MINIPRO
MINIPRO
MINIPRO
Disusun Oleh :
dr. Sutiyasa Yusuf
Pembimbing :
dr. Nursanah
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi
kematiannya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013
menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 25,8%.
Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya
4% yang hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah mereka yang
menderita hipertensi dan mereka tahu sedang berobat untuk itu. Sebaliknya
sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas rentang
normal yaitu apabila di atas 140/90 mmHg ( Potter & Perry, 2005).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), hipertensi adalah meningkatnya
tekanan darah dimana pada dewasa hipertensi ada ketika tekanan darah
sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan atau ketika tekanan
darah sama atau lebih tinggi dari 90 mmHg dalam jangka waktu yang
lama.
Menurut WHO (2011), hipertensi adalah tekanan darah yang
sama atau lebih tinggi dari 140/90 mmHg, dimana prehipertensi adalah
ketika tekanan darah sistolik berada pada 120-139 mmHg atau ketika
tekanan darah diastolik berada pada 80-89 mmHg. Dari beberapa defenisi
hipertensi di atas maka dapat disimpulkan hipertensi merupakan kenaikan
tekanan darah menetap dimana tekanan darah berada pada atau lebih
tinggi dari 140/90 mmHg.
3
Bedasarkan data presurvei yang di lakukan di Puskesmas Cibodasari
didapatkan total pasien yang terdiagnosa hipertensi yang datang ke poli
umum Puskesmas Cibodasari periode januari 2019 – desember 2019
sebanyak 12.899, pasien dengan diagnosis penyakit diabetes mellitus
sebanyak 4.628, gangguan sistem peredaran darah lainnya sebanyak 796
pasien. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah yang menjadi
penyebab penderita hipertensi di Puskesmas Cibodasari tidak rutin kontrol
dan minum obat teratur.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman dan dari
informasi yang kita peroleh dari orang lain maupun buku (WHO,
1988). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2007).
6
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
c. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan- rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau obyek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan suau kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Defenisi Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut
Potter dan Perry (2006), hipertensi merupakan gangguan
asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
secara persisten dimana diagnosa hipertensi pada orang dewasa
ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau
pada 140/90 mmHg. WHO (2011),
9
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
10
faktor kontribusi misalnya sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko mengalami cardiovascular disease and
hypertension (CVDH) daripada wanita. Akan tetapi, setelah
wanita mengalami menopause maka insiden terjadi CVDH akan
cenderung sama pada wanita dan pria (Reckelhoff, 2001)
b. Usia
Umumnya lansia mengalami peningkatan tekanan darah.
Hal ini dapat disebabkan pembuluh darah yang tersumbat oleh
penimbunan lemak atau pembuluh darahnya menjadi kaku karena
proses penuaan (Stanley & Beare, 2002).
c. Obesitas
Dalam penelitian Narkiewicz (2005), berat badan yang
berlebih akan meyebabkan ketidakseimbangan metabolisme
dimana hal tersebut dapat menimbulkan chronic kidney diseases
(CKD) yang berakibat tmbulnya peningkatan darah (hipertensi).
Penelitian Rahmouni et al (2004) juga menemukan bahwa
obesitas dapat menyebabkan disfungsi pada endotel sehingga
menyebabkan hipertensi.
d. Pola makan
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), banyak makan
makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan bumbu
penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi. Hal ini disebabkan
karena makanan tersebut banyak mengandung natrium yang
bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga beban
kerja jantung untuk memompa darah meningkat dan
mengakibatkan hipertensi. Konsumsi alkohol dan kopi berlebihan
juga mengakibatkan hipertensi. Efek alkohol dan kopi terhadap
tekanan darah masih belum begitu jelas, namun diduga ada
kaitannya dengan perangsangan saraf otonom simpatis dan
pengaruh hormon kortisol; yang keduanya dapat menghasilkan
11
efek peningkatan tekanan darah.
e. Rokok/Tembakau
Gas CO yang dihasilkan oleh rokok mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel
darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen (Kozlowski,
et al., 2001). Akibatnya, sel tubuh menjadi kekurangan oksigen
dan akan berusaha meningkatkan oksigen melalui kompensasi
pembuluh darah dengan jalan menciut (spasme). Bila proses
spasme berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya
pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya
aterosklerosis.
Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah tersebut
mengakibatkan tekanan darah di dalam pembuluh menjadi tinggi.
Selain itu nikotin yang terkandung dalam asap rokok
menyebabkan perangsangan terhadap hormon adrenalin yang
bersifat memacu jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007).
Jantung akan bekerja keras, sedangkan tekanan darah akan
semakin meninggi, dan berakibat timbulnya hipertensi. Efek
lainnya adalah merangsang produksi fibrinogen (faktor
penggumpal darah) yang menyebabkan trombosit akan
menggumpal dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah
sehingga memicu terjadinya ateroskeloris.
12
(2002), pada saat pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai
kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat
dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil. Gejala yang mungkin antara lain:
peningkatan tekanan darah, kepala terasa pusing, sering marah,
telinga terasa berdengung, mata berkunang-kunang, sukar tidur
dan lainnya.
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), sebagian orang yang
menderita tekanan darah tinggi akan mengeluhkan sakit kepala
yang terasa tumpul, perdarahan lewat hidung (mimisan) yang
semakin sering, atau pusing (sensasi berputar, vertigo). Namun
tidak sedikit pula orang yang tidak mengalami gejala apapun,
walaupun tekanan darahnya telah mencapai tingkat yang
membahayakan (tekanan sistolik di atas 160 mmHg atau tekanan
diastolik di atas 100 mmHg).
13
Penatalaksanaan pada hipertensi adalah mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Penangannya dapat secara nonfarmakologi dan farmakologi.
Penangan hipertensi sebaiknya dimulai dengan memperbaiki
gaya hidup yaitu mengatur diet (makan rendah garam dan
mempertahankan berat badan dalam batas normal), latihan yang
teratur sepanjang tidak bertentangan dengan keadaan penyakit
yang dialami, berhenti merokok, minum kopi, dan alkohol (Mayo
Clinic Staff, 2012):
a. Modifikasi diet dan turunkan berat badan
Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches
to Stop Hypertension); yang terdiri atas diet tinggi buah, tinggi
sayur, dan produk susu yang rendah lemak. Kurangi juga asupan
garam sampai dengan 6 gram NaCl (garam dapur) per hari.
Jangan lupakan penurunan berat badan. Pertahankan berat badan
dalam kisaran ideal, yaitu dalam kisaran indeks massa tubuh 18,5
sampai dengan 24,9. Dari upaya penurunan berat badan,
diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 5-20 mmHg per
penurunan sebanyak 10 kg. Sedangkan dari diet, diharapkan
tekanan darah sistolik dapat turun 2-14 mmHg.
b. Aktivitas fisik
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik, selama
minimal 30 menit per hari, dan harus dilakukan setidak-tidaknya
4-5 hari dalam seminggu secara rutin. Contoh olahraga yang baik
adalah jalan cepat (brisk walking). Diharapkan tekanan darah
sistolik dapat turun 4-9 mmHg.
c. Berhenti merokok, kurangi konsumsi alkohol dan kopi
Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol
dan kopi , maka dari upaya ini diharapkan tekanan darah sistolik
dapat turun 2-4 mmHg.
Jika hal-hal tersebut dapat berhasil mengontrol tekanan
darah, maka tidak diperlukan obat-obatan antihipertensi
(Siburian, 2005). Namun, Jika modifikasi gaya hidup dan pola
14
makan tidak berhasil menurunkan tekanan darah tinggi, barulah
seseorang membutuhkan intervensi obat. Untuk penggunaan
obat-obatan antihipertensi, sebaiknya dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter mengenai pengobatan hipertensi yang
tepat.
2.3 Merokok
2.3.1 Defenisi Merokok dan Kandungan Bahan Kimia dalam Rokok
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan
menghisap asap yang dihasilkannya (Husaini, 2007). Asap ini
membawa bahaya dari sejumlah kandungan tembakau dan juga
bahaya dari pembakaran yang dihasilkannya. Asap yang
dihasilkan mengandung sekitar 60% kandungan gas dan uap yang
terdiri dari 20 jenis gas diantaranya adalah: karbon monoksida,
hidro sianida, nitric, acid, nitrogen dioksida fluorocarbon,
asetone, dan amonia.
15
adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk selalu
merokok. Zat nikotin merupakan zat yang berbahaya karena
menjadi salah satu penyebab penyakit jantung koroner dan
kanker. (Kozlowski, Henningfield, & Brigham, 2001). Selain itu
nikotin yang terkandung dalam asap rokok menyebabkan
perangsangan terhadap hormon adrenalin yang bersifat memacu
jantung dan tekanan darah. Jantung akan bekerja keras,
sedangkan tekanan darah akan semakin meninggi, dan berakibat
timbulnya hipertensi. Efek lainnya adalah merangsang produksi
fibrinogen (faktor penggumpal darah) yang menyebabkan
trombosit akan menggumpal dan melekat pada lapisan dalam
pembuluh darah sehingga memicu terjadinya ateroskeloris.
Csanyi,et al (2002) melakukan penelitian mengenai
pengaruh hipertensi dan merokok pada timbulnya risiko
penebalan di intima-media pemuluh darah. Hasil penelitian
mereka menyatakan bahwa ada perkembangan yang progresif
dalam munculnya penebalan intima-media pada kelompok
sampel yang merokok yaitu 74% dan 27 % pada kelompok yang
hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Elshatarat, R (2010)
mengenai pengetahuan dan kepercayaan tentang risiko merokok
terhadap rokok pada pria dewasa kebangsaan Jordanian
menemukan bahwa 100% responden percaya bahwa merokok
dapat menimbulkan penyakit. Sebesar 99% responden percaya
merokok dapat menimbulkan penyakit paru dan 92,4% responden
percaya merokok dapat menimbulkan penyakit kardiovaskular.
16
BAB III
17
3.1.2 Kegiatan yang Dilaksanakan Puskesmas
Selain upaya – upaya tersebut, Puskesmas Cibodasari juga memiliki klinik unggulan
18
yaitu klinik PTRM Metadon.
menjelaskan (to describe and explain). Peneliti juga melakukan metode triangulasi
kebenaran informasi yang diberikan dari berbagai sudut pandang dan diharapkan
Cibodasari yang tidak rutin kontrol dan minum obat antihipertensi sebagai
19
3.2.6 Alur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
dan tahap penyusunan laporan. Kegiatan yang dilaksanakan pada masing-masing tahap
sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Penyiapan lokasi penelitian dilakukan dengan menghubungi dokter umum di
Puskesmas Cibodasari serta pemegang program PTM untuk memperoleh tempat
yang tepat untuk dilakukan mini project di Puskesmas Cibodasari.
2. Tahap pelaksanaan
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data yang dilakukan oleh peneliti bertujuan agar hasil
penelitian yang didapatkan lebih fokus. Mereduksi data artinya merangkum.
Setelah mengumpulkan data dari berbagai sumber, dan data yang telah
dibutuhkan telah terkumpul maka proses selanjutnya adalah mereduksi data.
Dengan adanya reduksi data maka informasi yang didapatkan akan lebih jelas
dan terarah, karena dalam proses pengumpulan data tentunya banyak sekali
data yang masuk yang diperoleh peneliti sehingga justru terkadang
menyimpang dari fokus yang akan diteliti, itulah pentingnya mereduksi data.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data bertujuan untuk mempermudah dalam memahami apa
yang diteliti. Penyajian data ini bisa dalam bentuk uraian, bagan, hubungan
antar kategori. Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti berupa uraian
penyebab ketidakpatuhan pasien hipetensi untuk kontrol dan minum obat
teratur.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusing Drawing / Verifying)
Setelah melalui tahap reduksi data, tahap selanjutnya yang akan
dilakukan adalah menarik kesimpulan dari informasi yang telah didapat.
Berbagai informasi yang telah didapatkan setelah melalui tahap – tahap
kemudian disimpulkan. Kesimpulan yang dibuat merupakan hasil dari
pengkajian dan telaah data yang telah terkumpul.
20
21
3. Tahap penyusunan laporan
22
BAB IV
ANALISA MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
4.2.1. Pembuatan Kartu Kontrol untuk Penderita Hipertensi dan Penyakit Kronik
Lainnya.
A. Kegiatan: Pembuatan Kartu Kontrol untuk penderita Hipertensi dan Penyakit
Kronik Lainnya
B. Tujuan :
Meningkatkan kepatuhan penderita hipertensi untuk kontrol dan minum
obat rutin
Mengetahui riwayat pengobatan penderita
C. Metode:
Membuat Kartu Kontrol untuk penderita Hipertensi dan Penyakit Kronik
Lainnya yang nantinya akan diberikan kepada PKM Cibodasari lalu
diberikan ke penderita hipertensi di Poli Umum atau di Poli Lansia.
Selanjutnya kartu kontrol wajib dibawa oleh penderita setiap kali kontrol ke
fasilitas pelayanan kesehatan baik di puskesmas, maupun RS.
D. Sasaran dan Target
Sasaran dari program ini adalah penderita hipertensi dan penyakit kronik
lainnya. Target dari program ini adalah penderita hipertensi dan penyakit kronik
lainnya.
E. Indikator capaian:
- Meningkatnya kepatuhan penderita untuk kontrol dan minum obat rutin
F. Cara pengukuran:
Angka penderita hipertensi yang minum obat rutin pada survey Keluarga Sehat
berikutnya dapat meningkat.
G. Hasil Kegiatan :
Kartu kontrol diserahkan ke PKM Cibodasari sebagai alat bantu agar pasien
hipertensi dan/atau penyakit kronis lain dapat melakukan kontrol yang terjadwal
dengan baik serta petugas kesehatan, dokter, dokter spesialis dapat mengetahui
dengan jelas riwayat perjalanan penyakit pasien meskipun pasien berknjung ke
fasilitas kesehatan yang berbeda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil mini project yang dilakukan terhadap penderita hipertensi di Puskesmas
Cibodasari, Kecamtan Cibodas, Kota Tangerang, maka dapat disimpulkan :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi di Puskesmas Cibodasari setelah diberikan pengetahuan tentang
hipertensi dan kartu kontrol.
5.2. SARAN
Bagi Dokter Umum di PKM
a. Diharapkan untuk dokter umum sebisa mungkin memberikan KIE pada penderita
hipertensi untuk kontrol dan minum obat rutin. Dokter umum bisa memanfaatkan
pamflet hipertensi jika saat pelayanan tidak sempat memberikan KIE lengkap.
b. Diharapkan untuk dokter umum dapat lebih aktif memberikan penyuluhan dan
terjun ke lapangan.
Bagi pemegang program Promkes / PTM
a. Diharapkan untuk pemegang program promkes / PTM menjadi motor agar
program ini dapat berjalan lebih baik dan sebagai pemegang program dapat
memimpin untuk mengadakan penyuluhan berkala, evaluasi dan memantau
keberhasilan mini project ini. Sehingga apabila terdapat kendala dapat di evaluasi
kembali oleh pemegang program ini dan memperbaiki kekurangan yang masih ada.
Lampiran 1
Hasil wawancara
Ibu Erni
Usia 66 tahun
Pendidikan : SD
Dokter Yusuf : Ibu saya mau Tanya kalo tekanan darah 120/80 itu normal atau tinggi ?
Ibu Erni : 120 itu tinggi dok
Dokter Yusuf : Tinggi ya Bu ? Kalo 130 Bu ?
Ibu Erni : Tinggi juga dok
Dokter Yusuf : Terus menurut Ibu kalo tensinya normal itu berapa ya Bu ?
Ibu Erni : Gatau dok hehe
Dokter Yusuf : Ibu kalo mau berobat ke puskesmas ada halangan tidak Bu ?
Ibu Erni : Ada dok, takut saya kalo ke puskesmas karena covid
Dokter Yusuf : Ibu tidak pernah sama sekali minum obat darah tinggi ?
Ibu Erni : Tidak pernah dok
Dokter Yusuf : Ibu tau gak kalo darah tinggi bisa menyebabkan stroke ?
Ibu Erni : Tidak tahu dok
Dokter Yusuf : Kalo darah tinggi menyebabkan gagal ginjal tau tidak Bu ?
Ibu Erni : Ginjal ?
Dokter Yusuf : Iya gagal ginjal, ginjalnya rusak gitu Bu ?
Ibu Erni : Tidak tau Dok
Dokter Yusuf : Tensi Ibu kan 158/90 itu tinggi atau rendah ?
Ibu Erni : Oh ya tinggi dok
Dokter Yusuf : Misalkan Ibu kalo saya kasih obat tensi Ibu mau minum obatnya gak ?
Ibu Erni : Mau aja dok
Dokter Yusuf : Kalo sudah habis obatnya mau control lagi Bu ?
Ibu Erni : Mau saya control lagi
Dokter Yusuf : Ibu kan darahnya tinggi, terus Ibu minum obat perlu gak menjaga pola makan ?
seperti jangan makan lemak – lemak, daging gitu Bu ?
Bu Anita
48 tahun
Dokter Yusuf : semakin bertambah usia tekanan darah semakin tinggi nih bu, jadi ga perlu di
obatin bu? Betul ga bu?
Ibu Anita : nggak betul dok
Dokter Yusuf : jadi harus tetep diobatin
Ibu Anita : iya dok
Dokter Yusuf : kalau penderita darah tinggi makannya dijaga, olahraga teratur perlu ga
berobat bu?
Ibu Anita : ngga perlu berobat dok
Dokter Yusuf : ga perlu bu?
Ibu Anita : iyaa
Dokter Yusuf : kalau penderita darah tinggi rajin minum obatnya, boleh ga tetap makan yang
asin asin bu?
Ibu Anita : boleh kali ya dok
Dokter Yusuf : yang punya darah tinggi boleh ga merokok dan minum alkohol bu?
Ibu Anita : ga boleh lah dok
Dokter Yusuf : kalo yang darah tinggi harus banyak makan buah dan sayur bu?
Ibu Anita : boleh dok
Dokter Yusuf : darah tinggi dapat menyebabkan kematian lebih cepat ga bu kalo ga diobatin?
Ibu Anita : iya tapi ya mudah mudahan nggak ya dok
Dokter Yusuf : Darah tinggi dapat menyebabkan stroke?
Ibu Anita : iya dok, mudah mudahan nggak dok saya gamau
Dokter Yusuf : hahaha iya buu aamiin
Dokter Yusuf : kalo penyakit darah tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal, penglihatan
burem ga bu?
Ibu Anita : iya dok saya tau
Dokter Yusuf : kalo ibu berobat kemauan sendiri atau dorongan orang lain?
Ibu Anita : kemauan sendiri dok
Dokter Yusuf : apakah ibu membutuhkan pelayanan kesehatan yang rutin?
Ibu Anita : ya butuh
1. Penderita HT