1241 2440 1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard

pada Institusi Pendidikan


(Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lawang

Oleh:
Kartika Wulandari
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]

Dosen Pembimbing:
Noval Adib, SE., MSi., Ph.D., Ak., CA.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan rancangan penilaian kinerja pada institusi
pendidikan dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data penelitian dilakukan
dengan wawancara semi terstruktur. Analisis dilakukan dengan membandingkan pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah pada SMAN 1 Lawang dengan teori mengenai Balanced Scorecard
untuk menentukan sasaran strategis dan indikator kinerja yang relevan dalam rancangan penilaian
kinerja SMAN 1 Lawang dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran strategis dari perspektif pelanggan adalah
menciptakan kepuasan peserta didik sebagai pelanggan utama sekolah. Sasaran strategis dari
perspektif keuangan adalah mewujudkan penggalangan dana yang memadai, melaksanaan
anggaran dengan efektif, dan melaksanakan anggaran dengan efisien. Sasaran strategis dari
perspektif proses internal adalah mendapatkan pemahaman atas peserta didik, melakukan inovasi,
melaksanakan proses operasi dengan efektif, dan menjalin kerja sama kemitraan dengan
perusahaan. Sasaran strategis dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah memenuhi
kebutuhan keterampilan sumber daya manusia di posisi strategis, mengukur pelatihan sumber
daya manusia, serta mengukur kepuasan karyawan dan keselarasan motivasi SDM dengan visi
sekolah.

Kata kunci:perancangan pengukuran kinerja, Balanced Scorecard, institusi pendidikan

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Pendidikan nasional merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia.
Telah menjadi keyakinan semua bangsa di dunia bahwa pendidikan mempunyai peran yang
sangat besar dalam kemajuan bangsa. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, antara
lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar, peningkatan kompetensi guru dan tenaga
kependidikan, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas pendidikan. Upaya
peningkatan manajemen pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan sekolah dalam rangka
mengelola institusi pendidikan telah dilakukan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia baik sebelum otonomi daerah maupun sesudah otonomi daerah. Pada era
otonomi daerah, muncul program pemberdayaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah.
Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 51,
disebutkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
Manajemen Berbasis Sekolah/madrasah. Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah merupakan
salah satu bentuk desentralisasi pengelolaan pendidikan yang dipilih dengan tujuan untuk
memandirikan sekolah dan secara luas dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kebijakan
ini diimplementasikan dengan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, manajemen yang
transparan, dan melibatkan peran serta masyarakat.
Mulyasa (2002:20) mengemukakan bahwa hambatan utama dalam pengembangan
pendidikan bukan semata-mata pada aspek keuangan, tapi bertumpu pada aspek manajemen.
Oleh karena itu, dalam memperbaiki mutu pendidikan harus dimulai dari perbaikan manajemen
pendidikan.

2
Adanya berbagai hambatan dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah hendaknya
menjadi perhatian agar ke depan kualitas manajemen sekolah dapat ditingkatkan. Dally (2010:3)
menyatakan bahwa masih banyak sekolah yang belum memahami konsep Manajemen Berbasis
Sekolah. Hal ini dikarenakan adanya potensi sekolah yang tidak merata sehingga mutu
pendidikan yang dihasilkan menjadi bervariasi. Dalam konteks ini perlu diingat bahwa proses
pelaksanaan manajemen pendidikan tidak terlepas dari penilaian kinerja sekolah sebagai institusi
pendidikan
Balanced scorecard merupakan sistem perencanaan manajemen dan penilaian kinerja yang
dikembangkan oleh Kaplan dan Nonton. Balanced Scorecard dipublikasikan pada tahun 1992
dalam Jurnal Harvard Review yang berjudul Balanced Scorecard–Measures that Drive
Performance. Balanced Scorecard tidak hanya menilai kinerja entitas dari aspek keuangan saja,
namun dengan menerjemahkan visi dan strategi entitas ke dalam berbagai tujuan dan ukuran
yang tersusun dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Dally (2010:90), menyatakan bahwa dengan konsep pengukuran kinerja yang komprehensif,
Balanced Scorecard kini diimplementasikan oleh berbagai organisasi kelas dunia sebagai sistem
manajemen strategis dan bahkan sebagai sarana pemandu serta pendorong proses perubahan
manajemen dan kultur organisasi termasuk pada implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.
Pendekatan Balanced Scorecard sangat baik untuk diterapkan dalam Manajemen Berbasis
Sekolah.
Narwidi (2011) telah melakukan penelitian untuk mengukur efektivitas manajemen sekolah
dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard pada sekolah-sekolah SMA di Kabupaten
Indramayu. Yulianto (2008) melakukan penelitian dengan judul Perancangan Balanced
Scorecard pada Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Berdasar penelitian yang
dilakukan oleh Narwidi (2011) dan Yulianto (2008) tersebut, peneliti tertarik melakukan
replikasi penelitian untuk merancang penilaian kinerja instansi pendidikan sebagai pelaksana
Manajemen Berbasis Sekolah. Terdapat beberapa perbedaan dari kedua penelitian yang dijadikan
acuan dalam penelitian ini.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Narwidi (2011)
adalah penggunaan Balanced Scorecard dalam proses penilaian kinerja instansi pendidikan dan
objek penelitian yang sama-sama merupakan satuan pendidikan terkecil, yaitu sekolah.

3
Perbedaannya adalah penggunaan metode penelitian di mana Narwidi (2011) menggunakan
metode kuantitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
studi kasus.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2008)
adalah penelitian ini sama-sama merancang penilaian kinerja dari instansi pendidikan dengan
menggunakan pendekatan Balanced Scorecard dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Perbedaannya adalah objek penelitian dari
penelitian yang dilakukan oleh Yulianto adalah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama, sedangkan objek peneltian dari penelitian ini adalah satuan pendidikan terkecil, yaitu
sekolah.
Lokasi yang merupakan objek penelitian ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Lawang (SMAN 1 Lawang). SMAN 1 Lawang merupakan salah satu sekolah menengah atas
negeri yang berada di Kabupaten Malang. Peneliti memilih SMA Negeri 1 Lawang sebagai objek
penelitian karena SMAN 1 Lawang merupakan sekolah menengah atas negeri di Kabupaten
Malang yang pertama kali mendapat peringkat akreditasi A di Kabupaten Malang dengan nilai
tertinggi pada tahun 2009, yaitu tahun pertama dilaksanakannya penilaian akreditasi sekolah
dengan kriteria 8 standar nasional pendidikan (http://www.ban-sm.or.id/provinsi/jawa-
timur/akreditasi diakses 16 Februari 2014). SMAN 1 Lawang mendapat nilai 95 dari rentang
nilai 0-100.
Perolehan nilai akreditasi tersebut menunjukkan pencapaian SMAN 1 Lawang dalam
pemenuhan standar nasional pendidikan. Berdasar hasil wawancara awal dengan Kepala Sekolah
SMAN 1 Lawang, saat ini SMAN 1 Lawang menggunakan 2 jenis penilaian kinerja. Penilaian
kinerja yang digunakan tersebut adalah penilaian kinerja eksternal oleh Badan Akreditasi
Nasional dengan kriteria penilaian berdasar 8 standar nasional pendidikan dan penilaian kinerja
internal yaitu penilaian rutin internal sekolah dengan indikator perolehan nilai ujian akhir
bersama dengan seluruh SMA negeri di Kabupaten Malang. Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang
mengatakan:
Terdapat dua hal dalam penilaian kinerja, yaitu secara internal dan eksternal.
Secara internal dilakukan sesuai dengan pelaksanaan ujian yaitu Ujian Akhir
Sekolah di akhir semester satu dan Ujian Kenailan Sekolah di akhir semester dua.
Pelaksanaan UAS dan UKK dilakukan sesuai dengan standar Dinas Pendidikan

4
Kabupaten Malang sehingga tolak ukur kinerja sekolah didasarkan pada hasil
perolehan nilai tersebut, agar dapat dibandingkan dengan SMA lain di Kabupaten
Malang. Setelah ujian, sekolah akan menerima nilai hasil ujian tersebut. Nilai
tersebut yang akan dijadikan bahan evaluasi. Nilai tersebut juga memperlihatkan
peringkat sekolah berdasar perolehan nilai ujian. Untuk penilaian kinerja
eksternal, dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional tiap lima tahun sekali. Yang
dinilai adalah delapan standar pendidikan.
Rencana kerja di SMAN 1 Lawang mengacu pada pemenuhi kedelapan Standar Nasional
Pendidikan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang:
RKAS (Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah) memuat seluruh bidang di
sekolah. Seperti kalau di akreditasi ada delapan standar, itulah yang dikelola. Jadi
kita membuat program harus mengacu pada pencapaian standar SNP, yaitu
Standar Nasional Pendidikan.
Berdasar kondisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian kinerja pada SMAN 1
Lawang belum terintegrasi dari setiap komponen manajemen sekolah sehingga belum dapat
diidentifikasi keterkaitan dari setiap strategi yang dilaksanakan oleh SMAN 1 Lawang dalam
proses pencapaian visi sekolah. Sehubungan dengan kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk
merancang penilaian kinerja dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard pada SMAN 1
Lawang. Rancangan penilaian kinerja tersebut menyesuaikan kondisi yang ada pada pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah pada SMAN 1 Lawang. Perancangan penilaian kinerja ini akan
dilakukan secara komprehensif dengan memasukkan komponen keuangan dan nonkeuangan
sehingga dapat mengukur kinerja sekolah secara menyeluruh. Atas dasar permasalahan tersebut,
penulis mengambil judul penelitian “Perancangan Penilaian Kinerja dengan Menggunakan
Pendekatan Balanced Scorecard pada Institusi Pendidikan (Studi Kasus di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Lawang)”

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan
yang menjadi bahasan penelitian ini, yaitu bagaimanakah perancangan penilaian kinerja pada
institusi pendidikan dengan menggunakan pendekatan empat perspektif Balanced Scorecard,
yaitu:

5
1. Perspektif pelanggan
2. Perspektif keuangan
3. Perspektif proses internal
4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian Kinerja
Mardiasmo (2009:121) menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja sektor publik
merupakan sistem yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan penilaian atas kinerja
instansi melalui berbagai ukuran yang ditentukan, baik secara finansial maupun nonfinansial.
Pengukuran kinerja sektor publik dilaksanakan dengan tiga tujuan, yaitu:
Pengukuran kinerja dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan aktivitas instansi. Hal ini
disebabkan pengukuran kinerja mambantu instansi untuk berfokus pada tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.
Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mengalokasikan sumber daya
ke setiap unit kerja.
Pengukuran kinerja digunakan sebagai alat pertanggungjawaban instansi.
Pengukuran kinerja dimanfaatkan manajemen untuk berbagai tujuan. Mulyadi (2001:50)
menjabarkan tujuan dari pengukuran kinerja adalah agar organisasi dapat dikelola dengan efektif
dan efisien melalui upaya pemotivasian personel, membantu manajemen dalam proses
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan, mengidentifikasi kebutuhan
pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan, menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai mereka, dan menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Manajemen Berbasis Sekolah


Kebijakan desentralisasi pendidikan diharapkan mampu memperbaiki kualitas pendidikan.
Untuk dapat merealisasikan cita-cita tersebut, maka diperlukan sistem pengelolaan pendidikan
dalam tataran paling bawah, yaitu Manajemen Berbasis Sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan sistem pengelolaan sekolah di mana sekolah diberi
wewenang untuk mendorong sekolah dalam mengambil keputusan dengan melibatkan partisipasi

6
seluruh warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten, dan kota. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan bentuk desentralisasi
pendidikan yang inovatif. Hafid (2011) menyatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah perlu
diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Adapun hal-hal yang mendukung pernyataan
tersebut antara lain sebagai berikut:
1 Manajemen berbasis pusat memiliki banyak kelemahan karena kebijakan yang ditetapkan
terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan adanya prosedur administratif yang
tinggi menyebabkan kelambanan dalam penyelesaian masalah di sekolah
2 Sekolah lebih memahami kondisi yang ada pada lingkup sekolah. Oleh karena itu, sekolah
merupakan unit yang paling layak untuk menyelesaikan permasalah yang ada di lingkup
internal. Adanya peraturan birokratis juga menghambat kreativitas sekolah.
3 Perubahan di sekolah akan terjadi apabila ada rasa memiliki dari seluruh warga sekolah.
Rasa memiliki tersebut akan tumbuh saat setiap warga sekolah dapat berpartisipasi dalam
penentuan kebijakan sekolah. Rasa memiliki tersebut diharapkan akan membawa warga
sekolah pada peningkatan rasa tanggung jawab

Komponen Manajemen Sekolah


Melalui Manajemen Berbasis Sekolah yang efektif dan efisien, kinerja sekolah diharapkan
mampu mengalami peningkatan sehingga dapat memberikan kontribusi yang menyeluruh
terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara luas. Mulyasa (2002) memaparkan konsep
manajemen komponen-komponen sekolah. Terdapat tujuh komponen penting dalam manajemen
berbasis sekolah, yaitu:
1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
3. Manajemen Kesiswaan
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
7. Manajemen Layanan Khusus

7
Balanced Scorecard
Konsep Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah instrumen dalam perencanaan strategis dan sistem manajemen
yang digunakan secara luas dalam bisnis, pemerintah, dan organisasi nonprofit. Mulyadi
(2001:1) menyatakan bahwa Balanced Scorecard terdiri atas dua kata, yaitu kartu skor
(scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu skor digunakan untuk merencanakan dan mencatat
skor kinerja karyawan. Selanjutnya, skor hasil kinerja akan dibandingkan dengan skor yang telah
direncanakan atau ditargetkan untuk keperluan evaluasi. Berimbang berarti kinerja diukur secara
seimbang, dari sisi finansial maupun nonfinansial, jangka pendek dan jangka panjang, serta
internal dan eksternal. Tujuan dari penggunaan Balanced Scorecard adalah mengarahkan
aktivitas bisnis ke visi dan strategi organisasi, mengembangkan komunikasi internal dan
eksternal, serta memonitor kinerja organisasi atas tujuan yang telah ditentukan. Konsep Balanced
Scorecard dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton pada tahun 1992 sebagai
kerangka pengukuran kinerja dengan menambahkan pengukuran kinerja nonfinansial terhadap
pengukuran kinerja tradisional yang hanya menggunakan ukuran keuangan dengan tujuan untuk
memberikan pandangan “seimbang” atas kinerja perusahaan kepada manajer dan eksekutif.
Balanced Scorecard menggunakan empat pengukuran dalam implementasinya, yaitu:
1 Perspektif keuangan
2 Perspektif pelanggan
3 Perspektif proses internal bisnis
4 Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Pada Balanced Scorecard, perspektif keuangan merupakan pengukuran kinerja di masa lalu,
sedangkan perspektif pelanggan, proses internal bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan
mendorong adanya kinerja di masa mendatang (Kaplan dan Norton, 1996:8).

Balanced Scorecard untuk Organisasi Publik dan Nirlaba


Konsep Balanced Scorecard untuk Organisasi Publik dan Nirlaba
Saat ini organisasi publik dan nirlaba menghadapi tantangan yang lebih tinggi untuk
membawa misi penting mereka. Meningkatnya perhatian publik menyebabkan naiknya
permintaan akan akuntabilitas, transparansi, dan donasi yang digunakan untuk mencapai
kesuksesan, namun masih belum terpenuhi secara maksimal. Seiring berjalannya waktu,

8
peningkatan produktivitas, kinerja, dan implementasi strategi akan ditransformasikan dari sektor
privat ke setiap organisasi sektor publik. Di era globalisasi, organisasi nirlaba turut terpengaruh
oleh arus modernisasi. Pada Balanced Scorecard yang digunakan oleh organisasi privat, semua
pengukuran mengacu pada kinerja keuangan. Meningkatkan nilai saham adalah hal utama yang
diusahakan oleh unit bisnis untuk memenuhi harapan pemangku kepentingan. Hal ini tidak dapat
diterapkan pada organisasi sektor publik. Organisasi sektor publik dibentuk untuk tujuan yang
lebih tinggi. Tidak mudah bagi organisasi sektor publik untuk mencapai tujuan yang ada pada
Balanced Scorecard. Hal ini dikarenakan organisasi tidak memiliki kontrol secara menyeluruh
terhadap misi yang telah ditentukan. Namun hal tersebut tidak membuat organisasi sektor publik
berhenti untuk mencapai misi tersebut. Pada organisasi sektor publik, strategi tetaplah menjadi
inti dari sistem Balanced Scorecard. Strategi merupakan rencana untuk mencapai kesuksesan
dan kerangka yang harus diukur pencapaian kinerjanya. Organisasi sektor publik dan nirlaba
sering mengadapi kesulitan dalam mengelola strategi yang jelas dan ringkas.Strategi merupakan
prioritas yang harus dikejar untuk meraih misi. Prioritas tersebut haruslah konsisten dengan
situasi yang ada dan cocok dalam usaha merespon adanya tantangan dan kesempatan. Sekali
organisasi mengembangkan strategi, Balanced Scorecard akan menjadi instrumen untuk
implementasi strategi yang efektif (Niven, 2008:34).

Perbedaan Konsep Balanced Scorecard pada Organisasi Sektor Privat dan Organisasi
Nirlaba
Perbedaan utama antara Balanced Scorecard yang digunakan pada organisasi privat dengan
organisasi sektor publik adalah peletakan misi di puncak kerangka kerja. Selanjutnya, yang
berada di bawah pernyataan misi adalah perspektif pelanggan, bukan perspektif keuangan.
Pencapaian misi tidak harus bersamaan dengan tanggung jawab keuangan, namun organisasi
harus menentukan siapa yang menjadi tujuan dari pelayanan dan bagaimana permintaan mereka
dapat terpenuhi (Niven, 2008:33-34). Hal ini disebabkan karena visi pada organisasi nirlaba pada
umumnya berkenaan dengan pemenuhan layanan kepada pelanggan, bukan pemenuhan target
finansial dari organisasi. Dalam Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard di
Lingkungan Kementerian Keuangan, disebutkan bahwa organisasi perlu untuk mencari kata
kunci yang terdapat pada visi dan misi. Kata kunci tersebut diterjemahkan dalam sejumlah
sasaran strategis. Sasaran strategis merupakan sasaran-sasaran yang bersifat penting dan

9
memperoleh prioritas tinggi dari jajaran manajemen. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sasaran strategis dari keempat perspektif pada Balanced Scorecard
merupakan turunan dari visi dan misi organisasi.
Kaplan (1999) menyatakan bahwa perspektif keuangan pada organisasi nirlaba tidak
dapat dijadikan sasaran strategis, namun sekedar sebagai pembatas dalam pelaksanaan aktivitas
keuangan. Kesuksesan organisasi nirlaba tidak dapat diukur dari seberapa jauh anggaran terserap
atau seberapa kecil pengeluaran yang dilakukan. Bagi organisasi nirlaba, perspektif keuangan
bukanlah indikator yang relevan untuk mengukur pencapaian pelaksanaan aktivitas organisasi.

Perspektif Balanced Scorecard pada Organisasi Sektor Publik


Perspektif Pelanggan
Organisasi sektor publik memberi perhatian lebih pada pelanggan dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan untuk dapat mencapai misi organisasi. Manajemen organisasi
sektor publik harus mengidentifikasi apa yang diinginkan dan diharapkan oleh pelanggan. Niven
(2008:167) menyatakan bahwa pelanggan adalah orang atau kelompok yang secara langsung
menerima manfaat dari layanan yang diberikan oleh organisasi. Terdapat banyak pihak yang
kemungkinan akan mendapat manfaat secara tidak langsung dari layanan yang diberikan oleh
organisasi. Namun dalam perspektif pelanggan, organisasi memiliki tugas untuk menentukan
pihak yang merupakan pelanggan dan mendapat layanan langsung dari organisasi.

Perspektif Keuangan
Organisasi sektor publik dan nirlaba perlu untuk melakukan pengelolaan keuangan yang
efektif. Organisasi sektor publik memiliki suber daya keuangan yang terbatas untuk dapat
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Niven (2008:34) menyatakan bahwa
meskipun organisasi sektor publik merupakan organisasi yang tidak berorientasi pada laba,
namun keberadaan perspektif keuangan pada Balanced Scorecard untuk organisasi nonpublik
tetaplah penting. Tidak ada organisasi yang dapat beroperasi dengan sukses dan memenuhi
permintaan pelanggan tanpa sumber daya keuangan.

10
Perspektif Proses Internal
Perspektif proses internal merupakan suatu aspek transisi yang penting pada Balanced
Scorecard. Pada perspektif pelanggan, organisasi berfokus pada apa yang diinginkan oleh
pelanggan dan apa proposisi nilai yang dapat diberikan oleh organisasi secara efektif dan efisien.
Perspektif proses internal menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan cara untuk
memenuhi keinginan pelanggan.
Setiap organisasi memiliki keunikan dan kombinasi proses yang berbeda. Terdapat beberapa
proses inti yang harus dipertimbangkan ketika mengembangkan tujuan dari perspektif proses
internal. Niven (2008:173) mengemukakan beberapa proses inti tersebut, yaitu:
1. Memahami pelanggan
2. Berinovasi secara konstan
3. Proses operasi
4. Menawarkan kualitas layanan
5. Kemitraan untuk kesuksesan

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Pengukuran perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merepresentasikan faktor-faktor yang
memungkinkan adanya proses yang efisien dan mengarah pada peningkatan kualitas layanan
kepada pelanggan.
Keterampilan karyawan merupakan aspek penting yang mencakup keseluruhan organisasi
sehingga organisasi perlu untuk mengembangkan program pelatihan karyawan secara terus
menerus. Aspek yang dapat membawa organisasi untuk mencapai misinya adalah hasil dari
pelatihan karyawan, bukan hanya sekedar kehadiran karyawan pada pelatihan. Oleh karena itu,
diperlukan adanya keseimbangan antara partisipasi pelatihan dengan hasil pelatihan. Untuk itu
diperlukan adanya evaluasi dan pengukuran yang akurat atas pelaksanaan pelatihan karyawan
(Niven, 2008:181). Selain itu, ssisi psikologis karyawan juga merupakan aset tidak berwujud
bagi organisasi. motivasi, pemberdayaan, dan pengarahan. Adanya kapabilitas personel yang
baik akan memicu kinerja dengan tujuan yang terbaik untuk organisasi. Pengukuran atas dimensi
motivasi, pemberdayaan, dan pengarahan dapat dilakukan dengan cara mengukur saran yang
diberikan oleh karyawan kepada perusahaan, perbaikan dan peningkatan kinerja karyawan, dan
keterbatasan individu dalam organisasi (Niven, 2008:184).

11
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksut untuk memahami fenomena pada objek
penelitian dengan kata-kata secara menyeluruh dan deskriptif (Moleong, 2006:6). Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek
alamiah (Sugiyono, 2012:14).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di mana peneliti berusaha
untuk merancang penilaian kinerja pada SMA Negeri 1 Lawang dengan menggunakan
pendekatan Balanced Scorecard setelah mendapatkan data yang memadai mengenai pelaksanaan
manajemen sekolah di SMAN 1 Lawang. Cresswell (1998) dalam Herdiansyah (2010:76)
menyatakan bahwa studi kasus adalah model penelitian yang menekankan pada penelaahan suatu
sistem mengenai suatu fenomena secara mendetail melalui penggalian beragam sumber
informasi.

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Penelitian ini
menggunakan sumber data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat
berupa observasi, wawancara, kuesioner, atau dokumentasi (Sugiyono, 2012:402). Penelitian ini
menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara semi terstruktur
Sugiyono (2012:413) menyatakan bahwa wawancara semi terstruktur adalah jenis
wawancara yang memungkinkan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain
atas jawaban informan selain dari panduan wawancara.
Penentuan informan wawancara dilakukan secara purposive sampling. Metode tersebut
merupakan pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan data
apa yang diperlukan (Sugiyono, 2012:14). Peneliti memilih informan yang dianggap
memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek penelitian. Penentuan informan diawali
dengan mempelajari struktur organisasi dari SMA Negeri 1 Lawang dan penelusuran
informasi mengenai pihak-pihak yang memiliki informasi relevan untuk mendapatkan

12
informasi sesuai dengan masalah penelitian. Berdasarkan konsep tersebut, maka pihak yang
ditentukan untuk menjadi informan penelitian adalah kepala sekolah, komite sekolah,
kepala tata usaha, bendahara sekolah, wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah
bidang sarana dan prasarana, wakil kepada sekolah bidang humas,
petugas perpustakaan, dan guru bimbingan dan konseling.
2. Penggunaan dokumen
Dokumen merupakan salah satu sumber data yang berupa catatan, gambar, atau karya.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian
kualitatif karena penggunaan dokumen dapat meningkatkan kredibilitas hasil wawancara
(Sugiyono, 2012:422).

Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian. Oleh karena itu,
peneliti harus memvalidasi diri sendiri mengenai seberapa jauh peneliti siap melakukan
penelitian dan terjun ke lapangan. Validasi yang dimaksud meliputi validasi terhadap
pemahaman peneliti atas metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, dan kesiapan peneliti memasuki objek penelitian. Ketika peneliti telah merasa
cukup tervalidasi, maka peneliti siap untuk memasuki objek penelitian. Peneliti juga berfungsi
untuk menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat
kesimpulan atas temuan (Sugiyono, 2012:399).

Teknik Analisis data


Sugiyono (2012:428) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
selama proses penelitian, yaitu:
1. Analisis sebelum pengumpulan data di lapangan
Analisis sebelum pengumpulan data di lapangan dilakukan terhadap penelitian
terdahulu atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. pada
tahap ini, peneliti melakukan penelaahan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan penerapan Balanced Scorecard di institusi pendidikan, melakukan

13
studi literatur mengenai Manajemen Berbasis Sekolah, dan mempelajari peraturan
perundangan yang beruhubungan dengan Standar Nasional Pendidikan.
2. Analisis saat berada di lokasi penelitian model Miles dan Huberman
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak saat dilakukan pengumpulan
data dan setelah seluruh data terkumpul. Analisis saat berada di lokasi penelitian dilakukan
dengan pengembangan-pengembangan pertanyaan yang tidak terstruktur apabila dirasa
jawaban yang diberikan oleh informan kurang memenuhi kebutuhan data. Miles dan
Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:1984) mengemukakan bahwa terdapat 3 tahap
analisis data, yaitu:
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan kesimpulan

Pengujian Kredibilitas Data


Teknik yang digunakan untuk menguji kredibilitas data dalam penelitian ini adalah
triangulasi. Sugiyono (2012:464) menyatakan bahwa triangulasi merupakan pemeriksaan data
dengan membandingkan data dari berbagai sumber, cara, dan waktu. Penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber dan teknik.

PEMBAHASAN
Analisis Penerapan Penilaian Kinerja SMAN 1 Lawang
Saat ini SMAN 1 Lawang menggunakan 2 jenis penilaian kinerja, yaitu penilaian kinerja
internal yang menggunakan tolak ukur perolehan nilai dan penilaian kinerja eksternal yang
dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional dengan menggunakan tolak ukur Standar Nasional
Pendidikan.
Balanced Scorecard merupakan alat dalam sistem perencanaan strategis yang sekaligus
dapat digunakan sebagai alat pengukuran kinerja organisasi, baik organisasi sektor swasta
maupun sektor publik, termasuk untuk institusi pendidikan. Balanced Scorecard dapat digunakan
sebagai alat dalam penilaian kinerja sekolah yang dapat menunjukkan hubungan sebab akibat
antar aspek-aspek yang saling mempengaruhi di sekolah untuk dapat mencapai visi yang
ditentukan oleh SMAN 1 Lawang.

14
Rancangan Penilaian Kinerja SMAN 1 Lawang dengan Menggunakan Pendekatan
Balanced Scorecard
Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan dianggap sebagai perspektif yang utama dalam institusi sektor publik.
Tidak seperti organisasi swasta yang menjalankan aktivitas bisnis dengan tujuan memperoleh
laba, institusi pendidikan memiliki tugas untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada
masyarakat. Niven (2008:167) menyatakan bahwa pelanggan adalah orang atau kelompok yang
secara langsung mendapat manfaat dari layanan yang diberikan oleh organisasi. Berdasar definisi
tersebut, maka pelanggan dari institusi pendidikan adalah peserta didik karena peserta didik
merupakan pihak yang secara langsung mendapat layanan pendidikan dari institusi pendidikan.
Pengukuran kinerja dari perspektif pelanggan dapat diukur melalui aspek-aspek yang dapat
menunjukkan pencapaian SMAN 1 Lawang untuk dapat memenuhi keinginan peserta didik
untuk menempuh pendidikan di SMAN 1 Lawang. Adapun yang indikator-indikator yang dapat
digunakan untuk menilai pencapaian SMAN 1 Lawang pada perspektif pelanggan adalah:
1. Rata-rata perolehan nilai ujian bersama (UAS dan UKK) dan Ujian Nasional
SMAN 1 Lawang mengikuti ujian akhir semester bersama dengan seluruh SMA negeri
di Kabupaten Malang di mana soal ujian dibuat oleh tim MGMP Kabupaten Malang. Rata-
rata perolehan nilai ujian bersama tersebut merupakan tolak ukur kinerja sekolah dalam
pencapaian posisi prestasi peserta didik di tingkat Kabupaten Malang.
Ujian Nasional merupakan ujian akhir sekolah yang serentak dilaksanakan oleh seluruh
SMA di Indonesia sesuai dengan standar penilaian nasional. Perolehan nilai Ujian Nasional
merupakan indikator yang mengukur kinerja sekolah dalam membentuk kompetensi peserta
didik sesuai dengan standar penilaian nasional.
2. Perolehan prestasi akademik dan nonakademik
Perolehan prestasi peserta didik selain dalam perolehan nilai juga dapat dinilai dengan
prestasi yang diperoleh dengan menjuarai kompetisi yang bersifat akademik dan
nonakademik. Kompetisi yang bersifat akademik yaitu Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Sedangkan kompetisi yang bersifat nonakademik merupakan kompetisi yang diikuti peserta
didik di bidang seni dan olahraga. Perolehan prestasi akademik dan nonakademik tersebut
dapat dijadikan indikator pencapaian kinerja sekolah dalam membina peserta didik yang

15
memiliki keahlian atau bakat di bidang tertentu dan mempersiapkan peserta didik untuk
berkompetisi.
3. Tingkat kelulusan peserta didik
Penentuan tingkat kelulusan sebagai indikator kinerja SMAN 1 Lawang adalah
berdasarkan pernyataan Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang nahwa target yang dimiliki
sekolah adalah lulus seratus persen.
4. Jumlah lulusan yang melanjutkan pendidikan ke pendidikan tinggi
Sekolah menengah atas merupakan jenjang yang harus ditempuh peserta didik untuk
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi. Selama masa pendidikan di
SMA, peserta didik akan meperoleh bekal ilmu untuk dapat mengikuti seleksi penerimaan
mahapeserta didik baru setelah dinyatakan lulus dari SMA. Oleh karena itu, jumlah lulusan
SMAN 1 Lawang yang melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi merupakan
indikator kepuasan pelanggan karena sekolah dinilai telah berhasil menciptakan lulusan
yang secara umum berkompeten dan memiliki daya saing untuk dapat melewati seleksi
penerimaan mahasiswa baru di jenjang pendidikan tinggi.

Perspektif Keuangan
Setiap organisasi membutuhkan dana untuk melaksanakan aktivitas operasinya. Oleh karena
itu, organisasi sektor swasta maupun publik tidak akan terlepas dari sistem pengelolaan
keuangan. Adapun indikator yang digunakan dalam penilaian kinerja perspektif keuangan
adalah:
1. Pemanfaatan anggaran dengan efektif
Mardiasmo (2009:130) menyatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian
tujuan. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara hasil dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Pemanfaatan anggaran dengan efektif bagi SMAN 1 Lawang dapat diartikan
dana yang dipergunakan telah sesuai dengan anggaran yang disusun dalam RKAS. Ketika
anggaran telah diserap dengan baik dan program kerja telah dilaksanakan, maka dianggap
anggaran telah dimanfaatkan dengan efektif. Adapun perhitungan yang digunakan untuk
menilai pemanfaatan anggaran dengan efektif adalah dengan membandingkan total realisasi
belanja dengan anggaran belanja.
2. Pemanfaatan anggaran dengan efisien

16
Efisiensi biaya terkait dengan penggunaan dana yang tersedia untuk pelaksanaan
kegiatan. Pemanfaatan anggaran dilaksanakan dengan efisien jika sumber dana digunakan
serendah-rendahnya untuk mencapai hasil yang maksimal (Mardiasmo, 2009:130). Oleh
karena itu, sekolah perlu untuk mengurangi biaya operasional dengan memanfaatkan
semaksimal mungkin aset yang dimiliki. Yulianto (2008) menyatakan bahwa indikator yang
digunakan dalam mengukur efisiensi biaya adalah pengurangan biaya operasional.
3. Mewujudkan penggalangan dana yang memadai
Salah satu misi SMAN 1 Lawang yang berkenaan dengan bidang keuangan adalah
mewujudkan penggalangan dana yang memadai. Hal ini dikarenakan tidak seluruh
pembiayaan sekolah dipenuhi oleh pemerintah sehingga sekolah perlu untuk dapat
menggalang dana secara mandiri. Penggalangan dana yang memadai tersebut dapat diukur
dengan membandingkan realisasi pendapatan per sumber dana dengan anggaran pendapatan
per sumber dana.

Perspektif Proses Internal


Setelah menentukan pihak yang menjadi pelanggan dalam aktivitas operasi sekolah,
selanjutnya sekolah perlu untuk mengidentifikasikan apa saja yang perlu dilakukan untuk dapat
memenuhi keinginan peserta didik seperti yang ada pada perspektif pelanggan. Kaplan & Norton
(1996:96) menyatakan bahwa aspek yang dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja
dalam perspektif proses internal adalah:
1. Memahami pelanggan
Proses memahami pelanggan dilakukan dengan mengamati tingkat pemahaman peserta didik
atas mata pelajaran yang diajarkan dengan metode pengajaran yang digunakan oleh setiap
pendidik. Pendidik diharapkan dapat untuk menyesuaikan antara sifat mata pelajaran dengan
metode pengajaran yang digunakan.
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara metode pembelajaran tertentu
dengan nilai yang diperoleh oleh peserta didik sehingga dapat dilakukan pengembangan inovasi
pembelajaran lebih lanjut oleh pendidik dan tim MGMP sekolah. Penelitian tersebut disebut
dengan penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut perlu untuk dilakukan guru untuk
menunjang karir guru.

17
Banyak jenis karya ilmiah yang dapat disusun oleh guru. Namun diperlukan adanya
relevansi antara karya ilmiah yang disusun oleh guru dengan profesi guru dalam bidang
pembelajaran. Jaedun (2011) menyatakan:
Cara yang paling mudah untuk menulis artikel ilmiah adalah menulis dari hasil
penelitian. Dari sekian jenis penelitian, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan
jenis penelitian yang paling memungkinkan dan sangat tepat bagi Guru.
Berdasar pernyataan tersebut, maka jumlah karya ilmiah di bidang Penelitian Tindakan
Kelas yang disusun oleh pendidik di SMAN 1 Lawang dapat digunakan sebagai indikator dalam
upaya pemahaman atas peserta didik.
2. Proses operasi
Proses operasi merepresentasikan aspek-aspek layanan yang diberikan oleh sekolah
kepada peserta didik dalam kaitannya memenuhi keinginan peserta didik sebagai pelanggan.
Adapun indikator yang dapat dijadikan tolak ukur pencapaian kinerja sekolah dalam proses
operasi antara lain:
Berinovasi secara konstan
Indikator yang dapat digunakan untuk menilai kinerja sekolah dalam
mengembangkan inovasi pembelajaran adalah dengan menilai jumlah inovasi metode
pembelajaran baru yang dikembangkan oleh setiap mata pelajaran.
Penilaian kinerja guru
Pada tahun 2013, di SMAN 1 Lawang diberlakukan penilaian kinerja guru yang
dilakukan oleh tim pendidik senior untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran telah
sesuai dengan RPP yang disusun sebelumnya oleh setiap pendidik. Adapun indikator
yang dapat digunakan adalah banyaknya RPP yang sudah ditinjau pelaksanaannya oleh
tim penilai kinerja guru. Selain itu, tingkat kesesuaian antara pelaksanaan pembelajaran
dengan RPP juga menjadi indikator dari kinerja guru.
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai merupakan aspek yang cukup penting
di dalam proses belajar mengajar. Adapun indikator yang dapat digunakan untuk menilai
capaian kinerja di bidang sarana dan prasarana yang memadai adalah persentase
pemenuhan sarana dan prasarana di sekolah dengan standar nasional sarana dan prasarana
sekolah.

18
Meningkatnya minat baca peserta didik ke perpustakaan
Perpustakaan sekolah merupakan bagian dari sekolah yang memiliki peran penting
dalam peningkatan minat baca peserta didik. Suasana perpustakaan yang inovatif dan
bersahabat diharapkan mampu untuk menarik peserta didik untuk membaca di
perpustakaan.
Perpustakaan SMAN 1 Lawang menaungi sebuah komunitas yang dinamakan
dengan Komunitas Cinta Buku. Minat baca peserta didik di SMAN 1 Lawang dapat
dinilai dengan tolak ukur tingkat kunjungan peserta didik ke perpustakaan sekolah dan
jumlah anggota Komunitas Cinta Buku yang dinaungi oleh Perspustakaan SMAN 1
Lawang.
Selain itu, perpustakaan SMAN 1 Lawang juga cukup sering melakukan inovasi-
inovasi untuk menarik minat peserta didik berkunjung ke perpustakaan. Adanya inovasi-
inovasi tersebut dapat dijadikan tolak ukur kinerja perpustakaan dengan menilai jumlah
inovasi baru yang dirancang oleh perpustakaan SMAN 1 Lawang.
Pada tahun 2015, perpustakaan SMAN 1 Lawang akan mengikuti program akreditasi
perpustakaan. Hasil akreditasi tersebut dapat dijadikan tolak ukur penilaian kinerja
perpustakaan SMAN 1 Lawang pada perspektif proses internal.
Pembinaan pengembangan diri peserta didik
Pembinaan peserta didik dengan keahlian khusus dapat dilakukan dengan melakukan
pemetaan atas jenis dari kompetisi yang ditargetkan untuk diikuti sekolah. Berdasarkan
Rencana Kerja SMAN 1 Lawang 2013/2014, terdapat 3 bidang kompetisi yang akan
diikuti, yaitu bidang olahraga, seni, dan Olimpiade Sains Nasional. Untuk dapat
menjaring lebih banyak peserta didik yang memiliki bakat khusus perlu dilakukan proses
seleksi terbuka bagi siapa saja yang berminat untuk mengikuti suatu kompetisi. Adapun
yang dapat dijadikan indikator dari aspek pembinaan peserta didik dengan keahlian
khusus adalah dengan menargetkan jumlah peserta didik dari setiap jenis kompetisi dan
memenuhinya dengan berbagai seleksi tersebut.
Selain itu, intensitas latihan juga menjadi indikator dari tercapainya proses internal
dalam pembinaan pengembangan diri peserta didik. Hal tersebut tertuang dalam Rencana
Kerja Sekolah SMAN 1 Lawang tahun ajaran 2013/2014, yaitu rencana sekolah untuk
mengadakan pembinaan dan latihan secara intensif setelah pelaksanaan seleksi siswa.

19
Diperlukan adanya data akurat dan penilaian objektif dari setiap kegiatan
pengembangan diri yang diikuti oleh peserta didik. Indikator yang digunakan adalah
perolehan nilai dari pengembangan diri yang diikuti.
Sekolah turut bertanggung jawab dalam proses pembinaan terhadap pengembangan
potensi dan kepribadian peserta didik. Tugas tersebut merupakan tanggung jawab dari
guru Bimbingan dan Konseling. Peserta didik juga perlu untuk dijadikan acuan dalam
kinerja pengembangan diri peserta didik. Adapun acuan yang dapat dijadikan tolak ukur
dalam capaian kinerja sekolah dalam pembinaan ketertiban dan kedisiplinan peserta didik
adalah jumlah pelanggaran peserta didik dan absensi peserta didik.
Pelayanan administrasi yang memadai
Pelayanan administrasi sekolah yang baik harus mengikuti ketentuan dan peraturan
yang telah dikeluarkan oleh instansi yang relevan di lingkungan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Nasional. Sistem administrasi sekolah yang baik diharapkan mampu
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Tata usaha memiliki tugas untuk memberikan layanan yang berkualitas bagi
pihak-pihak yang membutuhkan layanan administrasi dari sekolah. Niven (2008:221)
menyatakan bahwa acuan yang dapat dijadikan indikator kinerja dalam aspek kualitas
proses internal adalah jumlah komplain, jumlah pengerjaan ulang, dan jumlah kesalahan
layanan.
3. Kemitraan
Niven (2008:177) menyatakan bahwa kemitraan menawarkan banyak peluang bagi
perkembangan organisasi nonprofit. Organisasi nonprofit yang dimaksut tidak terkecuali
untuk institusi pendidikan. Institusi pendidikan dapat melakukan kerja sama dengan
korporasi sektor swasta untuk saling melengkapi misi masing-masing. Saat ini SMAN 1
Lawang sedang dalam upaya menjalin hubungan kerja sama kemitraan dengan perusahaan.
Adapun indikator yang dapat digunakan untuk menilai capaian kemitraan adalah jumlah
kerja sama yang terjalin dibanding target kerjasama yang ditentukan sebelumnya.

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran


Sumber daya manusia merupakan aset yang mendukung kesuksesan organisasi. Saat ini,
organisasi memerluka sumber daya manusia yang berkompeten dan budaya kerja yang kondusif

20
untuk dapat menggerakkan organisasi menuju visi yang telah ditentukan. Niven (2008:219)
menyatakan terdapat beberapa aspek yang dapat dijadikan indikator dalam mengukur kinerja
institusi nonprofit pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan keterampilan sumber daya manusia di posisi strategis
Niven (2008:180) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan keterampilan sumber daya
manusia yang berada di posisi strategis akan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan
operasi yang ada pada perspektif proses internal. Organisasi perlu untuk menentukan
kelompok strategi pada tujuan-tujuan di perspektif proses internal dan melakukan
penelaahan atas posisi yang mendukung tujuan pada proses internal.
Adapun aspek yang menjadi fokus di perspektif proses internal yaitu:
Memahami pelanggan dan melakukan inovasi
Diperlukan kompetensi yang memadai dari pendidik mata pelajaran dan koordinator
MGMP. Adapun indikator yang dapat dijadikan tolak ukur dari aspek ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yaitu jumlah pendidik yang telah lulus
sertifikasi.
Penilaian kinerja guru
Aspek ini melibatkan kepala sekolah dan tim penilai kinerja pendidik yang terdiri
atas pendidik senior. Untuk itu, diperlukan tim yang memiliki kompetensi dan
pengalaman lebih dalam bidang pembelajaran. Indikator yang merupakan kriteria
kompetensi guru yang dijadikan tim penilai kinerja guru adalah penilaian kompetensi
pendidik dari kepala sekolah selaku pimpinan sekolah dengan kriteria pangkat guru,
pendidik yang telah lulus sertifikasi guru, dan komitmen dari pendidik untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kunjungan ke perpustakaan
Pengelola perpustakaan perlu untuk terus meningkatkan inovasi dalam upaya
menarik minat peserta didik untuk membaca di perpustakaan sekolah. Indikator yang
digunakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 25 tahun 2008
tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Kompetensi yang dimaksut
adalah jumlah pustakawan sekolah yang telah memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan
perpustakaan sekolah.

21
Pembinaan peserta didik dengan keahlian khusus dan pengembangan diri
Kriteria dari pembina OSN dari masing-masing mata pelajaran menurut Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum antara lain memiliki kemampuan subtantif di mata
pelajaran yang dibina, memiliki kemampuan menyusun silabus pembinaan, dan memiliki
wawasan akan pelaksanaan olimpiade SAINS Nasional.
Untuk program pengembangan diri, koordinator pengembangan diri perlu untuk
menentukan kriteria kompetensi yang perlu dimiliki oleh masing-masing pembina
pengembangan diri. Program pengembangan diri merupakan salah satu tugas pokok dan
fungsi dari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Lawang. Adapun kriteria
yang dijadikan indikator kompetensi pembina pengembangan diri secara umum yang
dinyatakan oleh Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang adalah memiliki kemampuan
yang sesuai dengan bidang pengembangan diri, memiliki kemampuan untuk membina
kegiatan pengembangan diri, memiliki kemampuan untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan siswa, serta memiliki kemampuan untuk merancang
program pengembangan diri siswa
Aspek bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab dari guru Bimbingan
dan Konseling. Untuk dapat memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang
berkualitas, diperlukan pendidik Bimbingan dan Konseling yang memenuhi syarat
kompetensi yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor. Oleh karena itu, indikator yang dapat digunakan untuk menilai pemenuhan
kompetensi guru bimbingan dan konseling adalah dengan membandingkan jumlah guru
bimbingan dan konseling yang telah memenuhi kedua persyaratan tersebut dibandingkan
dengan jumlah seluruh guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah.
Pelayaan administrasi yang memadai
Standar kualifikasi tenaga administrasi sekolah telah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah. Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menilai
kompetensi tenaga administrasi sekolah adalah jumlah tenaga administrasi sekolah yang
telah memenuhi standar nasional tenaga adminstrasi sekolah dibandingkan dengan total
seluruh tenaga administrasi sekolah.

22
Wakil kepala sekolah
Niven (2008:222) menyatakan bahwa untuk menilai kesiapan dari sumber daya
manusia yang akan menempati posisi strategis, organsiasi dapat melakukan teknik
penilaian keahlian dari masing-masing calon dengan cara penilaian atas diri sendiri dan
penilaian dari rekan kerja atas kesiapan sumber daya manusia dalam menjalankan tugas
dan fungsi sesuai dengan deskripsi kerja.
2. Pelatihan sumber daya manusia
Pelatihan terhadap sumber daya manusia merupakan aspek yang diperlukan untuk
meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah. pelatihan
merupakan komponen yang diperlukan untuk peningkatan kompetensi sumber daya
manusia, namun yang perlu diperhatikan adalah apa efek yang dihasilkan dari adalah
pelatihan tersebut sehingga pelatihan tidak hanya sekedar menilai kehadiran. Untuk itu
diperlukan pengukuran antara pelatihan dengan dampak yang dihasilkan, yaitu dari
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ke perspektif proses internal.
Di SMAN 1 Lawang, pelatihan yang dimaksut dapat berupa workshop, seminar, dan
diklat bagi pendidik dan karyawan yang diselenggarakan di internal maupun eksternal
sekolah. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai aspek pelatihan sumber daya
manusia di SMAN 1 Lawang adalah jumlah pelatihan yang diikuti oleh pendidik dan
karyawan dibandingkan dengan yang ditargetkan.
3. Kepuasan karyawan dan keselarasan SDM dengan misi sekolah
Sisi psikologis dari sumber daya manusia yang bekerja di suatu organisasi merupakan
aspek yang turut menciptakan situasi yang mendukung tercapainya visi organisasi. Niven
(2008:185) menyatakan bahwa organisasi perlu untuk melihat sumber daya tidak terlihat
dari kekuatan manusa yang terdiri atas perasaan dan pikiran dari pekerja.
Perlu dilakukan penilaian atas sisi psikologis sumber daya manusia atas iklim organisasi
yang dibentuk oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Lawang tersebut. Kepuasan kerja pendidik dan
karyawan, keselarasan antara motivasi kerja pendidik dan tenaga pendidik dengan misi
sekolah, serta sistem komunikasi yang terdapat di SMAN 1 Lawang perlu untuk
diidentifikasi untuk dapat mengetahui secara obyektif sisi psikologis pendidik dan karyawan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan.

23
Kepuasan pendidik dan karyawan dapat dinilai dengan pengisian kuesioner yang
berhubungan dengan kepuasan kerja. Selain itu, keselarasan antara motivasi individu dengan
misi sekolah juga perlu untuk dinilai melalui survei melalui kuisioner.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan berikut:
1. Dengan Balanced Scorecard, instansi pendidikan dapat menerjemahkan visi sekolah sebagai
cita-cita sekolah dalam jangka panjang menjadi aktivitas-aktivitas dalam jangka pendek.
Indikator pencapaian dari kinerja sekolah dalam jangka pendek tersebut akan saling
terhubung untuk dapat mencapai visi yang telah ditentukan.
2. Siswa merupakan pihak yang menjadi pelanggan pada perspektif pelanggan. Kepuasan
siswa sebagai pelanggan merupakan tujuan strategis dari perspektif pelanggan sekolah.
Indikator yang dapat mengukur kepuasan siswa adalah rata-rata perolehan nilai ujian
bersama (UAS dan UKK) dan Ujian Nasional, perolehan prestasi akademik dan
nonakademik, tingkat kelulusan peserta didik, dan jumlah lulusan yang melanjutkan
pendidikan ke pendidikan tinggi.
3. Terdapat tiga tujuan strategis dari perspektif keuangan sekolah, yaitu:
Mewujudkan penggalangan dana yang memadai
Melaksanakan anggaran dengan efektif
Melaksanakan anggaran dengan efisien
4. Terdapat tiga tujuan strategis dari perspektif proses internal sekolah, yaitu:
Memahami pelanggan dan melakukan inovasi
Proses operasi
o Penilaian kinerja guru
o Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
o Meningkatnya minat baca peserta didik ke perpustakaan
o Pembinaan peserta didik dengan keahlian khusus dan pengembangan diri
o Pelayanan administrasi yang memadai, indikator kinerja yang digunakan adalah
jumlah pengerjaan ulang, jumlah kesalahan layanan, dan jumlah komplain.

24
o Kemitraan
5. Terdapat tiga tujuan strategis dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:
Memenuhi kebutuhan keterampilan sumber daya manusia di posisi strategis
Mengoptimalkan pelatihan sumber daya manusia
Menilai kepuasan karyawan

Saran
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi SMAN 1 Lawang
Diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai apa pentingnya menggunakan
Balanced Scorecard bagi sekolah dalam proses penilaian kinerja untuk dapat menerapkan
Balanced Scorecard dalam proses penilaian kinerja sekolah secara efektif,. Pemahaman
tersebut harus dimiliki oleh kepala sekolah selaku manajamen puncak dari sekolah.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan mampu untuk menyertakan target dari masing-
masing pengukuran kinerja dengan melakukan diskusi lebih lanjut dengan objek
penelitian.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat untuk melakukan wawancara dengan lebih
banyak narasumber potensial yang terkait untuk mendapatkan informasi yang lebih
lengkap sehingga memudahkan dalam proses penyusunan peta strategi dan
pengukuran kinerjanya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Dally, Dadang. 2010. Balanced Scorecard Suatu Pendekatan dalam Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hafid, Abdul. 2011. Model Manajemen Berbasis Sekolah. Lentera pendidikan Volume 14 no 2.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.

http://www.ban-sm.or.id/provinsi/jawa-timur/akreditasi diakses 16 Februari 2014.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi sektor publik. Yogyakarta: Andi

Kaplan, Robert S. 1999. The Balanced Scorecard for Public-Sector Organizations. President and
Fellows of Harvard College.

26
Kaplan, Robert S. & Norton, David P. 1992. The Balanced Scorecard–Measures that Drive
Performance. Harvard Business Review.

Kaplan, Robert S. & Norton, David P. 1996. The Balanced Scorecard Translating Strategy In
Action. United States of America.

KTSP SMAN 1 Lawang 2013/2014. 2013. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lawang.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja
Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyasa. 2012. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narwidi. 2011. Pengukuran Efektivitas Manajemen Sekolah dengan Menggunakan Konsep


Balanced Scorecard pada Sekolah-Sekolah SMA di Kabupaten Indramayu. Tesis, Jakarta:
Program Pascasarjana Kekhususan Administrasi dan Kebijakan Pendidikan, Departemen
Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Niven, Paul N. 2008. Balanced Scorecard Step-By-Step For Government and Nonprofit
Agencies. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard di Lingkungan Kementerian


Keuangan. 2010. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 Tentang
Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai
Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 25 tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan


Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Rencana Kerja Sekolah SMAN 1 Lawang tahun ajaran 2013/2014. 2013. Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Lawang.

27
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta.

Surat Keputusan Kepala SMA Negeri 1 Lawang nomor 800/601/421.102.831.001/2013 tentang


Pembagian Tugas Guru dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar, Tugas Tambahan, dan
Tugas Kepanitiaan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Yulianto, Muharyo Indro. 2008. Perancangan Balanced Scorecard pada Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama. Tesis, Jakarta: Program Studi Magister Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai