LP Hiv
LP Hiv
LP Hiv
HIV
OLEH :
KELAS/SEMESTER : C/IV
S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
2.3 klasifikasi
2.4 patofisiologi
2.5 manifestasi klinis
2.6 pemeriksaan penunjang
2.7 penatalaksana
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
3.2 diagnosa
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 evaluasi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
Sekitar 40 juta penduduk dunia dari sekitar 40 juta penduduk dunia yang telah terinfeksi
HIV, lebih dari 95%-nya berada ni negara berkembang,dan anak – anak muda saat ini telah
menjadi bagian dari pandemic AIDS dengan adanya data yang menyebutkan bahwa lebih dari
setengah kasus baru yang terinfeksi HIV adalah remaja dengan usia antara 15-24. Hal ini
diperkuat oleh perkiraan WHO, 50% dari seluruh kasus terinfeksi adalah
anak muda, atau dengan kata lain 7000 anak muda (usia 15-24 tahun) terinfeksi setiap harinya,
dan 30% dari 40 juta orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang terinfeksi seluruh dunia berada
dalam kelompok usia 15-24 tahun. Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam
waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda banyak negara
(Bereketal.,2018).
Masalah HIV/AIDS merupakan masalah besar yang mengancam banyak negara di dunia
termasuk di Indonesia. Data kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kemenkes (2020), menyatakan bahwa selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di
Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan data
General Administration of P2P from the 2019 HIV, AIDS and Sexually Transmitted Infection
Information System (SIHA dalam Kemenkes 2020),laporan triwulan keempat menyebutkan
bahwa laki-laki memiliki lebih banyak kasus HIV/AIDS dibandingkan perempuan. Pada tahun
2019, 64,50% kasus HIV adalah laki-laki, sedangkan 68,60% kasus AIDS adalah laki-laki. Hal ini
sejalan dengan hasil laporan HIV berbasis gender dari 2008 hingga 2019, di mana persentase
pasien pria secara konsisten lebih tinggi dibandingkan Wanita.
Berdasarkan data SIHA jumlah penularan HIV yang dilaporkan menurut kelompok umur
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019, umur 25-49 tahun atau umur nifas merupakan umur
dengan jumlah penularan HIV tertinggi tiap tahunnya.
Menurut Kemenkes RI (2019), prosentase kasus HIV positif menurut kelompok umur,
proporsi terbesar kasus HIV dan AIDS pada penduduk usia produktif (15-49 tahun), yang
kemungkinan terjadi pada usia remaja. Di Indonesia, HIV AIDS pertama kali ditemukan di
provinsi Bali pada tahun 1987. Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 407 dari 507
Kabupaten/Kota (80%) di seluruh Provinsi di Indonesia (Kemenkes, 2020).
HIV atau human immunodeficiency virus disebut sebagai retrovirus yang membawa
materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan asam deoksibonukleat (DNA). HIV
disebut retrovirus karena mempunyai enzim reverce transcriptase yang memungkinkan virus
mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA.(Widyanto &
Triwibowo,2013).
AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome didefinisikan kumpulan
penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan
merupakan stadium akhir infeksi HIV (Widyanto & Triwibowo, 2013). Kerusakan
progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA amat rentan dan
mudah terjangkit bermacam-macam penyakit (Rendy & Margareth, 2012Human
Immunodeficiency Virus.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut human (manusia) karena virus ini hanya
menginfeksi manusia, immune-deficiency karena efek virus ini sifatnya menurunkan
kemampuan sistem kekebalan tubuh. Human Immunodeficiency Virus (HIV) ini masuk dalam
golongan virus karena salah satu karakteristiknya yaitu tidak mampu memproduksi diri
sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel lain dalam tubuh. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit. Virus ini merupakan penyebab penyakit AIDS
(Desmawati, 2013).
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal,
penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan
gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS
juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi. Virus yang
menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini
dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1,
sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran
klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak mulai
infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek. Cara penularan
AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
a) Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR
b) Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan utama
sesak nafas r Candida Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya
Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
b) Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu
singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
c) Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.
d) Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena
adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga
didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
e) Pola aktivitas dan Latihan
Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami perubahan. Ada
beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka
yang menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait
penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
f) Pola presepsi dan konsep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi, dan stres.
g) Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan, dan gangguan
penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi,
kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami
halusinasi.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b) Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran,
apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
c) Vital sign :
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
d) BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)
TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)
e) Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika
f) Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor, reflek pupil
terganggu,
g) Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
h) Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang
menunjukkan kandidiasi.
i) Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus
neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening,
j) Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k) Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada
pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas
(dipsnea).
l) Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m) Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tandalesi (lesi sarcoma
kaposi).
n) Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin.
3.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang
telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implentasi dilaksanakan sesuai sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intlektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada siruasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan
dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
3.5 Evaluasi
Untuk evaluasi dibagi menjadi dua macam, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, yang berorientasi pada
etiologi dan dilakuakn secara terus menerus sampai tujuan yang telah dilakukan tercapai.
Sedangkan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
secara menyeluruh, yang berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan keberhasilan atau
ketidak berhasilan proses keperawatan dan rekapitulasi serta kesimpulan status kesehatan klien
sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan (Nursalam, 2012).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan