Laporan SFG 2
Laporan SFG 2
Laporan SFG 2
Dosen Pembimbing:
1. Sriyanto, S.Pd., M.Pd. (NIP. 197707222005011001)
2. Andi Irwan Bernardi., S.Pd., M.Pd. (NIP. 198701082015041001)
3. Wahid Akhsin Budi Nur S, S.Pd., M.Sc. (NIP.198709132015041001 )
4. Satya Budi Nugraha, S.T., M.T., M.Sc. (NIP. 198712092015041001)
Disusun Oleh:
1. Gia Anugrah (3201414000) 7. Andini U P (3201415021)
2. Tanti Marsidah (3201415012) 8. Hawa Nur R (3201415026)
3. Eko Prasojo (3201415013) 9. Febrina Larasati (3201415034)
4. Widya P (3201415017) 10. Venny Amalia (3201415038)
5. RosunaSalasa (3201415014) 11. Indah Pujiana S (3201415039)
6. Mumtaz L(3201415020)
Segala puji bagi allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga proposal PenelitianStudi Fenomena Geografi yang berjudul “ANALISIS
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PESISIR KARIMUN JAWA” dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah bagi
nabi nabi muhammad SAW beserta para pengikutnya.
Atas terselesaikannya proposal ini, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada beberapa pihak, di antaranya adalah: Seluruh dosen pembimbing dalam
mata kuliah Studi Fenomena Geografi 2 dan seluruh rekan panitia Studi Fenomena
Geografi 2 dan Mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015.
Diharapkan bahwa Proposal ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
mampu memberikan gambaran mengenai perubahan lahan yang terjadi di desa
karimunjawa. Masukan yang bersifat membangun juga diharapkan untuk
kesempurnaan gagasan yang diajukan. Peran pihak-pihak terkait juga diharapkan
untuk dapat mendukung dalam implementasi gagasan. Semoga proposal ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Tim Penulis
2
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal Penelitian yang berjudul “Analisis Standar Pengelolaan Dan Peran Guru
Dalam Pendidikan” ini diajukan sebagai syarat membuat laporan penelitian Mata
Kuliah Studi Fenomena Geografi 2 tahun ajaran 2017/2018 oleh :
1. Gia Anugrah (3201414113)
2. Tanti Marsidah (3201415012)
3. Eko Prasojo (3201415013)
4. Widya Purwaningsih (3201415017)
5. Rosuna Salasa H. (3201415014)
6. Mumtaz Linawati (3201415020)
7. Andini U.P (3201415021)
8. Hawa Nur Rahima (3201415026)
9. Febrina Larasati (3201415034)
10. Venny Amalia (3201415038)
11. Indah Pujiana S. (3201415039)
Andi Irwan Benardi, S.Pd. M.Pd Satya Budi Nugraha, S.T. M.T. M.Sc
NIP. 198701082015041001 NIP. 198712092015041001
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... ........ 5
a. Latar belakang ............................................................................... ........ 5
b. Rumusan masalah.......................................................................... . ....... 6
c. Tujuan............................................................................................ ........ 7
d. Manfaat.......................................................................................... ........ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. ........ 8
a. Penggunaan Lahan......................................................................... ....... 8
b. Alih fungsi Lahan....................................................................... ........ 11
c. Citra Satelit................................................................................... ........ 13
d. Klasifikasi lahan......................................................................... . ....... 14
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... . ....... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
angkutan feri yang menghubungkankarimunjawa dan pulau jawa hanya
tersedia dua kali seminggu akan mengharuskan pengunjung menginap untuk
menikmati keindahan yang ditawarkan pulau karimunjawa.
Perubahan lahan di suatu daerah tentunya akan membentuk suatu
pola tertentu (Said, 2015). Mengetahui pola perubahan ini tentu akan
membantu manusia dalam memprediksi kearah mana perubhan-perubahan
selanjutnya akan berlangsung. Dengan demikian mengetahui pola
perubahan tersebut juga dapat turut membantu menjaga kelangsungan dari
Taman Nasional itu sendiri.
Fokus penelitian yang dilakukan adalah di pesisir Desa
Karimunjawa. Hal ini dikarenakan pada wilayah pesisir tersebut adalah
wilayah yang memiliki tren perubahan yang paling pesat daripada wilayah-
wilayah yang lain. Sehingga perubahan-perubahan tersebut perlu untuk
diketahui dan dikaji.
Pelestarian alamdan memaksimalkan potensi wisata yang ada tentu
akan menjadi hal yang sangat sulit dilakukan. Mengingat dua hal ini
memiliki kepentingan yang berbeda. Usaha untuk mempertahankan
ekosistem yang baik terbentur dengan adanya pembangunan yang harus
dilakukan. Untuk menganalisis seberapa besar perubahan yang telah terjadi
di pulau karimunjawa maka diperlukan sebuah peta yang menggambarkan
keadaan penggunaan lahan saat ini.
B. Rumusan Masalah
6
d. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perubahan lahan dan
dampaknya di Pesisir Karimunjawa?
C. Tujuan
D. Manfaat
Melalui penelitian dalam studi fenomena geografi kedua ini dengan
tema kelompok fisik penggunaan lahan dikarimun jawa , diharapkan
mahasiswa dapat mengetahui penggun
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penggunaan Lahan
Istilah penggunaan lahan (landuse), berbeda dengan istilah penutup
lahan (landcover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis
kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam
memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis
kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu.
Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan
mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya.Townshend
dan Justice (1981) juga memiliki pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu
penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi,
benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa
memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan
Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi
sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti
vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan
hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan).
Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental
construct yang didesain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas
pemetaan (Malingreau dan Rosalia, 1981). Interpretasi penggunaan lahan
dari foto udara ini dimaksudkan untuk memudahkan deliniasi. Untuk dapat
mempercepat hasil inventarisasi dengan hasil yang cukup baik, digunakan
pemanfaatan data penginderaan jauh, karena dari data penginderaan jauh
memungkinkan diperoleh informasi tentang penggunaan lahan secara rinci.
Selain itu, adanya perubahan pemanfaatan lahan kota yang cepat dapat pula
dimonitor dari data penginderaan jauh.
Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur
tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual
maupun gabungan keduanya. Penggunaan lahan merupakan unsur penting
8
dalam perencanaan wilayah. Perubahan ini pada umumnya tidak linear
karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutup lahan maupun
lokasinya (Murcharke, 1990).Penggunaan lahan mencerminkan sejauh
mana usaha atau campur tangan manusia dalam memanfaatkan dan
mengelola lingkungannya.
Pengelompokan objek-objek ke dalam kelas-kelas berdasarkan
persamaan dalam sifatnya, atau kaitan antara objek-objek tersebut disebut
dengan klasifikasi.Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat menjadi
informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Menurut Malingreau
(1978), klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit
menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang
dibedakan berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan
isinya. Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam
proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan
citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat
informasi yang sederhana dan mudah dipahami.Sistem klasifikasi
penggunaan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi penggunaan
lahan menurut Malingreu.
9
Tabel
Sistem klasifikasi penggunaan/penutup lahan USGS
(Anderson et al, 1972 )
Tingkat 1 Tingkat II
No. Penutup lahan No Penutup lahan
1.1 Permukiman (resident
1.2 Perdagangan dan jasa
1.3 Industri(industrial
Transportasi komunikasi,komunikasi,vasilitas
Kota dan daerah 1.4
umum
1 bangunan (urban and
1.5 Kompleks industri dan perdagangan
bild up land
Campuran kota dan terbangun (mixed urban and
1.6
build up land)
Kota dan daerah bangunan (other urban build
1.7
land)
Tanaman semusim dan lahan rumput (cropland
2.1
and pasture)
Kebun buah-buahan, pembibitan
Lahan pertanian 2.2
2 (orchands,graves,nurseries)
(agriculture land)
Penhusahaan pakan ternak (confined feeding
2.3
operation
2.4 Lahan pertanian lain(other agriculture land)
3.1 Peternakan tanaman merambat
Peternakan (
3 3.2 Peternakan semak dan gerumbul
rangeland)
3.3 Peternakan campuran
4.1 Lahan hutan berdaun lebar
Lahan hutan (forest
4 4.2 Lahan hutan hijau
land )
4.3 Lahan hutan campur
5.1 Sungai dan kanal
5.2 Danau(lakes)
5 Air (water)
5.3 Reservoir
5.4 Teluk dan muara
6.1 Lahan hutan basah
6 Lahan basah
6.2 Lahan basah tak berhutan
10
7.1 Dataran garam kering
7.2 Pantai
7.3 Daerah pasir selai pantai
7 Lahan gundul 7.4 Batuan singkap gundul
7.5 Pertambangan
7.6 Daerah transisi
7.7 Lahan gundul
8.1 Thundra dengan tanaman merambat
8.2 Thundra dengan semak/belukar
8 Thundra 8.3 Thundra dengan lahan gundul
8.4 Thundra basah
8.5 Thundra campuran
9.1 Padang salju abadi
9 Salju/ es abadi
9.2 Gletser
11
Dorongan-dorongan bagi terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke
non pertanian tidak sepenuhnya bersifat alamiah, tetapi ada juga yang
secara langsung atau tidak langsung dihasilkan oleh proses
kebijaksanaan pemerintah (Anwar dan Pakpahan, 1990; Winoto, 1995a
). Menurut Anwar (1995), dalam proses alih fungsi lahan, telah terjadi
asimetris informasi harga tanah, sehingga sistem harga tidak
mengandung semua infor-masi yang diperlukan untuk mendasari suatu
keputusan transaksi. Artinya, harga pasar belum mencerminkan nilai
sebenarnya dari lahan pertanian, sehingga harga yang ditetapkan
melalui mekanisme pasar cenderung undervaluation. Menurut Winoto
(1996), Kegagalan mekanisme pasar dalam mengalokasikan lahan
secara optimal disebabkan faktor-faktor rent lainnya dari keberadaan
lahan sawah terabaikan, seperti fungsi sosial, fungsi kenyamanan,
fungsi konservasi tanah dan air, dan fungsi penyediaan pangan bagi
generasi selanjutnya. Beberapa hasil kajian empiris memberikan
penilaian bahwa rente lahan yang diperoleh dengan memanfaatkan
lahan untuk sawah adalah 1/500 rente lahan yang dipe-roleh dari
pemanfaatan lahan untuk industri (Iriadi, 1990), 1/622 untuk perumahan
(Riyani, 1992), 1/14 untuk pariwisata (Kartika, 1991), dan 1/2,6 untuk
hutan produksi (Lubis, 1991). Hal itu menunjukkan bahwa penilaian
terhadap penggunaan lahan untuk industri, perumahan, pariwisata, dan
hutan industri masing-masing memberikan rente 500; 622; 14; dan 2,6
kali lipat lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk
sawah. Penilaian yang demikian menyebabkan proses alih fungsi lahan
sawah ke penggu-naan lain sulit dihindari. Jika alokasi lahan
sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, maka pertum-buhan
ekonomi akan selalu menimbulkan konversi lahan sawah yang pada
umumnya telah memiliki infrastruktur yang sudah berkembang.
Ketersediaan infrastruktur ekonomi merupakan faktor positif dominan
yang berpengaruh terhadap preferensi investor dalam memilih lokasi
lahan yang akan dibangun untuk kegiatan non-pertanian.
12
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun
1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Berdasarkan fungsinya hutan dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi.
C. Penginderaan Jauh
a. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh (remote sensing) sering disingkat inderaja,
adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek,daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek,daerah atau fenomena yang
dikaji ( lillesand dan kiefer, 1994)
13
langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan
Kiefer, 1997). Penggunaan foto udara sebagai sumber informasi sudah
meluas dalam berbagai aplikasi. Hanya saja untuk dapat memanfaatkan foto
udara tersebut diperlukan kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang
berkaitan dengan objek atau fenomena yang diamati. Tanda-tanda tersebut
dinamakan kunci pengenalan atau biasa disebut dengan unsur-unsur
interpretasi.Unsur-unsur tersebut meliputi : rona/warna, tekstur, bentuk,
ukuran, pola, situs, asosisasi, dan konvergensi bukti (Sutanto, 1997). Untuk
dapat melakukan interpretasi penggunaan lahan secara sederhana dan agar
hasilnya mudah dipahami oleh orang lain (pengguna), diperlukan panduan
kerja berupa sistem klasifikasi penggunaan lahan/tutupan lahan.Klasifikasi
penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses
interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra
penginderaan jauh.
14
3. Analisis : pengamatan obyek pada citra bersifat rinci yaitu tahap
pengumpulan keterangan lebih lanjut
e. Interprestasi citra secara digital
15
6. Survey lapangan, menentukan sampel dalam pemilihan kelas spektral
dengan membaa citra komposit berwarna. Penga,bilan training sampel
berdasarkan kelas penutup dan penggunaan lahan, yang dibedakan
dalam 7 kelas, yaitu bekas kebakaran hutan,lahan pemukiman,
hutan,sungai,danau atau rawa dan kelas awan.sistem klasifikasi
digunakan untuk membedakan vegetasi utan,kebun
campuran,sawah/ladang dan vegetasi lain,tampungan air (danau,rawa),
jalur-jalur(sungai, logging dan jalan aspal)
7. Klasifikasi citra dilakukan secara terbimbing (supervised). Metode
klasifikasi dengan kemungkinan maksimum (maximum likelilhood)
dengan pemilihan sampel (contoh kelas)secara sengaja berdasarkan
pengalaman dalam menginterprestasi citra satelit,tampilan citra
komposit pada layar monitor,pengetahuan medan (kondisi kenyataan di
lapangan ) dan data bantu. Pengambilan sampel dengan poligon-poligon
yang setiap sampel diambil harus benar-benar homogen
16
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu
berusaha mengungkapkan seberapa ada atau tidaknya perubahan lahan yang
terjadi di desa karimunjawa. Penelitian kuantitatif yaitu dimana penelitian
mengungkapkan hal-hal baru mengenai suatu hal dengan analisis statistik
yang terukur (Sugiyono, 2016).
Penelitian ini juga menggunakan metode analisis spasial untuk
menganalisis data citra penginderaan jauh untuk membandingkan dua data
citra sehingga diperoleh perbedaannya dalam hal keruangan dengan
mengidentifikasi unsur-unsur interpretasi citra
C. Populasi
Seluruh penggunaan lahan di wilayah pesisir karimun.
17
citra satelit Karimunjawa 2016, dan data Kependudukan serta penggunaan
lahan di karimunjawa tahun 2004 dan 2016.
2. Observasi
Proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala-
gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu dari teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang
direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol
keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).
3. Wawancara
Wanawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan
untuk mencari informasi dengan menggunakan panduan atau instrumen
yang telah disusun secara sitematis.
4. Studi Pustaka
Mengumpulkan informasi dari berbagai macam material yang ada
diperpustakaan seperti dokumen, buku, catatan, majalah, kisah-kisah
sejarah dan sebagainya.(Mardalis : 1999)
5. Dokumentasi
Suatu cara pengumpulsn dsts yang diperoleh dari dokumen-dokumen
yang ada atau catatan-catatan data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik
itu berupa catatan transkip, buku, surat kabar, dan lain sebagai
18
Analisis perubahan penggunaan lahan perlu ddilakukan
untukmengetahui sejauh mana perubahan lingkungan dan untuk
memprediksi perubahan selanjutnya untuk mempertahankan
kelangsungan taman Nasional karimunjawa
Tujuan :
Membuat peta penggunaan lahan tahun 2004 dan 2015, menguji akurasi peta
penggunaan lahan di pesisir Pulau karimunjawa tahun 2004-2016, mengetahui
perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Karimunjawa., serta mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan dan dampaknya di
pesisir Pulau Karimunjawa.
Koreksi Geometrik
Interpretasi Hasil
19
Uji Akurasi Interpretasi
Keterangan:
: Proses
: Hasil
20
INSTRUMEN PENELITIAN
PENGECEKAN TITIK SAMPEL
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
21
16
17
18
19
20
22
Pedoman Wawancara
A. Identitas Narasumber
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin :
4. Lama tinggal didaerah penelitian :
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Tabel
Tabel Interpretasi Penggunaan Lahan di Pesisir Karimun Jawa Tahun 2004
dan 2014
24
437,256.040 permukiman
9,350,349.853 sejak tahun
15 Kebun Kebun TB Kebun TB 2004
437,673.949
16 9,349,971.022 Kebun Kebun TB Permukiman B th 2016
437,338.615 Awal tahun
17 9,350,610.569 Kebun Kebun TB Permukiman B 2017
437,770.012 tambak
9,349,912.412 berubah
menjadi
18 Permukiman Kebun B Permukiman B permukiman
437,792.105 Lahan Lahan Lahan
19 9,349,887.871 Kosong Kosong TB Kosong TB
437,200.495 Lahan Lahan Lahan
20 9,350,028.630 Kosong Kosong TB Kosong TB
Uji Citra
A B C Jml
Interp
A 11 11
B 2 5 7
C 2 2
Jumlah 20
Keterangan :
A : Permukiman
B : Kebun
C : Lahan Kosong
Perhitungan ketelitian masing-masing kelas penutup lahan :
11
A. Permukiman : 11 x 100 % = 100%
5
B. Kebun : 7 x 100% = 71,42%
2
C. Lahan Kosong : 2 x 100% = 100%
18
Akurasi keseluruhan : 20 x 100% = 90%
25
pendapat dari McCoy (2005) bahwa hasil uji akurasi intepretasi minimal
yang diijinkan diatas 85%, sehingga intepretasi penutup lahan yang telah
dilakukan sudah memenuhi batas minimal persentase tingkat akurasi
sehingga peta yang disusun sudah dapat digunakan untuk analisis
berikutnya. Kesalahan hasil intepretasi sebagian besar disebabkan oleh
banyaknya satuan lahan yang saling bersinggungan dan memiliki luas yang
kecil sehingga menyuitkan interpretasi pada beberapa satuan penggunaan
lahan.
B. Perubahan Lahan di Pesisir Desa Karimunjawa
26
DAFTAR PUSTAKA
27