Makalah Pola Pendidikan Periode Abasiyah
Makalah Pola Pendidikan Periode Abasiyah
Makalah Pola Pendidikan Periode Abasiyah
Dosen Pengampu:
Dr. Asep Jamaludin, M.Ag.
Dr. Irfan Ahmad Zein, M.Pd.
Oleh:
Anisa Nurul Ikhsan (2230040038)
Atang Suharna (2230040043)
Alhamdulillaahirabbil’alamiin,
Puji serta syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah Swt; Yang Maha
Kuasa atas segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, pemberi nikmat atas segala
yang telah hingga yang belum Ia beri, yang selalu memberikan jalan kemudahan
disetiap takdir yang dituliskan dalam Lauhul Mahfudz-Nya. Salah satu nikmat-
Nya yakni memberikan kemudahan dalam menyelesaikan makalah Sejarah
Pendidikan Islam “Pola Pendidikan pada Periode Dinasti Abasiyah” sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun dengan segala upaya dan usaha yang telah dimiliki
oleh setiap anggota kelompok. Terlepas dari semua itu kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca khususnya dari bapak dosen terkait agar penulis
dapat membuat makalah lebih baik lagi dilain kesempatan.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kami sebagai penulis maupun bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Simpulan.........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah mencatat, pendidikan Islam telah mengalami pasang surut.
Mulai dari zaman Rasulullah SAW., hingga tiga masa sesudahnya
(kekhalifahan Rayidin, Daulah Umayyah, dan Abbasiyah) masing-masing
dengan karakteristik perkembangan yang beragam sesuai dinamika yang
berkembang pada masa itu. Zaman keemasan Islam atau sering disebut
peradaban Islam dalam bidang pendidikan ditancapkan pada masa Daulah
Abbasiyah. Sebuah rezim yang dalam sejarah Islam dinisbatkan dari mana
silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW., al-Abbas (paman Nabi).
Kesuksesan besar yang diperoleh dinasti Abbasiyah dalam berbagai
bidang kehidupan mewariskan peradaban yang luar biasa bagi kehidupan
kita saat ini.
Saat ini kita dapat melihat perkembangan pesat kebudayaan Islam
yang ditandai dengan meluasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam,
madrasah formal, dan universitas di berbagai pusat kebudayaan Islam.
Lembaga-lembaga pendidikan ini memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam membentuk pola kehidupan dan budaya umat Islam. Mereka
memainkan peran penting dalam mentransmisikan nilai-nilai Islam, ilmu
pengetahuan, serta kearifan lokal yang kaya kepada generasi muda.
Berbagai ilmu pengetahuan dan disiplin akademik yang
dikembangkan melalui lembaga-lembaga pendidikan Islam telah
memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan budaya kaum
Muslim. Ilmu pengetahuan seperti ilmu falak (astronomi), ilmu hayat
(biologi), ilmu hisab (matematika), ilmu alamiyah (ilmu alam), dan ilmu
kalam (teologi) menjadi bagian integral dari pendidikan Islam.
Lembaga-lembaga pendidikan ini juga memberikan perhatian
khusus pada pengembangan keterampilan sosial, etika, dan moral,
sehingga membentuk karakter individu yang berintegritas dan bermanfaat
bagi masyarakat. Selain itu, pengajaran tentang sejarah Islam, adab, sastra,
dan seni juga membentuk identitas budaya Islam yang kaya dan beragam.
Universitas-universitas Islam modern juga berperan dalam
mengintegrasikan ilmu pengetahuan kontemporer dengan nilai-nilai Islam,
sehingga memungkinkan umat Islam untuk berkontribusi dalam berbagai
bidang seperti ilmu pengetahuan, teknologi, kedokteran, ekonomi, dan
lainnya.
Penting untuk terus mendorong pengembangan lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang berkualitas dan terus beradaptasi dengan tuntutan
zaman. Hal ini akan membantu mempertahankan dan mengembangkan
kekayaan budaya Islam sambil terus berinovasi untuk menjawab tantangan
dan peluang dalam masyarakat global saat ini.
Namun harus kita akui perkembangan lembaga-lembaga
pendidikan islam di Indonesia saat ini masih banyak kelemahan baik
dalam hal pengelolaannya, orieantasinya, sistemnya, konsepnya,
metodenya, fasilitasnya dan termasuk sumber daya pendidiknya. Sehingga
sangat perlu bagi kita untuk mendalami dan kengkaji ulang dari
keberhasilan pola pendidikan pada dinasti Abasiyah agar semangat
pendidikan saat ini bisa meniru kesuksesan pendidikan dan peradaban
dinasti Abasiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pendidikan Islam masa Bani Abbasiyah?
2. Apa saja tujuan pendidikan pada Masa Abbasiyah?
3. Apa saja bangunan-bangunan untuk pendidikan pada Masa
Abbasiyah?
4. Apa saja perkembangan ilmu pada Masa Abasiyah?
5. Apa saja metode pendidikan pada Masa Abbasiyah?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami bagaimana sejarah pendidikan Islam pada
masa Bani Abbasiyah.
2. Mengetahui tujuan pendidikan pada Masa Abbasiyah.
3. Mengetahui bangunan-bangunan pada Masa Abbasiyah.
4. Mengetahui dan memahami perkembangan ilmu pada Masa
Abbasiyah.
5. Mengetahui metode pendidikan pada Masa Abbasiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 15.
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman
khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma`mun (813-
833 M). Kekayaan yang dimanfaatkan Harun Arrasyid untuk keperluan
sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan,
pada masanya sudah terdapat paling tidak sekittar 800 orang dokter.
Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat
kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini.
Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada
masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat
dan tak tertandingi.
2
Ibid., 49.
kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikuti ajaran agama dan
berakhlak menurut agama.
2. Untuk sikap sosial kemasyarakatan
Para pemuda pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya
mereka dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, dari
masyarakat yang penuh dengan kejahilan menjadi masyarakat yang
bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju
masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka ilmu-ilmu yang diajarkan di Madrasah bukan saja ilmu agama
dan bahasa arab, bahkan juga diajarkan ilmu duniawi yang berfaedah
untuk kemajuan masyarakat.3
C. Bangunan-Bangunan untuk Pendidikan
3
Mahmud yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 1963), 46.
4
Rahmawati Rahim, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), 12.
5
Mahrus As`ad, Sejarah Kebudayaan Islam (Bandung: Amirco, 1994), 25-26.
4. Bait al-Hikmah, yaitu perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan. Instuisi ini merupakan kelanjutan
dari instuisi yang serupa di masa imperium Sasania Persia yang
bernama Jundishapur Academy. Perbedaannya, pada masa Persia
institusi ini hanya menyimpan puisi-puisi dan cerita-cerita untuk Raja,
sedangkan pada masa Abbasiyah (Harun AlRasyid) instutusi ini
diberi nama Khizanah al-Hikmah yang berfungsi sebagai
perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa al-Makmun diubah
namanya menjadi Bait al-Hikmah dipergunakan untuk menyimpan
buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium dan bahkan
Etiopia dan India.6
D. Perkembangan Ilmu pada Masa Abasiyah
Gerakan pembangunan ilmu secara besar-besaran dirintis
oleh khalifah Ja'far Al-Mansyur setelah ia mendirikan kota Bagdad
dan menjadikannya sebgai ibu kota Negara. Ia menarik banyak ulama'
dan para ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Bagdad.
Ia merangsang pembukuan ilmu agama seperti Fiqh, Tafsier, Tauhied,
Hadits atau ilmu lainnya seperti ilmu bahasa dan ilmu sejarah.
1. Pekembangan ilmu naqli
Ilmu naqli adalah Ilmu yang bersumber dari naqli (Al -
Qur'an dan Hadits) yang erat kaitannya dengan agama Islam.Ilmu
naqli yang berkembang pada masa itu di antaranya :
a. Ilmu Tafsier
Para mufassir yang masyhur pada zaman Abbasiyah
diantaranya Ibnu Jarir at-Thabary dengan tafsienya sebanyak
300 juta, Ibnu at-thiyah alAndalusi, As-Suda (Tafsir bil
Ma’tsur), Abu Bakar Asma, Abu Muslim Muhammad (tafsir bir
Ra’yi).7
b. Ilmu Hadist
6
Dudung Abdurrahman dkk. Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta:
LESFI, 2003), 126.
7
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media, 2003), 58.
Dalam ilmu hadist tokoh yang ialah Imam Bukhari yang
telah mengumpulkan hadist sebanyak 7257 hadist, setelah diteliti
ditemukan 4000 hadist shahih, semuanya terkumpul dalam
bukunya, Shahih Bukhari, Imam Muslim terkenal dengan bukunya
Shahih Muslim. Buku hadist lainnya adalah Sunan Abu Daud
oleh Abu Daud, Sunan al Turuzi oleh Imam al Turmuzi, Sunan al
Nasa’i oleh al Nasa’I. Sunan Ibnu majah oleh Ibnu Majah. Keenam
buku hadist tersebut lebih populer disebut Kitan al Sittah.
c. Ilmu Tasawuf
Tokoh yng terkenal antara lain: Al Ghazali seorang
ulama sufi dengan karyanya yang beredar dan berpengaruh
sampai sekarang yaitu buku Ihya ‘ulumuddin yang sebanyak
lima jilid, Al Hallaj dengan bukunya al Tashawuf, Al-
Qusyairiyat fi Ilmu al-tashawuf.
2. Perkembangan Ilmu Aqliyah
a. Ilmu Filsafat
Filosof pertama, al-Kindi atau Abu Yusuf ibn Ishaq, ia
memperoleh gelar “filosof bangsa Arab” dan ia memang
merupakan representasi pertama dan terakhir dari seorang
murid Aristoteles di dunia Timur yang murni keturunan Arab.
Felosof selanjutnya adalah dilanjutkan oleh al-Farabi, seorang
keturunan Suriah. Di samping sejumlah komentar terhadap
Aristoteles dan filosof Yunani lainnya, al -Farabi juga menulis
berbagai karya tentang psikologi,politik, dan metafisika. Salah
satu karya trbaiknya adalah Risalah Fushush al-Hakim (Risalah
Mutiara Hikmah) dan Risalah fi Ara Ahl al-Madinah al-
Fadhilah (Risalah tentang Pendapat Penduduk Kota Ideal).
b. Ilmu Kedokteran
Pada masa Daulah Abbasiyah perhatian khalifah
semakin meningkat terhadap ilmu kedokteran dan mendorong
para ulama untuk mendalami ilmu ini. Ilmuwan muslim dalam
bidang ini antara lain al-Hazen, ahli mata dengan karyanya
optics dan Ibnu Sina dengan bukunya Qamm fi Tibb.8
c. Ilmu Fisika dan Matematika
Dalam bidang ilmuwan yang terkenal sampai
sekarang seperti al-khawarizmi, al Farqani dan al Biruni.
d. Ilmu Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah, ulama yang terkenal : Ibu Ishaq,
Ibnu Hisyam, al-Waqidi, Ibnu Qutaibah, al Thabari dan lain-lain.
Dalam bidang ilmu bumi atau geografi ulama yang terkenal : al
Yakubi dengan karyanya al Buldan, Ibnu Kharzabah dengan
bukunya al mawalik wa al Mawalikdan Hisyam al-Kalbi.
e. Ilmu Astronomi
Ulama yang terkenal dalam bidang ini adalah al Farqon
dengan bukunya al-Harkat, al Samawat, al Jamawi’, Ilmu al
Nujum dan al Bottani dengan bukunya Tahmid al Mustaar, li
Ma’na, al Mamar dan lain-lain. tokoh astronomi islam pertama
adalah Muhammad al-Fazani dan dikenal sebagai alat yang
dipergunakan untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama
dikalangan Muslim.9
E. Metode Pendidikan pada Masa Abbasiyah
8
Ibid,.. 84.
9
Hanun Asrohah, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam (Mojokerto: Sinar Mulia, 2012), 92-97.
1. Metode lisan
Metode lisan berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi.
Metode dikte (imla’) adalah metode penyampaian pengetahuan yang
dianggap baik dan aman karena dengan imla’ ini murid mempunyai
catatan yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini
dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti
masa sekarang sulit dimiliki. Metode ceramah disebut juga metode as-
sama’, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku
dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. metode qira’ah
biasanya digunakan untuk belajar membaca.
2. Metode menghafal
Metode menghafal merupakan ciri umum pendidikan pada masa
ini. Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya
sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka, sebagaiman
yang dijelaskan oleh imam hanafi, seorang murid harus membaca
suatu pelajaran berulang kali sampai dia menghafalnya. Sehingga
dalam proses selanjutnya murid akan mengeluarkan kembali dan
mengkonstektualisasikan pelajaran yang dihafalkannya sehingga
dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespon, membantah
lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru.
3. Metode tulisan
Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa
ini. Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam
pengkajian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat
penguasaan ilmu murid semakin meningkat. Metode ini disamping
berguna bagi proses penguasaan ilmu pengetahuan juga sangat penting
artinya bagi penggandaan teks, karena pada masa ini belum ada mesin
cetak, dengan pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks buku
sedikit terbatasi. 10
10
Dudung, Sejarah ,..14.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya di masa khalifah
Harun Al-Rasyid. Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah
gerakan penerjemah berbagai buku Yunani dengan menggaji para
penerjemah dari golongan kristen dan penganut agama lainnya yang
ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya
besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat
penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
perpustakaan yang besar.
2. Tujuan pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah, meliputi:
a. Untuk sikap keagamaan dan akhlak
b. Untuk sikap sosial kemasyarakatan.
3. Bangunan-bangunan atau sarana untuk pendidikan pada masa
Abbasiyah yaitu:
a. Madrasah
b. Kuttab
c. Majlis Munadharah
d. Bait al-Hikmah
4. Perkembangan ilmu pada Masa Abbasiyah, meliputi:
a. Pekembangan ilmu naqli: Ilmu Tafsier, Ilmu Hadist, Ilmu Tasawuf
b. Perkembangan Ilmu Aqliyah: Ilmu Filsafat, Ilmu Kedokteran, Ilmu
Fisika dan Matematika, Ilmu Sejarah dan Geografi, Ilmu
Astronomi
5. Metode pada masa Dinasti Abbasiyah, meliputi:
a. Metode lisan
b. Metode menghafal
c. Metode tulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Dkk, Hanun Asrohah, Sejarah Kebudayaan Islam. Mojokerto: Sinar Mulia, 2012
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.