TUGAS INDIVIDU MAHASISWA Manja P 01

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU MAHASISWA : PATHWAY

DISPLASIA PERKEMBANGAN PINGGUL (DEVELOPMENTAL DYSPLASIA OF HIP)

OLEH :
MANJA PRIHATININGRUM
022.01.3980

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN 2023
Displasia Perkembangan Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)
Pengertian
Displasia perkembangan pinggul (DDH), juga disebut displasia pinggul atau dislokasi
pinggul bawaan (CHD), adalah gangguan perkembangan yang menyebabkan bayi lahir
dengan pinggul tidak stabil. Kondisi ini mengakibatkan sendi pinggul terbentuk secara
abnormal pada tahap awal perkembangan janin.
1. Penyebab
Displasia pinggul disebabkan oleh asetabulum (mangkuk) yang tidak menutup kepala femur
(bonggol) dengan sempurna
Sebelum bayi lahir, rahim dapat menjadi begitu sesak sehingga bonggol sendi peluru pada
pinggul bayi terdesak dari tempatnya. Sendi pinggul pada bayi baru lahir tersusun atas tulang
rawan halus yang mengeras menjadi tulang setelah bayi lahir. Oleh karena itu, jika bonggol
tidak secara pas terpasang pada mangkuknya, mangkuk ini tidak akan berkembang sempurna
untuk menutupi seluruh bonggol. Mangkuk tersebut menjadi dangkal dan pinggul menjadi
tidak stabil.
Terbatasnya ruang dalam rahim dipengaruhi sejumlah faktor, antara lain:
• Kehamilan sungsang
• Kehamilan pertama
• Ukuran bayi besar
• Kecilnya ukuran rahim sehingga tidak cukup ruang di dalamnya

2. Proses penyakit
Pembentukan sendi panggul sangat bergantung pada hubungan dinamis antara tulang paha
dan asetabulum. Setiap gangguan pada kontak yang tepat antara keduanya di dalam rahim
atau pada masa bayi menyebabkan DDH.
Tunas ekstremitas bawah berkembang sekitar empat minggu, kondroblas berkumpul untuk
membentuk tulang sendi panggul di masa depan. Pada usia enam minggu, tulang rawan
berkembang menjadi diafisis femur, prekartilago menjadi kepala femoral di masa depan, yang
tidak dapat dibedakan dari acetabulum. Sel blastema membentuk proyeksi trokanterika.
Pada minggu ke 7, Interzone membedakan sisi sendi panggul. Acetabulum proksimal
terbentuk sebagai cekungan dangkal pada 65 derajat; ini nantinya harus semakin dalam
hingga 180 derajat, di bagian distal kepala femoral dan tulang rawan artikular. Lapisan tengah
mengalami autolisis membentuk ruang sendi, membran sinovial, dan ligamen teres. Pada
minggu ke-11, sendi panggul sudah dapat dikenali. Namun pertumbuhan kaput femoralis in
utero lebih cepat dibandingkan dengan asetabulum, sehingga menyebabkan cakupan kaput
femoralis kurang, sehingga setiap gangguan pada kontak akan menyebabkan perkembangan
abnormal.
Bedong dalam posisi ekstrim (pinggul memanjang, adduksi, tidak bergerak) mengakibatkan
kontak yang tidak tepat antara acetabulum dan tulang paha menghambat perkembangan
pinggul yang tepat. Acetabulum terus berkembang hingga usia 5 tahun.
Kontak ganas dalam jangka waktu lama menyebabkan perubahan kronis seperti hipertrofi
kapsul, ligamen teres, pembentukan tepi asetabus yang menebal (neolimbus), yang
selanjutnya mencegah kontak, dan mencegah relokasi kepala femoralis.

3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang paling penting adalah pemeriksaan USG,pada bayi yang agak besar
atau anak-anak dapat dilakukan rontgen.
1) Rontgen : menunjukkan lokasi / luasnya fraktur / trauma
2) Scan tulang, tonogram, CT scan / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

4. Masalah Keperawatan (sdki)


Penanganan bervariasi sesuai keparahan manifestasi klinis, usia anak, dan tingkat
dysplasia. Jika dislokasi terkoreksi pada pada beberapa hari pertama sampai beberapa
minggu kehidupan, kesempatan untuk berkembangnya pinggul normal akan lebih besar.
Selama periode neonatal, pengaturan posisi dan mempertahankan pinggul tetap fleksi dan
abduksi dapat dicapai dengan menggunakan alat bantu pengoreksi. Antara usia 6 dan 18
bulan, traksi digunakan diikuti dengan imobilisasi gips. Jika jaringan lunak menghalangi
dan menyulitkan penurunan dan perkembangan sendi, dilakukan reduksi tertutup maupun
terbuka (bergantung pada apakah ada atau tidak kontraktur otot-otot adductor dan
kesalahan letak kaput femur yang terjadi) dan gips spika pinggul di pasang

5. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif :
- Ibu klien mengatakan anaknya tidak Gangguan Hambatan mobilitas
aktif dalam pergerakan muskuloskeletal fisik
- Ibu klien mengatakan anaknya rewel
- Ibu klien mengatakan anaknya kurang
bisa mengangkat kakinya keatas

Data Objektif :
- Klien terdapat keterbatasan gerak
pada saat abduksi dan adduksi
panggul
- Kaki kiri terlihat lebih pendek dari
kaki kanan
- Penurunan kemampuan melakukan
keterampilan motoric kasar
- Hasil USG didapatkan hip kiri dengan
besar sudut α 49,2o dan sudut β 50o
- Pemeriksaan Barlow dan Ortholani
manuver (+)

2 Data Subjektif :
- Ibu klien mengatakan cemas dengan Stressor Ansietas
keadaan anaknya
- Ibu klien mengatakan bahwa ini
adalah anak pertamanya
- Orang tua klien bertanya-tanya
apakah anaknya bias normal kembali

Data Objektif :
- Ibu klien tampak cemas
- Ibu klien tampak sedih
- Wajah ibu klien tampak pucat dan
tegang

3 Data Subjektif : Kurang informasi Defisiensi pengetahuan


- Ibu klien mengatakan sering
membedong kaki anakmya dengan
alasan ingin kaki anaknya lurus
- Ibu klien mengatakan tidak
mengetahui informasi tidak boleh
membedong erat kaki bayi
- Ibu klien mengatakan baru
mengetahui keadaan anaknya sejak 1
minggu yang lalu saat memandikan
dan membedong bayi
- Ibu klien mengatakan bahawa bayi
merupakan anak yang pertama jadi
belum banyak memiliki pengalaman

Data Objektif :
- Ibu klien tampak cemas dan sedih
- Ibu klien sering bertanya-tanya
penyebab DDH pada anaknya
- Ibu klien dan keluarganya tampak
tampak kurang informasi
6. Diagnosa Keperawatan

No Diangnosa Keperawatan NOC NIC


1 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan a. Monitoring vital
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 sign sebelm/sesudah
gangguan jam diharapkan gangguan latihan dan lihatrespon
muskulosekeletal mobilisasi fisik klien pasien saat latihan
teraasi dengan kriteria b. Konsultasikan
hasil : dengan terapi fisik
a. Klien meningkat tentang rentang ambulasi
dalam aktivitas sesuai dengan kebutuhan
fisik c. Bantu klien untuk
b. Mengerti tujuan menggunakan tongkat
dari peningkatan saat berjalan dan cegah
mobilitas terhadap cedera
c. Memverbalisasikan d. Ajarkan pasien atau
perasaan dalam tenaga kesehatan lain
meningkatkan kekuatan tentang teknik ambulasi
dan kemampuan e. Kaji kemampuan
berpindah pasien dalam mobilisasi
d. Memperagakan
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi.
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Gunakan
dengan stresor keperawatan selama 1x 24 pendekatan yang
jam di harapkan ansietas menenangkan
klien terratasi dengan b. Jelaskan semua
kriteria hasil : prosedur dan apa
a. Klien mampu yang dirasakan
mengidentifikasi selama prosedur
dan c. Pahami prespektif
mengungkapkan pasien terhadap
gejala cemas. situasi stress
b. Mengidentifikasi, d. Dorong pasien
mengungkapkan untuk
dan menunjukkan mengungkapkan
tehnik untuk perasaan,
mengontrol cemas. ketakutan, persepsi
c. Vital sign dalam e. Instruksikan pasien
batas normal. menggunakan
d. Postur tubuh, teknik relaksasi
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivfitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
3 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan a. Berikan penilaian
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 tentang tingkat
kurang informasi jam di harapkan defisiensi pengetahuan pasien
klien teratasi dengan kriteria tentang proses
hasil : penyakit yang
a. Pasien dan keluarga spesifik
menyatakan b. Beri tahhu tanda dan
pemahaman tentang gejala yang biasa
penyakit, kondisi, muncul pada
prognosis, dan penyakit, dengan cara
program pengobatan yang tepat
b. Pasien dan keluarga c. Intruksikan pada
mampu melaksakan pasien mengenal
prosedur yang tanda dan gejala
dijelaskan secara untuk melaporkan
benar pada pemberi
c. Pasien dan keluarga perawatan kesehatan,
mampu menjelaskan dengan cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan d. Diskusikan
perawat/tim perubahan gaya
kesehatan lainnya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
dimasa yang akan
datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
e. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
7. Rencana Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengkajian muskuloskeletal
a. Fungsi motorik kasar

1) Ukuran otot : adanya atrofi atau hipertrofi otot ; kesimetrisan massa otot

2) Tonus otot : spastisitas, kelemahan, rentang gerak terbatas

3) Kekuatan

4) Gerakan abnormal : tremor, distonia, atetosis

b. Fungsi motorik halus

1) Manipulasi mainan

2) Menggambar

c. Gaya berjalan : ayunan lengan dan kaki, gaya tumit – jari

d. Pengendalian postur

1) Mempertahankan posisi tegak

2) Adanya ataksia

3) Bergoyang-goyang

e. Persendian

1) Rentang gerak

2) Kontraktur

3) Kemerahan, edema, nyeri

4) Tonjolan abnormal

f. Tulang belakang

1) Lengkung tulang belakang : skoliosis, kifosis

2) Adanya lesung pilonidal

g. Pinggul
1) Abduksi

2) Adduksi

2. Criteria pengkajian

a. Maneuver ortolani

b. Maneuver barlow

c. Tanda galeazzi

d. Uji trendelenburg

3. Kaji tanda – tanda iritasi kulit

4. Kaji respon anak terhadap traksi dan imobilisasi dengan adanya gips spika.

5. Kaji tingkat perkembangan anak

6. Kaji kemampuan pasien untuk mengelola perawatan gips spika di rumah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi

3. Gangguan bodi image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh

C. Rencana Tindakan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dislokasi
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang

Criteria hasil : Nyeri berkurang, Klien tampak tenang

• Kaji tingkat nyeri

Rasional : Untuk mengetahui skala Nyeri

• Atur posisi senyaman mungkin

Rasional : Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri


• Ajarkan tekhnik relaksasi

Rasional : Merelaksasi otot-otot tubuh

• Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Menghiangkan rasa nyeri

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri saat mobilisasi


Tujuan : Klien dapat bergerak bebas

Criteria hasil : Klien dapat bergerak bebas

• Kaji tingkat mobilisasi klien

Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan


selanjutnya

• Beri latihan ROM

Rasional : Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang
berkurang karena proses penyakit atau kecelakaan

• Anjurkan alat bantu jika dibutuhkan


Rasional : membantu dalam melakukan suatu hal

3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh tujuan : Masalah
klien teratasi
Criteria hasil : Klien dapat menungkapkan masalahnya

• Kaji konsep diri

Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan


selanjutnya

• Bantu klien mengungkapkan masalahnya

Rasional : Memberikan minat dan perhatian serta memperbaiki kesalahan konsep


• Berikan dukungan spiritual kepada klien

Rasional : Agar klien tetap bersemangat dan tidak berputus asa terhadap perubahan
status kesehatannya

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan

1. Pinggul bayi atau anak akan tetap pada posisi yang diharapkan

2. Kulit bayi atau anak akan tetap utuh tanpa kemerahan atau kerusakan

Orang tua akan mendemonstrasikan aktivitas perawatan untuk mengakomodasi alat


bantu pengoreksi bayi / anak atau gips spika pinggul.