Modul 3 Curah Hujan Rerata Daerah Erni

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Curah Hujan Rerata Daerah

Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat yang datar
dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) mm
adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh (tertampung) pada tempat yang datar seluas 1
m2 dengan asumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan meresap.Kepulauan maritime
Indonesia yang berada di wilayah tropik memiliki curah hujan tahunan yang tinggi, curah hujan
semakin tinggi di daerah pegunungan. Curah hujan yang tinggi di wilayah tropik pada umumnya
dihasilkan dari proses konveksi dan pembentukan awan hujan panas. Pada dasarnya curah hujan
dihasilkan dari gerakan massa udara lembab keatas. Agar terjadi gerakan ke atas, atmosfer harus
dalam kondisi tidak stabil. Kondisi tidak stabil terjadi jika udara yang naik lembab dan lapse rate
udara lingkungannya berada antara lapse rate adiabatic kering dan jenuh Curah hujan yang
diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian
banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada
suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan daerah dan dinyatakan dalam mm. Dengan melakukan
penakaran pada suatu stasiun hujan hanyalah didapat curah hujan di suatu titik tertentu. Bila
dalam suatu area terdapat penakar curah hujan, maka untuk mendapatkan harga curah hujan areal
adalah dengan mengambil harga rata-ratanya. Mengingat hujan sangat bervariasi terhadap
tempat, maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan
hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-
rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada didalam atau di sekitar kawasan
tersebut.
Adapun beberapa metode yang dapat kita digunakan untuk menghitung curah hujan
rerata daerah yaitu: A. METODE RATA2 ALJABAR (Arithmetic Mean)
B. METODE POLIGON THIESSEN
C. METODE ISOHYET

1
1. Metode Rata-rata aljabar (Arithmetic mean)

Merupakan metode yang paling sederhana dalam perhitungan hujan kawasan karena di dasarkan
pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara. Cara ini cocok
untuk kawasan dengan topografi rata atau datar. Curah hujan didapatkan dengan mengambil rata-
rata hitung (arithematic mean) dari penakar hujan areal tersebut dibagi dengan jumlah stasiun
pegamatan (Sosrodarsono dan Takeda, 1976). Cara ini digunakan apabila :
�Daerah tersebut berada pada daerah yang datar
�Penempatan alat ukut tersebar merata
�Variasi curah hujan sedikit dari harga tengahnya
Alat penakar tersebar merata atau hampir merata, dan nilai curah hujan masing-masing
stasiun tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya. Curah hujan rerata daerah diperoleh dari
persamaan :

2
2. Metode Poligon Thiessen

Metode ini dikenal sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara ini
memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk mengakomodasi
ketidakseragaman jarak sehingga hasil Metode Poligon Thiessen ini lebih akurat dibandingkan
dengan Metode Rata-rata Hitung. Daerah pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis-
garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antar dua pos penakar hujan terdekat.
Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos yang satu dengan yang lainnya adalah linier dan
bahwa sebaran pos dianggap mewakili kawasan terdekat.
Cara ini didasarkan atas cara rata-rata timbang, di mana masing-masing stasiun

mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis

penghubung antara dua stasiun dengan planimeter maka dapat dihitung luas daerah tiap stasiun.

Sebagai kontrol maka jumlah luas total harus sama dengan luas yang telah diketahui terlebih

dahulu. Masing-masing luas lalu diambil prosentasenya dengan jumlah total = 100%. Kemudian

harga ini dikalikan dengan curah hujan daerah di stasiun yang bersangkutan dan setelah dijumlah

hasilnya merupakan curah hujan yang dicari (Sosrodarsono dan Takeda, 1976). Analisa curah

hujan cara Thiessen dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah sebagai berikut :

�Jumlah stasiun pengamatan minimal tiga buah stasiun.

�Penambahan stasiun akan mengubah seluruh jaringan

�Topografi daerah tidak diperhitungkan

�Stasiun hujan tidak tersebar merata

Cara-cara menggambar metode polygon thiessen

Bagian-bagian daerah A1, A2,…..An ditentukan dengan cara sebagai berikut:


1.Cantumkan titik-titik pengamatan di dalam dan di sekitar daerah itu pada peta topografi,
kemudian hubungkan tiap titik yang berdekatan dengan sebuah garis lurus (dengan demikian
akan terlukis jaringan segitiga yang menutupi seluruh daerah).

3
2.Daerah yang bersangkutan itu dibagi dalam poligon-poligon yang didapat dengan menggambar
garis bagi tegak lurus pada tiap sisi segitiga tersebut di atas. Curah hujan dalam tiap poligon
itu dianggap diwakili oleh curah hujan dari titik pengamatan dalam tiap poligon itu. Luas itu
diukur dengan planimeter atau dengan cara lain.

Curah hujan rerata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut :

3. Metode Isohyet
Metode Isohyet adalah kontur yang menghubungkan titiktitik dengan ketebalan hujan
yang sama dimana dua garis isohyets tidak pernah saling berpotongan. Metode ini merupakan
metode yang paling akurat untuk menentukan curah hujan rerata daerah, namun diperlukan
keahlian dan pengalaman. Pada metode ini dapat mengkoreksi asumsi Metode Poligon Thiessen
dimana tiaptiap pos penakar mencatat kedalaman yang sama untuk daerah sekitarnya. Hal itu

4
disebabkan pada metode ini memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar
hujan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan ketiga metode tersebut, kita dapat memilih
metode yang sesuai dan cocok dipakai dalam perhitungan curah hujan rerata berdasarkan kondisi
daerahnya. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak
merata. Pada setiap titik di suatu kawasan dianggap hujan sama dengan yang terjadi pada stasiun
terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili suatu luasan (Sosrodarsono
dan Takeda, 1976).
Metode ini digunakan dengan ketentuan :
�Dapat digunakan pada daerah datar maupun pegunungan
�Jumlah stasiun pengamatan harus banyak
�Bermanfaat untuk hujan yang sangat singkat
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapat hujan areal rata – rata, tetapi memerlukan
jaringan pos penakar yang relative lebih padat yang memungkinkan untuk membuat isohyet.
Sebaiknya juga memperhatikan pengaruh bukit atau gunung terhadap distribusi hujan (hujan
orografik).
Selain itu kita juga dapat menggunakan metode perhitungan curah hujan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini :
Menurut Suyono Sosrodarsono, pada umumnya untuk menentukan metode curah hujan
daerah yang sesuai adalah dengan menggunakan standar luas daerah, sebagai berikut
(Sosrodarsono, 2003) :
1. Daerah tinjauan dengan luas 250 ha dengan variasi topografi kecil, dapat diwakili oleh sebuah
alat ukur curah hujan.
2. Untuk daerah tinjauan dengan luas 250-50000 ha yang memiliki dua atau tiga titik
pengamatan dapat menggunakan metode rata-rata aljabar.
3. Untuk daerah tinjauan dengan luas 120000-500000 ha yang mempunyai titik-titik pengamatan
tersebar cukup merata dan di mana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi
topografi, dapat digunakan cara rata-rata aljabar. Jika titik-titik pengamatan itu tidak tersebar
merata maka digunakan cara poligon Thiessen.
4. Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500000 ha dapat digunakan cara isohyet atau
metode potongan antara (inter-section method).

5
PROSES TAHAPANNYA :
1. Plot Stasiun hujan & besar kedalaman curah hujan.
2. Dari nilai kedalaman hujan di stasiun yang berdampingan, dibuat
interpolasi dengan pertambahan nilai yang ditetapkan.
3. Buat kurva dengan menghubungkan titik-titik interpolasi dengan
kedalaman hujan yang sama.
4. Ukur luas daerah antara 2 isohyet yang berurutan, kalikan dengan
nilai rerata dari nilai kedua garis isohyet.
5. Jumlah hitungan pada butir 4 untuk seluruh garis isohyet dibagi
dengan luas daerah yang ditinjau.
Tebal hujan : Jumlahkan hasil kali tebal hujan dengan luas DAS yang dibatasi oleh 2 garis
yang membagi jarak yang sama diantara 2 Isohyet yang berdekatan.
Keterangan :
P1= Tinggi curah hujan distasiun 1

6
Data Curah Hujabn Yang Hilang

PENGISIAN DATA HUJAN YANG HILANG(MISSING DATA) ada 3macam cara:


1.Cara Aljabar
2.Cara Perbandingan Normal
3.Cara KebalikanKuadratJarak(Reciprocal Methode).

7
8

Anda mungkin juga menyukai