Sejarah Seni Rupa Barat
Sejarah Seni Rupa Barat
Sejarah Seni Rupa Barat
HELLENISME
Disusun oleh:
Layli kurniawanti
07401922
Dosen Pembimbing:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya telah menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dengan judul “Sejarah seni rupa
helenisme”.
Dalam pembuatan makalah ini,saya telah berusaha semaksimal mungkin, namun saya
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.Untuk itu saya harapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan datang dan saya berharap
dengan terselesainya makalah ini dapat berguna kepada para pembaca.
Layli kurniawanti
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah “Hellenisme” pertama kali diperkenalkan oleh ahli sejarah dari Jerman, J.
G. Droysen. Ia menggunakan perkataan “Hellenismus” sebagai sebutan untuk masa yang
dianggapnya sebagai periode peralihan antara Yunani Kuno dan dunia Kristen. Droysen
lupa akan peranan Roma dalam agama Kristen (dan membatasi seolah-olah hanya Yunani
saja yang berperan).Namun ia diakui telah berhasil mengidentifikasi suatu kenyataan
sejarah yang amat penting. Biasanya disebut zaman Hellenik yang merupakan peralihan
dari masa sejak tahun 323 sampai 30 SM atau dari saat kematian Iskandar Agung sampai
penggabungan Mesir ke dalam kekaisaran Romawi.Sebab dalam periode itu muncul
banyak kerajaan di sekitar Laut Tengah, khususnya pesisir timur dan selatan seperti Syria
dan Mesir, yang diperintah oleh bangsa Makedonia dari Yunani. Akibatnya, mereka ini
membawa berbagai perubahan besar dalam banyak bidang di kawasan itu, antara lain
bahasa (daerah-daerah itu didominasi Bahasa Yunani) dan pemikiran (ilmu pengetahuan
Yunani, terutama filsafat-nya, diserap oleh daerah-daerah itu melalui berbagai cara).
Berbeda dengan Droysen, beberapa ahli sejarah, seperti Bernad Lewis dan Philip
K. Hitti, menggunakan istilah “Hellenisme” sebagai sebutan untuk adopsi peradaban
Yunani, baik peradaban Yunani kuno maupun peradaban Yunani pada masa sesudah
meninggalnya Alexander Agung sampai berkuasanya Romawi terhadap wilayah bekas
kekuasaan Alexander Agung.Peradaban Hellenisme dapat dibedakan atas peradaban
Hellenis dan Hellenistik, yang berasal kata “Hellene”artinya Greek atau Yunani. Hellenis
adalah peradaban Yunani Kuno mulai 776 S.M. Sampai meninggalnya Alexander Agung
pada 323 S.M. Sedangkan Hellenistik adalah peradaban Yunani pada masa sejak
meninggalnya Alexander Agung sampai berkuasanya Romawi atas wilayah-wilayah
Hellenistik.
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang kemunculan hellenisme
2. Mengetahui alira –aliran hellenisme
3. Mengetahui senirupa hellenisme
4. Mengetahui ciri-ciri hellenisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemunculan Hellenisme
Hellenisme dibagi menjadi dua fase, yaitu fase hellenisme dan fase hellenisme romawi.
Fase hellenisme adalah fase ketika pemikiran filsafat yang dimiliki oleh orang-orang yunani.
Adapun fase hellenisme romawi ialah fase yang sudah datang sesudah fase hellenisme, dan
meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan romawi ,yang ikut serta
membicarakan peninggalan pikiran yunani, antara lain pemikiran romawi di barat dan timur yang
ada di mesir dan di syiria. Fase ini dimulai dari akhir abad ke-4 sebelum masehi sampai
pertengahan abad ke-6,masehi di Bizantium dan roma, atau sampai masa penerjemahan di dunia
arab.Hellenisme merujuk periode kedua dalam sejarah Yunani Klasik yang dikenal sebagai era
kebudayaan Hellenistik. Dikisahkan, kekuasaan Aleksander (Aleksander Agung atau Firaun Mesir) yang
berlangsung singkat mampu mengubah halauan sejarah Barat. Hanya dalam waktu seputuh tahun (334-
324 SM), ia berhasil menaklukan Asia Kecil, Siria, Mesir, Babilonia, Persia, Samarkand, Bactria, dan
Punjab.
Peradaban ini bermula dari integrasi wilayah kekuasaan Yunani dibawah Raja Aleksander dari
Makedonia. Konsekuensi dari meluasnya wilayah kekuasaan Aleksander adalah adanya pertukaran
kebudayaan dari Yunani dan berbagai negara lain. Akulturasi kebudayaan ini secara kaprah adalah sebuah
deskripsi secara garis besar mengenai dunia hellenistik.Di era Hellenistik ini, berbagai bidang ilmu
pengetahuan tumbuh semakin pesat dan merupakan periode terbaik yang dicapai Yunani. Apalagi
pencapaian kebudayaan yang terwujud di Kota Alexandria (Mesir), dimana para cendekiawan di abad ke-
3 tersebut lebih memilih spesifikasi keilmuan daripada berbicara hal-hal secara universal layaknya para
filsuf pendahulu.
Bisa dibilang era Hellenisme mengalami kemunduran dalam bidang filsafat dibanding
perkembangan-perkembangan yang hampir menuju matang, seperti kita saksikan dimana Aristoteles
adalah figur filsuf akhir terbesar di era Yunani Klasik.Terlepas dari pernyataan di atas, filsafat sebagai
cara pandang manusia terhadap dunia dan dirinya sendiri tetap menjadi sebuah kebutuhan. Meski tidak
memberikan sumbangan signifikan sebagaimana kata Bertrand Russell dalam”Sejarah Filsafat
Barat, toh mazhab-mazhab filsafat tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia di zamannya.
Di era Hellenisme paling tidak tercatat mazhab besar filsafat: aliran Skepstisme, Antisthenes,
neoplatonisme,Epikureanisme, dan Stoa (Stoisisme).Garis besar dari uraian mereka adalah pengalihan
bidang kajian yang sebelumnya berbicara tentang politik, astronomi, hingga sains dan matematika,
menyempit hanya berbicara aspek individu seseorang, utamanya bagaimana manusia bisa terlepas dari
penderitaan hidup (kecuali mazhab skeptisisme).Selepas Abad ke-3 SM, tidak ada mazhab filsafat atau
filsuf yang begitu menonjol hingga akhirnya muncul neoplatonisme. Di sisi lain, kejayaan Romawi
setelahnya mengesankan sebuah persiapan bagi lahirnya dominasi Kristen di Abad Pertengahan dengan
mengambil inspirasi dari gagasan neoplatonis.
Ajaran ini dikemukakan oleh Pyrrho, mantan pasukan Aleksander yang pernah bertugas hingga ke
India. Skepstisisme dalam ajaran Pyrrho bukan keragu-raguan semata, namun lebih pada keragu-raguan
yang bersifat dogmatis.Timon, tokoh lain aliran skeptisime yang juga murid Pyrrho, mengecam cara
pikir Yunani terutama silogisme Aristoteles yang menekankan metode deduksi berdasarkan premis
mayor. Persoalannya adalah, sebuah premis awalan itu didapat darimana kalau bukan dari yang sebelum-
sebelumnya. Sehingga premis mayor tidak bisa begitu saja dianggap sebagai kebenaran dengan
sendirinya (self evident).
2. Epikureanisme (341-270)
Epikureanisme adalah aliran filsafat yang diambil dari pendirinya bernama Epicurus. Ia adalah tokoh
pertama dalam filsafat, bukan kaum Stoa, yang mengatakan bahwa kita bisa bahagia meski di dalam
penderitaan. Epicurus menekankan bagaimana mencapai ketenangan batin. Ia berpandangan bahwa
kenikmatan adalah baik. “Kenikmatan adalah awal dan akhir dari hidup yang penuh berkah”.Diogenes
Laertius, pengikut Epikureanisme, memperinci bahwa “permulaan dan akar semua adalah kenikmatan
perut; bahkan kebijaksanaan dan kebudayaan pun harus dikembalikan pada hal ini”.
3. Antisthenes
Filsafat sinis ,adalah motto filsafat yang didirian oleh Antisthenes di Athena sekitar 400 SM.
Anthisthenes pernah menjadi murid socrates dan sangat tertarik dengan kesederhanaanya. Kaum sinis
percaya bahwa manusia tidak perlum memikirkan kesehatannya, bahkan penderitaan maupun kematian
sama sekali tidak boleh mengganggu mereka. Dan kesengsaraan orang lain pu tidak boleh karena hanya
membuat diri sendiri menjadi tersiksa. Istilah “ sinis” dan “sinisme” mempunyai istilah mengandung
cemooh ketulusan manusia dan ketidakpekaan terhadap penderitaan orang lain.
Perkembangan filsafat stoik dibantu oleh kaum sinis di athena sekitar 300SM. Pendiri filsafat Stoik
adalah Zeno, yang sebenarnya berasal dari syprus dan pernah bergabung dengan kaum sinis di Athena.
Nama stoik berasal dari kata yunani yang berarti serambi(stoa). Kaum stoik berpihak kepada socrates
yang dimana setiap orang adalah dari satu akal atau “logos” yang sama (stumpf dan fieser) . kaum stoik
lebih menerima kebudayaan kontemporer . kaisar romawi marcus aurelius (121-180 M) sebagai
contohnya,beliau memberi perhatian lebih pada persahabatan manusia,sibuk dengan politik. Sang raja
mendorong berkembangnya kebudayaan dan filsafat yunani dii romawi.
5. Neoplatonisme (205-270 M)
Salah satu corak pemikiran hellenis yang menarik adalah neoplatonisme. Sebab berbeda dengan tiga
pemikiran awal yang bercorak sokratain, neoplatonisme mengambil corak pemikiran plato. Aliran ini
mengafirmasi tentang hakekat realitas tertinggi atau “idea” nya plato. Pendirinya adalah Ammonious
sakkas dari alexandria, namun ajarannya hampir tak dapat diketahui sebab ia tidak meninggalkan karya
tulisan apapun. Tokoh yang menonjol dari neoplatonisme adalah plotinus. Ia menyetujui dualisme p;ato,
bahwa disamping realitas duniawi yang dapat diamati, terdapat dunia idea.
Hellenisme ditandai dengan fakta bahwa perbatasan berbagai negara dan kebudayaan
terhapus. Ilmu pengetahuan Helenistik pun terpengaruh oleh campuran pengetahuan berbagai
kebudayaan. Kota Alexandria memainkan peranan menentukan di sini sebagai tempat pertemuan
antara Timur dan Barat. Menurut Frederick Mayer, ciri-ciri filsafat Hellenisme di antaranya:
1. Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini; belajar, seperti pada abad ke-
20 ini, menjadi lebih terspesialisasi.
2. Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi pada masalah aplikasi.
Perhatian yang lebih besar adalah pada penemuan mekanika.
3. Athena kehilangan monopoli dalam pengajaran, dan kita menemukan pusat-pusat
pengetahuan yang baru seperti Antakya (Antioch), Rhodes, Perganum dan Alexandria.
4. Etika dijadikan perhatian yang dominan. Sekarang yang dipersoalkan ialah bagaimana
manusia dapat mencapai kehidupan yang terbaik; filosof kurang tertarik pada kosmologi
dibandingkan dengan kepada penyelamatan moral.
5. Jiwa filsafat Hellenisme ialah eklektik; usaha-usaha diarahkan untuk mensintesiskan dan
mengharmoniskan pendapat yang berlawanan. Usaha ini sering memperlihatkan
kekurangaslian pemikiran.
6. Muncul filosof yang lebih senang pada riset, tetapi tidak memiliki teori sendiri. Mereka
lebih mementingkan sifat akademis. Jika menjadi pengulas, hanya sedikit keberanian
memberikan Interpretasi.
7. Watak ekstrem muncul. Disatu pihak ekstrim takhayul, dipihak lain muncul ekstrim
skeptis. Dalam etika ditemukan ekstrim skeptisisme, di satu pihak dan asetisisme di pihak
lain.
8. Pada zaman ini filsafat lebih lengket dengan agama dibandingkan dengan pada zaman
Helenis lama (Yunani). Beberapa filosof memberikan penjelasan simbolis dan alegoris
tentang agama.
9. Perspektif filsafat dan sastra semakin pendek. Kurang stabilnya kondisi fisik, diikuti oleh
kurang stabilnya mental, sebagaimana juga terlihat pada abad ke-20.
10. Perbatasan berbagai negara dan kebudayaan terhapus.
Seni rupa hellenisme/Helenistik adalah seni rupa dari periode zaman klasik yang umumnya dibuat
dari kematian Aleksander Agung pada 323 SM sampai akhir penaklukan dunia Yunani oleh bangsa
Romawi, sebuah proses yang berjalan pada tahun 146 SM, saat daratan Yunani diambil, dan secara
esensial berakhir pada tahun 31 SM dengan penaklukan Mesir Ptolemaik setelah Pertempuran Actium.
Sejumlah karya terkanl dari pahatan Yunani ada pada zaman tersebut, yang meliputi Laocoön dan Putra-
putranya, Venus de Milo, dan Dewi Kemenangan dari Samothrace. Masa tersebut disusul oleh
masa Yunani Klasik, sementara seni rupa Yunani-Romawi yang menggantikannya banyak melanjutkan
tren-tren Helenistik.
Istilah Helenistik merujuk kepada perluasan pengaruh Yunani dan penekanan gagasannya setelah
kematian Aleksander – suatu hal yang meng-"Helenisasi"-kan dunia,[1] dengan bahasa Yunani
Koine sebagai bahasa umum.[2] Istilah tersebut adalah penemuan modern; dunia Helenistik tak hanya
meliputi sebuah wilayah yang melingkupi seluruh Aegea, meskipun Yunani Klasik berfokus
pada Poleis dari Athena dan Sparta, namun juga sebuah rangkaian waktu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hellenisme merupakan zaman peralihan dari Yunani Kuno ke abad pertengahan sebelum
masuknya agama Kristen.
Hellenisme merupakan kebudayaan yunani yang dibawa oleh alexander ke dunia timur,dengnan
latar bellakang mitologi dan filsafat yang sangat penting untuk diteliti dalam rangka
pengembangan pemahaman tentang kaitan filsafat ketuhanan islam dan kristen dengan
hellenisme. seperti yang terdapat di athena dizaman perichles
Di era Hellenisme paling tidak tercatat mazhab besar filsafat: aliran Skepstisme, Antisthenes,
neoplatonisme,Epikureanisme, dan Stoa (Stoisisme).Garis besar dari uraian mereka adalah pengalihan
bidang kajian yang sebelumnya berbicara tentang politik, astronomi, hingga sains dan matematika,
menyempit hanya berbicara aspek individu seseorang, utamanya bagaimana manusia bisa terlepas dari
penderitaan hidup (kecuali mazhab skeptisisme).
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_Helenistik#:~:text=Seni%20rupa%20Helenistik
%20adalah%20seni,pada%20tahun%2031%20SM%20dengan
Wijaya, Muhammad Iskak. 2008. Pengaruh Filsafat Hellenistik terhadap konsep Akal dalam
Filsafat Islam,16 september 2015