Kelompok 7 Komunikasi Terapeutik Dengan Lansia
Kelompok 7 Komunikasi Terapeutik Dengan Lansia
Kelompok 7 Komunikasi Terapeutik Dengan Lansia
Kami menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna sempurnanya makalah ini
serta dapat menjadi bahan acuan bagi kami agar bisa menjadi lebih baik
lagi dimasa mendatang.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
Kesimpulan .............................................................................................. 17
Saran ....................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk
kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik,
meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri
kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki
hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu
masyarakat tersebut (Indrawati et al., 2019)
Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang
tersebut mengenai kesehatannya. Terdapat banyak bukti bahwa
kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia, lansia tidak hanya
bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun juga
bergantung kepada kondisi disekitarnya, seperti perhatian yang lebih
terhadap keadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya, bahkan
psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupun seperti kita ketahui
pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu mengalami perbaikan
yang cukup signifikan pada pasien lansia, namun mereka pada
akhirnya tetap memerlukan komunikasi yang baik dan empati juga
perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari
keluarganya sebagai bagian penting dalam penanganan masalah
kesehatan mereka.
Purwaningsih dan Karlina (2012) menyebutkan bahwa
hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien
dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi
terapeutik perawat yang merupakan komunikasi profesional
perawat. Komunikasi terapeutik sangat penting dan berguna bagi
pasien, karena komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian
1
tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam menghadapi
persoalan yang dihadapi olehnya.(Indrawati et al., 2019)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi terapeutik pada lansia?
2. Bagaimna penerapan komunikasi terapeutik pada lansia?
3. Prinsip komunikasi terpeutik pada lansia?
4. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik pada lansia?
5. Starategi komunikasi terapeutik pada lansia?
6. Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia?
7. Model komunikasi terapeutik pada lansia?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi komunikasi terapeutik pada lansia
2. Mengetahui penerapan komunikasi terapeutik pada lansia
3. Mengetahui prinsip komunikasi terapeutik pada lansia
4. Menegetahui teknik komunikasi terapeutik pada lansia
5. Mengetahui strategi komunikasi terapeutik pada lansia
6. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia
7. Mengetahui Model komunikasi terapeutik pada lansia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
oleh kondisi fisik mereka saat itu, tingkat depresi yang dialami, serta
adanya penurunan kognitif.(Yorkston et al., 2010)
Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia,
khususnya pada individu yang masuk kelompok lansia. Bagi lansia,
komunikasi mungkin menjadi pusat identitas dan harga diri,
dukungan sosial serta kualitas hidup. Tantangan yang dihadapi
berkaitan dengan komunikasi pada lansia diantaranya yaitu
berkurangnya pertukaran sosial yang positif, berkurangnya
partisipasi dalam aktivitas sosial dan terjadinya peningkatan
perasaan kesepian.(Palmer et al., 2016)
Lansia dengan kondisi kesehatan yang kurang optimal lebih
sering memerlukan kontak dengan layanan kesehatan baik itu dalam
pemeriksaan kesehatan maupun manajemen penyakit kronis yang
di derita nya. Petugas kesehatan harus mampu berkomunikasi
efektif dengan lansia dan harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai untuk memastikan mereka merasa
didengarkan, dipahami, dan diperhatikan. Komunikasi yang efektif
didapatkan dari adanya komunikasi yang bersifat terapeutik.(Schroyen
et al., 2018)
Bagi lansia, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
dengan orang lain adalah bagian dari harga diri, identitas dan
kualitas hidupnya. Bagi petugas kesehatan profesional, komunikasi
efektif sangat penting untuk memahami dan menilai orang tua, dan
berpengaruh besar dalam upaya meningkatkan kesehatan
mereka.(Hafskjold et al., 2016)
4
dengan pengetahuan baru sehingga kepada orang lansia, tidak
dapat diajarkan sesuatu yang baru.
2. Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan
tentang sikap-sikap yang khas pada lansia. Gunakan perasaan
dan pikiran lansia, bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
dan memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan
pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap
pengalaman tersebut.
3. Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling
hormat menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan
saling terbuka.
4. Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling
memengaruhi dan dipengaruhi, komunikasi secara timbal balik
secara langsung, serta dilakukan secara berkesinambungan,
tidak statis, dan selalu dinamis.
5. Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan oleh
berkurangnya fungsi organ komunikasi dan perubahan kognitif
yang berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan
belajar, daya memori, dan motivasi klien.
5
mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap Ini
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga
hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang
terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada
klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau
kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau
klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan
mengajukan pertanyaan apa yang sedang bapak/ibu fikirkan
saat ini, 'apa yang bisa bantu...? berespon berarti bersikap aktif
tidak me- nunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari
petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi
klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang diinginkan. Ketika klien
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang
diinginkan. maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena umumnya
klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik
maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif
men jadi labil perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga
6
kestabilan. emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan,
senyum dan menganggukkan kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikian
diharapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik
secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan
terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat
meren- dahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas
kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi. meningkatkan kepercayaan diri kien tanpa terkesan
menggurui atau mengajari misalnya saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakan dan bila diperlukan kami dapat membantu.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia,
sering proses komunikasi tidak berlangsung dengan lancar
Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh
perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima dan
dipersepsikan sama oleh klien bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi.? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi.?.
7
sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi
perawat se hingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik,
namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.
8
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang
asing, dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya
memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku
dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa
melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus
dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah
beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka
dapat merasa puas dan bahagia.(Safrika et al., 2018)
3. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan
salah satu upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan
sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang
yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan
hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut
usia dan perawat sendiri. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk
mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio,
atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya
dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan
atau ketenangan para pasien lanjut usia.(Safrika et al., 2018)
9
4. Pendekatan Spiritual
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan upaya memberikan
ketenangan batin individu lansia melalui peningkatan kualitas
hubungan lansia dengan Tuhan atau agama yang dianut,
terutama lansia yang sedang dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian. Komponen yang harus dimiliki oleh seorang
perawat, yaitu memiliki pengetahuan, ketulusan, semangat dan
praktik. Upaya berkomunikasi dengan baik, seorang perawat
harus mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memudahkan
dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Aspek ketulusan
terbentuk jika seseorang telah memutuskan sebagai perawat
harus dapat dipastikan mempunyai ketulusan yang mendalam
bagi para pasiennya siapa pun itu. Menunjukan sikap penuh
semangat harus selalu ditunjukan setiap harinya agar para lansia
yang terkadang suka merasa dirinya “terbuang”, “tidak berdaya”,
serta “sakit karena tua” dapat ikut semangat. Sedangkan untuk
praktiknya, seorang perawat harus dapat berbicara komunikatif
dengan para lansia, sehingga tidak saja hanya menguasai teori
namun praktiknya pun harus bisa melakukan dengan baik dan
benar(Hasbullah & Ruslang, 2021).
10
bersemangat pada akhirnya terutama bagi para pasien lansia
yang terkadang suka merasa dirinya “terbuang” dan “sakit karena
tua”. Sedangkan untuk praktiknya, seorang perawat harus dapat
berbicara komunikatif dengan para pasiennya, sehingga tidak
saja hanya jago dalam teori namun praktiknya pun harus bisa
melakukan dengan baik dan benar.
b. Faktor Perawat
c. Faktor Lingkungan
11
1. Model komunikasi Shannon Weaver
Tujuan komunikasi pada lansia dengan reaksi penolakan adalah
adanya perubahan prilaku lansia dari penolakan menjadi
kooperatif. Dalam komunikasi ini diperlukan keterlibatan anggota
keluarga sebagai transmiter untuk mengenal lebih jauh tentang
klien.
2. Model SMCR
3. Model Leary
12
sosial perawat sangat dibutuhkan oleh lansia. Lansia
membutuhkan perhatian yang lebih dalam berkomunikasi, untuk
mengungkapkan perasaannya. Diharapkan perawat harus lebih
banyak mendengar apa yang diungkapkan .
4. Model terapeutik
13
a. Kelebihan: Lansia yang mengetahui adanya ancaman
kesehatan akan dapat bermanfaat dan sebagai barier dalam
melaksanakan tindakan pencegahan penyakit.
a. Relationship
b. Transaksi
14
c. Konteks
15
adanya ancaman pada kesehatannya, karena itu model komunikasi
yang sesuai adalah model Leary. Dalam tehnik komunikasi model
Leary terdapat dua dimensi yang bertentangan, diharapkan perawat
dapat menyesuaikan situaai bagaimana seharusnya dia bertindak.
Jika klien dalam puncak penolakan maka perawat harus
mengobservasi pikiran-pikiran klien, jika klien lansia kooperatif maka
perawat dapat berfungsi sebagai teman dan guru serta tempat
mencurahkan perasaan klien
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien(Nasrullah, 2021) . Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan
faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi Individu harus
mengaplikasikan. ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga
memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia,
selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas
kesehatan atau perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar
komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai
dengan tujuan yang diinginkan yaitu, teknik aseratif, responsif, fokus,
supportif, klarifikasi, sabar dan ikhlas.
Saran
Penulis berharap pembaca dapat memahami isi makalah yang penulis
susun dan memeberikan kritik serta saran yang membangun apabila
terdapat kekurangan hal ini guna menunjang kemampuan penyusun
makalah selanjutnya
17
DAFTAR PUSTAKA
Hafskjold, L., Eide, T., Holmström, I. K., Sundling, V., van Dulmen, S., & Eide, H.
(2016). Older persons’ worries expressed during home care visits: Exploring
the content of cues and concerns identified by the Verona coding definitions
of emotional sequences. Patient Education and Counseling, 99(12), 1955–
1963. https://doi.org/10.1016/j.pec.2016.07.015
Hasbullah, & Ruslang. (2021). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Tohar Media.
Indrawati, I., DIII Keperawatan, P., & Baiturrahim Jambi, Stik. (2019).
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI LUHUR JAMBI. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 1(2).
Palmer, A. D., Newsom, J. T., & Rook, K. S. (2016). How does difficulty
communicating affect the social relationships of older adults? An exploration
using data from a national survey. Journal of Communication Disorders, 62,
131–146. https://doi.org/10.1016/j.jcomdis.2016.06.002
Pertiwi, M. R., Wardhani, A., Raziansyah, Firsty, L., Febriana, A., Sitanggang, Y.
A., Maria, D., Anggraeni, W., Fuady, I., & Arnianti. (2022). Komunikasi
Terapeutik Dalam Kesehatan. Rizmedia.
Safrika, R., Maisa, E. A., & Freska, W. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN
DASAR 2. Andalas Universiry Press.
Schroyen, S., Adam, S., Marquet, M., Jerusalem, G., Thiel, S., Giraudet, A. L., &
Missotten, P. (2018). Communication of healthcare professionals: Is there
ageism? European Journal of Cancer Care, 27(1), 1–10.
https://doi.org/10.1111/ecc.12780
18
19