Maluku Angkat Senjata
Maluku Angkat Senjata
Maluku Angkat Senjata
DISUSUN OLEH :
1. SABRINA ISWANI PUTRI H. (25)
2. AINUN JANUARSY (1)
3. XABBI ALGHIFARI AG. (29)
4. ZAM ZAM HASNAN QABUL (30)
5. SAFIRA FIRZANA ADILLAH (26)
6. M. TORIK RAKA PUNTARA (13)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini
merupakan salah satu materi pembelajaran yang harus kami selesaikan.
Makalah ini berjudul "Maluku Angkat Senjata". Makalah ini dibuat dari
berbagai sumber. Dan diharapkan makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi pembaca, makalah ini mengenai peristiwa penting
dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan para penjajah.
Makalah ini masih banyak kurangnya dan masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran untuk melengkapi
kekurangan yang ada.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................
DAFTAR ISI....................................................................
PEMBAHASAN......................................................................
Latar Belakang......................................................................
Faktor Pemicu..............................................................................
Sebuah Perjanjian..............................................................................
Tokoh Yang Terlibat..............................................................................
1. Sultan Khaerun/Hairun...................................................................
2. Sultan Baabullah...................................................................
3. Sultan Nuku...................................................................
4. Kapitan Pattimura...................................................................
DEADLINE (RANGKUMAN)...................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Mereka
memusatkan aktivitasnya di Ternate. Tidak lama berselang orang-orang
Spanyol juga memasuki Kepulauan Maluku dengan memusatkan
kedudukannya di Tidore. Terjadilah persaingan antara kedua belah pihak.
Persaingan itu semakin tajam setelah Portugis berhasil menjalin persekutuan
dengan Ternate dan Spanyol bersahabat dengan Tidore. Semua ini tidak
terlepas dari ambisi bangsa-bangsa Barat untuk menguasai perdagangan
dan menanamkan kekuasaannya di Maluku. Mereka sering memanfaatkan
kelemahan kaum pribumi termasuk memanfaatkan intrik-intrik yang
membuat perpecahan di lingkungan istana.
B. Faktor Memicu
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore melawan Portugis. Penyebab
perang ini karena kapal-kapal Portugis menembaki jung-jung dari Banda
yang akan membeli cengkih ke Tidore. Tentu saja Tidore tidak dapat
menerima tindakan armada Portugis. Rakyat Tidore angkat senjata.
Terjadilah perang antara Tidore melawan Portugis. Dalam perang ini
Portugis mendapat dari Ternate dan Bacan. Akhirnya Portugis mendapat
kemenangan. Dengan kemenangan ini Portugis menjadi semakin sombong
dan sering berlaku kasar terhadap penduduk Maluku. Upaya monopoli terus
dilakukan. Maka, wajar jika sering terjadi letupan-letupan perlawanan
rakyat. Sementara itu konflik dan persaingan antara Portugis dan Spanyol di
Maluku ini harus segera diakhiri.
C. Sebuah Perjanjian
Dengan mengingat kesepakatan pada Perjanjian Tordesillas, maka diadakan
perjanjian damai antara Portugis dan Spanyol. Perjanjian damai dilaksanakan
di Saragosa pada tahun 1529. Berdasarkan Perjanjian Saragosa ini disepakati
bahwa Portugis tetap berkuasa di Maluku, sementara Spanyol berkuasa di
wilayah Filipina. Dengan demikian setelah ditandatangani Perjanjian
Saragosa, kedudukan Portugis di Maluku semakin kuat. Portugis semakin
berkuasa untuk memaksakan kehendaknya melakukan monopoli
perdagangan rempah-rempah di Maluku. Kedudukan Portugis juga semakin
mengancam kedaulatan kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku.
2. Sultan Baabullah
Setelah Sultan Khaerun dibunuh, perlawanan dilanjutkan di bawah pimpinan
Sultan Baabullah (putera Sultan Khaerun). Melihat tindakan Portugis yang
tidak mengenal nilai-nilai kemanusiaan, semangat rakyat Maluku untuk
melawannya semakin berkobar. Seluruh rakyat Maluku berhasil dipersatukan
termasuk Ternate dan Tidore untuk melancarkan serangan besar-besaran
terhadap Portugis. Akhirnya Portugis dapat didesak dan pada tahun 1575
berhasil diusir dari Ternate. Orang-orang Portugis kemudian melarikan diri
dan menetap di Ambon. Pada tahun1605 Portugis dapat diusir oleh VOC
dari Ambon dan kemudian menetap di Timor Timur. Serangkaian
perlawanan rakyat terus terjadi terhadap Portugis maupun VOC
yang melakukan tindakan kejam dan sewenang-wenang kepada rakyat.
Namun berbagai serangan itu selalu dapat dipatahkan oleh kekuatan VOC
yang memiliki organisasi serta peralatan senjata lebih lengkap. Rakyat terus
mengalami penderitaan akibat kebijakan monopoli rempah-rempah yang
disertai dengan Pelayaran Hongi. Pada tahun 1680, VOC memaksakan
sebuah perjanjian baru dengan penguasa Tidore. Kerajaan Tidore yang
semula sebagai sekutu turun statusnya menjadi vassal VOC.
3. Sultan Nuku
Sebagai penguasa yang baru diangkatlah Putra Alam sebagai Sultan Tidore
(menurut tradisi kerajaan Tidore yang berhak sebagai sultan semestinya
adalah Pangeran Nuku). Penempatan Tidore sebagai vassal atau daerah
kekuasaan VOC telah menimbulkan protes keras dari Pangeran Nuku.
Akhirnya Nuku memimpin perlawanan rakyat. Timbullah perang hebat
antara rakyat Maluku di bawah pimpinan Pangeran Nuku melawan kekuatan
tentara VOC. Pangeran Nuku mendapat dukungan rakyat Papua di bawah
pimpinan Raja Ampat dan juga orang-orang Gamrange dari Halmahera. Oleh
para pengikutnya, Pangeran Nuku diangkat sebagai sultan dengan gelar Tuan
Sultan Amir Muhammad Syafiudin Syah. Dengan posisinya sebagai sultan
ini, maka perlawanan terhadap VOC semakin diperkuat. Bahkan Sultan
Nuku juga berhasil meyakinkan Sultan Aharal dan Pangeran Ibrahim dari
Ternate untuk bersama-sama melawan VOC. Pangeran Nuku juga mendapat
dukungan dari para pedagang Seram Timur. Kapitan laut Pangeran Nuku
sebagian besar berasal dari para pemuka pedagang Seram Timur. Dalam
perang ini Sultan Nuku juga mendapat dukungan dari armada Inggris (EIC).
Belanda kewalahan dan tidak mampu membendung semangat pasukan
Sultan Nuku untuk lepas dari dominasi Belanda. Akhirnya Sultan Nuku
berhasil mengembangkan pemerintahan yang berdaulat melepaskan diri dari
dominasi Belanda di Tidore sampai akhir hayatnya (tahun 1805).
4. Kapitan Pattimura
Setelah Pangeran Nuku meninggal dunia, VOC menguasai kembali wilayah
Tidore. Sehingga, Maluku pun harus melakukan perlawanan kembali yang
kali ini dipimpin oleh Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura. Awal
peperangan dimulai dengan menyerang pos-pos dan benteng Belanda pada
tanggal 16 Mei 1817. Melalui penyerangan ini, Kapitan Pattimura berhasil
merebut benteng Duurstede. Meskipun Belanda dengan 200 prajuritnya
mencoba menyerang dan merebut bentengnya, namun mampu digagalkan
oleh Kapitan Pattimura. Dalam buku Kapitan Pattimura (1985) karya I.O
Nanulaitta, pengkhianatan Raja Booi dari Saparua mengakibatkan Pattimura
tertangkap dan dihukum gantung. Raja Booi membocorkan informasi
tentang strategi perang Pattimura dan rakyat Maluku, sehingga Belanda
mampu merebut kembali Saparua.
DEADLINE (RANGKUMAN)
Penyebab perang antara Tidore melawan Portugis tahun 1529 karena kapal-
kapal Portugis menembak jung-jung dari Banda yang akan membeli cengkih ke
Tidore. Tentu saja Tidore tidak dapat menerima tindakan armada Portugis.
Rakyat Tidore angkat senjata. Dalam perang ini Portugis mendapat dukungan
dari Ternate dan Bacan akhirnya Portugis mendapatkan kemenangan.
Perlawanan dari rakyat Maluku ini terbagi menjadi empat kepemimpinan yaitu:
1. Sultan Hairun (1534-1570)
2. Sultan Baabullah (1570-1583)
3. Sultan Nuku (1797-1805)
4. Kapitan Pattimura (1817)
VOC kembali menguasai wilayah Tidore sehigga Maluku melakukan
perlawanan kembali yang dipimpin Kapitan Pattimura. Kapitan Pattimura
berhasil merebut benteng Duurstede, tetapi Raja Booi membocorkan informasi
tentang strategi perang Pattimura dan rakyat Maluku, sehingga Belanda mampu
merebut kembali Saparua. Pada tahun 1817 Kapitan Pattimura dihukum gantung
di Ambon. Peristiwa ini menandai berakhirnya perlawanan rakyat Maluku
terhadap Belanda.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 4 (Kolonisasi dan
Perlawanan). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. --------, dan A.B. Lapian.
2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5 (Masa Pergerakan
Kebangsaan). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. Adam, Ahmat. 2003. Sejarah
Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan.
Jakarta: Hasta Mitra. Bernard H. M, Vlekke. 1944. Nusantara: a History of
the East Indian Archipelago.
Massachusetts: Harvard University Press. Kartodirdjo, Sartono. 1990.
Pengatar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan
Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jilid 2. Jakarta: Gramedia.
Komandoko, Gamal. 2008 Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran
Bangsa,
Yogyakarta: Medpress.