beberapa aspek program hanya bisa dievaluasi secara tepat setelah sejumlah waktu berlalu
berdasarkan kesimpulan program, sedangkan aktifitas khusus lain dibutuhkan untuk dinilai
segera.
4. Menggunakan temuan-temuan
Pengaplikasian temuan-temuan merupakan nilai sesungguhnya sebuah evaluasi. Melalui
proses evaluasi, kekuatan dan kelemahan program bisa dipastikan, pemahaman yang
dihasilkan kemudian menyediakan arahan-arahan bagi perbaikan program kedepan. Namun
demikian, penggunaan temuan-temuan tidak bisa sekedar lebih dari kebetulan. Harus ada
sebuah perencanaan, dengan tanggung jawab spesifik bagi penggunaan temuan, dan follow
up selanjutnya untuk memastikan apakah evaluasi dan rekomendasinya sudah dipenuhi atau
tidak.
Berdasarkan pemaparan data di atas, maka dapat terlihat bahwa strategi yang digunakan dalam mencapai
program bimbingan masih kurang efektif. Untuk itu, strategi dalam program bimbingan harus diperbaiki, pada
materi, metode, media, kebijakan, rasio guru BK, serta dukungan anggaran.
Pemberian
Materi BK
Penggunaan
Metode BK
EVALUASI KELEBIHAN
PROGRAM DAN PERBAIKAN
BIMBINGAN PADA KELEMAHAN
ASPEK PROSES Penerapan PROGRAM
Media BK
Waktu
Pelaksanaan
Ketercapaian
Materi
Bagan II. Desain Evaluasi Perencanaan Program Bimbingan pada aspek proses
Keterangan:
E = deskriptif persentase
X = frekuensi yang dicari
N = jumlah total responden
Sedangkan untuk keterlasanaan program dan waktu pelaksanaan, data dianalisis menggunakan
analisis kualitatif.