Makalah - 1 - Problematika Pembelajaran Daring

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalah


Kemajuan suatu bangsa di masa sekarang dan masa datang akan sangat ditentukan
generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa itu sendiri. Generasi muda yang
berkualitas dihasilkan dari adanya sistem pendidikan yang berkualitas pula. tidak
mungkin akselerasi kemajuan bangsa dapat terwujud di masa datang tanpa didukung
oleh kemajuan di bidang pendidikan. pendidikan merupakan investasi jangka panjang
yang sangat berharga dan bernilai luhur terutama bagi generasi muda yang akan
menentukan maju mundurnya suatu bangsa.1
Sejak awal tahun 2020 perubahan drastis dibidang pendidikan mulai mengalami
revolusi. Pembelajaran yang tadinya didominasi oleh pembelaajaran tatap muka harus
beralih dengan pembelajaran dalam jaringan (daring) di semua lembaga pendidikan.
Guna mencegah penularan Corona Virus Disease–19 (Covid-19), kebijakan pendidikan
banyak yang dilahirkan. Surat edaran yang diterbitkan Mendikbud Nomor 3 Tahun
2020 tentang pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan dan Nomor
36926/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran daring, para pendidik diharapkan
menghadirkan proses pembelajaran menyenangkan bagi siswa.2
Secara legal formal, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomer 109/2013 Pasal 2, menyebutkan bahwa tujuan PJJ adalah untuk memberikan
layanan pendidikan tinggi kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka, dan memperluas akses serta mempermudah layanan
pendidikan tinggi dalam pembelajaran. Dengan begitu dapat diartikan bahwa PJJ

1
Muhardi, “KONTRIBUSI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BANGSA INDONESIA”, XX.4 (2005)
92
2
Jeffry Handika dkk, Pembelajaran Sains Di Era Akselerasi Digital, 2020, Magetan Jawa Timur : CV AE MEDIA
GRAFIKA, h. 1-2.
adalah suatu sistem pendidikan yang memiliki karakteristik terbuka, belajar mandiri,
dan belajar tuntas dengan memanfaatkan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK)
dan/atau menggunakan teknologi lainnya, dan/atau berbentuk pembelajaran terpadu
perguruan tinggi.
Secara empirik realisasi kebijakan tersebut sangat bergantung pada berbagai faktor.
Pertama, pemerintah pusat mesti menjamin dengan menyediakan koneksi internet yang
lancar dan stabil, subsidi kuota, bantuan perangkat digital, dan peningkatan kapasitas
digital juga meminimalisir ketimpangan akses di berbagai wilayah. Harus ada alokasi
anggaran secara khusus utuk mendukung lancarnya kegiatan pembelajaran daring
tersebut. Pembelajaran daring tidak dapat dilakukan jika sekolah maupun orangtua
tidak memiliki kapasitas memadai untuk mengakses perangkatnya. Pembelajaran ini
tidak akan terjadi ketika guru dan siswa sama-sama tidak memiliki komputer,
handphone, atau kuota dan jaringan internet yang memadai untuk menunjang
pelaksanaan pembelajaran daring.
Karena pendidikan sangat penting untuk suatu Negara maka dalam keadaan apapun
pendidikan harus selalu diusahakan untuk berjalan dengan baik. Sehingga pemerintah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan seperti pembelajaran jarak jauh dan kebijakan lain
untuk mengupayakan pendidikan di Indonesia terus berjalan.
Pembelajarang daring ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum
sepenuhnya siap yang sejatinya dapat dilihat seluruh sekolah tingkat pendidikan
apapun 'dipaksa' bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba untuk melakukan
pembelajaran dari rumah melalui media daring. Problematika dunia pendidikan yaitu
belum seragamnya proses pembelajaran, baik standar maupun kualitas capaian
pembelajaran yang diinginkan. Hal ini tentu dirasa berat oleh pendidik dan peserta
didik. Terutama bagi pendidik, dituntut kreatif dalam penyampaian materi melalui
media pembelajaran daring. Ini perlu disesuaikan juga dengan jenjang pendidikan
dalam kebutuhannya. Dampaknya akan menimbulkan tekanan fisik maupun psikis
(mental). Maka dari itu, pemikiran yang positif, kreatif dan inovatif dapat membantu
mengatasi berbagai problematika dalam proses pembelajaran jarak jauh dengan
menerapkan media pembelajaran daring yang menyenangkan, sehingga menghasilkan
capaian pembelajaran yang tetap berkualitas. pembelajaran jarak jauh dengan
menggunakan media daring mengharapkan siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan
maksimal.
Proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemi Covid-19 ini seharusnya
tetap dapat mengakomodasi kebutuhan belajar siswa untuk mengembangkan bakat dan
minat sesuai dengan jenjang pendidikannya. Namun untuk mewujudkan hal tersebut
diperlukan kesiapan pendidik, kurikulum yang sesuai, ketersediaan sumber belajar,
serta dukungan peranti dan jaringan yang stabil sehingga komunikasi antar peserta
didik dan pendidik dapat efektif. Kondisi PJJ saat ini belum dapat disebut ideal sebab
masih terdapat berbagai hambatan yang dihadapi. Sejak 16 Maret 2020, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima sekitar 213 pengaduan baik dari orang
tua maupun siswa terkait pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Pengaduan tersebut
berkaitan dengan: Pertama, penugasan yang terlalu berat dengan waktu yang singkat.
Kedua, banyak tugas merangkum dan menyalin dari buku. Ketiga, jam belajar masih
kaku. Keempat, keterbatasan kuota untuk mengkuti pembelajaran daring. Dan kelima,
sebagian siswa tidak mempunyai gawai pribadi sehingga kesulitan dalam mengikuti
ujian daring.
Perubahan kondisi lingkungan belajar dari yang biasanya anak datang ke sekolah
menjadi tidak bisa datang ke sekolah terdakang terjadi dikarenakan suatu penyebab.
Penyebab perubahan cara belajar anak saat ini adalah masa pandemik Covid –19 yang
memaksa guru menggunakan cara pembelajaran yang berbeda dari biasanya yaitu
dengan daring. Pembelajaran daring dilakukan dengan menggunakan elektronik dalam
proses pelaksanaanya.
Pada saat inilah guru dituntut mampu melakukan pembelajaran daring dengan baik
demi menjaga kualitas pembelajaran yang mempengaruhi hasil pendidikan. Masa
pandemi Covid–19 yang memaksa guru menggunakan cara pembelajaran yang berbeda
dari biasanya yaitu dengan daring. Pembelajaran daring dilakukan dengan
menggunakan elektronik dalam proses pelaksanaanya. Pada saat inilah guru dituntut
mampu melakukan pembelajaran daring dengan baik demi menjaga kualitas
pembelajaran yang mempengaruhi hasil pendidikan. Selain itu berkaitan salah kode
etik guru yaitu tanggung jawab dan selalu meningkatkan kapasitas dan kualitas
profesinya. Sehingga guru harus siap untuk melakukan pembelajaran secara daring.
Kesiapan yang dimaksud adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan
teknologi, pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak lain (kolaborasi) dan keselarasan
pelatihan yang diikuti dengan dilakukannya latihan secara mandiri oleh guru.3
Perubahan cara pelaksanaan pembelajaran yang terjadi mengakibatkan inovasi
pembelajaran daring yang selama ini dilakukan oleh lembaga tertentu saat harus
dilakukan semua jenis lembaga pendidikan. Guru harus siap dalam melaksanakan
pembelajaran daring. Kesiapan guru dalam pembelajaran daring ini akan
mempertahankan tujuan dan kualitas pembelajaran. Perlu adanya pengukuran kesiapan
guru dalam pembelajaran daring sebelum pihak lembaga membentuk sistem
pembelajaran. Kesiapan guru dalam pembelajaran akan menentukan kesiapan lembaga
untuk melakukan pembelajaran daring pula. Kesiapan guru dalam pembelajaran daring
di lembaga pendidikan harus mempunyai kemampuan penggunaan teknologi serta
kemampuan berkomunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
subjek yang lingkungan subjek.

3
Waryanto, N. H., & Setyaningrum, W. (2014). E-Learning Readiness In Indonesia : A Case Study In Junior
High School Yogyakarta. International Seminar on Innovation in Mathematics and Mathematics Education
1st ISIM-MED, 1, 645–654.
Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan membahas tentang Problematika
Pembelajaran Daring, dengan judul: “Problematika Pembelajaran Daring Tingkat
Madrasah Ibtidaiyah”.

B. Permasalahan

Permasalahan yang diketengahkan dalam makalah ini dirumuskan sebagai


berikut: Bagaimana Problematika Pembelajaran Daring Tingkat Madrasah
Ibtidaiyah

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk membahas problematika pembelajaran daring yang diselenggarakan oleh
tingkat Madrasah Ibtidaiyah.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya dan kesiapan para tenaga pendidik
Madrasah Ibtidaiyah dalam menghadapi problematika pembelajaran daring.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar” yang memiliki arti suatu bentuk
usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam belajar seseorang akan
memperoleh pengertian yang lebih luas serta mengumpulkan pengalaman untuk
menghadapi situasi yang akan datang. Karena proses belajar adalah proses jangka
panjang.4
Sedangkan pembelajaran adalah segala aktifitas atau kegiatan dalam proses
pendidikan atau belajar mengajar baik yang mencakup tentang perencanaan sampai
tujuan untuk mendapatkan efektifitas pembelajaran. Pembelajaran terkait dengan
bagaimana (how do) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat
belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa
(what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta
didik.5
Menurut Bagne dalam Abdul Rachman Shaleh mengungkapkan bahwa
pembelajaran diartikan sebagai acara dari peristiwa eksternal yang dirancang oleh guru
guna mendukung terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Kegiatan
pembelajaran lebih menekankan kepada semua peristiwa yang dapat berpengaruh
secara langsung kepada efektivitas belajar siswa, dengan kata lain pembelajaran adalah
upaya guru agar terjadi peristiwa belajar yang dilakukan siswa.6

4
Abdul Manab, Manajemen Kurikulum Pembelajaran di Madrasah (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 163
5
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 145
6
Abdur Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: Raja Gratindo Perdasa, 2004),
217
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik,
namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara
pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan
sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat
peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah usaha yang
dilakukan untuk memudahkan proses internal yang berlangsung ketika seseorang
belajar, serta upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
peserta didik agar mencapai tujuan tertentu.

B. Konsep pembelajaran Daring


Pembelajaran daring yaitu program penyelenggaraan kelas belajar untuk
menjangkau kelompok yang masif dan luas melalui jaringan internet. Pembelajaran
dapat dilakukan secara masif dengan jumlah peserta yang tidak terbatas, bisa dilakukan
secara gratis maupun berbayar .7

7
Bilfaqih Y & Qomarudin Nur M. (2015). Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring.Yogyakarta:
Deepublish.
Sedangkan menurut Thome pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi multimedia, video, teks online animasi, pesan suara, email,
telepon konferensi, dan video streaming online8
Sehingga pembelajaran daring dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang
dalam pelaksanaannya menggunakan jaringan internet, intranet dan ekstranet atau
komputer yang terhubung langsung dan cakupannya global (luas). Kehadiran aplikasi
pembelajaran daring saat ini pun menjadi solusi efektif untuk memudahkan kegiatan
belajar mengajar secara online bagi para guru dan siswa. Kehadiran platform belajar
daring yang semakin mudah ditemukan tentu membantu pelajar di Indonesia tetap
aman belajar di rumah, tanpa dibatasi tempat dan waktu. Dengan hadirnya aplikasi
pembelajaran daring terpercaya di Indonesia, kegiatan belajar mengajar akan tetap
efektif dan efisien.
Menurut Charismiadji (2020:10) secara proses, model pembelajaran modern ini
sudah diatur dalam Permendikud No.22 Tahun 2016 tentang Standar Proses dengan
prinsip sebagai berikut:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar;
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4) Dari pembelajaran persial menuju pembelajaran terpadu;
5) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8
Kuntarto Eko. (2017). Keefektifan Model Pembelajaran Daring dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi.
8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepajang hayat;
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan membari keteladanan (ing
ngarso sing tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangka kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan masyarakat;
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah peserta didik, dan dimana saja adalah kelas;
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efesisensi dan efektivitas pembelajaran;
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peseta didik.

C. Faktor Yang mempengaruhi Efektivitas pembelajaran


Era globalisasi membawa dampak yang sangat luas, termasuk dalam dunia
pendidikan. Salah satu dampak globalisasi dalam pendidikan yang saat ini sedang
berkembang adalah pemanfaat daring dalam proses pembelajaran daring merupakan
bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, video/audiobroadcasting,
video/audioconferencing, CDROOM (secara langsung dan tidak langsung).
Seperti halnya pola pembelajaran daring saat ini dalam menilai efektivitas
pembelajaran bisa dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon
siswa terhadap pembelajaran dan penguasaan konsep siswa. Pembelajaran daring saat
ini menjadi populer karena potensi yang dirasakan untuk menyediakan layanan akses
konten lebih fleksibel, sehingga memunculkan beberapa keuntungan dalam
penerapannya seperti meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan
memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran.
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective/berhasil guna) jika mencapai sasaran
atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Disamping itu, yang
juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat siswa. Guru pun
diharapkan memperoleh pengalaman baru sebagai hasil interaksi dua arah dengan
siswanya.9 Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik atau efektif,
jika kegiatan belajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Adapun penentuan
atau ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada proses pembelajaran dan
hasilnya. Terdapat tujuh indikator yang menunjukan pembelajaran yang efektif,
diantaranya yaitu:
a. Pengorganisasian Materi yang Baik
Pengorganisasian merupakan cara mengurutkan materi yang akan
disampaikan secara logis dan teratur, sehingga dapat dilihat adanya keterkaitan
yang jelas antara topik yang satu dengan topik yang lainya selama pertemuan
berlangsung. Dalam pengorganisasian materi ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya yaitu: perincian materi, urutan materi dari yang mudah
ke yang sukar, dan keterkaitan antara materi dan tujuan.
b. Komunikasi yang Efektif
Kecakapan dalam penyajian materi termasuk pemakaian media dan alat
bantu atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa.
c. Penguasaan dan Antusiasme Terhadap Materi Pelajaran
Materi merupakan salah satu bagian pokok dalam pembelajaran. Oleh
karena itu seorang guru dituntut agar mampu menguasai materi pelajaran
dengan baik dan benar. Selain itu juga guru, seorang guru harus mampu
mengorganisasikan dan menghubungkan materi yang diajarkan dengan
9
Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2011), hal. 163.
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga proses pembelajaran
menjadi hidup.
d. Sikap Positif terhadap Siswa
Sikap positif mempunyai peran penting yaitu memberikan dorongan dan
membangkitkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
e. Pemberian Nilai yang Adil
Pemberian informasi sejak awal terhadap kompetensi yang harus dikuasai
siswa dalam proses belajar berdampak terhadap motivasi siswa dalam mengikuti
belajar, sehingga hal tersebut berkontribusi terhadap nilai pelajaran siswa.
Keadilan untuk pemberian nilai dapat tercermin melalui kesesuaian tes dengan
materi yang diajarkan, sikap konsistensi terhadap tujuan, usaha siswa untuk
mencapai tujuan, usaha siswa untuk mencapai tujuan, kejujuran siswa dalam
memperoleh nilai, serta umpan balik terhadap hasil yang dicapai siswa.
f. Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran sangat berkaitan dengan beberapa karakteristik
diantaranya karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan berbagai
hambatan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
g. Hasil Belajar Siswa yang Baik
Memberikan penilaian terhadap hasil belajar merupakan suatu yang mutlak
yang harus dilakukan oleh guru. Dalam melakukan penilaian terhadap hasil
belajar, seorang guru harus mempunyai indikator atau petunjuk untuk
memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa.10
D. Karakteristik Peserta didik Tingkat MI
Pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan perkembangan peserta
didik MI dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pembelajaran di
MI, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam
10
Hamzah. B Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
hal. 174-190.
memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak
tersebut. Secara ideal, dalam pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah dan
guru juga harus dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan
siswanya dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa seperti pemenuhan
kebutuhan fisik, pemenuhan kebutuhan rasa aman, pemenuhan kebutuhan rasa
kasih sayang atau penerimaan, dan sebagainya. Dengan memahami karakteristik
peserta didik MI kelas tinggi tentunya juga dapat di implikasikan terhadap
pembelajaran.
Pengenalan karakteristik siswa perlu dilakukan berdasarkan yuridis dan
teoritik.pertama peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan bahwa pengembangan pembelajaran dilakukan dengan
memperlihatkan tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan siswa.
Selanjutnya, secara teoritik siswa berbeda dalam banyak hal yang meliputi
perbedaan fitrah individual disamping perbedaan latar belakang keluarga, sosial,
budaya, ekonomi,dan lingkungannya.
Kegiatan belajar mengajar tentunya ada interaksi antara guru dan siswanya
juga mempunyai tugas, siswa yang bertugas untuk belajar dan guru bertugas
membimbing siswa dalam belajar. Dalam kegiatan belajar tentunya diharapkan
hasil tujuan pembelajaran tertentu yang meliputi dari tujuan umum dan
khusus.maka dari itu guru sebagai seorang pendidik harus menjadikan
karakteristik siswa sebagai standar bagi perencaan dan pengelolaan proses
belajar mengajar.
Karakteristik siswa harus sesuai dengan tahap-tahap perkembangan siswa
seperti, keberhasilan dalam bidang akademik di Madrasah Ibtidaiyah menjadi
hal pokok sebagai salah satu pencapaian keberhasilan seorang siswa, maka dari
itu penghargaan dari mereka yang memiliki kemampuan akademis tinggi akan
sangat berdampak.
Karakteristik umum pada dasarnya menggambarkan tentang kondisi siswa
seperti usia, kelas, pekerjaan dan gender. Karakteristik siswa adalah ciri khusus
yang dimiliki oleh masing-masing siswa baik sebagai individu atau kelompok
sebagai pertimbangan dalam proses pengorganisasian pembelajaran.
Penjabaran karakteristik awal siswa yaitu salah satu upaya yang dilakukan
untuk memperoleh pemehaman tentang tuntutan bakat, minat, kebutuhan, dan
kepentingan siswa berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu.
Tahapan ini sangat signifikan mengingat banyak pertimbangan seperti
perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta
kepentingan program pendidikan atau pembelajran tertentu yang akan diikuti
siswa.
Tingkatan kelas di Madrasah Ibtidaiyah dapat dibagi menjadi dua yaitu kelas
atas dan kelas rendah.Pertama, Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, tiga.
Kedua, kelas tinggi Madrasah Ibtidaiyah yang terdiri dari kelas empat, lima, dan
enam.
Di Indonesia, perkiraan usia sekolah dasar yaitu diantara 6 atau 7 tahun
sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun
sampai 12 tahun dan pada tahapan ini anak atau siswa berusaha semakin ingin
mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman
sebayanya. Untuk itu sekolah memiliki tanggung jawab untuk
menanggulanginya. Tugas-tugas perkembangan yang tercapai pada masa kanak-
kanak akhir usia 6 sampai 13 tahun akan mempunyai keterampilan.
Keterampilan yang dicapai diantaranya social-help skill dan play skill. Social --
help skill untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah dan di tempat
bermain misalnya membersihkan halaman, merapikan meja dan kursi.
Sedangkan play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar,
menangkap, berlari, keseimbangan anak yang mampu membuat penyesuaian-
penyesuain yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat.pada masa
perkembangan sosial terjadi sangat cepat. Anak berubah dari self centered yang
egoistis, yang suka bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai
menyesuaikan diri dengan kelompoknya.
Dalam hubungan dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam
bermasyarakat,seperti dalam hal bekerjasama dengan anak lain, menerima
tanggung jawab, membela anak lain jika ada yang diperlakukan tidak adil, dan
secara sportif menerima kekalahan, dikarenakan anak ada kalanya anak
mengalami kesulitan dalam melakukannya, bahkan berbalik arah untuk
melakukan tindakan yang merugikan dengan melakukan perilaku kenakalan.
Siswa yang ditingkat Madrasah Ibtidaiyah cenderung mempunyai tingkat
berpikir konkret, untuk itu seorang guru membutuhkan media yang dapat
memberikan pengalaman belajar yang bersifat real kepada siswanya dalam
menghadapi kelas dengan siswa yang sangat variatif, maka cara yang dapat
dilakukan oleh guru yaitu melakukan aktifitas pembelajaran yang bersifat umum
yang dapat diterima oleh semua siswa yang terdapat di kelas.
Pemahaman tentang karakteristik siswa juga akan memudahkan guru untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang siswa yang akan menempuh
program pembelajaran. Berpikir melalui kemampuan awal siswa berfungsi
untuk pengelolaan proses belajar mengajar berlangsung. Pada hal inilah guru
harus memperhatikan kemampuan awal siswanya untuk mengetahui apakah
perlu mengadakan perubahan tujuan instruksional khusus yang telah ditetapkan
sebelumnya atau tidak.
Kemampuan awal siswa meliputi hal-hal seperti taraf intelegensi, daya
kreatifitas, kemampuan berbahasa, kecepatan belajar, kadar motivasi belajar,
sikap terhadap tugas belajar, minat dalam belajar, perasaan dalam belajar, dan
kondisi mental dan fisik. Kemampuan awal siswa yang dilakukan untuk mencari
dan menemukan informasi atau data tentang kemampuan yang dimiliki siswa
sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan ini
sangat signifikan untuk mencapai hasil akhir yang dimiliki siswa (kemampuan
akhir siswa sesuai dengan tujuan instruksional khusus dan umum). Proses
belajar mengajar juga harus mencapai antara kemampuan awal siswa dengan
kemampuan akhir siswa tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Problematika Pembelajaran Daring


Sejak diumumkan pemerintah mengenai kasus pertama Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) pada bulan Maret 2020 yang lalu, Indonesia kemudian dihadapkan pada
masa pandemi. Hampir seluruh sektor kehidupan terdampak, tidak terkecuali di sektor
pendidikan. Covid-19 ini menular begitu cepat dan telah menyebar hampir ke semua
negara, termasuk Indonesia, sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjadikan
wabah ini sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020. Di sektor pendidikan,
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah
menerapkan kebijakan learning from home atau belajar dari rumah (BDR) terutama
bagi satuan pendidikan yang berada di wilayah zona kuning, oranye dan merah. Hal ini
mengacu pada Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan
Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik
2020/2021 di masa Covid-19. Bagi satuan pendidikan yang berada di zona hijau, dapat
melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol
kesehatan.
Pembelajaran daring ini menjadi sebuah pilihan yang tidak terelakkan bagi institusi
pendidikan. Di tengah pandemi Covid-19, metode pembelajaran ini dapat menjadi
solusi agar proses belajar mengajar dapat tetap berlangsung. Guru tetap bisa mengajar
dan peserta didik tetap bisa belajar di rumah selama pandemi ini. Pembelajaran daring
identik dengan pemanfaatan fitur teknologi berbasis internet, yang sangat bergantung
pada ketersediaan teknologi informasi.
Salah satu potret salah satu problematika pembelajaran daring adalah ketidaksiapan
guru dan peserta didik terhadap pembelajaran daring. Perpindahan sistem belajar
konvensional ke sistem daring secara tiba-tiba (karena pandemi covid-19) tanpa
persiapan yang matang. Akhirnya, sejumlah guru tidak mampu mengikuti perubahan
dengan pembelajaran berbasis teknologi dan informasi.
Disamping itu, konten materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa
dipahami semua peserta didik. Sebab konten materi ini disajikan dalam bentuk e-book
yang disajikan per bab, materi berbentuk powerpoint, dan dalam bentuk video
pembelajaran. Mungkin materi dapat dipahami, tetapi pemahaman peserta didik tidak
komprehensif. Mereka memahami berdasarkan tafsiran atau sudut pandang mereka
sendiri. Ditambah
Disi lainnya juga terdapat permasalahan peserta didik diantaranya, :11
Pertama, peserta didik kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran
daring meskipun mereka didukung dengan fasilitas yang memadai dari segi
ketersediaan perangkat komputer, handphone/gadget, dan jaringan internet. Kurangnya
kepedulian akan pentingnya literasi dan pengumpulan tugas portofolio, sering
menghambat jalannya BDR. Tugas yang seharusnya dikumpulkan dalam tenggang
waktu satu minggu sering molor menjadi dua minggu.
Kedua, peserta didik tidak memiliki perangkat handphone/gadget yang digunakan
sebagai media belajar daring, kalaupun ada, itu milik orangtua mereka. Jika belajar
daring, mereka harus bergantian menggunakannya dengan orangtua, dan mendapat
giliran setelah orangtua pulang kerja. Ada yang pulang di siang hari, sore hari, bahkan
malam hari. Sementara itu umumnya jadwal pembelajaran daring di sekolah dilakukan
mulai pagi hari hingga siang hari.
Ketiga, sejumlah peserta didik tinggal di wilayah yang tidak memiliki akses
internet. Mereka tidak dapat menerima tugas yang disampaikan oleh guru baik melalui
whatsapp atau kelas maya.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring ini membuat keterbatasan
guru dalam melakukan kontrol saat berlangsungnya pembelajaran daring yang nantinya
kan mempengaruhi kualitas pembelajaran dan dari peserta didik berupa
kekurangaktifan mengikuti pembelajaran, keterbatasan fasilitas pendukung dan akses

11
Pengalaman Baik Mengajar di Masa Pandemi Covid-19 Mapel Bahasa Indonesia (Kemdikbud, 2020)
jaringan internet, sementara dari orangtua berupa keterbatasan waktu dalam
mendampingi anaknya di saat pembelajaran daring.
B. Kesiapan Guru dalam Menyesuaikan Pembelajaran Darurat
Guru sebagai seorang pendidik dituntut untuk selalu mumpuni dalam setiap
kinerjanya dan fleksibel atau mengikuti sesuai dengan perkembangan arus pendidikan
dan keadaan yang ada. Yang dimana saat ini guru diminta untuk melakukan kegiatan
pembelajaran yang awalnya melalui tatap muka menjadi kegiatan pembelajaran daring
dengan menggunakan teknologi pembelajaran yang tersedia sekarang.
Pada saat ini kemampuan penguasaan pembelajaran daring bagi guru dirasakan
masih kurang dan jauh dari kata baik, karena adanya pandemi yang mendadak ini
mengakibatkan kurangnya informasi yang diterima oleh guru dan pelatihan yang
dilakukan sebelumnya sehingga beberapa guru kurang siap untuk mengadaptasikan
pola pembelajaran daring. Keefektifan pembelajaran daring pim masih kurang karena
guru tidak langsung bisa mengawasi dan berinteraksi dalam proses belajar siswa dan
tidak mengetahui apakah siswa paham atau dengan materi karena terbatasnya materi
elektronik yang dimiliki oleh guru dan juga apabila tidak diawasi dan dibimbing oleh
guru sendiri apakah siswa mengerjakan sendiri tugas yang telah diberikan.
Pembelajaran daring juga mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan
siswa bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat
terbentuknya values dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran saat ini menjadi hal
baru yang dirasakan oleh guru maupun peserta didik.12
Guru saat ini diperhadapkan dengan tantangan mengenai penyajian pembelajaran
yang terencana dan efektif di keterbatasan waktu. Kemudian merancang atau mencari
bahan belajar yang sesuai dengan bahan materi dan adanya peserta didik yang mangkir
dalam pembelajaran daring. Padahal hanya cara ini yang dapat digunakan pada
pandemi. Namun saat belajar daring tidak semua pelajar dapat langsung mengerti dan
12
Putria, H., Maula, L H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran Dalam Jaringan (DARING)
Masa Pandemi COVID-19 pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. 4(4).( 861 – 872).
untuk membuat mengerti pun sulit. Sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk
penugasan.
Belajar daring ini, guru pun harus memantau karakter peserta didik pada saat
memberikan penjelasan materi, guru pun harus kreatif menyelipkan kata-kata yang
dapat membangun karakter peserta didik. Guru juga harus memberikan umpan balik
pada pembelajaran agar peserta didik lebih serius dalam belajar. Tantangan tidak kalah
penting mengajar peserta didik yang pertama kali masuk pelajaran baru. Pastinya, guru
harus membimbing peserta didik untuk tetap tangguh selama pembelajaran yang sangat
berbeda sekarang ini. Guru yang mendidik, bukan menjadi guru yang hanya mencatat
tugas dan memberikan tugas yang banyak dengan rentang waktu yang sedikit.

C. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Daring


Solusi dalam kegiatan pembelajaran daring dengan menampilkan berbagai
software yang dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran, sekarang ini para
guru dapat merancang pembelajaran berbasis komputer, dengan menggunakan salah
satu bahasa pemrograman. Hal ini dapat memberikan variasi dalam mengajar. Seorang
guru tidak harus selalu menjejali siswa dengan infornasi yang membosankan. Dengan
menggunakan teknologi informasi seorang guru dapat memanfaatkan komputer sebagai
total teaching di mana guru hanya sebagai fasilitator dan peserta didik dapat belajar
dengan berbasis komputer baik dengan menggunakan model pembelajaran drills,
tutorial, simulasi ataupun instructional games. Dengan didukung kehadiran internet
saat ini yang menambah kemudahan dan variasi didalam pembelajaran daring.
Media belajar untuk siswa yang daring pun haruslah mudah untuk diakses.
Masalah jaringan dan perangkat menjadi kendala sendiri bagi siswa jika media yang
digunakan guru besar ukurannya. Misalnya membuat media video, guru bisa membuat
dengan waktu yang singkat dan ukurannya kecil supaya siswa tidak keberatan saat
mendownload atau menonton di perangkatnya. Dalam proses pembelajaran daring
guru juga bisa membuat banyak sekali variasi model pembelajaran. Walaupun
prakteknya saat melakukan meeting melalui zoom atau google meet, guru akan lebih
dominan daripada siswa, guru bisa menyisipkan kegiatan yang menarik buat siswa
seperti ice breaking. Dalam pembawaannya guru harus terlihat gembira, membuat
suasana yang ceria dan pintar-pintar dalam mengawasi siswa yang kadang ada siswa
tidak termotivasi ikut belajar daring. Jika pembelajarannya melalui aplikasi whatsapp,
guru jangan hanya memberi tugas terus, tetapi juga memberikan materi untuk bisa
digunakan siswa sebagai bahan belajar.
Kunci dari pembelajaran daring ini adalah membuat pembelajaran yang simpel,
mudah diakses, menyenangkan dan jangan sampai siswa merasa jenuh karena
pembelajaran daring ini dapat terlaksana dengan maksimal asalkan semua pihak yang
terkait bisa bekerjasama dengan baik dan lancar dalam memberikan hak-hak siswa.
Masa pandemi jangan selalu dijadikan alasan terhadap menurunnya semangat belajar
dan mengajar.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran daring atau online selama masa pandemi covid-19 masih menjadi
tantangan bagi masyarakat Indonesia terutama orang tua, murid, dan juga guru. Bukan
hanya karena masalah teknis yang menjadi keluhannya, tetapi juga problematika
lainnya yang cukup menguras energi.
Harus ada upaya maksimal dari semua pihak untuk mewujudkan pembelajaran
daring yang lebih maksimal dalam pelaksanaanya. Tidak terkecuali keberadaan guru
sebagai tenaga pendidik kepada peserta didik diharapkan mempunyai inovasi dalam
pelaksanaan pembelajaran daring agar peserta didik tidak cepat bosan pada saat
pembelajaran berlangsung.
Untuk itu evaluasi secara komprehensif perlu dilakukan pemangku kepentingan,
dari pihak sekolah, komite sekolah, tokoh masyarakat, para orang tua, wali murid serta
Dinas Pendidikan perlu dilakukan agar kualitas pendidikan tidak merosot. Karena
pendidikan adalah investasi jangka panjang bagi sebuah bangsa. Menyangkut masa
depan.

B. Saran-Saran
Dari uraian diatas, maka penulis mencoba memberikan saran-saran kepada pihak
sekolah antara lain :
1. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan mengadakan rapat secara berkala melalui grup
whatsapp selama masa belajar dirumah agar mengetahui apa saja yang menjadi
hambatan-hambatan guru selama pelaksanaan kelas daring pada masa pandemi
covid-19.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa
agar siswa konsentrasi selama pembelajaran yang dilakukan secara daring
(online) berlangsung.
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan terus mengulang materi pembelajaran yang belum
dimengerti dan mendiskusikannya dengan orang tua agar kesulitan yang dialami
selama belajar daring dapat teratasi.
4. Bagi Orang Tua / Wali Murid
Orang tua diharapkan selalu mendampingi siswa pada saat pembelajaran
sedang berlangsung agar siwa bisa berkonsentrasi dan tidak jenuh dan juga
mengajak siswa mengulang kembali agar siswa tidak cepat lupa dengan materi.

Daftar Pustaka
Abdul Manab, Manajemen Kurikulum Pembelajaran di Madrasah (Yogyakarta:
Kalimedia, 2015)
Abdur Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: Raja
Gratindo Perdasa, 2004)
Bilfaqih Y & Qomarudin Nur M. (2015). Esensi Pengembangan Pembelajaran
Daring.Yogyakarta: Deepublish.
Hamzah. B Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
Jeffry Handika dkk, Pembelajaran Sains Di Era Akselerasi Digital, 2020, Magetan
Jawa Timur : CV AE MEDIA GRAFIKA
Kuntarto Eko. (2017). Keefektifan Model Pembelajaran Daring dalam Perkuliahan
Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai
Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011)
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001)
Muhardi, “KONTRIBUSI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
BANGSA INDONESIA”, XX.4 (2005)
Putria, H., Maula, L H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran
Dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu. 4(4)
Waryanto, N. H., & Setyaningrum, W. (2014). E-Learning Readiness In Indonesia :
A Case Study In Junior High School Yogyakarta. International Seminar on Innovation in
Mathematics and Mathematics Education 1st ISIM-MED

Anda mungkin juga menyukai