Sop Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita Usia 6-59 Bulan Di Layanan Rawat Jalan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

TATA LAKSANA GIZI BURUK

PADA BALITA USIA 6-59 BULAN DI


LAYANAN RAWAT JALAN

No. Dokumen:

No. Revisi :
SOP
Tgl. Terbit :
Halaman :
UPT.PUSKESMAS Hj. St. HASNAH,S.KEP.NS
GALESONG UTARA Nip. 196612311987032066

1. Pengertian Tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi) di fasilitas pelayanan


kesehatan akan melakukan perawatan pada balita gizi buruk
usia 6-59 bulan tanpa komplikasi medis.
2. Tujuan SOP ini ditujukan kepada tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi)
dalam melakukan tindak lanjut pada balita gizi buruk yang
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
3. Kebijakan 1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 23 Tahun 2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang
4. PMK No. 2 tahun 2020 Tentang Standar Antropometri
Anak
1. Referensi 1. Pedoman pelayanan Gizi di Puskesmas, Kemenkes RI
Tahun 2018
2. Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk
pada Balita, Kemenkes RI Tahun 2019
3. Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk
pada Balita Layanan Rawat Jalan, Kemenkes RI Tahun
2020
1. Prosedur/ Persiapan Awal
Langkah- Perawatan balita gizi buruk di layanan rawat jalan memerlukan
persiapan sebagai berikut:
langkah
1. Tenaga Kesehatan (Tim Asuhan Gizi) terlatih melakukan
tatalaksana gizi buruk sesuai protokol tata laksana di layanan
rawat jalan.
2. Fasilitas Kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan,
termasuk:
a. Alat antropometri (alat timbang berat badan, seperti
timbangan digital anak dan bayi, alat ukur panjang atau
tinggi badan, seperti papan ukur panjang atau tinggi badan
(length/ height board) dan Pita LiLA) sesuai standar.
b. Tabel Z-skor sederhana (mengacu pada tabel dan grafik
dalam Permenkes Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak) atau perangkat lunak (software)
penghitung Z-skor (WHO Anthro).
c. Kartu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
d. Bahan untuk membuat F100 atau formula untuk gizi buruk
lainnya.
e. Home economic set (alat untuk mengolah dan menyajikan
F100, seperti gelas ukur, kompor, panci, sendok makan,
piring, mangkok, gelas dan penutupnya, dll).
f. Obat-obatan seperti antibiotika, mineral mix, ReSoMal,
obat cacing dan vitamin sesuai protokol.
g. Formulir pasien, formulir rujukan, formulir pencatatan dan
pelaporan.
h. Bagan protokol tata laksana gizi buruk rawat jalan, alat
bantu kerja (job aids) lainnya, seperti tabel F100 dan tabel
dosis RUTF dan protokol tes nafsu makan.

Tata laksana Balita Gizi Buruk di Layanan Rawat Jalan


Penanganan sesuai 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk di
Layanan Rawat Jalan

Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita Gizi Buruk


1. Melakukan anamnesis riwayat kesehatan balita
Meliputi riwayat kelahiran, imunisasi, menyusui dan makan
(termasuk nafsu makan), penyakit dan riwayat keluarga.
2. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan khusus
- Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh,
pernafasan, dan nadi.
- Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir
MTBS (lihat checklist)
3. Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.
4. Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan
- Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali
balita masuk rawat jalan, walaupun tidak ada gejala klinis
infeksi: Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam)
selama 5 hari.
- Bila balita sebelumnya di rawat inap, maka pemberian
antibiotika merupakan lanjutan dari pengobatan
sebelumnya di rawat inap.
- Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari
38°C. Bila demam > 39°C rujuk balita ke rawat inap.
Berikan penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di
rumah kepada pengasuh.
- Vitamin dan zat gizi mikro (sesuai 10 Langkah Tata
Laksana Gizi Buruk) Pada balita gizi buruk pasca rawat
inap, pemberian Vitamin A dan Asam Folat merupakan
lanjutan dari pemberian di rawat inap.
 Pemberian Vitamin A:
 Bila tidak ditemukan tanda defisiensi Vitamin A dan
riwayat campak dalam 3 bulan terakhir, Vitamin A
dosis tinggi diberikan pada hari pertama dengan
dosis sesuai umur.
 Bila ditemukan tanda defisiensi Vitamin A seperti
rabun senja atau ada riwayat campak dalam 3 bulan
terakhir, Vitamin A dosis tinggi diberikan sesuai usia
anak pada hari ke-1, ke-2 dan ke-15.
 Pemberian Asam Folat setiap hari minimal selama 2
minggu, dengan dosis pemberian 5 mg pada hari ke-1,
selanjutnya 1 mg/hari.
 Pemberian zat besi dengan dosis 3 mg/kgBB/hari,
diberikan setelah mengalami kenaikan berat badan
(fase rehabilitasi).
5. Menghitung kebutuhan gizi balita
- Jumlah zat gizi yang diperlukan sebagai terapi gizi untuk
memenuhi kebutuhan balita gizi buruk usia 6 – 59 bulan,
yaitu:
Energi: 150 - 220 kkal/kgBB/hari;
Protein: 4 - 6 g/kgBB/hari;
Cairan: 150 - 200 ml/kgBB/hari.
- Pemenuhan kebutuhan gizi tersebut dapat diperoleh dari
Formula 100 atau Ready to Use Therapeutic Food (RUTF)
serta makanan padat gizi.

6. Melakukan tes nafsu makan dengan menggunakan F100


atau RUTF dan melakukan konseling gizi kepada pengasuh.
Konseling Gizi:
- Cara pemberian F100 atau RUTF dan makanan padat gizi
untuk Balita 6 – 59 bulan
- Mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan formulir
rawat jalan.
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Hal-hal berikut penting untuk didokumentasikan, termasuk
diantaranya:
- Jumlah kasus balita gizi buruk usia 6-59 bulan yang dirawat
jalan:
1) Sembuh
2) Masih dirawat
3) Drop out
4) Meninggal
5) Pindah ke layanan rawat inap
6) Pindah ke layanan rawat jalan lain
- Penyakit penyerta atau penyulit
- Lama hari perawatan
- Rata-rata kenaikan berat badan per hari atau per minggu
6. Diagram alir
7. Unit terkait Posyandu
8. Dokumen Rekam Medis, Skrining Gizi, Asuhan Gizi, Kartu MTBS
Terkait

Anda mungkin juga menyukai