Laporan Praktikum Penginderaan Jauh 3 Raihan RD

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH

ACARA : MEMBANGUN KUNCI INTERPRETASI UNTUK BEBERAPA JENIS


PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN

Oleh :

Nama : Raihan Rahmat Darmawan


NIM : 3211422026
Nama Dosen : 1. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto M.Si
2. Vina Nurul Husna S.Si., M.Si.
Nama Asisten : 1. Wirdha Alifah
2. Mohammad Bilal Suryadi

LABORATORIUM GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
A. JUDUL
MEMBANGUN KUNCI INTERPRETASI UNTUK BEBERAPA JENIS
PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui interpretasi citra secara objektif
2. Mahasiswa mampu memahami interpretasi penutup dan penggunaan lahan
3. Mahasiswa dapat mengetahui definisi penginderaan jauh
4. Mahasiswa dapat mengetahui definisi foto udara
5. Mahasiswa mampu memahami dan menelaah macam-macam unsur interpretasi
citra

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Laptop
2. Microsoft Office
3. Handphone
4. Charger
5. Spidol OPF
b. Bahan
1. Cover Praktikum
2. Foto Udara Monoskopis
3. Kuota
4. Baterai
D. DASAR TEORI
1. Definisi Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah suatu teknologi yang digunakan untuk memperoleh
informasi tentang objek atau daerah di bumi, tanpa harus melakukan kontak
langsung. Teknologi ini memanfaatkan sensor yang terpasang pada platform seperti
satelit, pesawat terbang, atau drone untuk mengumpulkan data tentang objek atau
daerah tertentu di bumi. Teknologi pengindraan jauh ini telah digunakan sejak lama,
dimulai dari penggunaan kamera dan teleskop pada awal abad ke-19. Namun,
dengan adanya kemajuan teknologi, pengindraan jauh saat ini menggunakan sensor
yang lebih canggih, seperti radar, lidar, dan sensor multispektral yang dapat
mengumpulkan data dalam berbagai bentuk, seperti gambar, video, dan informasi
lainnya.Pengindraan jauh digunakan untuk banyak tujuan, seperti pemantauan
lingkungan, pemetaan lahan, pengawasan laut, dan penelitian ilmiah. Pada
pemantauan lingkungan, pengindraan jauh digunakan untuk memantau kondisi
udara, kualitas air, suhu permukaan bumi, dan perubahan iklim. Sedangkan pada
pemetaan lahan, pengindraan jauh digunakan untuk membuat peta lahan,
menentukan kualitas tanah, dan mengidentifikasi tanaman yang tumbuh.
a. Menurut Lindgren
Penginderaan jauh sebagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan
analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi
elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
b. Menurut Lillesand dan Kiefer
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang
dikaji.
c. Menurut Arvey
Penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh, menunjukkan, dan
menganalisis obyek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian.
d. Menurut Sabins
Penginderaan jauh sebagai ilmu memperoleh, mengolah, dan
menginterpretasikan citra yang direkam berasal dari interaksi antara gelombang
elektromagnetik dengan suatu obyek.
Jadi, Penginderaan jauh adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaiman
memperoleh, mengolah, dan menginterpretasi citra suatu obyek.
2. Definisi Foto Udara
Foto udara merupakan jenis citra penginderaan jauh yang pertama muncul,
mulai digunakan saat perang untuk mengintai lokasi musuh dan medan perang.
Dalam perkembangannya, foto udara kemudian dimanfaatkan untuk keperluan sipil,
dengan wahana yang berkembang meliputi pesawat udara, balon udara, hingga
gantole.
Foto udara memiliki beberapa bagian utama yang perlu dipahami, di antaranya:
a. Tanda fidusial, Tanda fidusial merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah
foto udara yang berfungsi sebagai patokan untuk mengukur, mengkalibrasi, dan
memperbaiki geometri dari foto udara. Tanda fidusial terdiri dari tiga bagian utama
yaitu tanda silang (cross), tanda garis horizontal (fiducial mark), dan tanda garis
vertikal (fiducial mark).
• Tanda Silang (Cross) Tanda silang berada di tengah-tengah foto udara
dan merupakan titik pusat dari foto. Tanda silang biasanya digunakan
sebagai titik awal untuk mengukur skala foto dan sebagai patokan untuk
memperbaiki geometri foto. Dalam pengambilan foto udara, tanda silang
harus ditempatkan secara tepat di tengah-tengah lapangan pandang untuk
memastikan bahwa citra yang dihasilkan adalah akurat.
• Tanda Garis Horizontal (Fiducial Mark) Tanda garis horizontal berada
di atas dan di bawah tanda silang, serta sejajar dengan garis horisontal
pada foto udara. Tanda garis horizontal biasanya digunakan untuk
mengukur distorsi yang terjadi pada garis horisontal pada foto udara.
Ketika sebuah foto udara diambil, beberapa faktor seperti kecepatan
pesawat terbang, kecepatan rana kamera, dan sudut pengambilan foto
dapat menyebabkan distorsi pada foto. Oleh karena itu, tanda garis
horizontal digunakan untuk membantu mengukur distorsi pada garis
horisontal dan memperbaiki geometri foto.
• Tanda Garis Vertikal (Fiducial Mark) Tanda garis vertikal berada di sisi
kiri dan kanan tanda silang, serta sejajar dengan garis vertikal pada foto
udara. Tanda garis vertikal biasanya digunakan untuk mengukur distorsi
yang terjadi pada garis vertikal pada foto udara. Seperti tanda garis
horizontal, tanda garis vertikal juga membantu memperbaiki geometri
foto dan memastikan bahwa citra yang dihasilkan akurat. Dalam
pengolahan foto udara, tanda fidusial sangat penting untuk memperoleh
data yang akurat dan tepat. Tanda fidusial harus selalu diperhatikan
dalam pengambilan dan pengolahan foto udara, agar data yang diperoleh
dapat diandalkan dan berguna dalam aplikasi pemetaan, pemantauan
lingkungan, dan sebagainya. Selain itu, penggunaan tanda fidusial juga
membantu memudahkan interpretasi dan analisis data dalam foto udara.a
a. Nivo tabung/kotak Nivo tabung atau leveling bubble adalah salah satu bagian
penting pada kamera yang digunakan untuk mengambil foto udara. Nivo tabung
biasanya terletak di atas kamera dan berfungsi sebagai alat pengukur
kemiringan atau kemudahan dari kamera saat mengambil foto udara. Pada
dasarnya, nivo tabung digunakan untuk memastikan bahwa kamera sejajar
dengan permukaan bumi saat mengambil foto udara.Saat pesawat terbang
sedang dalam penerbangan untuk mengambil foto udara, kamera harus diatur
sedemikian rupa agar tidak miring atau condong. Hal ini penting untuk
menghasilkan foto udara yang akurat dan sesuai dengan skala yang diinginkan.
Jika kamera tidak sejajar dengan permukaan bumi, maka gambar yang
dihasilkan akan terdistorsi atau tidak akurat. Oleh karena itu, penggunaan nivo
tabung pada kamera sangatlah penting. Nivo tabung bekerja dengan
menggunakan prinsip alat ukur kemiringan atau alat ukur nivel, di mana
terdapat gelembung udara di dalam sebuah pipa yang diisi dengan cairan.
Gelembung tersebut akan bergerak ke tengah pipa jika kamera tidak miring dan
sejajar dengan permukaan bumi. Namun, jika kamera miring, gelembung akan
bergerak ke sisi yang lebih rendah.Untuk menggunakan nivo tabung, operator
kamera harus memeriksa apakah gelembung udara pada nivo tabung berada di
tengah atau tidak. Jika gelembung udara berada di tengah, itu berarti kamera
sejajar dengan permukaan bumi. Namun, jika gelembung udara tidak berada di
tengah, itu berarti kamera tidak sejajar dengan permukaan bumi dan harus
disesuaikan sudutnya. Selain nivo tabung, ada beberapa komponen lain pada
kamera foto udara yang juga penting untuk memastikan hasil foto yang
dihasilkan berkualitas. Komponen tersebut di antaranya adalah lensa kamera,
filter, pengatur exposure, dan pemantauan sistem kestabilan. Semua komponen
tersebut bekerja bersama-sama untuk menghasilkan foto udara yang akurat dan
berkualitas tinggi.
b. Jam pemotretan, jam pemotretan adalah informasi yang penting pada sebuah
foto udara. Informasi tersebut menunjukkan waktu atau jam ketika foto udara
diambil, dan dapat memberikan banyak informasi tentang kondisi lingkungan
saat pengambilan foto udara dilakukan.Biasanya, jam pemotretan dicantumkan
pada sudut atau tepi foto udara dan ditampilkan dalam format jam analog atau
digital. Jam pemotretan biasanya dihitung berdasarkan zona waktu setempat di
mana pesawat terbang atau drone mengambil gambar tersebut.Pada foto udara
yang diambil pada siang hari, jam pemotretan dapat membantu dalam
menentukan arah cahaya yang jatuh pada permukaan Bumi dan dapat
mempengaruhi kontras dan kualitas citra. Misalnya, jika foto udara diambil
pada saat matahari tepat berada di atas kepala (pukul 12.00 siang), maka
bayangan pada objek yang dipotret akan sangat minim atau bahkan tidak ada
sama sekali.Selain itu, jam pemotretan juga dapat membantu dalam
menentukan urutan foto udara yang diambil dalam survei udara, terutama jika
survei dilakukan dalam beberapa waktu atau sesi pengambilan gambar. Dengan
mengetahui jam pemotretan, maka gambar-gambar udara yang diambil pada
waktu yang berbeda dapat diatur dalam urutan kronologis yang benar.Jam
pemotretan juga dapat memberikan informasi tentang keadaan cuaca pada saat
pengambilan gambar. Misalnya, jika sebuah foto udara diambil pada saat cuaca
sedang mendung atau hujan, maka citra yang dihasilkan dapat terpengaruh oleh
kondisi cuaca tersebut. Hal ini dapat mengurangi kualitas citra atau membuat
beberapa objek sulit terlihat pada citra yang dihasilkan.Dalam pengolahan citra
udara, jam pemotretan juga penting untuk menjaga konsistensi warna dan
kecerahan citra. Hal ini dilakukan dengan menentukan nilai-nilai konversi yang
tepat untuk mengubah citra dalam format RGB (Red, Green, Blue) menjadi citra
dalam format Grayscale atau Citra Indeks Vegetasi. Konsistensi warna dan
kecerahan citra ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan jam pemotretan,
keadaan cuaca, serta jenis sensor dan algoritma pengolahan yang digunakan.
c. Altimeter, Altimeter merupakan salah satu alat navigasi yang sangat penting
dalam dunia penerbangan. Alat ini digunakan untuk mengukur ketinggian
pesawat terbang di atas permukaan laut atau permukaan bumi. Altimeter
memanfaatkan perbedaan tekanan udara di dalam pesawat terbang dan di luar
pesawat terbang untuk mengukur ketinggian pesawat terbang.Prinsip kerja
altimeter sangat sederhana. Pada ketinggian tertentu, tekanan udara di dalam
pesawat terbang akan berbeda dengan tekanan udara di luar pesawat terbang.
Altitude adalah perbedaan antara ketinggian pesawat terbang dengan
permukaan laut. Altitude dapat diukur dengan alat altimeter. Altimeter akan
mengukur perbedaan tekanan tersebut dan menunjukkan ketinggian pesawat
terbang pada skala angka yang ada pada alat tersebut. Altimeter biasanya terdiri
dari sebuah jarum penunjuk dan skala angka yang menunjukkan ketinggian
pesawat terbang dalam satuan kaki atau meter. Jarum pada altimeter akan
bergerak ke arah kanan atau kiri ketika pesawat terbang naik atau turun, dan
penunjuk pada skala angka akan menunjukkan ketinggian aktual pesawat
terbang.Altimeter juga dilengkapi dengan pengaturan yang memungkinkan
pilot untuk menyesuaikan altimeter dengan tekanan udara yang berubah-ubah
pada ketinggian yang berbeda. Hal ini diperlukan karena tekanan udara di luar
pesawat terbang akan semakin rendah pada ketinggian yang lebih tinggi. Dalam
fotografi udara, altimeter juga sangat penting. Fotografi udara merupakan
sebuah teknik pengambilan foto atau video dari sudut pandang yang tinggi,
biasanya dengan menggunakan pesawat terbang atau drone. Altimeter dapat
membantu fotografer udara dalam menentukan ketinggian optimal untuk
mengambil foto dari objek atau area tertentu. Dengan mengetahui ketinggian
pesawat terbang, fotografer udara dapat menentukan sudut pandang dan jarak
yang tepat untuk mengambil foto yang diinginkan. Dalam beberapa kasus,
fotografer udara juga menggunakan altimeter untuk mengukur ketinggian objek
atau bangunan yang akan difoto, sehingga dapat menentukan sudut pandang dan
jarak yang tepat untuk mengambil foto tersebut.Selain itu, altimeter juga dapat
membantu fotografer udara dalam mengidentifikasi lokasi atau area tertentu,
karena dapat menunjukkan ketinggian pesawat terbang di atas permukaan bumi.
Hal ini dapat membantu fotografer udara dalam menentukan lokasi atau area
yang ingin difoto dengan lebih akurat.Pada umumnya, altimeter digunakan oleh
pilot pesawat terbang untuk mengontrol ketinggian pesawat terbang dan
menghindari tabrakan dengan objek lain. Altimeter juga digunakan dalam
navigasi dan pendaratan pesawat terbang. Dalam hal ini, altimeter berfungsi
untuk memastikan bahwa pesawat terbang berada pada ketinggian yang tepat
saat melakukan pendaratan.
d. Fungsi kamera, Kamera dalam fotografi udara memiliki banyak fungsi penting
yang tidak hanya terbatas pada menghasilkan citra udara, tetapi juga dalam
mencatat data spasial, orientasi citra, skala citra, kondisi cahaya yang berbeda,
serta mendokumentasikan perubahan wilayah dari waktu ke waktu.Pada
dasarnya, kamera yang digunakan dalam fotografi udara harus mampu
menghasilkan citra udara yang akurat dan berkualitas. Citra udara yang akurat
dan berkualitas akan sangat berguna dalam pemetaan dan penginderaan jauh.
Kamera tersebut harus mampu menangkap citra dengan resolusi yang tinggi dan
mampu menghasilkan citra yang tidak terdistorsi. Selain itu, kamera juga harus
mampu mengambil citra dengan cepat, sehingga dapat mengambil citra dalam
waktu yang singkat saat pesawat terbang melewati wilayah yang ingin difoto.
Selain itu, kamera dalam fotografi udara juga dapat mencatat data spasial yang
penting dalam pemetaan dan penginderaan jauh. Data spasial tersebut dapat
digunakan untuk menghasilkan peta, memperkirakan luas area, dan menentukan
koordinat lokasi objek atau wilayah yang difoto. Pencatatan data spasial dapat
dilakukan dengan menggunakan GPS yang terhubung dengan kamera, sehingga
data spasial tersebut dapat diketahui secara akurat.Kamera juga dapat
membantu fotografer udara untuk mengetahui orientasi citra udara sehingga
dapat melakukan interpretasi citra dengan lebih akurat. Orientasi citra dapat
diperoleh dengan menggunakan sensor orientasi yang terdapat pada kamera.
Sensor orientasi tersebut dapat mengukur posisi, kecepatan, dan orientasi
pesawat terbang, sehingga dapat menentukan arah pandang kamera dengan
akurat.Selanjutnya, kamera dapat digunakan untuk menentukan skala citra yang
penting dalam pengukuran objek atau wilayah yang difoto. Skala citra dapat
ditentukan dengan mengukur jarak antara dua titik yang diketahui dalam citra
udara dan membandingkannya dengan jarak sebenarnya pada permukaan bumi.
Dengan mengetahui skala citra, maka pengukuran objek atau wilayah yang
difoto dapat dilakukan dengan akurat.Selain itu, kamera yang digunakan dalam
fotografi udara seringkali dilengkapi dengan filter dan lensa yang dapat
menyesuaikan kondisi cahaya yang berbeda. Hal ini memungkinkan fotografer
udara untuk mengambil citra dalam berbagai kondisi cahaya, seperti saat terang
atau redup, pada siang atau malam hari, atau bahkan dalam kondisi cuaca buruk.
Penggunaan filter dan lensa yang tepat dapat memperbaiki kualitas citra dan
menambahkan efek khusus pada citra udara.Terakhir, kamera dalam fotografi
udara dapat digunakan untuk mendokumentasikan perubahan wilayah dari
waktu ke waktu. Dengan membandingkan citra udara dari waktu ke waktu, kita
dapat melihat perubahan wilayah yang terjadi, seperti pembangunan gedung,
perubahan garis pantai, atau perubahan vegetasi. Dengan adanya dokumentasi
perubahan wilayah dari waktu ke waktu, kita dapat memahami dan
memprediksi perkembangan wilayah tersebut di masa yang akan datang, serta
mengambil keputusan yang tepat dalam perencanaan dan pengelolaan
wilayah.Secara keseluruhan, kamera dalam fotografi udara memiliki banyak
fungsi yang penting dalam pemetaan, penginderaan jauh, dan dokumentasi
perubahan wilayah. Dengan menggunakan kamera yang tepat dan menerapkan
teknik yang baik, kita dapat menghasilkan citra udara yang akurat, berkualitas,
dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Oleh karena itu, penggunaan
kamera dalam fotografi udara sangat penting dan harus diperhatikan dengan
baik dalam setiap misi pengambilan citra udara.
e. Nomor seri, Nomor seri atau flight line number dalam fotografi udara adalah
nomor unik yang diberikan pada setiap baris citra udara yang diambil dalam
suatu misi fotografi udara. Nomor seri ini digunakan untuk mengidentifikasi
setiap baris citra secara unik dan memastikan bahwa setiap baris citra tercatat
dengan benar dan tidak terduplikasi. Nomor seri ini biasanya terdiri dari
beberapa karakter yang dapat berupa angka dan/atau huruf, tergantung pada
sistem penomoran yang digunakan.Penomoran nomor seri dalam fotografi
udara biasanya dimulai dengan huruf F atau L yang menunjukkan apakah baris
citra tersebut diambil pada penerbangan pertama (F) atau kedua (L). Huruf ini
biasanya diikuti oleh angka yang menunjukkan urutan baris citra pada
penerbangan tersebut. Contohnya, nomor seri "F001" menunjukkan bahwa
baris citra tersebut diambil pada penerbangan pertama dan merupakan baris
citra pertama dalam urutan baris citra pada penerbangan tersebut.Pemberian
nomor seri pada setiap baris citra dalam misi fotografi udara sangat penting
karena memungkinkan kita untuk mengidentifikasi setiap baris citra secara unik
dan akurat. Dengan begitu, ketika kita memproses dan menginterpretasi citra
udara, kita dapat memastikan bahwa setiap baris citra tercatat dengan benar dan
tidak terduplikasi. Nomor seri juga digunakan sebagai referensi dalam
pencatatan data, dokumentasi, dan arsip citra udara, sehingga memudahkan
dalam pengolahan data dan interpretasi citra.Selain itu, nomor seri juga
digunakan sebagai bagian dari metadata citra udara yang berisi informasi seperti
tanggal pengambilan citra, jenis kamera, resolusi citra, dan lain-lain. Metadata
ini sangat penting dalam fotogrametri dan penginderaan jauh, karena
memungkinkan kita untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
memproses citra udara dengan benar dan menghasilkan produk-produk seperti
peta, model digital, dan lain-lain.Dalam fotografi udara, nomor seri juga dapat
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan flight plan atau rencana
penerbangan. Dengan mengetahui nomor seri dari setiap baris citra, kita dapat
membuat flight plan yang efisien dan meminimalkan tumpang tindih antara
baris citra.Secara keseluruhan, nomor seri sangat penting dalam fotografi udara
karena memungkinkan kita untuk mengidentifikasi setiap baris citra secara unik
dan akurat, serta memudahkan dalam pengolahan data dan interpretasi citra.

3. Macam-Macam Unsur Interpretasi Citra


a. Rona dan warna Warna adalah unsur penting dalam interpretasi citra ,Dalam
interpretasi citra, warna dapat digunakan untuk membedakan satu objek dari
objek yang lain. Sebagai contoh, dalam citra manusia, warna kulit yang berbeda
dapat membantu membedakan antara orang Asia, Afrika, atau Eropa. Selain itu,
warna juga dapat memberikan kontras yang kuat antara objek atau elemen dalam
citra, sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi dan memahami citra.
Warna juga dapat memberikan kesan dan suasana tertentu dalam citra. Sebagai
contoh, warna merah sering diartikan sebagai warna yang berani, kuat, dan
bersemangat, sementara biru sering diartikan sebagai warna yang tenang, santai,
dan stabil. Warna juga dapat menciptakan suasana atau perasaan tertentu,
misalnya warna hijau dapat memberikan kesan alam, warna biru dapat
memberikan kesan air atau laut, dan warna merah dapat memberikan kesan api
atau bahaya. Pemilihan warna yang tepat dapat membantu meningkatkan
pemahaman dan interpretasi citra. Sebagai contoh, dalam citra medis, warna
dapat digunakan untuk menunjukkan bagian tubuh yang terkena penyakit atau
kondisi medis tertentu, sehingga memudahkan dalam diagnosis dan pengobatan.
Dalam citra arsitektur atau desain interior, warna dapat digunakan untuk
memberikan kesan yang diinginkan pada ruangan atau bangunan.Warna dapat
memberikan informasi tentang objek, suasana hati, atau pesan yang ingin
disampaikan dalam citra. Hue, saturation, brightness, kontras,konteks dapat
mempengaruhi cara seseorang memandang suatu citra.
1. Hue (Tonalitas): Hue merujuk pada warna dasar seperti merah, hijau,
biru, dan sebagainya. Setiap hue dapat memiliki arti yang berbeda dalam
konteks yang berbeda.
2. Saturation (Ketajaman): Saturation mengukur seberapa murni warna
tersebut. Warna yang sangat jenuh akan terlihat lebih hidup daripada
warna yang redup.
3. Brightness (Kecerahan): Brightness mengacu pada kecerahan atau
kegelapan warna. Warna yang terang dapat menarik perhatian lebih
banyak daripada warna yang gelap. 4. Kontras: Kontras mengacu pada
perbedaan antara warna-warna yang ada dalam citra. Warna yang
berbeda dengan kontras yang tinggi dapat membantu memisahkan objek
satu sama lain dalam citra.
5. Konteks: Konteks sangat mempengaruhi interpretasi warna dalam
citra. Warna yang sama dapat memiliki arti yang berbeda tergantung
pada latar belakang atau objek di sekitarnya.

b. Bentuk, Bentuk merupakan bentuk fisik dari objek dalam citra. Bentuk dapat
membantu mengidentifikasi objek dan memahami bagaimana objek tersebut
berinteraksi dengan lingkungannya.Dalam interpretasi citra, bentuk mengacu
pada tampilan visual objek yang dilihat. Bentuk dapat didefinisikan sebagai
representasi visual dari benda atau objek dalam citra. Bentuk dapat memiliki
berbagai macam jenis, seperti bentuk geometris (lingkaran, persegi, segitiga),
bentuk organik (bentuk alami yang tidak beraturan), dan bentuk abstrak (bentuk
yang diciptakan oleh manusia).Bentuk dalam citra dapat memberikan informasi
penting mengenai jenis dan sifat objek yang digambarkan. Misalnya, bentuk
bulat pada citra mungkin menunjukkan bahwa objek yang digambarkan adalah
bola, sedangkan bentuk kotak dapat menunjukkan bahwa objek yang
digambarkan adalah kotak atau benda berbentuk kotak.Selain itu, bentuk juga
dapat memberikan kesan atau nuansa tertentu pada citra. Misalnya, bentuk
organik yang tidak beraturan dapat memberikan kesan alami dan bebas,
sedangkan bentuk geometris yang teratur dan simetris dapat memberikan kesan
rapi dan teratur.Oleh karena itu, dalam interpretasi citra, memahami dan
menganalisis bentuk objek secara cermat dan akurat sangat penting untuk
memahami makna dan informasi yang terkandung dalam citra.

c. Ukuran, Ukuran adalah salah satu unsur penting dalam interpretasi citra atau
gambar. Ukuran mengacu pada dimensi suatu objek dalam gambar atau citra,
dan dapat memberikan informasi tentang skala dan proporsi objek yang
digambarkan.Ukuran dapat membantu dalam mengidentifikasi jenis objek,
misalnya apakah objek itu kecil atau besar, panjang atau pendek, lebar atau
sempit. Ukuran juga dapat memberikan informasi tentang jarak antara objek atau
tentang relatif ukuran dari objek satu dengan yang lainnya. Dalam interpretasi
citra, ukuran dapat diukur dengan menggunakan skala atau perbandingan
dengan objek lain yang sudah diketahui ukurannya. Skala sering digunakan pada
citra satelit atau peta untuk menunjukkan ukuran suatu daerah atau objek di
dalamnya. Pengamatan yang akurat terhadap ukuran dalam interpretasi citra
sangat penting dalam berbagai bidang, seperti penginderaan jauh, ilmu forensik,
arkeologi, dan desain produk. Dengan memperhatikan ukuran dengan cermat,
maka interpretasi citra dapat dilakukan dengan lebih baik dan akurat, sehingga
dapat menghasilkan informasi yang lebih berguna dan bermanfaat.

d. Bayangan Bayangan dapat memberikan informasi tentang kedalaman dan


dimensi dalam citra. Bayangan dapat menunjukkan arah cahaya, lokasi objek,
dan memberikan keaslian pada citra.Bayangan dalam interpretasi citra adalah
gambaran gelap atau bayangan yang muncul pada permukaan atau area tertentu
dalam citra. Bayangan biasanya terbentuk ketika objek atau benda menutupi
sumber cahaya atau ada perbedaan tingkat kecerahan antara objek dan latar
belakang. Bayangan dapat memberikan informasi penting dalam interpretasi
citra, seperti ukuran, bentuk, jarak, dan orientasi objek atau benda. Dalam
interpretasi citra, bayangan dapat memberikan beberapa informasi yang
berguna, antara lain:

1. Ukuran dan Dimensi: Bayangan dapat memberikan informasi


mengenai ukuran dan dimensi objek. Bayangan akan semakin besar jika
objek semakin besar, dan semakin kecil jika objek semakin kecil.

2. Bentuk dan Siluet: Bayangan dapat membantu mengidentifikasi


bentuk dan siluet objek yang digambarkan. Bayangan dapat memberikan
detail yang lebih jelas pada objek dan membantu membedakan satu objek
dari yang lain.

3. Jarak: Bayangan dapat memberikan informasi mengenai jarak objek


dari sumber cahaya atau dari objek lain dalam gambar.

4. Orientasi: Bayangan dapat memberikan informasi mengenai orientasi


objek. Dalam gambar, bayangan dapat membantu menunjukkan posisi
objek, arah cahaya, dan sudut pandang pengambil gambar. Dalam
beberapa kasus, bayangan dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
dalam citra, seperti membuat objek terlihat lebih besar atau lebih kecil
dari seharusnya. Namun, dengan memperhatikan bayangan secara
hatihati, kita dapat menginterpretasi citra dengan lebih akurat dan
memahami objek dengan lebih baik.
e. Tekstur Tekstur dalam interpretasi citra merujuk pada tampilan fisik atau
visual permukaan objek. Tekstur adalah salah satu unsur penting dalam
interpretasi citra, karena dapat membantu mengidentifikasi jenis dan sifat
permukaan suatu objek. Tekstur dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tekstur
kasar dan tekstur halus. Tekstur kasar mengacu pada permukaan objek yang
kasar atau bergerigi, seperti batu atau kayu yang kasar. Sedangkan tekstur halus
mengacu pada permukaan yang halus atau licin, seperti permukaan kaca atau
kulit yang halus.Dalam interpretasi citra, tekstur juga dapat memberikan
informasi tambahan mengenai objek yang digambarkan. Misalnya, tekstur kasar
pada permukaan objek dapat mengindikasikan bahwa objek tersebut terbuat dari
bahan yang kuat atau tahan lama, sementara tekstur halus pada permukaan objek
dapat mengindikasikan bahwa objek tersebut terbuat dari bahan yang lembut
atau rapuh.Penggunaan tekstur dalam interpretasi citra dapat membantu
membedakan objek satu sama lain, menggambarkan permukaan objek, serta
memberikan kesan realistis pada gambar. Oleh karena itu, pemahaman tentang
tekstur sangat penting dalam interpretasi citra.

f. Pola, Pola dalam interpretasi citra merujuk pada keberadaan struktur atau
pengulangan unsur visual tertentu dalam gambar. Pola dapat memberikan
informasi tentang bentuk, tekstur, dan hubungan spasial antar objek dalam
gambar. Ada beberapa jenis pola yang umum ditemukan dalam interpretasi citra,
di antaranya:

1. Pola Simetri: Pola simetri terjadi ketika objek atau bentuk memiliki
struktur yang sama di kedua sisi simetris. Pola simetri dapat memberikan
kesan harmoni dan keseimbangan pada gambar.

2. Pola Geometris: Pola geometris terjadi ketika bentuk atau garis diatur
secara teratur dalam susunan geometris tertentu, seperti lingkaran,
persegi, atau segitiga. Pola geometris dapat memberikan kesan
kesederhanaan dan keteraturan pada gambar.

3. Pola Berulang: Pola berulang terjadi ketika unsur visual tertentu


diulang dalam susunan tertentu, seperti garis atau titik yang diulang
secara teratur. Pola berulang dapat memberikan kesan ritmis dan dinamis
pada gambar.
4. Pola Asimetris: Pola asimetris terjadi ketika objek atau bentuk tidak
memiliki struktur yang sama di kedua sisi simetris. Pola asimetris dapat
memberikan kesan dinamis dan tidak terduga pada gambar.

5. Pola Kacau: Pola kacau terjadi ketika bentuk atau garis diatur secara
acak atau tanpa pola yang jelas. Pola kacau dapat memberikan kesan
kekacauan dan kegembiraan pada gambar. Pola dapat memberikan
informasi tambahan tentang gambar dan membantu dalam interpretasi
citra dengan lebih baik. Pola juga dapat memberikan kesan dan suasana
tertentu pada gambar, sehingga penting untuk memperhatikan pola
dalam proses interpretasi citra.

g. Situs Situs (atau posisi) juga merupakan unsur penting dalam interpretasi
citra. Situs mengacu pada lokasi atau tempat di mana objek atau elemen visual
dalam citra terletak. Dalam interpretasi citra, situs dapat memberikan informasi
tentang hubungan antara objek atau elemen visual dalam citra.Misalnya, situs
dapat memberikan informasi tentang ukuran dan jarak antara objek atau elemen
visual dalam citra. Situs juga dapat memberikan konteks spasial yang membantu
dalam memahami posisi objek atau elemen visual dalam citra.Selain itu, situs
juga dapat memberikan informasi tentang konteks sosial dan budaya di mana
citra diambil. Misalnya, situs dapat membantu dalam memahami apakah citra
diambil di lingkungan perkotaan atau pedesaan, atau dalam lingkungan sosial
dan budaya tertentu.Dalam beberapa kasus, situs dapat menjadi elemen kunci
dalam interpretasi citra. Misalnya, dalam interpretasi citra arkeologi, situs dapat
memberikan informasi penting tentang konteks sejarah dan budaya di mana
artefak atau bangunan itu ditemukan.Dengan memperhatikan situs dalam
interpretasi citra, maka kita dapat memahami hubungan dan konteks antara
objek atau elemen visual dalam citra, serta memahami konteks sosial dan budaya
di mana citra diambil. Hal ini dapat membantu kita dalam melakukan interpretasi
citra yang lebih akurat dan komprehensif

h. Asosiasi, Asosiasi mengacu pada hubungan antara elemen dalam citra dengan
sesuatu yang dikenal atau sudah ada dalam pikiran orang yang melihat. Asosiasi
dapat mempengaruhi cara citra dilihat dan dimengerti serta memberikan
interpretasi yang berbeda terhadap citra yang sama. Asosiasi dalam interpretasi
citra merujuk pada hubungan antara citra dan makna yang terkait dengan
pengalaman, pengetahuan, atau konsep yang telah terbentuk sebelumnya dalam
pikiran individu. Asosiasi ini dapat berbeda-beda pada setiap individu
tergantung dari pengalaman dan latar belakangnya.Asosiasi dapat terjadi dalam
berbagai unsur citra seperti warna, bentuk, tekstur, dan komposisi. Misalnya,
warna merah dapat diasosiasikan dengan kemarahan atau bahaya, sementara
warna biru sering dihubungkan dengan ketenangan dan kedamaian. Bentuk bulat
sering dianggap sebagai simbol kesatuan dan kebulatan, sementara bentuk
segitiga sering dihubungkan dengan kekuatan atau keagresifan.Selain itu,
asosiasi juga dapat terjadi melalui konteks citra, di mana situasi, latar belakang
atau lingkungan dapat memberikan makna tambahan pada citra yang diamati.
Sebagai contoh, sebuah gambar taman bermain dapat dihubungkan dengan
keceriaan, kebebasan, dan kegembiraan anak-anak.

HIRARKI INTERPRETASI CITRA

4. Interpretasi Penutup Lahan


Interpretasi penutup lahan (land cover interpretation) adalah salah satu metode
penginderaan jauh yang digunakan untuk memetakan dan mengidentifikasi jenis dan
tutupan lahan di suatu wilayah dengan menggunakan citra satelit atau foto udara.
Tujuan utama dari interpretasi penutup lahan adalah untuk memperoleh informasi
tentang jenis dan tutupan lahan di wilayah yang dijadikan objek interpretasi,
sehingga memungkinkan kita untuk memahami kondisi lingkungan dan
merencanakan pengelolaan sumber daya alam secara efektif.Proses interpretasi
penutup lahan dimulai dengan pengambilan citra udara atau data penginderaan jauh
lainnya yang mencakup wilayah yang ingin dipetakan. Citra ini kemudian dianalisis
oleh seorang ahli interpretasi yang melakukan visualisasi citra dan mengenali pola-
pola tertentu yang mengindikasikan jenis dan tutupan lahan tertentu. Pola-pola ini
kemudian diinterpretasikan dan diterjemahkan menjadi klasifikasi yang
merepresentasikan jenis dan tutupan lahan di wilayah yang dijadikan objek
interpretasi. Proses interpretasi penutup lahan memerlukan pemahaman yang baik
tentang karakteristik fisik dan biologis dari lahan yang dipetakan. Oleh karena itu,
ahli interpretasi harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang geografi,
ekologi, geologi, topografi, dan kondisi lingkungan lainnya dari wilayah yang
diinterpretasikan. Selain itu, ahli interpretasi juga harus memiliki keterampilan dan
pengalaman dalam penggunaan perangkat lunak khusus untuk memproses citra
udara dan data penginderaan jauh lainnya.Hasil interpretasi penutup lahan dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pemetaan, pengelolaan sumber daya alam,
perencanaan pembangunan, pengawasan lingkungan, dan lain-lain. Contohnya,
interpretasi penutup lahan dapat digunakan untuk memperkirakan potensi produksi
perkebunan, memantau perubahan tutupan hutan, mengidentifikasi kerusakan
lingkungan, dan merencanakan penggunaan lahan yang lebih efisien.Selain itu,
interpretasi penutup lahan juga memainkan peran penting dalam pemodelan dan
analisis lingkungan, seperti prediksi kebakaran hutan, analisis kualitas air, dan
analisis ketersediaan air tanah. Informasi yang diperoleh dari interpretasi penutup
lahan dapat digunakan untuk membuat model yang akurat tentang kondisi
lingkungan dan memprediksi dampak dari perubahan lingkungan yang mungkin
terjadi di masa depan.Dalam konteks penginderaan jauh, interpretasi penutup lahan
sangat penting karena memungkinkan kita untuk memperoleh informasi tentang
kondisi lingkungan di suatu wilayah dengan cepat dan efisien. Dengan demikian,
interpretasi penutup lahan dapat membantu kita untuk mengambil keputusan yang
lebih baik dalam pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan.
Berikut adalah beberapa contoh penutup lahan yang dapat diinterpretasikan
menggunakan penginderaan jauh:
1. Hutan,hutan adalah salah satu penutup lahan yang paling penting di bumi.
Hutan memiliki karakteristik visual yang khas, seperti atap daun yang tertutup
dan tinggi serta struktur dan tekstur permukaan tanah yang berbeda. Berdasarkan
jenis pohonnya, hutan dapat dibedakan menjadi hutan tropis dan hutan boreal.
Hutan tropis memiliki pohon-pohon yang tinggi dan banyak spesies tumbuhan
yang beragam, sedangkan hutan boreal memiliki pohon-pohon yang pendek dan
lebih sedikit spesies tumbuhan.
2. Pertanian, pertanian termasuk lahan pertanian, perkebunan, ladang, kebun
sayur, dan lain-lain. Pertanian dapat diidentifikasi berdasarkan pola penanaman,
tinggi tanaman, dan warna permukaan tanah. Berdasarkan jenis tanamannya,
pertanian dapat dibedakan menjadi lahan padi, kebun buah-buahan, lahan
peternakan, dan sebagainya.
3. Perkotaan, perkotaan termasuk bangunan, jalan, taman, dan area terbangunan
lainnya. Perkotaan dapat diidentifikasi berdasarkan tekstur dan pola bangunan,
jenis jalan dan kawasan, serta taman dan ruang terbuka hijau. Berdasarkan
ukuran kota, perkotaan dapat dibedakan menjadi kota besar, kota sedang, dan
kota kecil.
4. Perairan, perairan termasuk sungai, danau, waduk, dan laut. Perairan dapat
diidentifikasi berdasarkan pola permukaan air, warna dan tekstur permukaan,
dan keberadaan vegetasi air. Berdasarkan kedalaman airnya, perairan dapat
dibedakan menjadi perairan dangkal, perairan dalam, dan perairan laut.
5. Tanah Terbuka, tanah terbuka termasuk padang rumput, padang pasir, dan
gurun. Tanah terbuka memiliki ciri-ciri visual yang berbeda, seperti warna tanah,
tekstur permukaan, dan jenis vegetasi. Berdasarkan iklim dan kondisi tanahnya,
tanah terbuka dapat dibedakan menjadi padang rumput gersang, padang pasir,
dan padang rumput hijau.
6. Areal Terbuka, areal terbuka termasuk lapangan olahraga, lapangan terbang,
dan pemakaman. Areal terbuka dapat diidentifikasi berdasarkan pola dan ukuran
yang teratur serta warna dan tekstur permukaan. Berdasarkan jenis area
terbukanya, area terbuka dapat dibedakan menjadi lapangan sepak bola,
lapangan golf, dan lain-lain. Interpretasi penutup lahan sangat penting dalam
pemetaan dan pengelolaan sumber daya alam. Dengan menggunakan teknologi
penginderaan jauh, jenis dan tutupan lahan dapat diidentifikasi dengan akurasi
yang tinggi dan dapat memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan lingkungan dan pembangunan wilayah.

5. Interpretasi Penggunaan Lahan

Interpretasi penggunaan lahan adalah proses mengidentifikasi dan


mengklasifikasikan jenis penggunaan lahan pada suatu wilayah tertentu dengan
menggunakan data penginderaan jauh dan informasi lainnya. Interpretasi ini dapat
memberikan gambaran yang akurat tentang bagaimana lahan tersebut digunakan oleh
manusia, misalnya sebagai area pemukiman, pertanian, hutan, industri, atau
pariwisata.Interpretasi penggunaan lahan memerlukan pengumpulan, analisis, dan
interpretasi data penginderaan jauh yang diperoleh dari citra satelit atau foto udara. Citra
tersebut kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi pola, tekstur, dan bentuk yang
menunjukkan jenis penggunaan lahan di suatu wilayah. Selain itu, interpretasi
penggunaan lahan juga melibatkan pengamatan langsung di lapangan untuk
memverifikasi hasil interpretasi. Hasil interpretasi penggunaan lahan dapat digunakan
untuk berbagai tujuan, seperti perencanaan tata ruang, pengelolaan sumber daya alam,
pengendalian banjir, pengawasan lingkungan, dan sebagainya. Dalam perencanaan tata
ruang, interpretasi penggunaan lahan dapat membantu dalam penentuan kebijakan
penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik suatu wilayah.
Sedangkan dalam pengelolaan sumber daya alam, interpretasi penggunaan lahan dapat
membantu dalam pemantauan penggunaan lahan secara berkelanjutan untuk mencegah
degradasi lingkungan.Interpretasi penggunaan lahan merupakan teknik penting dalam
penginderaan jauh, karena memberikan gambaran yang jelas dan detail tentang
penggunaan lahan di suatu wilayah. Dalam beberapa kasus, interpretasi penggunaan
lahan dapat membantu dalam mengevaluasi dampak pembangunan terhadap lingkungan
dan masyarakat setempat. Oleh karena itu, interpretasi penggunaan lahan menjadi salah
satu teknik penting dalam pemetaan dan pengelolaan wilayah yang berkelanjutan.
Berikut adalah contoh interpretasi penggunaan lahan:

1. Identifikasi penggunaan lahan di wilayah perkotaan dalam wilayah perkotaan,


interpretasi penggunaan lahan dapat membantu dalam mengidentifikasi area
pemukiman, komersial, industri, dan terbuka hijau. Data citra satelit atau foto
udara dapat digunakan untuk menghitung luas setiap jenis penggunaan lahan dan
menghasilkan peta penggunaan lahan yang akurat.

2. Evaluasi dampak pertanian terhadap lingkungan Interpretasi penggunaan


lahan dapat membantu dalam mengevaluasi dampak pertanian terhadap
lingkungan. Misalnya, penggunaan lahan untuk pertanian dapat menyebabkan
degradasi tanah, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pencemaran air.
Interpretasi penggunaan lahan dapat membantu mengidentifikasi area yang
terkena dampak dan merencanakan kebijakan pengelolaan yang sesuai.

3. Pemantauan hutan dan pengelolaan sumber daya alam Interpretasi


penggunaan lahan dapat digunakan untuk pemantauan hutan dan pengelolaan
sumber daya alam. Data citra satelit dapat digunakan untuk mengidentifikasi
area hutan dan menghitung luasnya. Selain itu, interpretasi penggunaan lahan
juga dapat membantu dalam mengevaluasi dampak kegiatan manusia terhadap
hutan dan sumber daya alam.

4. Identifikasi potensi wisata Interpretasi penggunaan lahan dapat membantu


dalam mengidentifikasi potensi wisata suatu wilayah. Misalnya, area pantai atau
gunung yang tidak terlalu terlihat dari permukaan tanah dapat diidentifikasi dan
diolah menjadi destinasi wisata yang menarik. Interpretasi penggunaan lahan
juga dapat membantu dalam menentukan jenis wisata yang paling sesuai dengan
kondisi wilayah tersebut. 5. Pemantauan perubahan penggunaan lahan
Interpretasi penggunaan lahan dapat digunakan untuk pemantauan perubahan
penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Dengan membandingkan citra satelit
atau foto udara dari berbagai waktu, perubahan penggunaan lahan seperti
urbanisasi, deforestasi, dan perubahan pertanian dapat diidentifikasi dan
dianalisis. Hal ini dapat membantu dalam perencanaan tata ruang yang lebih baik
dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
E. LANGKAH KERJA
1. Mahasiswa dan asisten praktikum menyiapkan alat dan bahan keperluan praktikum
penginderaan jauh
2. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dari asisten praktikum secara saksama
3. Mahasiswa melakukan kegiatan pengamatan pada foto udara monoskopis
4. Mahasiswa mengidentifikasi penutup atau penggunaan lahan pada foto udara
monoskopis
5. Mahasiswa melakukan delineasi pada foto udara yang berdasarkan penutup atau
penggunaan lahan yang telah diidentifikasi oleh mahasiswa
6. Mahasiswa membuat layout peta untuk menjiplak peta delineasi
7. Mahasiswa menjiplak objek pada peta delineasi
8. Mahasiswa mengisi tabel unsur interpretasi dan tabel kunci interpretasi
9. Mahasiswa menyimak format untuk penyusunan laporan praktikum
10. Mahasiswa mencari referensi dari berbagai sumber untuk penyusunan laporan
praktikum
11. Mahasiswa melakukan penyusunan laporan praktikum secara sistematis
12. Mahasiswa mengumpulkan laporan praktikum sesuai jadwal yang telah ditentukan
F. PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
a. Hasil layout delineasi (terlampir)
b. Tabel pengisian unsur interpretasi (terlampir)
c. Tabel kunci interpretasi (terlampir)
2. Analisis

Pada praktikum kali ini yaitu praktikum penginderaan jauh dasar yang
keempat, mahasisiwa melakukan identifikasi terhadap citra foto udara pada peta
delineasi mengenai penutup dan penggunaan lahan di Kota Semarang lebih tepatnya
di sekitar area Tugu Muda Kota Semarang.

Terdapat beberapa objek yang berhasil diidentifikasi oleh saya terhadap objek
yang berada di area sekitaran Tugu Muda Kota Semarang, berikut objek-objek yang
telah berhasil diidentifikasi yaitu terdapat Tugu Muda, Permukiman, Museum,
Universitas, Rumah Sakit, Kantor Daerah, Gedung KPU, Galeri Musik, Wisma,
Taman Makam Pahlawan, Komando Distrik Militer, Hotel, Kampung Pelangi,
Taman Kota, Pangudi Luhur, Lapangan Garnisun, Lahan Kosong, Lawang Sewu,
Sekolah Menengah Kejuruan, Gereja, Gedung Juang, Sekolah Dasar, Sungai, dan
Pasar Bulu. Masing-masing objek ini diberikan kode huruf dan warna yang sesuai
untuk menjiplak objeknya. Pada tabel unsur interpretasi, hal hal yang diidentifikasi
pada interpretasi citra di antara lain adalah rona atau warna, bentuk, ukuran, bayang,
tekstur, pola, situs,asosiasi. Pada rona biasanya diidentifikasi cerah atau tidaknya
suatu citra, pada warna diidentifikasi warna yang didapat sesuai dengan kondisi asli
citra. Pada bentuk biasanya terdiri dari persegi, persegi Panjang, tidak beraturan,
memanjang, maupun berkelok. Pada ukuran terdiri dari kecil, sedang dan besar.
Pada bayang terdiri dari berbayang dan tidak berbayang. Pada tekstur terdiri dari
sedang, kasar dan halus. Pada pola terdiri dari teratur dan tidak teratur. Situs adalah
objek-objekyang ada di sekitar objek yang kita amati. Asosiasi adalah objek atau
benda yang berasosiasi atau berhubungan dengan objek yang kita amati, asosiasi
biasanya berada di dalam objek tersebut.

Pada tabel kunci interpretasi, terdapat objek dan kunci interpretasi objek ialah
seperti Tugu Muda yang memiliki rona yang cerah dan warna putih memiliki bentuk
melingkar, memiliki setengah lingkaran di dalamnya dan panjang-panjang di
atasnya serta dikelilingi oleh bangunan-bangunan. Kemudian terdapat permukiman
yang memiliki rona cerah dan warna oren dengan bentuk persegi memanjang dan
berasosiasi dengan lahan kosong. Selanjutnya terdapat rumah sakit dengan rona
cerah dan warna oren memiliki bentuk persegi yang memanjang. Kemudian terdapat
Museum Mandala Bhakti, museum ini terletak di barat daya dari Tugu Muda, objek
ini memiliki rona cerah dan warna oren dengan bentuk persegi yang memanjang lalu
dikelilingi oleh objek berwarna abu-abu sebagai lahan tempat parkir. Selanjutnya
Lawang Sewu memiliki rona cerah dan berwarna oren memiliki bentuk persegi
panjang dan letter L, Lawang Sewu terletak di sebelah timur laut dari Tugu Muda.
Lalu terdapat sungai dengan rona gelap dan warna keabu-abuan hal ini disebabkan
sifat air yang tidak dapat memantulkan gelombang sinar matahari, sungai ini
mengaliri melewati Kampung Pelangi. Terdapat juga jalan utama yang panjang dan
lebar, hal ini dikarenakan untuk keperluan aksesibilitas yang lancar agar tidak
menumpuk pada satu lajur jalan, objeknya memiliki rona gelap dan berwarna hitam
serta berbentuk garis hitam yang memanjang.
G. KESIMPULAN

Penginderaan jauh adalah suatu teknologi yang digunakan untuk memperoleh


informasi tentang objek atau daerah di bumi, tanpa harus melakukan kontak langsung.
Teknologi ini memanfaatkan sensor yang terpasang pada platform seperti satelit,
pesawat terbang, atau drone untuk mengumpulkan data tentang objek atau daerah
tertentu di bumi. Foto udara merupakan jenis citra penginderaan jauh yang pertama
muncul, mulai digunakan saat perang untuk mengintai lokasi musuh dan medan perang.

Pada tabel unsur interpretasi, hal hal yang diidentifikasi pada interpretasi citra
di antara lain adalah rona atau warna, bentuk, ukuran, bayang, tekstur, pola,
situs,asosiasi. Pada rona biasanya diidentifikasi cerah atau tidaknya suatu citra, pada
warna diidentifikasi warna yang didapat sesuai dengan kondisi asli citra. Pada bentuk
biasanya terdiri dari persegi, persegi Panjang, tidak beraturan, memanjang, maupun
berkelok. Pada ukuran terdiri dari kecil, sedang dan besar. Pada bayang terdiri dari
berbayang dan tidak berbayang. Pada tekstur terdiri dari sedang, kasar dan halus. Pada
pola terdiri dari teratur dan tidak teratur.

Terdapat beberapa objek yang berhasil diidentifikasi oleh saya terhadap objek
yang berada di area sekitaran Tugu Muda Kota Semarang, berikut objek-objek yang
telah berhasil diidentifikasi yaitu terdapat Tugu Muda, Permukiman, Museum,
Universitas, Rumah Sakit, Kantor Daerah, Gedung KPU, Galeri Musik, Wisma, Taman
Makam Pahlawan, Komando Distrik Militer, Hotel, Kampung Pelangi, Taman Kota,
Pangudi Luhur, Lapangan Garnisun, Lahan Kosong, Lawang Sewu, Sekolah Menengah
Kejuruan, Gereja, Gedung Juang, Sekolah Dasar, Sungai, dan Pasar Bulu.

Pada tabel kunci interpretasi, terdapat objek dan kunci interpretasi objek ialah
seperti Tugu Muda yang memiliki rona yang cerah dan warna putih memiliki bentuk
melingkar, memiliki setengah lingkaran di dalamnya dan panjang-panjang di atasnya
serta dikelilingi oleh bangunan-bangunan. Kemudian terdapat permukiman yang
memiliki rona cerah dan warna oren dengan bentuk persegi memanjang dan berasosiasi
dengan lahan kosong. Selanjutnya terdapat rumah sakit dengan rona cerah dan warna
oren memiliki bentuk persegi yang memanjang. Kemudian terdapat Museum Mandala
Bhakti, museum ini terletak di barat daya dari Tugu Muda, objek ini memiliki rona cerah
dan warna oren dengan bentuk persegi yang memanjang lalu dikelilingi oleh objek
berwarna abu-abu sebagai lahan tempat parkir.
DAFTAR PUSTAKA

Ainurrohmah, D. (2022). "10 Unsur Interpretasi Citra dan Penjelasannya:"


https://dosengeografi.com/unsur-interpretasi-citra/ (Diakses pada tanggal 7 Mei 2023
pukul 22.00 WIB)

Atap. (2021). “Memahami Lebih Dekat Prinsip Kerja, Jenis Citra dan Alat Penginderaan Jauh".
https://www.gramedia.com/literasi/penginderaan-jauh/ (Diakses pada tanggal 7 Mei
2023 pukul 23.00 WIB)

Basuki, A. (2007). ‘Pengantar Pengolahan Citra’. PENS-ITS SURABAYA.

Gischa, S. (2022). "Penginderaan Jauh: Pengertian Ahli, Prinsip, Jenis-jenis Citranya".


https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/16/190000069/penginderaan-jauh--
pengertian-ahli-prinsip-jenis-jenis-citranya- (Diakses pada tanggal 7 Mei 2023 pukul
23.36 WIB)

Jaya, I. (2014). Analisis Citra Digital. Bogor: PT. Penerbit IPB Press

Kusniawati, I. (2020). "Analisis Model Perubaha Penggunaan Lahan". Jurnal Geodesi Undip,
Vol 9 No 1.

Pahleviannur. (2019). "Pemanfaatan Informasi Geospasial Melalui Interpretasi Citra Digital


Penginderaan Jauh untuk Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan". JPIG (Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Geografi), Vol 4 No 2 18-26.

Sari, N. (2019). "Analisis dampak pembangunan infrastruktur Bandara Internasional Jawa Barat
terhadap alih fungsi lahan pertanian melalui citra satelit resolusi tinggi". Jurnal
Geografi, Vol 11 No 2 146-162.
Lampiran

B. Tabel pengisian unsur interpretasi citra

Interpretasi citra

Objek Rona/ Bentuk Ukuran Bayangan Tekstur Pola Situs Asosiasi Foto

citra

Rona:
gelap
Jalan Garis Besar Tidak ada Halus Teratur Dekat dengan Rambu-
utama Warna: Memanjang pemukiman rambu
J
hitam dan objek-
objek

Rona: Persegi
cerah
Permukim Memanjang Dekat dengan
an Warna: jalan
Besar Ada Kasar Tidak Selokan PM
Oren
Teratur dan jalan

Rona: Dekat dengan


gelap pohon dan
Tidak S
jalan
Warna: teratur
Sungai Berkelok Sedang Tidak ada Halus Air
hitam

Rona:
cerah
Tugu Beraturan Sedang Ada Sedang Teratur Di tengah Jalan TM
Muda Warna: Pusat Kota
Putih krem

Lawang Rona: Jalan


Sewu cerah
Ada Kasar Teratur Di sekitar LS
Warna: Tugu Muda
Persegi Besar
oren
Panjang dan
letter L
Rona:
cerah
Museum Persegi Tidak
Mandala Warna: Panjang teratur
Besar Ada Kasar Di sekitar Jalan M
Bhakti oren
Tugu Muda

Rumah Rona :
Sakit cerah
Persegi Besar Ada Kasar Teratur Di jalan Jalan RS
Warna: Panjang sekitar Tugu
oren Muda

Rona : Sepanjang Sungai


Cerah aliran sungai
Kampung Persegi Besar Ada Kasar Tidak KP
dan atas bukit
Pelangi Warna : Panjang Teratur
Oren dan
cokelat

Rona : Persegi Kecil Tidak ada Halus Teratur Area Jalan dan LK
cerah Permukiman permuki
Lahan
man
Kosong Warna :
Krem

Lapangan Rona : Persegi Besar Tidak ada Sedang Tidak Pusat Vegetasi LG
Garnisun Cerah panjang teratur pelayanan,
vegetasi, dan
Warna :
jalan
Krem

Taman Rona : Area Besar Tidak ada Kasar Tidak Komplek Vegetasi TMP
Makam Sedang persegi teratur Pemakaman dan
Pahlawan Permuki
Warna :
man
Krem
Universita Rona : Persegi Besar Ada Kasar Teratur Tugu Muda Jalan Un
s cerah

Warna :
Oren,
merah, dan
abu abu

Sekolah Rona : Persegi Besar Ada Kasar Teratur Samping Jalan SD


Dasar cerah panjang Gedung
Juang
Warna :
oren

Pangudi Rona : Persegi Besar Ada Kasar Teratur Samping Sungai,G PL


Luhur cerah panjang Gereja ereja,
Jalan
Warna :
Oren

Pasar Bulu Rona : Persegi Besar Ada Kasar Teratur Samping Jalan PB
cerah panjang Museum
Mandala
Warna :
Bhakti
Perak

Galeri Rona : Persegi Besar Ada Kasar Teratur Samping Jalan GMS
Musik cerah panjang Pasar Bulu
Semarang
Warna
:oren dan
cokelat

KPU Rona : Persegi Sedang Ada Kasar Teratur Area Tugu Jalan KPU
Semaran cerah Panjang Muda bunderan
melengkung Tugu
Warna :
di tengah Muda
abu abu
Gereja Rona : Persegi Sedang Ada Kasar Teratur Di pinggir Pangudi G
cerah sungai dan Luhur
area Tugu
Warna :
Muda
oren

Wisma Rona : Persegi Besar Ada Kasar Teratur Di samping Jalan dan WPD
Perdamaia cerah Udinus lapangan R
n Rumah voli
Warna :
Rakyat
merah

Hotel Rona : Persegi Sedang Ada Kasar Teratur Di samping Jalan H


cerah panjang KPU
Semarang
Warna :
perak

Kantor Rona Persegi Besar Ada Kasar Teratur Di seberang Jalan KDS
Daerah :cerah panjang Kodim
Semarang
Warna :
merah dan
cokelat

Gedung Rona : Persegi Sedang Ada Kasar Teratur Di samping Jalan GJ


Juang cerah SD
marsudirni
Warna :
cokelat
abu

Sekolah Rona : Persegi Besar Ada Kasar Teratur Di samping Jalan SMK
Menengah cerah panjang Udinus
Kejuruan
Warna :
abu abu
dan oren
Komando Rona : Persegi Besar Ada Kasar Teratur Di samping Jalan Kodi
Distrik cerah panjang SD m
Militer Marsudirni
Warna :
hijau dan
oren

DP Mall Rona : Persegi dan Besar Ada Kasar Teratur Di samping Jalan DPMS
Semarang cerah persegi Kantor
panjang Daerah
Warna :
Semarang
perak

C. Tabel kunci interpretasi citra

No Objek Kunci Interpretasi


1 Jalan Utama Bentuk garis memanjang lebar
2 Tugu Muda Bundaran di tengah-tengah bangunan
3 Sungai Berkelok warna hitam
4 Permukiman Warna oren yang Panjang berderet dan berasosiasi dengan
jalan kecil
5 Hotel Bangunan tinggi berbayang
6 Lawang Sewu Area persegi dengan banyak pintu dan gedung
7 Museum Mandala Area persegi dengan letak yang sesungguhnya pada peta
Bhakti dan berasosiasi dengan parkiran
8 KPU Semarang Area persegi berasosiasi dengan parkiran dan jalan
9 Gereja Bangunan yang ditandai dengan simbol salib
10 Taman Makam Lahan luas dengan dikelilingi vegetasi
Pahlawan
11 Lapangan Garnisun Lapangan luas berwarna krem
12 Udinus Gedung bertingkat dengan disertai fasilitas edukatif
13 Pasar Bulu Bangunan yang disertai dengan lapak-lapak pedagang
14 Kampung Pelangi Permukiman dengan bangunan yang berwarna-warni
15 Gedung Juang Gedung dengan bangunan yang khas dan tempat temporer
16 Taman Kasmaran Lokasi yang didukung oleh fasilitas nongkrong dan
vegetasi
17 Rumah Sakit Bangunan yang diasosiasikan dengan jalan dan fasilitas
kesehatan
18 Sekolah Menengah Bangunan yang berasosiasi dengan gedung gedung
Kejuruan edukatif dan halte
19 Sekolah Dasar Bangunan dengan fasilitas edukatif dan berasosisi dengan
sarana prasarana terkait
20 Lahan Kosong Lahan dengan karakteristik tidak tertutupi atau digunakan
sebagai penggunaan lahan
21 Kantor Daerah Komplek bangunan yang komprehensif dengan sarana
Semarang prasarana untuk pelayanan administrasi daerah
22 Kodim Komplek bangunan dengan atap berwarna hijau
23 Galeri Musik Lapak pedagang yang dikhususkan untuk berkaitan dengan
Semarang musik dan dicirikan adanya lapak
24 Wisma Perdamaian Bangunan yang ditunjang dengan fasilitas administrasi,
Rumah Rakyat lapangan upacara, dan bersejarah
25 Pangudi Luhur Sebuah komplek Yayasan pendidikan Katolik dicirikan
dengan lapangan olahraga dan Gedung keagamaan

Anda mungkin juga menyukai