ASKEP HT KELUARGA Genogram Lama (Indiyah)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.

I DENGAN
HIPERTENSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Keperawatan Keluarga

Oleh:

Indiyah Sepbriati (NIM. 2112032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. I DENGAN
HIPERTENSI

Telah ………. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga


Pada Keluarga Tn. I dengan Hipertensi
Nama : Indiyah Sepbriati
NIM : 2112032
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing

Ns. Anita Rahmawati, M.Kep


KONSEP TEORI

A. KELUARGA
1. DEFINISI KELUARGA
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut ( Safrudin, 2015:15) keluarga adalah kumpulan beberapa orang
yang karena terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa berdiri
sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan itu
untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua anggota yang ada di
dalam keluarga tersebut
Menurut Duval, 1997 (dalam M.Mahadika , 2019) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua
atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan
atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam
peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau
lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup
dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu
sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap
anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.

2. TAHAP DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan
Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling
memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
keluarga berencana.
2. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang
tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan
anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan
beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara
orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam
batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas
perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-
anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
5. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang
tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak,
memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
6. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun
terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

3. TIPE KELUARGA
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau
ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan
fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.

Menurut Allender dan Spradley (2001)


a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa
saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga
Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

4. FUNGSI KELUARGA
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan
(2005), yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya
anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.

e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

5. TUGAS KELUARGA
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/
penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data
malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi
keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala,
factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi,
adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga
terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag
dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang
dipersepsikan keluarga.

6. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya
anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

7. CIRI-CIRI KELUARGA
a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambilan keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam suatu rumah

8. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN


Friedman (2010) membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatannya :
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotannya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Merawat anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu
dirinya sendiri
d. Memelihara lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antar keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik,
fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang baik.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga :
1) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga
3) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai
tujuan utama
4) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat
melibatkan peran serta aktif seluaruh keluarga dalam merumuskan masalah
dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
5) Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kreatif dan rehabilitatif
6) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga
7) Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan
8) Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan
proses keperawatan
9) Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan
dasar/perawatan di rumah
10) Diutamakan terhadap keluarga uang termasuk resiko tinggi
9. KELUARGA SEBAGAI SUATU SISTEM
Alasan keluarga disebut suatu system adalah sebagai berikut :
1) Keluarga mempunyai subsistem anggota peran, aturan, budaya dan lainnya
yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga
2) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem
3) Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang mempengaruhi supra-
sistemnya.
Keluarga sebagai system mempunyai karakteristik dasar yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Keluarga sebagai system terbuka yang mempunyai kesempatan dan mau
menerima/memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya
2) Keluarga sebagai system tertutup merupakan suatu system yang kurang
mempunyai kesempatan, kurang atau mau menerima/memberi perhatian
kepada lingkungan (masyarakat) sekitar.

10. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


Perawat yang memberikan askep keluarga mempunyai peran dan fungsi
sebagai berikut:
a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien (keluarga) dengan
menggunakan proses keperawatan
b. Sebagai advokad klien (keluarga) perawat berfungsi sebagai penghubung
antara klien dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
klien, membela kepentingan klien dan membantu keluarga untuk memenuhi
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
dengan pendekatan tradisional maupun professional
c. Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya,
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan
kesehatan/tindakan medik yang diterima sehingga keluarga dapat menerima
dan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahui
d. Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan
potensi yang ada baik materi maupun kemampuan keluarga secara terkoordinir
sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih
e. Sebagai kolabolator, perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lai dengan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenui kebutuhan dasar keluarga
f. Sebagai pembaharu, perawat menyebabkan inovasi dalam cara berfikir,
bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan keluarga agar
mampu sehat
g. Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai tujuan
yang diharapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga dan kepuasan
perawat dalam melaksanakan tugas.

B. KONSEP LANSIA
1. DEFINISI LANSIA
Mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh
usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua
normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
2. BATASAN LANSIA
Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
a. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
b. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
c. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
d. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas
3. TEORI PROSES PENUAN
a. Teori Biologi
1) Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
terprogramoleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
2) Teori radikal bebas
Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik
yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
3) Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah
menua dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk
antibody yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut
sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme
pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi
berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi.
4)Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
5)Teori telomer
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan
akan menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat
memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat
telomer itu memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.
6)Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada
perkembangan persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program
prolifirasi sel tumor. Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk
didalamnya oleh karna stres dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya
akan memacu apoptosis diberbagai organ tubuh.

b. Teori Kejiwaan Sosial


1) Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.
2) Keperibadian lanjut (Continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.
3) Teori pembebasan (Disengagement theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas.
c. Teori Lingkungan
1) Exposure theory
Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses penuaan.
2) Radiasi theory
Radiasi sinar y, sinar x dan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel
mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.
3) Polution theory
Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia, yang
mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.
4) Stress theory
Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah. Kondisi
stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.

4. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA


a. Perubahan Fisik
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat
otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu,
ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap
sentuhan.
3) Sistem Penglihatan.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
4) Sistem Pendengaran.
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau
nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
5) Sistem Cardiovaskuler.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan
elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah
meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer,
sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
6) Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain:
Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas
turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri
menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
8) Sistem Gastrointestinal.
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi,
fungsi absorbsi menurun.
9) Sistem Genitourinaria.
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai
200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,
selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai
penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
10) Sistem Endokrin.
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan
testoteron.
11) Sistem Kulit.
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi
dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan
cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel
epidermis.
12) Sistem Muskuloskeletal.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah
kram dan tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1) Perubahan fisik.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Hereditas.
5) Lingkungan.
6) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
7) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8) Kenangan lama tidak berubah.
9) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.
c. Perubahan Psikososial
Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa
tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic
dan depresif. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
- Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi
- Sadar akan datangnya kematian.
- Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
- Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
- Penyakit kronis.
- Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.
- Gangguan syaraf panca indra.
- Gizi
- Kehilangan teman dan keluarga.
- Berkurangnya kekuatan fisik.

C. KONSEP HIPERTENSI
1. DEFINISI HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna.

2. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension, yaitu :
a. Diastolik
- < 85 mmHg : Tekanan darah normal
- 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
- 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
- 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
- >115 mmHg : Hipertensi berat
b. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
- < 140 mmHg : Tekanan darah normal
- 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
- > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

1. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.

2. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. (Suyono, Slamet. 1996).

3. TANDA DAN GEJALA


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
4. KOMPLIKASI
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel
otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal ginjal),
jantung (membesar, sesaknafas, cepat lelah, gagal jantung).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
 Pemeriksaan yang segera seperti:
Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
 Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
 Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
 Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
 Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
 Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
 Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
 Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
 Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
 EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan,
dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
 Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama):
 IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
 CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
 IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
 Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
 USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

6. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari
10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
f. Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
g. Edukasi Psikologis
h. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
i. Tehnik Biofeedback
 Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
 Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
j. Tehnik relaksasi
 Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
 Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
k. Terapi dengan Obat
l. Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
7. CARA PENCEGAHAN
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi
garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
 Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
 Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
 Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
 Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
 Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
 Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
 Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
 Batasi aktivitas.

D. ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistimatis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan ,serta implementasi keperawatan
terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan /dibuat serta
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan .
1. Pengkajian
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi
oleh keluarga.
1) Pengumpulan data
Merupakan informasiyang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan,
status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarga .
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
(1) Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
(2) Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
(3) Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga,
(4) Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat
berkumpul atau menyebar.
(5) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
(6) Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan
yang nyata ataupun tidak nyata.
(7) Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan
dan penggunaan waktu senggang
b) Faktor sosial budaya dan ekonomi
(1) Pekerjaan
(2) Penghasilan
(3) Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
(4) Jam kerja ayah dan ibu
(5) Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c) Faktor lingkungan
(1) Perumahan
(a) Luas rumah
(b) Pengaturan dalam rumah
(c) Persediaan sumber air
(d) Adanya bahan kecelakaan
(e) Pembuangan sampah
(2) Macam lingkungan / daerah rumah
(3) Fasilitas social dan lingkungan
(4) Fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
(2) Upaya pencegahan terhadap penyakit
(3) Sumber pelayanan kesehatan
(4) Prasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas kesehatan.
(5) Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara pengumpulan data
(1) Observasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.
(a) Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga.
(b) Komunikasi dari tiap anggota keluarga
(c) Peran dari tiap anggota keluarga
(d) Keadaan rumah dan lingkungan
(2) Wawancara
Dapat mengetahui hal-hal :
(a) Aspek fisik
(b) Aspek mental
(c) Sosial budaya
(d) Ekonomi
(e) Kebiasaan
(f) Lingkungan
(3) Studi dokumentasi antara lain
(a) Perkembangan kesehatan anak
(b) Kartu keluarga
(c) Catatan kesehatan lainnya
(4) Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan dan keperawatan antara lain :
(a) Tanda-tanda penyakit
(b) Kelainan organ tubuh
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami
oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah
dalam family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
a) Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Contoh :
(1) Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi
(2) Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
b) Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh:
(1) Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi
(2) Siapakah yang menderita penyakit hipertensi
c) Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau
keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh :
Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
3. Penentuan prioritas masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim scoring
berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut

No Kriteria Skala Bobot Skoring Rasional


1 Sifat Masalah 1
- Aktual 3
- Resiko 2
- Potensial/ weliness
1

2 Kemungkinan 2
Masalah dapat diubah
- Mudah 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat
0

3 Potensial Masalah 1
untuk dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah
1

4 Menonjolnya Masalah 1
- Segera 2
- Tidak perlu segera 1
- Tidak dirasakan 0

Total

Skoring :

1. Tentukan skor untuk tiap kriteria


2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot
b. Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan
tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang
/tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh keluarga yang didapat pada penjajakan
tahap pertama.
Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk
melaksanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan masalah yang
dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan
dan keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara umum
pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi antara lain :
1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan
tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena
hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang
manfaat berobat kesarana kesehatan
3) Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat
penyakit hipertensi .
4) Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan keluarga berhubungan dengan tidak dapat melihat keuntungan dan
manfaat pemeliharaan lingkungan serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan
penyakit hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna memelihara
kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
tersedianya fasilitas kesehatan seperti BJPS,dana sehat dan tidak memahami
manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien
hipertensi adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab terjadinya
hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturaan
diet yang benar.
2) Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan diet
bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
cara pengaturan diet yang benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan
makanan dalam jumlah yang tepat.
4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahan tentang manfaat tanaman obat tersebut.
4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada
klien hipertensi adalah :
a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab
terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara
pengaturan diet yang benar.
1) Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi.
2) Kriteria hasil
a) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet
bagi anggota kelurga yng menderita hipertensi.
b) Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai
anjuran.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi
penderita hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya
menyediakan makan-makanan rendah garam bagi penderita hipertensi .
4) Rasional
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan
peresepsi yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal
masalah khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi
b) Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan
yang rendah garam.
b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap
anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang manfaat dari pengaturan diet
1) Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi
2) Kriteria hasil
a) Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien
hiperetensi
b) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
3) Rencana tindakan
a. Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk
klien hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
4) Rasionalisasi
a) Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan
cara pengaturan diet untuk klien hipertensi
b) Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita
hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita
hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan
dalam jumlah yang benar .
1) Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
2) Kriteria hasil
a) Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi.
b) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi
klien hipertensi.
3) Rencana tindakan
a) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan
makanan untuki klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh klien hipertensi.
c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat
makanan dengan jumlah yang tepat.
4) Rasionalisasi.
a) Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
b) Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang
dianjurkan.
c) Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam
jumlah yang tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan
/melaksanakaannya sendiri.
d. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam.
1) Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi makanan
yang rendah garam.
2) Kriteria Hasil
a) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah
garam
b) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak
mengandung garam.
c) Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung garam.
3) Rencana Tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan
terhadap klien hipertensi.
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak
mengandung garam.
c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk
merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan
keinginan untuk merubah.
4) Rasional
a) Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang
pengaruh garam terhadap klien hipertensi
b) Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung garam.
c) Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah
sikapnya dari yang tidak sehat menjadi sehat
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat keluarga
berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman obat keluarga.
1) Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat
keluarga.
2) Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu untuk
pengobatan hipertensi
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
b) Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan
/tanaman yang dapat membantu menurunkan tekanan darah
c) Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki
tanaman obat keluarga .
4) Rasional
a) Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
b) Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat
menurunkan tekanan darah.
c) Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat
tersebut kapan saja diperlukan.
5) Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita
hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
a) Deteksi dini kasus baru.
b) Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
c) Melakukan rujukan
d) Bimbingan dan penyuluhan.( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6)
5. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put ) dan penilaian
selalu berkaitan dengan tujuan. Evaluasi juga dapat meliputi penilaian input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ;
a) Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan
keperawatan.
b) Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya dapat
dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
c) Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
d) Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Health)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

c.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 5 Juni 2023 Pukul: 16.30 Oleh:
Indiyah Sepbriati

3.1.1 DATA UMUM


a. Nama Kepala Keluarga : Tn. I
b. Umur KK : 73 tahun
c. Alamat dan telepon : Jln. Cikandang no.8
d. Pekerjaan KK : Buruh
e. Pendidikan KK : SLTP
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa
h. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub. dg Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
KK
1 Ny.S P Istri 68 SLTP Islam Buruh
i. Genogram

Keterangan :

1. : laki-laki

2. : perempuan

3. : laki-laki meninggal
4. : perempuan meninggal

5. : tinggal serumah

6. : pasien

j. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Tn.I adalah pasangan inti
k. Suku Bangsa
Suku Tn.I dan keluarga adalah suku Jawa
l. Agama
Agama yang dianut oleh Tn.I dan keluarga adalah agama Islam, Tn.I sudah tidak
aktif kegiatan di lingkungan rumahnya seperti yasinan.
m. Status sosial ekonomi keluarga
Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari hasil buruh Tn. I dan Ny.S
sejumlah Rp. 2.500.000 - 3.000.000/bulan
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn.I mengatakan tidak pernah dalam satu tahun untuk rekreasi keluarga bersama
sama. Terkadang hanya menghabiskan waktu bersama untuk menonton TV
dirumah.

3.1.2 RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ini adalah tahap keluarga VIII, tahap
keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia.

b. Tugas Perkembangan Keluarga


Tugas perkembangan keluarga tahap 8 yaitu mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara
generasi.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti


Tn.I menderita hipertensi tak terkontrol kurang lebih 2 tahun. Tn. I hanya
periksa ke bidan setempat atau dokter bila ada keluhan.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga Tn.I ada yang menderita hipertensi
3.1.3 DATA LINGKUNGAN
1).Denah rumah

Rumah anak

Ruang tamu

Ruang
Keluarga

Kamar tidur Dapur

Kamar
mandi

2). Keadaan lingkungan dalam rumah


Keadaan didalam rumah Tn.I bersih tapi halaman banyak serpihan kayu (bekas
kerajinan kayu).
3) Keadaan lingkungan di luar rumah
a. Pemanfaatan halaman
Halaman depan diisi oleh tanaman dan bunga hias
b. Sumber air minum
Sumber air dirumah dari sumur dan menggunakan sanyo untuk mengambil
air
c. Pembuangan air kotor
Pembuangan air kotor masuk kedalam septictank
d. Pembuangan sampah
Tn.I mengatakan bahwa untuk pembuangan sampah dibuang di tanah
lubang dibelakang rumah (tanah pekarangan yang kosong)
e. Jamban
Jamban Tn.I jadi dengan kamar mandi dengan bentuk leher angsa.
f. Sumber pencemaran
Tidak ada permasalahan
Sanitasi rumah
1. Dinding berupa tembok
2. Lantai rumah sudah keramik
3. Ventilasi udara cukup, disetiap ruangan terdapat jendela dan ventilasi
udara.
4. Luas bangunan cukup
Panjang : 10 m
Lebar :8m
Luas : 80 m2
5. Fasilitas yang ada dirumah : air bersih, wc yang bersih, kamar mandi,
ruang makan, dapur, ruang keluarga
4.) Karakteristik tetangga dan komunitas
Hubungan antar tetangga Tn.I baik, saling membantu bila ada tetangga yang
meminta bantuan.
5). Mobilitas geografi keluarga
Tn.I mengatakan bahwa beliau adalah penduduk asli di Kelurahan Ngadirejo
dan tidak pernah pindah rumah.
6). Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.I mengatakan bahwa tidak mengikuti kegiatan masyarakat seperti yasinan
setiap minggu dan siskamling.
7). Sistem pendukung keluarga dan ecomap
Factor pendukung yang terdapat dalam keluarga Tn. I adalah keluarga yang
tinggal berdekatan dengan keluarga Tn. I, seringnya keluarga yang berkunjung
kerumah Tn.I untuk menjenguk dan memberikan kesenangan Tn.I. Jumlah
anggota keluarga 1 orang, dan bila Tn.I merasakan badannya tidak sehat anak-
anak Tn. I akan bergantian membelikan obat untuk Tn.I dan mengantar Tn. I
untuk periksa ke bidan atau puskesmas bila setelh minum obat tidak kunjung
sembuh

Ecomap :

Masjid /
mushola

Tetangga

Tn. I
Saudara
Rumah
Sakit

Teman
Anak-
anak
3.1.4 STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Tn.I mengatakan bahwa jika berkomunikasi dengan keluarga menggunakan
bahasa jawa.
b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga
Kekuasaan keluarga di serahkan kepada Tn.I akan tetapi tetap dilakukan
musyawarah terlebih dahulu jika ada masalah dalam keluarga.

c. Struktur peran (formal dan informal)


1 Kepala Keluarga (Tn.I) : Sebagai pusat pertimbangan
masalah, pengambil keputusan,
dan mencari nafkah
2 Istri (Ny. S) : Sebagai mengatur dan
menjalankan pekerjaan rumah,
seperti : bersih-bersih rumah dan
menyiapkan makanan

d. Nilai dan norma


Nilai agama dan norma budaya yang diterapkan Tn. I tidak ada yang
bertentangan dengan kesehatan.

3.1.5 FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi afeksi
1). Kebutuhan – kebutuhan keluarga, pola – pola respon
Keluarga Tn.I sangat toleransi terhadap keluarga lainnya. Respon terhadap masalah
yang muncul pada anggota keluarga lain sangat baik.
2). Hubungan keakraban
Sesama anggota keluarga sangat akrab, tidak ada perbedaan status

3). Pertalian hubungan (diagram kedekatan dalam keluarga)


Ny. Ny.

Tn. E Keterangan :

: Hubungan Kurang
Tn. S : Hubungan Baik
: Hubungan Berlebih

An.D
An.
R

Antar anggota keluarga sangat dekat hubungannya, jika ada salah satu anggota
keluarga yang mendapatkan masalah senantiasa membantu dalam memecahkan
masalah.
4). Perpisahan dan kekerabatan
Semua anggota berkumpul, tidak ada anggota keluarga yang tinggal terpisah.
Hubungan kekerabatan sangat baik
b. Fungsi sosial
1). Cara pola asuh pada anak
Sejak kecil anak diasuh oleh orang tua. Anak diberi pendidikan sejak kecil,
pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan nonformal melalui keluarga
secara langsung. Orangtua selalu mengawasi tingkah laku anaknya.
2). Siapa yang menjadi pelaku sosialisasi anak–anak
Ibu (Ny.T).
3). Nilai anak–anak dalam keluarga
Anak diasuh dengan baik agar dapat bertindak sesuai norma dan nilai.
4). Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola asuh
Adat yang dianut adalah adat jawa, jika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua
anak diajari berkomunikasi dengan bahasa yang sopan.
5). Pengaruh kelas sosial dalam pengasuhan
Tidak ada kelas sosial dalam keluarga Tn.S, hanya saja setiap anggota harus saling
menghargai.
6). Estimasi resiko masalah pengasuhan
Tidak ada masalah
7). Kelayakan lingkungan rumah untuk bermain bagi anak.
Lingkungan rumah cukup layak, walaupun tidak memiliki halaman yang luas.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1). Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan Tn.S mengeluh pusing dan tengkuk terasa kaku jika kecapekan
dan bila sulit tidur.
2). Kebersihan perorangan
Kebersihan perorangan baik.
3). Penyakit yang sering diderita
Tn.S mengatakan sering mengeluh pusing dan memiliki riwayat HT.
4). Penyakit keturunan
Tn.S mengatakan dari pihak keluarganya tidak memiliki riwayat HT.
5). Penyakit kronis atau menular
Tn.S mengatakan bahwa tidak ada penyakit menular dalam keluarganya.
6). Kecacatan
Tn.S mengatakan dikeluarga tidak ada yg mengalami kecacatan.
7). Pola makan
Penyediaan makanan dalam keluarga Tn.S dimasak oleh Ny.T dan anaknya. Jarang
beli makanan dari luar
8). Pola istirahat
Tn.S mengatakan bahwa untuk istirahat sudah cukup 4-5 jam karena di keluarga
tidak ada yang pernah begadang.
9). Ketergantungan obat atau bahan
Tn.S memeriksakan kesehatannya jika ada keluhan atau kalau sempat saja, ke bidan
setempat.
10). Mencari pelayanan kesehatan
Untuk pelayanan kesehatan tidak sulit dicari di wilayahnya Tn.S tinggal. Dekat
dengan bidan praktek dan dokter praktek.
d. Fungsi reproduksi
Tn.S tidak ada gangguan di fungsi reproduksi.

3.1.6 STRESS DAN KOPING KELUARGA


b. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
1. Stessor jangka pendek
Tn.S sering mengeluh pusing dan tengkuk terasa kaku jika kecapekan dan
bila sulit tidur malam hari.
2. Stressor jangka Panjang
Keluarga Tn.S mengatakan takut kalau Tn.S menderita stroke.
c. Kemampuan berespon terhadap stressor
Tn.S memeriksakan kesehatan nya di bidan dan dokter jika ada keluhan.
d. Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga akan bermusyawarah jika ada masalah dan yang mengambil
keputusan adalah Tn.S.
e. Strategi adaptasi disfungsional
Tn.S mengatakan jika pusing dan capek akan beristirahat.

3.1.7 HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN


KELUARGA
a. Persepsi terhadap masalah
Tn.S mengatakan mengerti kalau mempunyai hipertensi.

b. Harapan terhadap masalah


Keluarga berharap petugas kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan
keluarga yang lebih menyeluruh dan bisa membantu masalah Tn.S terkait
dengan pemberian informasi tentang kesehatan khususnya cara perawatan HT.
3.1.8 PEMERIKSAAN FISIK
Hari/ Tgl : Minggu, 22 November 2020
TB BB LLA TD N R
No Nama S ºC Keterangan keluhan
Cm Kg Cm Mm/Hg x/’ x/’
Pusing dan terasa
1 Tn. S 165 68 160/90 90 20 36 kaku jika kecapekan
dan bila sulit tidur
2 Ny.T 150 60 120/80 86 20 36,3 Tidak ada keluhan
3 Ny. Z 150 50 110/90 80 20 36,5 Tidak ada keluhan
4 Tn E 150 52 120/80 84 16 36 Tidak ada keluhan
5 An.R 120 25 88 20 36 Tidak ada keluhan
6 An. D 110 20 92 20 36,2 Tidak ada keluhan

3.1.9 PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA YANG SAKIT.


Hari/ Tanggal : Minggu, 22 November 2020 Pukul : 18.00 WIB
1. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Tn.S
Umur/ Jenis kelamin : 60 tahun/ Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama yang dirasakan saat ini : Pusing bila kecapekan
Riwayat yang pernah diderita : Hipertensi
Riwayat penggunaan obat-obatan untuk mengurangi keluhan : Tn.S mengatakan jika
ada keluhan periksa ke bidan atau dokter dan minum obat dari bidan atau dokter
tersebut. Jika tidak ada keluhan Tn.S tidak minum obat rutin.
Riwayat pemanfaatan layanan kesehatan : Tn.S mengatakan periksa ke bidan bila ada
keluhan.
Riwayat merokok / minum-minuman keras : ada
3. FISIOLOGIS
a. Fungsi Respirasi dan Kadiovaskuler
1) TTV : S:36 oC N : 90 x/menit RR : 20 x/menit T : 160/90mmHg
2) Pengkajian Thorak
Bentuk dada : normal. Tidak ada nyeri tekan pada dada. Perkusi : Datar.
Auskultasi : Suara nafas : Vesikuler. Suara jantung: irama teratur, tidak
ada suara tambahan.
b. Nutrisi
1. Kebiasaan makan dan minum:
Jumlah makan : 2-3x/hari
Porsi makan : sedang
Jenis Makanan : nasi, sayur dan lauk. Ny. T suka memasak sayur yang
bersantan, menggunakan penyedap di setiap masakan dan garam dalam
takaran biasa (tidak mengurangi). Ini juga yang dimakan oleh Tn.S
Jumlah minum : 1000 cc/hari
Jenis minuman : air putih, lemon madu setiap pagi, kopi encer setiap hari.
2. BB: 68 Kg, TB: 168 cm
3. Luka bekas operasi : tidak ada bekas operasi.
4. Bising usus : 20x/menit
5. Perkusi : timpani
6. Nyeri tekan : tidak ada
7. Massa : tidak teraba massa
8. Pembesaran hepar : tidak teraba
c. Eliminasi
BAK lebih kurang 6-7 x/hari, jumlah tidak tahu. Klien bisa mengontrol
keinginan kencing. BAB 1 x/hari, warna kuning, konsistensi lembek.
d. Aktifitas dan Istirahat
1 Kekuatan otot: ekstremitas atas 5 | 5, ekstremitas bawah 5 | 5
2 Kebiasaan istirahat
Tidur siang: sukar tidur siang ; Tidur malam: 5-6 jam
3 Aktifitas harian
Petani
4 Indeks Barthel
No Item yang dinilai Dibantu Mandiri Skor
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 5-10 15 15
dan kembali (termasuk duduk di tempat
tidur)
3 Personal higine (cuci muka, menyisir, 0 5 5
bercukur jenggot, gosok gigi)
4 Naik turun kloset (melepas/memakai 5 10 10
pakaian saat BAB/BAK, menyiram WC)
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar atau 10 15 15
Menggayuh kursi roda sendiri 0 5 -
7 Naik dan turun tangga 5 10 10
8 Berpakaian (termasuk menalikan sepatu, 5 10 10
menutup resleting)
9 Mengontrol anus 5 10 10
10 Mengontrol kandung kemih 5 10 10
Score total 100
Penilaian barthel indeks menurut Granger :
0-2 : dependen total
21-40 : dependen berat
41-60 : dependen sedang
61-90 : dependen ringan
91-100 : mandiri
e. Integumen
Elastisitas kulit agak menurun. Tidak terdapat jaringan parut. Warna rambut hitam
dan putih di bagian samping. Kuku bersih
f. Fungsi Neurologi
Pendengaran baik, penglihatan baik.
Status kognitif
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnair)
Score No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini? Benar
2 Hari apa sekarang? (hari, tanggal dan tahun) Benar
3 Apa nama tempat ini? Benar
4 Berapa nomor telepon anda? -
4.a Dimana alamat anda? (ditanyakan pada klien Benar
yang tidak mempunyai telepone)
5 Berapa usia anda? Benar
6 Kapan anda lahir? Benar
7 Siapa presiden Indonesia saat ini? Benar
8 Siapa nama presiden sebelumnya? Benar
9 Siapa nama kecil ibu anda? Benar
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 Benar
dari setiap angka baru, semua secara
menurun
Jumlah total salah 0
Penilaian :
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : fungsi intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : fungsi intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : fungsi intelektual berat

g. Fungsi Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid; GDA: tidak terkaji

4. KONSEP DIRI
a. Harapan sebagai lansia: Tn.I berharap penyakitnya tidak kambuh dan bisa
sembuh.
b. Penilaian depresi berdasarkan skala depresi beck : tidak depresi/minimal

5. FUNGSI PERAN
a. Pekerjaan sebelumnya
Sebelumnya klien bekerja sebagai tukang kayu.
b. Pekerjaan saat ini
Klien sebagai bertani
c. Peran lansia saat ini
Saat ini klien menjalankan peran sebagai suami, bapak dan kakek.
d. Kebiasaan beribadah
Klien melakukan shalat 5 waktu dan sudah mengikuti yasinan di lingkungan
rumah.
e. Sistem pendukung
Keluarga mendukung dan membantu klien memenuhi kebutuhan klien dan
keperluan pengobatannya.
f. Nilai dan keyakinan sebagai lansia
Klien mengatakan bahwa menikmati hidupnya sebagai lansia dengan santai.

6. INTERDEPENDEN
Apgar Keluarga
No Fungsi Uraian Score
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 1
(teman-teman) saya untuk membantu pada saat saya
sedang mengalami kesusahan
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1
membicarakan sesusatu dengan saya dan
mengungkapkan masalahnya dengan saya.
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 1
menerima dan mendukung kenginan saya untuk
melakukan aktivitas atau kegiatan baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi
saya, seperti marah, sedih, atau mencintai.
5 Pemecahan Saya puas dengan teman-teman saya dan saya 1
menyediakan waktu bersama-sama
Penilaian : selalu (2), kadang-kadang (1), tidak pernah (0).
HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN
KELUARGA
a. Persepsi terhadap masalah
Anggota keluarga menyadari akan penyakit yang diderita Tn. I sehingga anggota
keluarga memberikan dukungan sepenuhnya terhadap kesehatan Tn. I
b. Harapan terhadap masalah
Keluarga berharap Tn. I selalu dalam kondisi sehat dengan penyakit yang
diderita, sehingga keluarga Tn. I selalu mendukung sepenuhnya terhadap
kesehatan Tn. I.

ISenin, 5 Juni 2023


Perawat yang mengkaji,

Indiyah sepbriati

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS : - Kesiapan peningkatan
- Keluarga Tn. I manajemen kesehatan
mengetahui jika Tn.I
menderita hipertensi.
- Tn. I menderita
hipertensi kurang lebih
2 tahun
DO :
- TD : 160/90 mmHg
- Tn. I tidak minum obat
hipertensi

2 DS : Program terapi kompleks Ketidakpatuhan


- Tn. I mengatakan, ia dan/ atau lama
makan makanan yang
bersantan dan tidak
mengurangi garam serta
masih minum kopi
encer setiap hari.
- Tn. I tidak minum obat
rutin
- Tn. I mengatakan
mengkonsumsi
belimbing atau
mentimun jika pusing
DO :
- Terdapat sayur
bersantan dan lauk yang
di goreng.
- TD : 160/90 mmHg

C. SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan: kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran
Skor
1. Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Keluarga menganggap berobat jika ada
1
Skala : Resiko keluhan saja
2. Kemungkinan
Pengetahuan keluarga tentang fasilitas
masalah dapat diubah ½x2=1 2
layanan kesehatan cukup.
Skala : Sebagian
3. Potensial masalah
Masalah ini dapat diatasi karena ada
untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3 1
kemauan dari pasien
Skala : Cukup
4. Menonjolnya masalah
Keluarga tidak merasakan adanya
Skala : Masalah tidak 0/2 x 1 = 0 1
masalah.
dirasakan
Total 2 1/3

Diagnosa Keperawatan: ketidakpatuhan


No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran
Skor
1. Sifat masalah Tn.S masih mengkomsumsi makanan
Skala : Aktual 3/3 x 1 = 1 1 bersantan dan tidak rendah garam ,Tn.S
tidak rutin minum obat hipertensi
2. Kemungkinan masalah 2 Keluarga mengungkapkan akan
dapat diubah ½x2=1 berusaha mematuhi diit hipertensi yang
di sarankan dan mengkomsumsi obat
Skala : Sebagian dari dokter saja
3. Potensial masalah untuk
Masalah ini dapat diatasi karena adanya
dicegah 2/3 x 1 = 1
kemauan dari pasien.
Skala : Cukup 2/3
4. Menonjolnya masalah
Skala : Ada masalah 1/2 x 1 = ½ Keluarga merasakan adanya masalah
1
tetapi tidak perlu segera tapi tidak segera di tangani
ditangani
Total 2 5/6

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks dan/atau lama
dibuktikan dengan Tn. I mengatakan ia makan makanan yang bersantan dan tidak
mengurangi garam serta masih minum kopi encer setiap hari, Tn. I tidak minum
obat rutin, Tn. I mengatakan mengkonsumsi belimbing atau mentimun jika pusing,
Terdapat sayur bersantan dan lauk yang di goring, TD : 160/90 mmHg
2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan dibuktikan dengan Keluarga Tn. I
mengetahui jika Tn.I menderita hipertensi, Tn. I menderita hipertensi kurang lebih 2
tahun, TD : 160/90 mmHg, Anak Tn.I mengantar Tn.I periksa jika ada keluhan
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No SDKI SLKI SIKI
1 Ketidakpatuhan berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Kepatuhan Program
dengan program terapi selama 3 x pertemuan Tingkat kepatuhan Klien Pengobatan
kompleks dan/atau lama meningkat, dengan kriteria hasil : Observasi
dibuktikan dengan Tn. I - Verbalisasi kemauan mematuhi program 1. Identifikasi kepatuhan
mengatakan ia makan perawatan atau pengobatan meningkat menjalani program pengobatan
makanan yang bersantan dan - Verbalisasi mengikuti anjuran meningkat Terapeutik
tidak mengurangi garam serta - Perilaku mengikuti program perawatan atau 2. Buat komitmen menjalani
masih minum kopi encer pengobatan membaik program pengobatan dengan
setiap hari, Tn. I tidak minum - Perilaku menjalankan anjuran membaik baik.
obat rutin, Tn. I mengatakan 3. Diskusikan hal – hal yang
mengkonsumsi belimbing dapat mendukung atau
atau mentimun jika pusing, menghambat berjalannya
Terdapat sayur bersantan dan program pengobatan
lauk yang di goring, TD : 4. Libatkan keluarga untuk
160/90 mmHg mendukung program
pengobatan yang dijalani.
Edukasi
5. Informasikan program
pengobatan yang harus dijalani
6. Informasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
7. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan merawat
pasien selama menjalani
program pengobatan
2 Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi proses penyakit
manajemen kesehatan selama 2x pertemuan diharapkan manajemen Observasi
dibuktikan dengan Keluarga Kesehatan keluarga meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi kesiapan dan
Tn. I mengetahui jika Tn.I hasil: kemampuan menerima
menderita hipertensi, Tn. I - Kemampuan menjelaskan masalah kesehatan informasi.
menderita hipertensi kurang yang dialami meningkat. Terapeutik
lebih 2 tahun, TD : 160/90 - Aktivitas keluarga mengatasi masalah 2. Sediakan materi dan media
mmHg, Anak Tn.I mengantar kesehatan tepat meningkat pendidikan kesehatan
Tn.I periksa jika ada keluhan - Tindakan untuk mengurangi faktor risiko 3. Jadwalkan pendidikan
meningkat. kesehatan sesuai kesepakatan.
4. Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
5. Jelaskan penyebab dan faktor
resiko penyakit.
6. Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit.
7. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi.
8. Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan.
9. Informasikan kondisi pasien
saat ini.
10. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala
memberat atau tidak biasa.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl NO IMPLEMENTASI EVALUASI


DX
Minggu, 1 Kunjungan I S:
22 1. Mengidentifikasi kepatuhan - Tn. I mengungkapkan
November menjalani program pengobatan. akan makan sesuai diet
2020 2. Membuat komitmen menjalani yang dianjurkan.
Jam 18.00- program pengobatan dengan - Tn. I mengatakan akan
19.00 baik. rutin memeriksakan
3. Mendiskusikan hal – hal yang tekanana darahnya
dapat mendukung atau - Tn.I mengatakan akan
menghambat berjalannya rutin minum obat
program pengobatan. O:
4. Melibatkan keluarga untuk - Menu saat makan siang
mendukung program tidak ada yang
pengobatan yang dijalani. mengandung santan.
5. Menginformasikan pentingnya - Ada minuman kopi di
pengaturan diet pada penyakit meja
Hipertensi - Keluarga Tn. I berjanji
6. Menginformasikan manfaat akan mengantarkan Tn. I
yang akan diperoleh jika teratur rutin control tekanan darah
menjalani program pengobatan - Keluarga Tn. I berjanji
7. Anjurkan keluarga untuk akan mengontrol Tn. I
mendampingi dan merawat minum obat
pasien selama menjalani A : Masalah teratasi sebagian
program pengobatan P : Intervensi no 4,5,6 dan 7
dilanjutkan pada kunjungan
ke 2

Minggu, 2 Kunjungan 1 S:
22 1. Mengidentifikasi kesiapan dan - Tn. I mengerti akan
November kemampuan menerima penyakit yang sedang
2020 informasi. dialami dan harus
Jam 18.00- 2. Menyediakan materi dan media mematuhi program
19.00 pendidikan kesehatan pengobatan.
3. Menjadwalkan pendidikan - Tn. S mengerti dan bisa
kesehatan sesuai kesepakatan. menyebutkan tanda dan
4. Memberikan kesempatan untuk gejala yang ditimbulkan
bertanya. darah tinggi yang
5. Menjelaskan penyebab dan dialaminya.
faktor resiko penyakit. O:
6. Menjelaskan tanda dan gejala - Ada obat – obatan yang
yang ditimbulkan oleh penyakit. dikonsumsi Tn. S
7. Menjelaskan kemungkinan disebelah meja makan
terjadinya komplikasi. - Keluarga Tn. S berjanji
8. Mengajarkan cara meredakan akan rutin mengantar Tn.
atau mengatasi gejala yang S periksa dan akan
dirasakan. mengontrol Tn. S dalam
9. Menginformasikan kondisi minum obat
pasien saat ini. A: Masalah teratasi sebagian
10. Menganjurkan melapor jika P: Intervensi no. 5, 7, 8 dan
merasakan tanda dan gejala 10 diteruskan
memberat atau tidak biasa.
Senin, 23 1 Kunjungan 2 S:
November 1. Menganjurkan keluarga untuk - Tn. S mengungkapkan
2020 mendukung program akan mencoba untuk
Jam 16.00- pengobatan yang dijalani. makan sesuai diet yang
17.00 2. Menjelaskan kembali dianjurkan.
pentingnya pengaturan diet pada - Tn. S mengungkapkan hari
penyakit Hipertensi. ini masih minum kopi.
3. Menjelaskan kembali manfaat - Keluarga Tn. S
yang akan diperoleh jika teratur mengungkapkan sudah
menjalani program pengobatan melarang orang tuanya
4. Menganjurkan keluarga untuk untuk tidak minum kopi.
mendampingi dan merawat - Keluarga Tn. S
pasien selama menjalani mengungkapkan
program pengobatan bersedia untuk
menghantar ke fasilitas
kesehatan jika
diperlukan.
O:
- Obat obatan yang
dikonsumsi Tn. S tersedia
di tempat khusus di
sebelah meja makan.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi no. 1, 2, 3 dan 4
diteruskan

Senin, 23 2 Kunjungan 2 S:
November 1. Menjelaskan penyebab dan - Tn. S mengerti akan
2020 faktor resiko penyakit. faktor resiko dan
Jam 16.00- 2. Menjelaskan kemungkinan komplikasi tentang
17.00 terjadinya komplikasi. penyakit yang sedang
3. Mengajarkan cara meredakan dialami dan harus
atau mengatasi gejala yang mematuhi program
dirasakan. pengobatan.
4. Menganjurkan melapor jika - Tn. S mengatakan akan
merasakan tanda dan gejala rutin periksa tensi.
memberat atau tidak biasa - Keluarga mengatakaan
akan mengantar Tn. S bila
berobat ke rumah sakit
O:
- Ada obat – obatan yang
dikonsumsi Tn. S
disebelah meja makan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Selasa, 24 1 Kunjungan 3 S:
November 1. Menganjurkan keluarga untuk - Tn. S mengungkapkan
2020 mendukung program akan mencoba untuk
Jam 16.00- pengobatan yang dijalani. makan sesuai diet yang
17.00 2. Menjelaskan kembali dianjurkan.
pentingnya pengaturan diet pada - Tn. S mengungkapkan
penyakit DM dan Hipertensi. hari ini sudah tidak
3. Menjelaskan kembali manfaat minum kopi
yang akan diperoleh jika teratur - Keluarga Tn. S
menjalani program pengobatan mengungkapkan sudah
4. Menganjurkan keluarga untuk melarang orang tuanya
mendampingi dan merawat untuk minum kopi dan
pasien selama menjalani makan yang bersantan
program pengobatan - Keluarga Tn. S
mengungkapkan bersedia
untuk menghantar ke
fasilitas kesehatan jika
diperlukan.
O: -
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd edition. Oxford: Oxford
University Press
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Tim Pokja SDKI DPP PPNI .2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media: Malang
http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/1395/4/BAB%20II.pdf

Lampiran 1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)

Pokok : Hipertensi (Darah Tinggi)


Sub Pokok Bahasan : Penanganan Hipertensi
Penyaji : Bekti Setyorini
Sasaran : Tn. S dan keluarga
Hari dan Tgl pelaksanaan : Selasa, 24 November 2020
Tempat : Kediaman Tn.S

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan egenerat lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif
Muttagin,2009). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama gagal
jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tekanan darah tinggi disebut sebagai “ pembunuh diam-
diam” karena orang dengan darah sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional
Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita darah tinggi sadar
akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan
interval teratur karena darah tinggi merupakan kondisi seumur hidup.
Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Di
Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4 %
yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%,
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan
tidak mengetahui egene risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini
penyakit egenerative dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia (Smelzer, 2001)
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi 1 x 30 mnt Tn. I dan keluarganya
dapat memahami tentang penyakit darah tinggi, diet darah tinggi dan mampu
melakukan perawatan diri terhadap penyakit darah tinggi.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 mnt Tn S dan keluarganya mampu
menjelaskan kembali tentang :
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi dengan baik
3. Tanda dan gejala darah tinggi dengan baik
4. Makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk penderita hipertensi
5. Obat-obatan untuk hipertensi
6. Komplikasi dari hipertensi

C. SASARAN
Tn. S dan keluarganya.

D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari dan Tanggal pelaksanaan : Selasa, 24 November 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Kediaman Tn.I

E. MATERI
Terlampir

F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA

1 Pembukaan 5 menit a. Salam Perkenalan


b. Menjelaskan kontrak dan
tujuan pertemuan
2 Pelaksanaan 20 menit Menjelaskan tentang : Leaflet
a. Pengertian hipertens
b.Penyebab hipertensi
c. Tanda dan gejala hipertensi
d. Diet hipertensi
e. Mengetahui obat-obatan
untuk hipertensi
f. Mengetahui komplikasi
yang terjadi akibat
hipertensi
g. Membuka session
pertanyaan
h. Diskusi dengan keluarga
3 Penutup 5 menit Menutup pembelajaran dengan
salam

G. METODE
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi

H. MEDIA DAN ALAT


Leaflet

I. SUMBER
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta,
Penerbit Kanisius, 2001

J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Semua anggota keluarga hadir dalam acara penyuluhan
b. Kesiapan materi penyaji
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi Proses
a. Anggota keluarga Tn.S hadir sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan
b. Anggota keluarga Tn.S antusias bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahui
c. Anggota keluarga Tn.S menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya
4. Evaluasi hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b. Adanya kesepakatan anggota keluarga Tn.S dengan perawat dalam
melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya
c. Adanya tambahan pengetahuan tentang hipertensi yang diterima audience
dengan melakukan evaluasi melalui tes lisan di akhir ceramah.
K. DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan kembali pengertian Hipertensi ?
2. Jelaskan kembali penyebab Hipertensi ?
3. Apa tanda dan gejala Hipertensi ?
4. Apa saja makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk penderita
Hipertensi ?
5. Sebutkan pengobatan Hipertensi ?
6. Jelaskan komplikasi Hipertensi ?
Lampiran 2

MATERI HIPERTENSI

PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan egenerat lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif
Muttagin,2009). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama gagal
jantung, stroke, dan gagal ginjal

PENYEBAB HIPERTENSI
Data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi,antara lain :

a. Faktor keturunan
Dari data stasistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan hipertensi adalah :
1) konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr per hari )
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alcohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednisone, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
7) glomerulonephritis
8) tumor
9) atherosclerosis
10) diabetes mellitus
11) stroke
12) kontrasepsi
13) kortikosteroid
TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami gejala
ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah :
1. Sakit kepala parah
2. Pusing
3. Penglihatan buram
4. Mual
5. Telinga berdenging
6. Kebinggungan
7. Detak jantung tidak teratur
8. Kelelahan
9. Nyeri dada
10. Sulit bernafas
11. Darah dalam urine
12. Sensasi berdetak didada, leher atau telinga

DIET HIPERTENSI
1. Memperbanyak konsumsi sayur dan buah
2. Konsumsi prosuk olahan susu tanpa lemak atau rendah lemak
3. Memperbanyak konsumsi ikan, daging ungags, kacang-kacangan, biji-bijian, minyak
sayur dan makanan yang berasal dari gandum.
4. Mengurangi konsumsi makanan yang tinggi garam

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN HIPERTENSI


Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa cara
yang dapat dilakukan :
1. Konsumsi makanan yang sehat
2. Menjaga berat badan ideal
3. Rajin olahraga
4. Berhenti merokok dan tidak minum alkohol
Beberapa penderita hipertensi diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah seumur
hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah pencegahan sedini mungkin,
terutama bila anda memiliki factor risiko hipertensi

FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena hipertensi adalah :
1. Kelelahan
2. Diabetes
3. Asam urat
4. Obesitas (kegemukan)
5. Kolesterol tinggi
6. Penyakit ginjal
7. Kecanduan ginjal
8. Kecanduan alcohol
9. Wanita yang menggunakan pil KB
10. Orang yang memiliki orangtua atau kakek nenek dengan tekanan darah tinggi

MENGETAHUI KOMPLIKASI YANG TERJADI AKIBAT HIPERTENSI


Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain didalam tubuh jika
dibiarkan hipertensi bisa menimbulkan penyakit-penyakit yang serius, seperti :
1. Stroke
2. Kehilangan penglihatan
3. Gagal ginjal

Anda mungkin juga menyukai