Kelompok 7 Komunikasi Terapeutik Dengan Lansia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA/GERONTIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Komunikasi Terapeutik Keperawatan
Dosen pengampuh: Ns. Hasbullah, S.Kep., M.Kes

KELOMPOK VII. TK II. D


SRI WULANDARI : 202205200
HELMALIAH KARTIKA TRIANDINI : 202205175
AYU WAHYUNI : 202205165
DIVA PUTRI RAMADHANI : 202205166

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subahanahu Wa Ta’ala yang


telah memberikan kemudahan, dan tidak lupa pula shalawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Terapiutik pada
Lansia/Gerontik” untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Terapiutik
dengan tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna sempurnanya makalah ini
serta dapat menjadi bahan acuan bagi kami agar bisa menjadi lebih baik
lagi dimasa mendatang.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga Allah subahanahu Wa


Ta’ala selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
Aamiin.

Makassar, 15 september 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Definisi komunikasi terapeutik pada lansia...................................... 3


B. Penerapan komunikasi terapeutik pada lansia ................................ 3
C. Prinsip komunikasi terapeutik pada lansia ...................................... 5
D. Teknik komunikasi terapeutik pada lansia ....................................... 5
E. Strategi komunikasi terapeutik pada lansia ..................................... 8
F. Faktor yang mempengaruhi kominkasi terapeutik ......................... 11
G. Model komunikasi terapeutik Pada lansia .................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................... 17

Kesimpulan .............................................................................................. 17

Saran ....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk
kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik,
meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri
kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki
hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu
masyarakat tersebut (Indrawati et al., 2019)
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang
tersebut mengenai kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa
kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia, lansia tidak hanya
bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun juga
bergantung kepada kondisi disekitarnya, seperti perhatian yang lebih
terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan
psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupun seperti kita ketahui
pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu mengalami perbaikan
yang cukup signifikan pada pasien lansia, namun mereka pada
akhirnya tetap memerlukan komunikasi yang baik dan empati juga
perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari
keluarganya sebagai bagian penting dalam penanganan masalah
kesehatan mereka.
Purwaningsih dan Karlina (2012) menyebutkan bahwa
hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien
dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi
terapeutik perawat yang merupakan komunikasi profesional
perawat. Komunikasi terapeutik sangat penting dan berguna bagi
pasien, karena komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian

1
tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam menghadapi
persoalan yang dihadapi olehnya.(Indrawati et al., 2019)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi terapeutik pada lansia?
2. Bagaimna penerapan komunikasi terapeutik pada lansia?
3. Prinsip komunikasi terpeutik pada lansia?
4. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada lansia?
5. Starategi komunikasi terapeutik pada lansia?
6. Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia?
7. Model komunikasi terapeutik pada lansia?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi komunikasi terapeutik pada lansia
2. Mengetahui penerapan komunikasi terapeutik pada lansia
3. Mengetahui prinsip komunikasi terapeutik pada lansia
4. Menegetahui teknik komunikasi terapeutik pada lansia
5. Mengetahui strategi komunikasi terapeutik pada lansia
6. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia
7. Mengetahui Model komunikasi terapeutik pada lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi Terapeutik Pada Lansia


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien(Nasrullah, 2021) . Komunikasi dengan lansia
harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam
situasi Individu harus mengaplikasikan. ketrampilan komunikasi
yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan
perubahan verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi
mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi
dimana individu menyampaikan hubungan. Komunikasi pada lansia
membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi
pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam
sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga
mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran
teradap suara.(Safrika et al., 2018)

B. Penerapan Komunikasi Terapeutik pada lansia


Lansia merupakan individu yang telah memasuki usia 60 tahun.
Pada lansia tentunya terdapat berbagai perubahan baik dalam aspek
fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan visual,
dan pendengaran. penerimaan dan interpretasi saat terjadinya
komunikasi. Komunikasi yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi

3
oleh kondisi fisik mereka saat itu, tingkat depresi yang dialami, serta
adanya penurunan kognitif.(Yorkston et al., 2010)
Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia,
khususnya pada individu yang masuk kelompok lansia. Bagi lansia,
komunikasi mungkin menjadi pusat identitas dan harga diri,
dukungan sosial serta kualitas hidup. Tantangan yang dihadapi
berkaitan dengan komunikasi pada lansia diantaranya yaitu
berkurangnya pertukaran sosial yang positif, berkurangnya
partisipasi dalam aktivitas sosial dan terjadinya peningkatan
perasaan kesepian.(Palmer et al., 2016)
Lansia dengan kondisi kesehatan yang kurang optimal lebih
sering memerlukan kontak dengan layanan kesehatan baik itu dalam
pemeriksaan kesehatan maupun manajemen penyakit kronis yang
di derita nya. Petugas kesehatan harus mampu berkomunikasi
efektif dengan lansia dan harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai untuk memastikan mereka merasa
didengarkan, dipahami, dan diperhatikan. Komunikasi yang efektif
didapatkan dari adanya komunikasi yang bersifat terapeutik.(Schroyen
et al., 2018)
Bagi lansia, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
dengan orang lain adalah bagian dari harga diri, identitas dan
kualitas hidupnya. Bagi petugas kesehatan profesional, komunikasi
efektif sangat penting untuk memahami dan menilai orang tua, dan
berpengaruh besar dalam upaya meningkatkan kesehatan
mereka.(Hafskjold et al., 2016)

C. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Lansia


Menurut (Safrika et al., 2018) dalam berkomunikasi pada lansia ada
beberapa prinsip yaitu:
1. Komunikasi pada lansia memerlukan pendekatan khusus.
Pengetahuan yang dianggapnya benar tidak mudah digantikan

4
dengan pengetahuan baru sehingga kepada orang lansia, tidak
dapat diajarkan sesuatu yang baru.
2. Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan
tentang sikap-sikap yang khas pada lansia. Gunakan perasaan
dan pikiran lansia, bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
dan memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan
pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap
pengalaman tersebut.
3. Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling
hormat menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan
saling terbuka.
4. Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling
memengaruhi dan dipengaruhi, komunikasi secara timbal balik
secara langsung, serta dilakukan secara berkesinambungan,
tidak statis, dan selalu dinamis.
5. Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan oleh
berkurangnya fungsi organ komunikasi dan perubahan kognitif
yang berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan
belajar, daya memori, dan motivasi klien.

D. Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Lansia


Menurut (Nasrullah, 2021)Untuk dapat melaksanakan
komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang
memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau
perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar
komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung secara lancar dan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pa-
sangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk

5
mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap Ini
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga
hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang
terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada
klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau
kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau
klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan
mengajukan pertanyaan apa yang sedang bapak/ibu fikirkan
saat ini, 'apa yang bisa bantu...? berespon berarti bersikap aktif
tidak me- nunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari
petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi
klien.

3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang
diinginkan. maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya
klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.

4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik
maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif
men jadi labil perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga

6
kestabilan. emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan,
senyum dan menganggukkan kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikian
diharapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik
secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan
terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat
meren- dahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas
kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi. meningkatkan kepercayaan diri kien tanpa terkesan
menggurui atau mengajari misalnya saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakan dan bila diperlukan kami dapat membantu.

5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia,
sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar
Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh
perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima dan
dipersepsikan sama oleh klien bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi.? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi.?.

6. Kesabaran dan Ikhlas


Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya
mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan
dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak disikapi dengan

7
sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi
perawat se hingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik,
namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.

E. Strategi Komunikasi Pada Klien Lansia


Stratetgi komunikasi, pada lansia harus menggunakan
pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
1. Pendekatan Fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian kejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan
yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik
secara umum bagi pasien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yakni pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan
fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan
sendiri; pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun,
yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam
usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber
infeksi dapat timbul bila keberihan kurang mendapat
perhatian.(Safrika et al., 2018)
2. Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada lanjut usia, perawat dapat berperan

8
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing, dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya
memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku
dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa
melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus
dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah
beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka
dapat merasa puas dan bahagia.(Safrika et al., 2018)

3. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan
salah satu upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan
sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang
yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan
hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut
usia dan perawat sendiri. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk
mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio,
atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya
dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan
atau ketenangan para pasien lanjut usia.(Safrika et al., 2018)

9
4. Pendekatan Spiritual
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan upaya memberikan
ketenangan batin individu lansia melalui peningkatan kualitas
hubungan lansia dengan Tuhan atau agama yang dianut,
terutama lansia yang sedang dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian. Komponen yang harus dimiliki oleh seorang
perawat, yaitu memiliki pengetahuan, ketulusan, semangat dan
praktik. Upaya berkomunikasi dengan baik, seorang perawat
harus mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memudahkan
dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Aspek ketulusan
terbentuk jika seseorang telah memutuskan sebagai perawat
harus dapat dipastikan mempunyai ketulusan yang mendalam
bagi para pasiennya siapa pun itu. Menunjukan sikap penuh
semangat harus selalu ditunjukan setiap harinya agar para lansia
yang terkadang suka merasa dirinya “terbuang”, “tidak berdaya”,
serta “sakit karena tua” dapat ikut semangat. Sedangkan untuk
praktiknya, seorang perawat harus dapat berbicara komunikatif
dengan para lansia, sehingga tidak saja hanya menguasai teori
namun praktiknya pun harus bisa melakukan dengan baik dan
benar(Hasbullah & Ruslang, 2021).

Menurut (Safrika et al., 2018)Adapun 4 (empat) keharusan yang


harus dimiliki oleh seorang perawat, yaitu pengetahuan,
ketulusan, semangat dan praktik. Dalam usaha berkomunikasi
dengan baik, seorang perawat harus mempunyai pengetahuan
yang cukup, sehingga memudahkan dalam melaksanakan
tugasnya setiap hari. Untuk ketulusan, jika seseorang telah
memutuskan sebagai perawat harus dapat dipastikan
mempunyai ketulusan yang mendalam bagi para pasiennya
siapa pun itu. Semangat serta pantang menyerah harus selalu
dikobarkan setiap harinya agar para pasiennya selalu ikut

10
bersemangat pada akhirnya terutama bagi para pasien lansia
yang terkadang suka merasa dirinya “terbuang” dan “sakit karena
tua”. Sedangkan untuk praktiknya, seorang perawat harus dapat
berbicara komunikatif dengan para pasiennya, sehingga tidak
saja hanya jago dalam teori namun praktiknya pun harus bisa
melakukan dengan baik dan benar.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Pada


Lansia
Menurut (Pertiwi et al., 2022) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi komunikasi pada lansia, yaitu:

a. Faktor Individu Lansia

Meliputi kecemasan dan penurunan sensori (penurunan


pendengaran dan penglihatan, kurang hati-hati, kehilangan
respon cepat, mengulangi kehidupan, takut kehilangan kontrol,
dan kematian).

b. Faktor Perawat

Meliputi perilaku petugas kesehatan terhadap lansia dan


ketidakpahaman petugas kesehatan dalam menyikapi perilaku
yang ditunjukan oleh lansia.

c. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan


lansia dan terganggunya penerimaan pesan yang disampaikan.
Hal ini di pengaruhi pula oleh kemampuan pendengaran lansia
yang sudah mengalami penurunan

G. Model komunikasi terapeutik pada Lansia


Menurut (Mudakir, 2016) model-model komunikasi pada lansia,
yaitu:

11
1. Model komunikasi Shannon Weaver
Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah
adanya perubahan prilaku lansia dari penolakan menjadi
kooperatif. Dalam komunikasi ini diperlukan keterlibatan anggota
keluarga sebagai transmiter untuk mengenal lebih jauh tentang
klien.

a. Kelebihan: Dalam komunikasi ini melibatkan anggota keluarga


atau orang lain yang berpengaruh.

b. Kekurangan: Memerlukan waktu yang cukup lama karena


klien dalam reaksi penolakan. Tak dapat melakukan evaluasi
sejauhmana perubahan perilaku yang terjadi pada klien,
karena tak ada feed back

2. Model SMCR

a. Kelebihan: proses komunikasi yang terjadi pada model ini


relatif simpel. Model ini akan efektif bila kondisi lansia masih
sehat, belum banyak mengalami penurunan baik aspek fisik
maupun psikis

b. Kekurangan: Klien tidak memenuhi syarat seperti yang


ditetapkan mempunyai ketrampilan, pengetahuan, sikap,
sistim sosial dan kultur; karena penolakannya. Memerlukan
proses yang lama dan tergantung kondisi klien lansia.

3. Model Leary

Model ini antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi,


dimana respon seseorang dipengaruhi oleh bagaimana orang
tersebut diperlakukan. Oleh karena itu dalam berkomunikasi
dengan lansia harus hatihati, jangan sampai menyinggung
perasaannya. Dalam berkomunikasi dengan klien lansia seorang
perawat diharapkan pada rentang love yang banyak karena sifat

12
sosial perawat sangat dibutuhkan oleh lansia. Lansia
membutuhkan perhatian yang lebih dalam berkomunikasi, untuk
mengungkapkan perasaannya. Diharapkan perawat harus lebih
banyak mendengar apa yang diungkapkan .

a. Kelebihan: Terjadi interaksi atau hubungan relationship ;


hubungan perawat-klien lebih dekat sehingga masalah lebih
dapat terselesaikan.

b. Kelemahan: Perawat lebih dominan dan klien lansia patuh.

4. Model terapeutik

Model ini membantu mendorong melaksanakan


komunikasi dengan empati, menghargai dan harmonis. Dimana
ddibutuhkan kondisi empati, kesesuaian dan penghargaan.
Lansia dengan penolakan sulit bagi kita melaksanakan empati.
Kita tidak boleh menyokong penolakan tetapi berikan
perawatan yang cocok dan berbicara sesering mungkin, jangan
sampai menolak.

a. Kelebihan: Dengan tehnik komunikasi yang baik lansia akan


lebih paham apa yang kita bicarakan; kopingnya lebih efefktif.

b. Kelemahan: Kondisi empati kurang cocok diterapkan oleh


perawat untuk perawatan lansia dengan reaksi penolakan.

5. Model keyakinan kesehatan

Menekankan pada persepsi klien untuk mencari sehat,


menjauhi sakit, merasakan adanya ancaman/manfaat untuk
mempertahankan kesehatannya. Padahal lansia dengan reaksi
penolakan , tidaak merasakan adanya ancaman kesehatan,
sehingga dalam berkomunikasi dengan lansia dengan reaksi
penolakan dipeerlukan motivasi yang kuat.

13
a. Kelebihan: Lansia yang mengetahui adanya ancaman
kesehatan akan dapat bermanfaat dan sebagai barier dalam
melaksanakan tindakan pencegahan penyakit.

b. Kelemahan: Tidak semua lansia merasakan adanya ancaman


kesehatan.

6. Model komunikasi kesehatan

Komunikasi yang berfokus pada transaksi antara profesional


kesehatanklien yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
klien. Pandangan sistem komunikasi lebih luas yang mencakup tiga
faktor mayor : relationship, transaksi dan konteks.

a. Relationship

Perawat profesional mengadakan komuniksi dengan klien


lansia haruslah menggunakan ilmu psikososial dan tehnik
komunikasi dimana perawat haruslah ramah, rapi,
bretanggungjawab, tidak sembrono mengeluarkan kata-kata
yang dapat menyinggung perasaan klien lansia sehingga
terjalin hubungan saling percaya. Klien lansia dalam
berkomunikasi kadang emosinya labil, ingin disanjung dan tidak
mau dibantah. Dalam mengadakan hubungan transaksi
hendaknya seorang perawat profesional mengetahui
permasalahan yang dihadapi klien lansia tersebut. Kemudian
bersam-sama menyelesaikan masalah.

b. Transaksi

Dalam berkomunikasi dengan lansia hendaknya disepakati


untuk menyelesaaikan masalah klien bukan untuk hal lain.
Pada lansia dengan reaksi penolakan harus hati-hati mencari
informasi dari klien ,memberikan feed back baik verbal maupun
non verbal dan hendaknya secara berkesinambungan.

14
c. Konteks

Perawat profesional harus mengetahui situasi dan


permasalahan yang dihadapi klien. Apabila masalah bersifat
individu haruslah diselesaikan secara individu dengan tidak
mengabaikan tempat/ruangan dan jenis pelayanan apa yang
digunakan. Apabila masalah bersifat umum/kelompok harus
diselesaikan secara kelompok.

1) Kelebihan: Dapat menyelesaikan masalah klien lansia


dengan tuntas; Klien lansia merasa sangat dekat dengan
perawat dan merasa sangat diperhatikan.

2) Kelemahan: Membutuhkan waktu yang lama


untukmenyelesaikan permasalahan; Fasilitas dalam
memberikan pelayanan harus lengkap.

7. Model interaksi King

Pada model ini intinya adalah kesepakatan sebelum


mengadakan interaksi dengan klien lansia. Perawat harus
mempunyai persepsi secara ilmiah tentang hal-hal yang akan
dikomunikasikan. Persepsi ini kemudian disepakati dengan klien
sehingga dapat terjadi suatu aksi yang menyebabkan terjadinya
reaksi-interaksi dan transaksi.

a. Kelebihan: Komunikasi dapat sesuai dengan tujuan jika lansia


sudah kooperatif.

b. Kelemahan: Klien lansia dengan reaksi penolakan akan


mengalami kesulitan untuk dilakukan komunikasi model ini,
karena tak kooperatif

Teknik komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan harus


disertai pengetahuan perawatan lansia baik fisik, psikologis, biologis
dan spiritual. Klien lansia dengan reaksi penolakan tidak menyadari

15
adanya ancaman pada kesehatannya, karena itu model komunikasi
yang sesuai adalah model Leary. Dalam tehnik komunikasi model
Leary terdapat dua dimensi yang bertentangan, diharapkan perawat
dapat menyesuaikan situaai bagaimana seharusnya dia bertindak.
Jika klien dalam puncak penolakan maka perawat harus
mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika klien lansia kooperatif maka
perawat dapat berfungsi sebagai teman dan guru serta tempat
mencurahkan perasaan klien

16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien(Nasrullah, 2021) . Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan
faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi Individu harus
mengaplikasikan. ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga
memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia,
selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas
kesehatan atau perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar
komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan yaitu, teknik aseratif, responsif, fokus,
supportif, klarifikasi, sabar dan ikhlas.

Saran
Penulis berharap pembaca dapat memahami isi makalah yang penulis
susun dan memeberikan kritik serta saran yang membangun apabila
terdapat kekurangan hal ini guna menunjang kemampuan penyusun
makalah selanjutnya

17
DAFTAR PUSTAKA

Hafskjold, L., Eide, T., Holmström, I. K., Sundling, V., van Dulmen, S., & Eide, H.
(2016). Older persons’ worries expressed during home care visits: Exploring
the content of cues and concerns identified by the Verona coding definitions
of emotional sequences. Patient Education and Counseling, 99(12), 1955–
1963. https://doi.org/10.1016/j.pec.2016.07.015

Hasbullah, & Ruslang. (2021). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Tohar Media.

Indrawati, I., DIII Keperawatan, P., & Baiturrahim Jambi, Stik. (2019).
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI LUHUR JAMBI. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 1(2).

Mudakir. (2016). Buku Ajar Komunikasi Pelayanan Kesehatan. Indimedia Pustaka.

Nasrullah, D. (2021). Buku Ajar Keperawatan GERONTIK Jilid 1 Dengan


Pendekatan Asihan Keperawatan NANDA, NIC dan NOC. TIM.

Palmer, A. D., Newsom, J. T., & Rook, K. S. (2016). How does difficulty
communicating affect the social relationships of older adults? An exploration
using data from a national survey. Journal of Communication Disorders, 62,
131–146. https://doi.org/10.1016/j.jcomdis.2016.06.002

Pertiwi, M. R., Wardhani, A., Raziansyah, Firsty, L., Febriana, A., Sitanggang, Y.
A., Maria, D., Anggraeni, W., Fuady, I., & Arnianti. (2022). Komunikasi
Terapeutik Dalam Kesehatan. Rizmedia.

Safrika, R., Maisa, E. A., & Freska, W. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN
DASAR 2. Andalas Universiry Press.

Schroyen, S., Adam, S., Marquet, M., Jerusalem, G., Thiel, S., Giraudet, A. L., &
Missotten, P. (2018). Communication of healthcare professionals: Is there
ageism? European Journal of Cancer Care, 27(1), 1–10.
https://doi.org/10.1111/ecc.12780

Yorkston, K. M., Bourgeois, M. S., & Baylor, C. R. (2010). Communication and


aging. Physical Medicine and Rehabilitation Clinics of North America,
21(2), 309–319. https://doi.org/10.1016/j.pmr.2009.12.011

18
19

Anda mungkin juga menyukai