Makalah Pendidikan Anti Narkoba
Makalah Pendidikan Anti Narkoba
Makalah Pendidikan Anti Narkoba
1.NURUL MUTIA
3.FITRIANI
4.AFIFAH
5.MELCI DESRIANI
6.MARYAM
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " Pendidikan Anti Narkoba".
Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi
penulis sendiri.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Sir Ikbal Salman. S.Pd.,M.Pd, pada kuliah Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan yang sudah mempercayakan tugas ini kepada kami, sehingga
sangat membantu kami untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang
ditekuni.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya
kepada kami, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari
makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. PENYALAHGUNAAN NARKOBA...............................................................................2
B. UNDANG-UNDANG TENTANG NARKOTIKA............................................................5
C. PENDIDIKAN ANTI NARKOBA .................................................................................6
D. PENTINGNYA PENDIDIKAN ANTI NARKOBA...........................................................8
1. KESIMPULAN .........................................................................................................9
2. SARAN.................................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Narkoba adalah segolongan obat, bahan atau zat yang jika masuk kedalam tubuhn terutama
pada fungsi otak dan sering menimbulkan ketergantungan. Terjadi perubahan pada kesadaran,
pikiran, perasaan dan perilaku pemakainya. Zat yang ditelan masuk kedalam lambung, lalu
pembuluh darah. Jika dihisap atau dihirup, zat masuk kedalam pembuluh darah melalui hidung
dan paru-paru.
Narkoba merupakan musuh dunia, musuh dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara, membangun masyarakat yang bebas narkoba adalah sebagai upaya menciptakan
kehidupan masyarakat yang cerdas, sehat, modern dan berakhlak mulia.
Dalam survei tersebut dinyatakan 2,3 juta pelajar atau mahasiswa di Indonesia pernah
mengonsumsi narkotika.
Penggunaan narkoba di kalangan pelajar ini juga jadi persoalan di skala global. World Drugs
Reports 2018 dari The United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menemukan 5,6
persen penduduk dunia atau 275 juta orang dalam rentang usia 15 hingga 64 tahun pernah
mengonsumsi narkoba minimal sekali.
Miris, penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar perlu mendapat perhatian ekstra. Hal ini
merupakan ancaman nyata terhadap tujuan penguatan pendidikan karakter bangsa.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana cara mencegah penyalahgunaan narkoba?
2.Undang-undang apa yang mengatur tentang narkotika?
3.Apa pentingnya pendidikan anti narkoba?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENYALAHGUNAAN NARKOBA
a. Pencegahan primer
1) Pencegahan primer adalah pencegahan yang ditujukan pada:
a) Anak-anak dan generasi muda yang belum pernah menyalahgunakan Narkoba.
b) Semua sektor masyarakat yang berpotensi membantu generasi muda untuk tidak
menyalahgunakan Narkoba.
2) Kegiatan
Kegiatan pencegahan primer terutama dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan, penerangan
dan pendidikan seperti:
a) Penyuluhan tatap muka, ceramah dan diskusi, sarasehan dan seminar.
b) Leaflet, brosur, spanduk, poster dan sticker.
c) Penyuluhan dengan memasukan informasi tentang bahaya Narkoba kedalam kegiatan-
kegiatan masyarakat seperti: PKK, organisasi pemuda, arisan, pengajian, pertemuan rutin tokoh
masyarakat, pertemuan rutin di sekolah, dll.
d) Pendidikan pencegahan dengan memasukan kedala kurikulum sekolah mata ajaran seperti:
IPA, Biologi, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dan Pendidikan Agama.
e) Pendidikan para orang tua tentang mengasuh anak yang baik dan pencegahan
penyalahgunaan Narkoba.
f) Kegiatan alternatif atau pengganti. Contoh: olahraga, kesenian, keagamaan, kerajinan
tangan, hobby, kelompok bermain dan lain-lain.
b. Pencegahan sekunder
1) Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan pada:
a) Anak-anak atau generasi muda yang sudah mulai mencoba-coba menyalahgunakan Narkoba.
b) Sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu anak-anak, generasi muda berhenti
menyalahgunakan Narkoba.
2) Kegiatan
Kegiatan pencegahan sekunder menitikberatkan pada kegiatan deteksi secara dini terhadap
anak yang menyalahgunakan Narkoba, konseling perorangan dan keluarga pengguna,
bimbingan sosial melalui kunjungan rumah. Namun, penerangan dan pendidikan pencegahan
tentang bahaya Narkoba dan pendidikan pengembangan individu seperti keterampilan
berkomunikasi, keterampilan menolak tekananteman sebaya dan keterampilan mengambil
keputusan yang baik, tetap terus dilakukan.
c. Pencegahan tertier
1) Pencegahan tertier ditujukan pada:
2
a) Korban Narkoba atau bekas korban Narkoba.
b) Sektor-sektor masyarakat yang bisa membantu bekas korban Narkoba untuk tidak
menggunakan Narkoba lagi.
2) Kegiatan
Kegiatan pencegahan tertier dilaksanakan dalam bentuk bimbingan sosial dan konseling
terhadap yang bersangkutan dan keluarga serta kelompok sebayanya, penciptaan lingkungan
sosial dan pengawasan sosial yang menguntungkan bekas korban untuk mantapnya
kesembuhan, pengembangan minat, bakat dan keterampilan kerja, pembinaan orang tua,
keluarga, teman sebaya, para guru dan masyarakat dimana korban tinggal agar siap menerima
bekas korban dengan baik, memperlakukannya dengan wajar dan turut membina dan
mengawasinya jangan sampai bekas korban kembali menyalahgunakan Narkoba.
3
masyarakat yang ada.
- Beri pengertian tentang masalah penyalahgunaan Narkoba, dimana masalah tersebut bukan
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tapi juga masyarakat.
c. Peran guru
1) Pembinaan murid-murid umur SD tentang kesadaran dan pengertian tentang penggunaan
obat secara tepat.
2) Penambahan kegiatan-kegiatan fisik dan mental yang menarik dan bermanfaat.
3) Mendidik anak-anak mengembangkan keterampilan untuk menolak tekanan teman sebaya.
4) Menyusun kebijakan yang jelas tentang masalah Narkoba.
5) Adakan sistem pengawasan yang lebih ketat dan intensif.
6) Pembentukan jaringan orang tua melalui POMG dengan tujuan menstimulasi komunikasi.
Kita menyadari bahwa masalah penyalahgunaan Narkoba tidak saja bisa ditanggulangi
melalui penanggulangan peredaran gelap Narkoba, akan tetapi perlu dikembangkan
pendekatan yang seimbang antara penegakan hukum dan pencegahan.
Menyadari pula bahwa masalah penyalahgunaan Narkoba adalah masalah yang sangat
kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor, maka pencegahan yang efektif adalah
penanggulangan masalah penyalahgunaan Narkoba secara terintegrasi, terpadu, terarah,
berencana dan berkelanjutan.
Yang pasti, perang melawan Narkoba dapat dimenangkan dengan upaya pencegahan yang
terpadu dan terencana dengan partisipasi seluruh masyarakat.
e. Sistem rujukan
Tokoh-tokoh masyarakat bisa membantu mereka yang rawan atau korban Narkoba untuk
mendapatkan pelayanan pengobatan, perawatan atau rehabilitasi sosial melalui sistem rujukan
atau tata cara/prosedur yang disepakati.
4
f. Pembentukan kelompok konseling
Pembentukan kelompok konseling dari warga masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat atau
organisasi sosial masyarakat, sebagai relawan, untuk memberikan konsultasi/konseling kepada
warga atau remaja-remaja yang memiliki masalah pribadi atau memiliki kerawanan atau telah
menjadi korban Narkoba.
g. Organisasi
Penetapan prosedur hubungan kerjasama antara organisasi sosial masyarakat yang satu
dengan yang lainnya dan dengan tokoh-tokoh masyarakat formal/informal sangat penting
untuk memperlancar dan meningkatkan koordinasi dalam penanggulangan dan pencegahan
penyalahgunaan Narkoba di lingkungannya.
- Tindak pidana Narkotika telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan menggunakan
modus operandi yang tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas,
dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama di kalangan generasi muda bangsa yang
sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga Undang Undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi
dan kondisi yang berkembang untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut,
sehingga perlu membentuk Undang-Undang tentang Narkotika yang baru.
- Dasar hukum undang-undang ini adalah : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 tentang
Pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta Protokol Tahun 1972 yang
Mengubahnya; dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan United
NationsConventionAgainstIllicitTraffic in NarcoticDrugsandPsychotropicSubstances, 1988
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan
Psikotropika, 1988).
- Dalam Undang-undang ini diatur tentang : Prekursor Narkotika; sanksi pidana bagi
penyalahgunaan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika; penguatan kelembagaan
yang sudah ada yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN); perluasan teknik penyidikan
penyadapan (wiretapping), teknik pembelian terselubung (undercoverbuy), dan teknik
penyerahan yang diawasi (controlleddelevery), serta teknik penyidikan lainnya guna melacak
dan mengungkap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
kerja sama, baik bilateral, regional, maupun internasional; dan peran serta masyarakat dalam
usaha pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika
termasuk pemberian penghargaan bagi anggota masyarakat yang berjasa dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika.
CATATAN :
- Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan pada tanggal 12 Oktober 2009.
- Dengan berlakunya Undang-Undang ini: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika; dan Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II sebagaimana
5
tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika yang
telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I menurut Undang-Undang ini, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
- Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
- Undang-Undang ini terdiri dari 17 Bab dan 155 Pasal.
- Penjelasan 29 hlm, lampiran 9 hlm.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Demikian definisi menurut Pasal 1 UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
Dalam survei tersebut dinyatakan 2,3 juta pelajar atau mahasiswa di Indonesia pernah
mengonsumsi narkotika.
Penggunaan narkoba di kalangan pelajar ini juga jadi persoalan di skala global. World Drugs
Reports 2018 dari The United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menemukan 5,6
persen penduduk dunia atau 275 juta orang dalam rentang usia 15 hingga 64 tahun pernah
mengonsumsi narkoba minimal sekali.
Miris, penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar perlu mendapat perhatian ekstra. Hal ini
merupakan ancaman nyata terhadap tujuan penguatan pendidikan karakter bangsa.
Karena salah satu tujuan penguatan pendidikan karakter yang tertulis dalam Pasal 2
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 adalah membangun dan membekali peserta didik
sebagai generasi emas Indonesia tahun 2045, dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter
yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan.
Melalui penguatan nilai-nilai religius, budaya, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung jawab.
Dengan di keluarkan Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2020 tentang Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan
6
Prekursor Narkotika (P4GN), yang berlaku bagi semua kementerian, lembaga sampai ke daerah
semakin menunjukkan bahwa INDONESIA DALAM DARURAT NARKOBA. Karena Tingkat
kematian di Indonesia saat ini berkisar antara 40 sampai 50 orang. Pertahun, lebih dari 15 ribu
orang meninggal karena penyalahgunaan barang haram tersebut.
Beragam pertanyaanpun muncul di pikiran kita bagaimana proses perubahan akan tercapai
secara maksimal di masa depan dikarenakan para generasi penerus bangsa ini mengalami
penurunan kesadaran atau mengalami ketergantungan pada narkoba?
Mengingat bahaya penyalahgunaan narkoba terus mengintai para pelajar kita, maka
program-program yang terkait dengan bahaya narkoba harus dilakukan dalam kegiatan
kurikuler dan ekstra kurikuler.
Mengingat bahaya penyalahgunaan Narkoba terus mengintai para pelajar kita, maka
program-program yang terkait dengan bahaya narkoba harus dibangun dalam semua kegiatan
kurikuler dan ekstra kurikuler. Misalnya, tema-tema pembinaan tentang bahaya Narkoba dapat
diintegrasikan dengan pendidikan agama, pendidikan karakter, pendidikan olahraga, dan
pendidikan budi pekerti. Tema-tema tersebut juga harus menjadi salah satu menu utama
dalam pidato-pidato atau arahan para kepala sekolah dan wakil-wakil mereka di hadapan para
pelajar. Jika di sekolah terdapat buletin atau majalah dinding, atau bentuk-bentuk publikasi
lainnya, maka tema-tema pembinaan tentang bahaya Narkoba harus menjadi salah satu menu
wajib di dalamnya.
Untuk memberikan efek jera, pihak sekolah perlu secara periodik melakukan test urine
terhadap para guru dan pelajar melalui kerjasama dengan pihak-pihak berwewenang. Jika
ditemukan kasus penggunaan Narkoba secara tidak wajar, maka pihak sekolah perlu
mengambil tindakan tegas.
Mengimbau kepada orang tua atau wali murid lebih meningkatkan pengawasan pada siswa
dimanapun berada.
7
Sebab di tangan mereka lah kelak estafet pembangunan baik secara infrastruktur,
pengelolaan SDA dan SDM akan kita pertaruhan, tentunya kita tidak menginginkan kedepan
bangsa ini di pimpin oleh para pecandu narkotika sudah pasti kehancuran akan datang.
Satu hal yang diharapkan dari semua yang telah disampaikan adalah terwujudnya sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang bebas dari narkoba dan menciptakan generasi yang mampu
menjadi relawan anti narkoba.
Hal ini akan terwujud jika semua warga sekolah terutama siswa memiliki kesadaran akan
bahaya penyalahgunaan narkoba.
Pendidikan adalah suatu hal yang telah disusun dengan kesadaran, bukan aktivitas yang
dilakukan secara rutin yang tanpa memiliki tujuan dan rencana yang matang. Tentu pendidikan
ini memiliki tujuan yang amat penting untuk generasi kedepannya. Terlebih, terkait pendidikan
anti narkoba yang harus digaungkan sejak di sekolah dasar.
Pendidikan sekolah dasar adalah suatu gerbang utama untuk membentuk karakter anak.
Oleh sebab itu kita sebagai pendidik amat perlu memberikan arahan terhadap peserta didik
agar tidak melakukan hal yang tidak sewajarnya dilakukan.
Di era milenial ini penyalahgunaan narkoba sudah tersebar dikalangan anak-anak, sampai
ada yang kecanduan hingga akan terus menerus mengkonsumsi narkoba dengan jumlah yang
lebih banyak, dampak kecanduan narkoba pun akan dirasakan oleh otak terutama otak bagian
depan, dimana otak bagian depan fungsinya yaitu untuk mengatur gerakan, prilaku, ucapan.
Dan yang lebih parahnya lagi otak belum tentu bisa pulih kembali seperti biasa sehingga
dampaknya anak putus sekolah. Sangat memprihatinkan bukan?
Lalu bagaimana kita dapat mencegahnya?
Salah satu cara agar dapat mencegah anak usia dini dari Narkoba yaitu :
“Pendidikan Anti Narkoba”
“Pendidikan anti narkoba amat penting untuk Jengjang Sekolah Dasar terutama kelas 4
sampai 6 karna sudah ada beberapa anak yang mulai pubertas yang dimana cara berpikir dan
tingkah lakunya akan lebih penasaran untuk mencoba hal-hal baru, Pendidikan Anti Narkoba
mungkin bisa menjadi solusi untuk mengatasi hal hal yang tidak di inginkan terjadi kepada
siswa/i di Sekolah Dasar,” ujarnya.
Oleh sebab itu mari kita bangun Pendidikan Anti Narkoba di Sekolah Dasar, salah satu upaya
yaitu :
1. Adanya penyuluhan/ pensosialisasian disekolah dasar agar anak dapat mengetahui dan
memahami dampak buruk dari pengkonsumsian narkoba
2. Memasang poster “Anti Narkoba” dibeberapa tempat, sebagai sarana informasi guna
mengingatkan mereka dari bahayanya narkoba
8
3. Perlunya pemantauan guru terhadap peserta didik karena mencegah penyalahgunaan
narkotika lebih baik dari mengobati mereka yang telah kecanduan narkotika
karena jenjang “Sekolah Dasar” adalah salah satu pintu utama untuk menyelamatkan generasi
baru yang lebih baik untuk kedepannya.
9
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
a. Rehabilitasi yang ditetapkan oleh hakim bersifat sebagai sanksi yang dijatuhkan oleh hakim
melalui suatu putusan setelah menjalani proses peradilan.
b. Penetapan rehabilitasi oleh penyidik pada saat proses peradilan berlangsung tidak secara
otomatis menghentikan proses peradilan terhadap pelaku penyalahgunaan Narkotika. View
metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by UAJY
repository
2. Hambatan yang ditemukan dalam proses rehabilitasi berasal dari pihak pecandu atau
keluarga. Sebagian besar pecandu maupun keluarga kurang kooperatif dalam upaya pemberian
rehabilitasi. Hal-hal yang mempengaruhi kurangnya kesadaran dari pihak pecandu dan keluarga
dalam pemberian rehabilitasi adalah :
a. Rasa malu dari pihak yang bersangkutan dari stigma masyarakat apabila dirinya atau
keluarganya menjalani rehabilitasi.
c. Merasa sarana dan pra sarana yang terdapat pada panti rehabilitasi kurang memadai.
B.Saran
Berdasarkan fakta-fakta yang ada di tengah masyarakat maka penulis mempunyai masukan
agar BNN selaku badan yang menangani masalah Narkotika untuk lebih medekatkan diri
kepada masyarakat dengan cara :
10
1. Memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang Narkotika dan keberadaan BNN di lembaga-
lembaga pendidikan.
3. Mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak baik negeri maupun swasta untuk memberikan
penyuluhan-penyuluhan di setiap instansi.
4. Membangun fasilitas rehabilitasi yang layak dan memadai di setiap Kabupaten dan
Kotamadya di seluruh wilayah Indonesia.
11
12
13