MINIPRO

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN MINI PROJECT

UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN KONTROL DAN MINUM OBAT PADA


PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIBODASARI KOTA TANGERANG

Disusun Oleh :
dr. Sutiyasa Yusuf

Pembimbing :
dr. Nursanah

PUSKESMAS CIBODASARI KOTA TANGERANG


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA KOTA TANGERANG

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah faktor risiko utama dari penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap
negara. Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972
juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara berkembang, temasuk Indonesia.

Prevalensi hipertensi di dunia termasuk di Indonesia semakin hari


semakin meningkat dimana prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 2015
mencapai 40% dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Dari jumlah tersebut, 20-80% penderita tersebut tidak patuh
.dalam menjalankan terapi hipertensi7 dan 7,5 juta penderita hipertensi
mengalami kematian dan prevalensinya sekitar 12,8% dari total kematian di
seluruh dunia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jumlah penderita
hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia
terkena hipertensi. WHO menyebutkan negara ekonomi berkembang
memiliki penderita hipertensi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya
35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu
sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara 36%.
Kawasan Asia penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita hipertensi. Sedangkan di
Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah penduduk
(Widiyani, 2013).

2
Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi
kematiannya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013
menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 25,8%.
Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya
4% yang hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah mereka yang
menderita hipertensi dan mereka tahu sedang berobat untuk itu. Sebaliknya
sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas rentang
normal yaitu apabila di atas 140/90 mmHg ( Potter & Perry, 2005).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), hipertensi adalah meningkatnya
tekanan darah dimana pada dewasa hipertensi ada ketika tekanan darah
sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan atau ketika tekanan
darah sama atau lebih tinggi dari 90 mmHg dalam jangka waktu yang
lama.
Menurut WHO (2011), hipertensi adalah tekanan darah yang
sama atau lebih tinggi dari 140/90 mmHg, dimana prehipertensi adalah
ketika tekanan darah sistolik berada pada 120-139 mmHg atau ketika
tekanan darah diastolik berada pada 80-89 mmHg. Dari beberapa defenisi
hipertensi di atas maka dapat disimpulkan hipertensi merupakan kenaikan
tekanan darah menetap dimana tekanan darah berada pada atau lebih
tinggi dari 140/90 mmHg.

Pengetahuan tentang komplikasi hipertensi akan meningkatkan


kepatuhan terhadap terapi antihipertensi. Penelitian Mesmer juga
membenarkan hal tersebut, dimana pada penelitian tersebut penderita yang
tingkat kepatuhan pengobatannya baik kebanyakan memiliki pengetahuan
yang baik tentang pengobatan hipertensi (76,2%, p < 0,05), komplikasi
tekanan darah tinggi (69,2%, p = 0,0003), dan keparahan hipertensi (90,2%,
p=0,001).

3
Bedasarkan data presurvei yang di lakukan di Puskesmas Cibodasari
didapatkan total pasien yang terdiagnosa hipertensi yang datang ke poli
umum Puskesmas Cibodasari periode januari 2019 – desember 2019
sebanyak 12.899, pasien dengan diagnosis penyakit diabetes mellitus
sebanyak 4.628, gangguan sistem peredaran darah lainnya sebanyak 796
pasien. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah yang menjadi
penyebab penderita hipertensi di Puskesmas Cibodasari tidak rutin kontrol
dan minum obat teratur.

1.2 Masalah Penelitian


Masih banyak pasien yang tidak patuh kontrol dan minum obat rutin di
wilayah kerja Puskesmas Cibodasari, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang,
Provinsi Banten.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum

Meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Puskesmas


Cibodasari dengan sebelumnya melakukan penelitian untuk menemukan karakteristik
dari penderita Hipertensi di Puskesmas Cibodasari

1.3.2 Tujuan khusus:


a. Mengidentifikasi karakteristik dari responden.
b. Mengidentifikasi faktor yang dapat menyebabkan penderita
hipertensi di Puskesmas Cibodasari tidak patuh minum obat.
c. Melakukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pada
penderita hipertensi

1.4 Manfaat penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dan masukan dalam berbagai bidang, yaitu sebagai berikut:
a. Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan
atau program yang tepat dalam usaha mengurangi atau mencegah
4
komplikasi pada penderita hipertensi.
b. Institusi pendidikan
Sebagai masukan bagi mahasiswa kedokteran dan dokter internsip
agar lebih berkontribusi memperhatikan dan mempromosikan kepada
masyarakat di sekitarnya tentang pentingnya pengobatan rutin pada
penderita hipertensi.
c. Di bidang pelayanan
Sebagai masukan atau informasi yang berguna bagi pelayanan
kesehatan untuk semakin meningkatkan promosi kesehatan mengenai
pentingnya pengobatan rutin pada penderita hipertensi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan tentang teori, konsep serta


penelitian yang terkait dengan gambaran tingkat pengetahuan
tentang hipertensi pada penderita hipertensi di Puskesmas
Cibodasari. Teori, konsep, dan penelitian yang terkait meliputi:
pengetahuan, hipertensi, dan merokok.

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman dan dari
informasi yang kita peroleh dari orang lain maupun buku (WHO,
1988). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan


Menurut Bloom (1987) dikutip dalam Notoadmodjo (2007),
pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan,
dan sebagainya.

6
b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
c. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan- rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau obyek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan suau kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pengalaman, dimana dapat diperolah dari pengalaman diri
sendiri maupun orang lain. Misalnya, jika seseorang pernah
7
merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi pada
umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan
jika terkena hipertensi.
b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa
wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, orang
yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang
yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap
informasi mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Sumber
informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
misalnya televisi, radio, koran, buku, majalah, dan internet.

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang
ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo,
2007). Tingkat pengetahuan yang akan diukur dalam penelitian
ini adalah sejauh mana tingkat pengetahuan responden baik
mengenai pengertian, penyebab, komplikasi, dan cara yang tepat
untuk menanganinya. Pada penelitian ini tingkat pengetahuan
akan diukur melalui perhitungan statistik kuesioner dan
diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu tingkat pengetahuan
baik dan kurang.
Penelitian yang terkait adalah penelitian yang dilakukan
oleh Astuti (2009) mengenai hubungan antara tingkat pendidikan
dengan tingkat pengetahuan tentang hipertensi. Dari hasil analisa
univariat, tingkat pengetahuan tentang hipertensi didapatkan hasil
bahwa rata-rata responden memiliki tingkat pengetahuan tentang
hipertensi sedang ke atas yaitu sebesar 68,8 %. Pada hasil analisis
hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan
tentang hipertensi didapatkan ada hubungan antara tingkat
8
pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang hipertensi.
Faisal dan Evi ( 2009) dalam penelitian mengenai gambaran
tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya rokok pada usia remaja
di depok menemukan hasil bahwa dari 81 responden didapat 63
responden (77,78%) dengan tingkat pengetahuan tinggi tentang
bahaya merokok pada remaja. Ambarita, et al (2010) melakukan
penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dan
sikap remaja terhadap bahaya merokok. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifik antara tingkat
pengetahuan dengan sikap remaja terhadap bahaya merokok.
Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap
responden terhadap bahaya merokok diperoleh ada 20 orang
(48,8%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah
bersikap positif terhadap bahaya merokok. Sedangkan yang
memiliki tingkat pengetahuan tinggi ada 21 orang (51,2%)
memiliki sikap positif terhadap bahaya merokok. Pada responden
yang memiliki tingkat pengetahuan rendah dan bersikap negatif
terhadap bahaya merokok ada 23 orang (43,4%), sedangkan yang
memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan bersikap negatif ada 30
orang (56,6%).

2.2 Hipertensi
2.2.1 Defenisi Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut
Potter dan Perry (2006), hipertensi merupakan gangguan
asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
secara persisten dimana diagnosa hipertensi pada orang dewasa
ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau
pada 140/90 mmHg. WHO (2011),

9
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Berikut adalah tabel klasifikasi hipertensi pada individu


berumur 18 tahun ke atas menurut laporan Joint National
Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Preasure (1993) dalam Smeltzer dan Bare (2002).
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Kategor Sistolik (mmHg) Diastolik


i (mmHg)
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat ≥ 210 ≥ 120
berat)

Klasifikasi hipertensi dibagi dalam 4 stadium yaitu,


stadium ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Stadium ringan
berada pada rentang 140/90- 159/99 mmHg. Stadium sedang
berada pada rentang 160/100-179/109 mmHg. Stadium berat
berada pada rentang 180/110-209/119 mmHg. Sedangkan
stadium sangat berat berada diatas atau sama dengan 210/120
mmHg.

2.2.3 Faktor Penyebab Hipertensi


Dalam Potter dan Perry (2006), individu dengan riwayat
keluarga hipertensi berisiko mengalami hipertensi. Selain itu,
kegemukan, merokok, pengguna berat alkohol, kadar kolesterol
tinggi dan terpapar stress secara kontinu juga dihubungkan
dengan hipertensi. Smeltzer dan Bare (2002) juga berpendapat
bahwa hipertensi dipengaruhi oleh “ gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang
berlebihan, tembakau dan obat-obatan yang merangsang, tetapi
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan” (hal. 897).
Oleh karena itu, disimpulkan bahwa hipertensi memiliki
kecenderungan genetik kuat yang dapat diperparah oleh faktor-

10
faktor kontribusi misalnya sebagai berikut:

a. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko mengalami cardiovascular disease and
hypertension (CVDH) daripada wanita. Akan tetapi, setelah
wanita mengalami menopause maka insiden terjadi CVDH akan
cenderung sama pada wanita dan pria (Reckelhoff, 2001)
b. Usia
Umumnya lansia mengalami peningkatan tekanan darah.
Hal ini dapat disebabkan pembuluh darah yang tersumbat oleh
penimbunan lemak atau pembuluh darahnya menjadi kaku karena
proses penuaan (Stanley & Beare, 2002).
c. Obesitas
Dalam penelitian Narkiewicz (2005), berat badan yang
berlebih akan meyebabkan ketidakseimbangan metabolisme
dimana hal tersebut dapat menimbulkan chronic kidney diseases
(CKD) yang berakibat tmbulnya peningkatan darah (hipertensi).
Penelitian Rahmouni et al (2004) juga menemukan bahwa
obesitas dapat menyebabkan disfungsi pada endotel sehingga
menyebabkan hipertensi.
d. Pola makan
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), banyak makan
makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan bumbu
penyedap juga dapat menyebabkan hipertensi. Hal ini disebabkan
karena makanan tersebut banyak mengandung natrium yang
bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga beban
kerja jantung untuk memompa darah meningkat dan
mengakibatkan hipertensi. Konsumsi alkohol dan kopi berlebihan
juga mengakibatkan hipertensi. Efek alkohol dan kopi terhadap
tekanan darah masih belum begitu jelas, namun diduga ada
kaitannya dengan perangsangan saraf otonom simpatis dan
pengaruh hormon kortisol; yang keduanya dapat menghasilkan

11
efek peningkatan tekanan darah.

e. Rokok/Tembakau
Gas CO yang dihasilkan oleh rokok mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel
darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen (Kozlowski,
et al., 2001). Akibatnya, sel tubuh menjadi kekurangan oksigen
dan akan berusaha meningkatkan oksigen melalui kompensasi
pembuluh darah dengan jalan menciut (spasme). Bila proses
spasme berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya
pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya
aterosklerosis.
Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah tersebut
mengakibatkan tekanan darah di dalam pembuluh menjadi tinggi.
Selain itu nikotin yang terkandung dalam asap rokok
menyebabkan perangsangan terhadap hormon adrenalin yang
bersifat memacu jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007).
Jantung akan bekerja keras, sedangkan tekanan darah akan
semakin meninggi, dan berakibat timbulnya hipertensi. Efek
lainnya adalah merangsang produksi fibrinogen (faktor
penggumpal darah) yang menyebabkan trombosit akan
menggumpal dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah
sehingga memicu terjadinya ateroskeloris.

2.2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi


Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan gejala selama bertahun-tahun. Gejala bila ada,
biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan. Dalam Smeltzer dan Bare

12
(2002), pada saat pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai
kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat
dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil. Gejala yang mungkin antara lain:
peningkatan tekanan darah, kepala terasa pusing, sering marah,
telinga terasa berdengung, mata berkunang-kunang, sukar tidur
dan lainnya.
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), sebagian orang yang
menderita tekanan darah tinggi akan mengeluhkan sakit kepala
yang terasa tumpul, perdarahan lewat hidung (mimisan) yang
semakin sering, atau pusing (sensasi berputar, vertigo). Namun
tidak sedikit pula orang yang tidak mengalami gejala apapun,
walaupun tekanan darahnya telah mencapai tingkat yang
membahayakan (tekanan sistolik di atas 160 mmHg atau tekanan
diastolik di atas 100 mmHg).

2.2.5 Komplikasi dari Hipertensi


Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
stroke, dan gagal ginjal. Tingginya tekanan darah yang lama akan
merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, dimana yang paling
jelas pada mata, jantung, ginjal dan otak. Oleh karena itu,
konsekuensi yang biasa terjadi pada hipertensi yang lama dan
tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner,
gagal ginjal, dan stroke (Smeltzer & Bare, 2002).
Dalam Smeltzer & Bare (2002), Institut Nasional Jantung,
Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita
hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini
diderita, tekanan darah pasien harus terus dipantau dengan
interval yang teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur
hidup.

2.2.6 Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi

13
Penatalaksanaan pada hipertensi adalah mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Penangannya dapat secara nonfarmakologi dan farmakologi.
Penangan hipertensi sebaiknya dimulai dengan memperbaiki
gaya hidup yaitu mengatur diet (makan rendah garam dan
mempertahankan berat badan dalam batas normal), latihan yang
teratur sepanjang tidak bertentangan dengan keadaan penyakit
yang dialami, berhenti merokok, minum kopi, dan alkohol (Mayo
Clinic Staff, 2012):
a. Modifikasi diet dan turunkan berat badan
Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches
to Stop Hypertension); yang terdiri atas diet tinggi buah, tinggi
sayur, dan produk susu yang rendah lemak. Kurangi juga asupan
garam sampai dengan 6 gram NaCl (garam dapur) per hari.
Jangan lupakan penurunan berat badan. Pertahankan berat badan
dalam kisaran ideal, yaitu dalam kisaran indeks massa tubuh 18,5
sampai dengan 24,9. Dari upaya penurunan berat badan,
diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 5-20 mmHg per
penurunan sebanyak 10 kg. Sedangkan dari diet, diharapkan
tekanan darah sistolik dapat turun 2-14 mmHg.
b. Aktivitas fisik
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik, selama
minimal 30 menit per hari, dan harus dilakukan setidak-tidaknya
4-5 hari dalam seminggu secara rutin. Contoh olahraga yang baik
adalah jalan cepat (brisk walking). Diharapkan tekanan darah
sistolik dapat turun 4-9 mmHg.
c. Berhenti merokok, kurangi konsumsi alkohol dan kopi
Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol
dan kopi , maka dari upaya ini diharapkan tekanan darah sistolik
dapat turun 2-4 mmHg.
Jika hal-hal tersebut dapat berhasil mengontrol tekanan
darah, maka tidak diperlukan obat-obatan antihipertensi
(Siburian, 2005). Namun, Jika modifikasi gaya hidup dan pola
14
makan tidak berhasil menurunkan tekanan darah tinggi, barulah
seseorang membutuhkan intervensi obat. Untuk penggunaan
obat-obatan antihipertensi, sebaiknya dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter mengenai pengobatan hipertensi yang
tepat.

2.3 Merokok
2.3.1 Defenisi Merokok dan Kandungan Bahan Kimia dalam Rokok
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan
menghisap asap yang dihasilkannya (Husaini, 2007). Asap ini
membawa bahaya dari sejumlah kandungan tembakau dan juga
bahaya dari pembakaran yang dihasilkannya. Asap yang
dihasilkan mengandung sekitar 60% kandungan gas dan uap yang
terdiri dari 20 jenis gas diantaranya adalah: karbon monoksida,
hidro sianida, nitric, acid, nitrogen dioksida fluorocarbon,
asetone, dan amonia.

2.3.2 Dampak Kandungan Rokok bagi Tubuh


Gas CO (carbonmonoksida) merupakan gas yang sangat
berbahaya karena persentasenya yang tinggi dalam aliran darah
seorang perokok aktif yang mampu menyedot persediaan gas
oksigen yang dibutuhkan individu untuk bernafas. Gas CO yang
dihasilkan oleh rokok mempunyai kemampuan mengikat
hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit)
lebih kuat dibanding oksigen. Sel tubuh menjadi kekurangan
oksigen dan akan berusaha meningkatkan melalui kompensasi
pembuluh darah dengan jalan menciut (spasme). Bila proses
spasme berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya
pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya
aterosklerosis.
Nikotin yang terkandung di dalam rokok merupakan zat

15
adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk selalu
merokok. Zat nikotin merupakan zat yang berbahaya karena
menjadi salah satu penyebab penyakit jantung koroner dan
kanker. (Kozlowski, Henningfield, & Brigham, 2001). Selain itu
nikotin yang terkandung dalam asap rokok menyebabkan
perangsangan terhadap hormon adrenalin yang bersifat memacu
jantung dan tekanan darah. Jantung akan bekerja keras,
sedangkan tekanan darah akan semakin meninggi, dan berakibat
timbulnya hipertensi. Efek lainnya adalah merangsang produksi
fibrinogen (faktor penggumpal darah) yang menyebabkan
trombosit akan menggumpal dan melekat pada lapisan dalam
pembuluh darah sehingga memicu terjadinya ateroskeloris.
Csanyi,et al (2002) melakukan penelitian mengenai
pengaruh hipertensi dan merokok pada timbulnya risiko
penebalan di intima-media pemuluh darah. Hasil penelitian
mereka menyatakan bahwa ada perkembangan yang progresif
dalam munculnya penebalan intima-media pada kelompok
sampel yang merokok yaitu 74% dan 27 % pada kelompok yang
hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Elshatarat, R (2010)
mengenai pengetahuan dan kepercayaan tentang risiko merokok
terhadap rokok pada pria dewasa kebangsaan Jordanian
menemukan bahwa 100% responden percaya bahwa merokok
dapat menimbulkan penyakit. Sebesar 99% responden percaya
merokok dapat menimbulkan penyakit paru dan 92,4% responden
percaya merokok dapat menimbulkan penyakit kardiovaskular.

16
BAB III

GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Cibodasari


Wilayah kerja Puskesmas Cibodasari terletak di sebelah selatan kota Tangerang dengan
luas wilayah 250,5 Ha. Dengan letak ketinggian 14 m dari permukaan laut. Berjarak 80
km dari Ibukota Provinsi Banten dan 27 km dari DKI Jakarta, serta 7 km dari kota
Tangerang. Batas wilayah Puskesmas Cibodasari:
- Sebelah selatan dengan kelurahan Bencongan Indah
- Sebelah barat dengan kelurahan Cibodas Baru
- Sebelah utara dengan kelurahan Karawaci Baru
- Sebelah Timur dengan Kelurahan Panunggangan Barat

Puskesmas Cibodasari memiliki wilayah administrasi meliputi 2 kelurahan yaitu kelurahan


Cibodasari dengan luas wilayah 97,2 Ha dan kelurahan Cibodas dengan luas wilayah
250,5 Ha.

3.1.1 Pola Penyakit Terbanyak 2019

No Jenis Penyakit Jumlah


1 Hipertensi Essensial (Primer) 12.899
2 Diabetes Mellitus 4.628
3 Myalgia 3.419
4 Influenza dengan manifestasi yang lain karena virus 2.527
5 Influenza karena virus 2.161
6 Gejala & tanda umum lainnya 1.629
7 Dermatitis lainnya 1.611
8 Faringitis Akut 1.501
9 Gastritis & Duodenitis 1.517
10 Faringitis Akut ytt 1.501

17
3.1.2 Kegiatan yang Dilaksanakan Puskesmas

Upaya – upaya yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas berupa :


1. Upaya Kesehatan Wajib meliputi :
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. KIA termasuk KB
d. Perbaikan gizi
e. Pemberantasan peyakit menular
f. Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan meliputi :
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya kesehatan gigi dan mulut
d. Upaya kesehatan jiwa
e. Upaya kesehatan mata
f. Upaya kesehatan usia lanjut
g. Upaya kesehatan kerja
h. Upaya kesehatan reproduksi
i. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
j. Upaya pembinaan, pengawasan, pengendalian obat, dan bahan berbahaya
serta makanan dan minuman
k. Upaya pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pengobatan tradisional
l. Upaya pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kesehatan swasta
3. Upaya Pelayanan Penunjang yaitu :
a. Laboratorium
b. USG
c. EKG
d. Pencatatan dan pelaporan
e. Gudang obat
f. Apotik

Selain upaya – upaya tersebut, Puskesmas Cibodasari juga memiliki klinik unggulan
18
yaitu klinik PTRM Metadon.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama menggambarkan dan

mengungkapkan (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan

menjelaskan (to describe and explain). Peneliti juga melakukan metode triangulasi

dimana peneliti melakukan wawancara pada beberapa informan untuk mengecek

kebenaran informasi yang diberikan dari berbagai sudut pandang dan diharapkan

dapat diperoleh hasil yang objektif dan benar.

3.2.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Puskesmas Cibodasari, Kecamatan Cibodas,

Kabupaten Tangerang, Banten.

3..2.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah beberapa pasien hipertensi Puskesmas

Cibodasari yang tidak rutin kontrol dan minum obat antihipertensi sebagai

penerima layanan kesehatan.

3.2.4 Metode Pengumpulan data


Metode pengumpulan data utama diperoleh penulis dengan melakukan

wawancara (interview, observasi, dan dokumentasi).

3.2.5 Variabel Penelitian


Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor penyebab
ketidakpatuhan pasien hipertensi untuk kontrol dan minum obat rutin.

19
3.2.6 Alur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
dan tahap penyusunan laporan. Kegiatan yang dilaksanakan pada masing-masing tahap
sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Penyiapan lokasi penelitian dilakukan dengan menghubungi dokter umum di
Puskesmas Cibodasari serta pemegang program PTM untuk memperoleh tempat
yang tepat untuk dilakukan mini project di Puskesmas Cibodasari.

2. Tahap pelaksanaan
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data yang dilakukan oleh peneliti bertujuan agar hasil
penelitian yang didapatkan lebih fokus. Mereduksi data artinya merangkum.
Setelah mengumpulkan data dari berbagai sumber, dan data yang telah
dibutuhkan telah terkumpul maka proses selanjutnya adalah mereduksi data.
Dengan adanya reduksi data maka informasi yang didapatkan akan lebih jelas
dan terarah, karena dalam proses pengumpulan data tentunya banyak sekali
data yang masuk yang diperoleh peneliti sehingga justru terkadang
menyimpang dari fokus yang akan diteliti, itulah pentingnya mereduksi data.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data bertujuan untuk mempermudah dalam memahami apa
yang diteliti. Penyajian data ini bisa dalam bentuk uraian, bagan, hubungan
antar kategori. Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti berupa uraian
penyebab ketidakpatuhan pasien hipetensi untuk kontrol dan minum obat
teratur.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusing Drawing / Verifying)
Setelah melalui tahap reduksi data, tahap selanjutnya yang akan
dilakukan adalah menarik kesimpulan dari informasi yang telah didapat.
Berbagai informasi yang telah didapatkan setelah melalui tahap – tahap
kemudian disimpulkan. Kesimpulan yang dibuat merupakan hasil dari
pengkajian dan telaah data yang telah terkumpul.
20
21
3. Tahap penyusunan laporan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan dan konsultasi dengan


dokter pendamping.

22
BAB IV
ANALISA MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 ANALISA MASALAH


Dari penelitian yang dilakukan didapatkan masalah sebagai berikut :
1. Dari hasil observasi dan wawancara terhadap penderita hipertensi yang tidak kontrol
dan minum obat rutin di Puskesmas Cibodasari, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang,
Provinsi Banten, didapatkan masalah antara lain:
a. kurangnya pengetahuan penderita terhadap penyakitnya
b. kurangnya kesadaran penderita untuk kontrol dan minum obat rutin
c. adanya ketakutan penderita terhadap efek samping obat hipertensi yang
diminum dalam jangka waktu lama
d. adanya kendala mobilitas terbatas pada penderita hipertensi usia lanjut sehingga
harus menunggu diantar keluarga untuk kontrol.
e. adanya ketakutan penderita datang ke fasilitas kesehatan (Puskesmas) karena
dalam situasi Pandemi Covid-19.

4.2 PEMECAHAN MASALAH


Ada satu program intervensi yang penulis usulkan/lakukan untuk memecahkan
masalah yang ditemukan dalam penelitian, antara lain : pembuatan kartu kontrol untuk
penderita hipertensi dan penyakit kronik lainnya.

4.2.1. Pembuatan Kartu Kontrol untuk Penderita Hipertensi dan Penyakit Kronik
Lainnya.
A. Kegiatan: Pembuatan Kartu Kontrol untuk penderita Hipertensi dan Penyakit
Kronik Lainnya
B. Tujuan :
 Meningkatkan kepatuhan penderita hipertensi untuk kontrol dan minum
obat rutin
 Mengetahui riwayat pengobatan penderita
C. Metode:
 Membuat Kartu Kontrol untuk penderita Hipertensi dan Penyakit Kronik
Lainnya yang nantinya akan diberikan kepada PKM Cibodasari lalu
diberikan ke penderita hipertensi di Poli Umum atau di Poli Lansia.
Selanjutnya kartu kontrol wajib dibawa oleh penderita setiap kali kontrol ke
fasilitas pelayanan kesehatan baik di puskesmas, maupun RS.
D. Sasaran dan Target
Sasaran dari program ini adalah penderita hipertensi dan penyakit kronik
lainnya. Target dari program ini adalah penderita hipertensi dan penyakit kronik
lainnya.
E. Indikator capaian:
- Meningkatnya kepatuhan penderita untuk kontrol dan minum obat rutin
F. Cara pengukuran:
Angka penderita hipertensi yang minum obat rutin pada survey Keluarga Sehat
berikutnya dapat meningkat.
G. Hasil Kegiatan :
Kartu kontrol diserahkan ke PKM Cibodasari sebagai alat bantu agar pasien
hipertensi dan/atau penyakit kronis lain dapat melakukan kontrol yang terjadwal
dengan baik serta petugas kesehatan, dokter, dokter spesialis dapat mengetahui
dengan jelas riwayat perjalanan penyakit pasien meskipun pasien berknjung ke
fasilitas kesehatan yang berbeda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Dari hasil mini project yang dilakukan terhadap penderita hipertensi di Puskesmas
Cibodasari, Kecamtan Cibodas, Kota Tangerang, maka dapat disimpulkan :
1. Meningkatnya pengetahuan dan kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi di Puskesmas Cibodasari setelah diberikan pengetahuan tentang
hipertensi dan kartu kontrol.

5.2. SARAN
Bagi Dokter Umum di PKM
a. Diharapkan untuk dokter umum sebisa mungkin memberikan KIE pada penderita
hipertensi untuk kontrol dan minum obat rutin. Dokter umum bisa memanfaatkan
pamflet hipertensi jika saat pelayanan tidak sempat memberikan KIE lengkap.
b. Diharapkan untuk dokter umum dapat lebih aktif memberikan penyuluhan dan
terjun ke lapangan.
Bagi pemegang program Promkes / PTM
a. Diharapkan untuk pemegang program promkes / PTM menjadi motor agar
program ini dapat berjalan lebih baik dan sebagai pemegang program dapat
memimpin untuk mengadakan penyuluhan berkala, evaluasi dan memantau
keberhasilan mini project ini. Sehingga apabila terdapat kendala dapat di evaluasi
kembali oleh pemegang program ini dan memperbaiki kekurangan yang masih ada.
Lampiran 1
Hasil wawancara

Ibu Tetty Suciarti


61 Tahun

Dokter Yusuf : Selama ini berobat rutin gak Bu?


Ibu Tetty : Rutin dok
Dokter Yusuf : (sambil ditensi) obat darah tingginya diminum setiap hari ?
Ibu Tetty : Ya gak, kalau ada keluhan saja. Kalau diminum tiap hari takut kebablas turun
Dokter Yusuf : Tekanan darah Ibu 150/90. Kemaren berapa Bu ?
Ibu Tetty : 130. Sekarang 150 dok ?
Dokter Yusuf : 150/90 Bu.
Ibu Tetty : Makanya agak sedikit pusing nih dok
Dokter Yusuf : Jadi gini Bu, di PKM Cibodasari banyak yang tidak minm obat darah tinggi
rutin, jadi saya mau mencari kendala apa sih yang menyebabkan pasien tidak mau kontrol dan
minum obat rutin, apa mungkin karena pengetahuan atau efek samping obat yang dirasakan.
Apa Ibu bersedia menjadi narasumber?
Ibu Tetty : Ya bisa saja Dok
Dokter Yusuf : Pertama dari identitas dulu ya Bu. Nama lengkapnya Ibu apa ?
Ibu Tetty : Tetty Suciarti
Dokter Yusuf : Tanggal lahirnya Ibu ?
Ibu Tetty : 21-05-1959.
Dokter Yusuf : suku nya apa Bu ?
Ibu Tetty : Jawa
Dokter Yusuf : Alamatnya dimana Bu ?
Ibu Tetty : Jl. Belimbing V No.8
Dokter Yusuf : Pekerjaan Ibu apa ?
Ibu Tetty : Ibu Rumah Tangga dok.
Dokter Yusuf : Di keluarga ada yang darah tinggi juga ?
Ibu Tetty : Kalau sekarang tidak ada, hanya saya saja. Kalau orang tua saya dulu tidak
tahu.
Dokter Yusuf : Tekanan darah kan atas/bawah, istilah lainnya sistol/diastol. Menurut Ibu
tekanan darah tinggi kalau di atas berapa Bu ?
Ibu Tetty : 140 tinggi dok
Dokter Yusuf : Kalau menurut Ibu, jika bawahnya saja yang tinggi missal 120/100 tinggi gak
Bu?
Ibu Tetty : Menurut saya normal itu. Biasa aja.
Dokter Yusuf : Menurut Ibu batas bawahnya darah tinggi berapa Bu ?
Ibu Tetty : Pernah 100
Dokter Yusuf : Kalau 100 gitu tinggi gak Bu ?
Ibu Tetty : Ya kurang dok. Kerendahan
Dokter Yusuf : Obat darah tinggi harus diminum tiap hari, menurut Ibu benar apa tidak?
Ibu Tetty : Ya kalau ada keluhan harus diminum tiap hari untuk menormalkan. Kalau gak
gitu ya pusing.
Dokter Yusuf : Kalau diminum tiap hari walaupun gak ada keluhan kenapa Bu ?
Ibu Tetty : Ya kalau menurut kesehatan kalau harus minum tiap hari ya saya mau,
resikonya yang saya gatau kalau minum tiap hari bagaimana, kalau gak minum akibatnya
bagaimana. Kebetulan kalau 140 ke atas, kalau ga minum obat ke badan jadi tidak enak tapi
kalau sudah normal, minum, saya takut turunnya terlanjur, nanti terlalu rendah jadi ganti
penyakit darah rendah, saya takut ganti lagi resepnya.
Dokter Yusuf : Jadi menurut Ibu jika hanya sedang sakit saja, jika ada keluhan aja ?
Ibu Tetty : Iya dok
Dokter Yusuf : Ada efek yang dirasakan setelah minum obat hipertensi? Missal tersa muter2
Ibu tetty : Kalau gak minum, pusing, muter2. Bisa gak kelihatan, orang kelihatan
bayang2. Kalau diminum 2x gitu sudah membaik.
Dokter Yusuf : Berarti kalau minum obat lebih baik ya Bu ?
Ibu Tetty : Iya dok
Dokter Yusuf : Apakah penderita hipertensi harus minum obat sepanjang hidupnya? Misal
penderitanya masih umur 40 tahun, apa harus terus minum obat Bu ?
Ibu Tetty : Kalau ada saran dari kesehatan ya mau minum, kl gak ada, wong tuek kan gak
ngerti apa-apa. Apalagi ada kesibukan lain , gak mikir kontrol itu.
Dokter Yusuf : Menurut Ibu, jika sudah minum obat apa tetap perlu menjaga pola hidupnya?
Seperti makanan dan olahraga
Ibu Tetty : Iya, seperti sekarang makanan saja sekarang yang asin-asin, lemak-lemak
sudah gak.
Dokter Yusuf : Menurut Ibu makanan yang tidak boleh dimakan oleh penderita darah tinggi
itu apa aja Bu ?
Ibu Tetty : Gule, sate gitu ga boleh
Dokter Yusuf : Kulit ayam boleh gak Bu ?
Ibu Tetty : Ga boleh dok

Ibu Erni
Usia 66 tahun
Pendidikan : SD

Dokter Yusuf : Ibu saya mau Tanya kalo tekanan darah 120/80 itu normal atau tinggi ?
Ibu Erni : 120 itu tinggi dok
Dokter Yusuf : Tinggi ya Bu ? Kalo 130 Bu ?
Ibu Erni : Tinggi juga dok
Dokter Yusuf : Terus menurut Ibu kalo tensinya normal itu berapa ya Bu ?
Ibu Erni : Gatau dok hehe
Dokter Yusuf : Ibu kalo mau berobat ke puskesmas ada halangan tidak Bu ?
Ibu Erni : Ada dok, takut saya kalo ke puskesmas karena covid
Dokter Yusuf : Ibu tidak pernah sama sekali minum obat darah tinggi ?
Ibu Erni : Tidak pernah dok
Dokter Yusuf : Ibu tau gak kalo darah tinggi bisa menyebabkan stroke ?
Ibu Erni : Tidak tahu dok
Dokter Yusuf : Kalo darah tinggi menyebabkan gagal ginjal tau tidak Bu ?
Ibu Erni : Ginjal ?
Dokter Yusuf : Iya gagal ginjal, ginjalnya rusak gitu Bu ?
Ibu Erni : Tidak tau Dok
Dokter Yusuf : Tensi Ibu kan 158/90 itu tinggi atau rendah ?
Ibu Erni : Oh ya tinggi dok
Dokter Yusuf : Misalkan Ibu kalo saya kasih obat tensi Ibu mau minum obatnya gak ?
Ibu Erni : Mau aja dok
Dokter Yusuf : Kalo sudah habis obatnya mau control lagi Bu ?
Ibu Erni : Mau saya control lagi
Dokter Yusuf : Ibu kan darahnya tinggi, terus Ibu minum obat perlu gak menjaga pola makan ?
seperti jangan makan lemak – lemak, daging gitu Bu ?

Ibu Erni : Perlu dok


Dokter Yusuf : Terus perlu olah raga gak Bu ?
Ibu Erni : Perlu kayaknya dok
Dokter Yusuf : Makanan yang tidak boleh di makan oleh orang yang darah tinggi ?
Ibu Erni : Lemak – lemak, daging, santan, gorengan
Dokter Yusuf : Kalo yang asin – asin boleh gak Bu ?
Ibu Erni : Oh ndak boleh dok
Dokter Yusuf : Makan sop yang asin boleh Bu ?
Ibu Erni : Ndak boleh juga Dok

Bu Anita
48 tahun

Dokter Yusuf : semakin bertambah usia tekanan darah semakin tinggi nih bu, jadi ga perlu di
obatin bu? Betul ga bu?
Ibu Anita : nggak betul dok
Dokter Yusuf : jadi harus tetep diobatin
Ibu Anita : iya dok
Dokter Yusuf : kalau penderita darah tinggi makannya dijaga, olahraga teratur perlu ga
berobat bu?
Ibu Anita : ngga perlu berobat dok
Dokter Yusuf : ga perlu bu?
Ibu Anita : iyaa
Dokter Yusuf : kalau penderita darah tinggi rajin minum obatnya, boleh ga tetap makan yang
asin asin bu?
Ibu Anita : boleh kali ya dok
Dokter Yusuf : yang punya darah tinggi boleh ga merokok dan minum alkohol bu?
Ibu Anita : ga boleh lah dok
Dokter Yusuf : kalo yang darah tinggi harus banyak makan buah dan sayur bu?
Ibu Anita : boleh dok
Dokter Yusuf : darah tinggi dapat menyebabkan kematian lebih cepat ga bu kalo ga diobatin?
Ibu Anita : iya tapi ya mudah mudahan nggak ya dok
Dokter Yusuf : Darah tinggi dapat menyebabkan stroke?
Ibu Anita : iya dok, mudah mudahan nggak dok saya gamau
Dokter Yusuf : hahaha iya buu aamiin
Dokter Yusuf : kalo penyakit darah tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal, penglihatan
burem ga bu?
Ibu Anita : iya dok saya tau
Dokter Yusuf : kalo ibu berobat kemauan sendiri atau dorongan orang lain?
Ibu Anita : kemauan sendiri dok
Dokter Yusuf : apakah ibu membutuhkan pelayanan kesehatan yang rutin?
Ibu Anita : ya butuh

Dokter Yusuf : apakah ibu ingin sehat selalu?


Ibu Anita : iya pengen dok
Dokter Yusuf : apakah keluarga sangat berarti sehingga ibu akan rutin berobat
Ibu Anita : ya iya dok
Dokter Yusuf : apakah Ibu takut dengan komplikasi darah tinggi?
Ibu Anita : ya takut
Lampiran 2
Dokumentasi

1. Penderita HT

Anda mungkin juga menyukai