Tugas Mata Kuliah Dasar Agribisnis-Febri Gultom PDF
Tugas Mata Kuliah Dasar Agribisnis-Febri Gultom PDF
Tugas Mata Kuliah Dasar Agribisnis-Febri Gultom PDF
NPM : 22021073
SEMESTER : 3E
FAKULTAS/PRODI : PERTANIAN/AGROTEKNOLOGI
PERTEMUAN KE 4
T/A : 2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN
1
India, Tiongkok, Nigeria, Amerika Serikat dan Pakistan (United
Nations Population 2019).
Dalam rangka menyediakan pangan masyarakat sebagai wujud
ketahanan pangan dalam negeri yang telah dituangkan ke dalam Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 dan Peraturan Presiden
Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah
pertanian Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, maka sektor
diharapkan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas
di Indonesia. Secara nasional, diperkirakan pertumbuhan ekonomi
lima
tahun ke depan diharapkan meningkat sampai 5,7-6,0% per tahun,
yang
didorong oleh peningkatan produktivitas, investasi berkelanjutan,
perbaikan pasar tenaga kerja dan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia
ditandai (SDM). Pada tahun 2024, peningkatan kualitas ekonomi
dengan perbaikan indikator makro ekonomi Indonesia diantaranya
stabilisasi inflasi, turunnya tingkat kemiskinan, turunnya tingkat
pengangguran, turunnya tingkat rasio gini dan meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Pembangunan pertanian lima tahun ke depan dihadapkan kepada
perubahan lingkungan strategis yang dinamis baik domestik
maupun
internasional. Salah satu tantangan besar pembangunan pertanian
yaitu
bagaimana pertumbuhan ekonomi yang dicapai mampu
meningkatkan
pendapatan petani yang sebagian besar memiliki lahan dengan
luas
kurang dari setengah hektar. Untuk itu, peningkatan produksi
komoditas
pertanian dan peningkatan daya saing produk pertanian diarahkan
mampu
mendongkrak
hasilnya Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian dan
dirasakan oleh petani dengan adanya kenaikan tingkat
kesejahteraan
petani.
Pandemi covid-19 berdampak terhadap keseluruhan tatanan
pembangunan nasional, hal ini menyebabkan asumsi dan target
pembangunan di RPJMN 2020-2024 perlu melakukan strategi
ulang. 2
Pembangunanpertaniandiharapkan
penopangpertumbuhan masih menjadi
Salah satu kunci untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas melalui proses transformasi struktural. Perbaikan transformasi
struktural didorong oleh revitalisasi industri pengolahan dengan tetap
mendorong perkembangan sektor lain melalui transformasi pertanian,
hilirisasi pertambangan, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan,
dan transformasi sektor jasa. Paradigma pembangunan pertanian yang
hanya menitikberatkan di sektor hulu, perlu diperbaharui dengan
menjadikan pertanian sebagai motor penggerak transformasi
pembangunan yang berimbang dan menyeluruh atau disebut pertanian
untuk pembangunan (Agriculture for Development).Pembangunan
pertanian berkelanjutan mengarahkan agar lahan pertanian dipandang
sebagai satu industri dengan seluruh faktor produksi yang menghasilkan
produk utama pangan dan produk lainnya (produk turunan atau
sampingan, produk ikutan dan limbah) yang dikelola untuk kepentingan
industri menuju zero waste (tidak ada yang disia-siakan).
Pembangunan pertanian yang menjadi bagian dari RPJMN Tahun
2020-2024 merupakan tahapan ke-4 dan kelanjutan dari RPJPN 2005-
2025. Pada RPJMN keempat (2020-2024) ini, pembangunan sektor
pertanian dituntut bisa meningkatkan ketahanan pangan dan daya
saingnya guna mendukung terwujudnya pertanian Indonesia yang maju,
mandiri dan modern. Dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang
dicanangkan dalam RPJPN Tahun 2005-2025 dan RPJMN Tahun 2020-
2024 yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang maju, berdaulat, mandiri
dan berkepribadian berdasarkan gotong royong, maka disusunlah
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024.
Renstra ini diharapkan menjadi arahan sekaligus acuan dalam
penyusunan program dan kegiatan pembangunan pertanian periode 2020-
2024. Revisi atau perbaikan Renstra juga perlu dilakukan dengan adanya
perubahan lingkungan strategis dan adanya perubahan program nasional
yang terintegrasi dalam lima program di Kementerian Pertanian, yaitu:
Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas; Peningkatan
Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; Riset dan Inovasi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi; Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan
Dukungan Manajemen.
A. KONDISI UMUM
3
1. Indikator Makro Pertanian
4
b.Tenaga Kerja Pertanian
5
Data BPS menyebutkan tahun 2015 nilai NTUP (pertanian sempit tanpa
perikanan) hanya sebesar 107,44 dan secara signifikan meningkat
hingga pada tahun 2019 dengan nilai NTUP sebesar 112,17. Hal ini
menunjukkan bahwa daya tukar (term of trade) dari produk pertanian
dengan biaya
d. Neraca Perdagangan
6
US$ 13,55 miliar, kemudian menurun menjadi US$ 10,79 miliar pada
tahun
2016,
dan
e. Investasi
7
triliun pada tahun 2018 dan kembali meningkat menjadi Rp 43,6 triliun
di tahun 2019, namun pada tahun 2020 kembali mengalami penurunan
menjadi Rp. 32,1 triliun
Untuk Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor pertanian, nilai
investasi pada tahun 2015 mencapai Rp 28,7 triliun, sedangkan pada
tahun 2020 sebesar Rp 16,7 triliun. Realisasi investasi sektor
pertanian
baik PMDN maupun PMA, lebih terfokus pada sub sektor Perkebunan,
dibandingkan dengan sub sektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Peternakan. Pada periode 2015–2019,realisasi investasi PMDN dan PMA
pada sub sektor Perkebunan kontribusinya mencapai 95,51%, sedangkan
sub sektor tanaman Pangan 0,26%, Hortikultura 0,16% dan Ternak
4,02%.
Pada tahun 2015 produksi padi sebesar 75,4 juta ton Gabah Kering
Giling (GKG), kemudian meningkat menjadi 81,15 juta ton GKG pada
tahun 2017. Pada tahun 2018, BPS merilis data produksi padi dengan
menggunakan metode baru, yaitu metode Kerangka Sampel Area (KSA)
yang
8
merupakan teknik pendekatan penyampelan yang menggunakan area
lahan sebagai unit enumerasi. Sistem ini berbasis teknologi Sistem
Informasi Geografi (SIG), penginderaan jauh, teknologi informasi, dan
statistika untuk perolehan data dan informasi pertanian tanaman
pangan untuk memperbaiki metodologi perhitungan data padi yang
selama ini digunakan. Penggunaan basis KSA dalam menentukan
sampel ubinan adalah untuk mengurangi risiko lewat panen sehingga
perhitungan menjadi lebih akurat. Hasil perhitungan metode KSA
menunjukkan bahwa produksi padi tahun 2018 sebesar 59,20 juta
GKG atau terdapat perbedaan sebesar 23,84 juta ton GKG dengan
data yang dihasilkan metode survei pertanian (SP)-Padi. Adanya
perbedaan hasil perhitungan disebabkan karena adanya perbedaan
metode yang digunakan antara metode KSA dengan metode SP-Padi
yang selama ini dilakukan oleh BPS. Adapun produksi padi pada
tahun 2020 naik 0,05 juta ton bila dibandingkan tahun 2019
b.
Jagung
9
Pada tahun 2017 produksi jagung mencapai angka 28,92 juta ton pipilan
kering atau naik 47,48% jika dibandingkan produksi tahun 2015, yang
hanya sebesar 19,61 juta ton pipilan kering. Peningkatan produksi yang
sangat signifikan tersebut merupakan hasil dari program Upaya Khusus
(Upsus) melalui pengembangan jagung 3 juta hektar, integrasi
sawit/kebun dan perhutani dengan jagung, kemitraan dengan Gabungan
Perusahaan Pakan Ternak (GPMT) dengan petani jagung dan kebijakan
harga bawah di tingkat petani. Diperkirakan lebih dari 60% kebutuhan
jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi
pangan hanya sekitar 24%, sisanya untuk kebutuhan industri lainnya dan
benih (14%). Perkembangan produksi jagung pada periode 2015-2020
menunjukkan adanya pertumbuhan setiap tahunnya, kecuali pada tahun
2018. Namun setelah tahun 2018, selama periode 2019-2020 produksi
jagung terus mengalami peningkatan
c. Kedelai
10
bersemangat mengembangkan komoditas kedelai, karena harga jualnya
belum memberikan keuntungan yang layak.
d.
11
Keberhasilan produksi cabai ditunjang oleh beberapa kebijakan yang
dilaksanakan melalui pengaturan pola tanam, menekan biaya produksi
dengan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ramah
lingkungan,penerapan irigasi hemat air, penggunaan mulsa dan
pemberdayaan petani unggulan (champion).
Produksi bawang merah pada tahun 2020 mencapai 1,82 juta ton
atau naik 47,68% jika dibandingkan produksi tahun 2015 sebesar 1,23 juta
ton. Dari tahun 2015 sampai dengan 2020, produksi Bawang merah
cenderung meningkat setiap tahun, dengan peningkatan rata-rata sebesar
8,31%/tahun (Gambar 10).
e. Tebu
12
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
a. Keanekaragaman hayati
B.Lahan Pertanian
Indonesia juga memiliki potensi lahan yang cukup besar dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar lahan tersebut merupakan
lahan suboptimal, seperti lahan kering, rawa pasang surut, dan rawa lebak
yang produktivitasnya rendah karena berbagai kendala, seperti
kekurangan dan/atau kelebihan air, tingginya kemasaman tanah dan
salinitas, serta keracunan dan kahat unsur hara. Apabila lahan suboptimal
dapat dimanfaatkan melalui rekayasa penerapan inovasi teknologi budi
daya dan dukungan infrastruktur yang memadai, maka lahan tersebut
dapat diubah menjadi lahan-lahan produktif untuk pengembangan budi
daya berbagai komoditas pertanian.Data Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan (2016) menunjukkan total luas
daratan Indonesia sekitar 191,1 juta ha, yang terbagi atas 43,6 juta ha
lahan basah dan 144,5 juta ha lahan kering. Dari total luasan tersebut,
13
15,9 juta ha diantaranya berpotensi untuk areal pertanian, yang terdiri atas
3,4 juta ha lahan
APL (Areal Penggunaan Lain), 3,7 juta ha lahan HP (Hutan Produksi), dan
8,9 juta ha lahan HPK (Hutan Produksi dapat Dikonversi). Potensi
ketersediaan sumber daya lahan untuk pengembangan padi sawah seluas
7,5 juta ha, tanaman pangan, cabai, bawang merah dan tebu 7,3 juta ha,
serta tanaman cabai dan bawang merah dataran tinggi 154,1 ribu ha.
Luas dan sebaran hutan, sungai, rawa, dan danau serta curah
hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sesungguhnya juga
merupakan potensi alamiah untuk memenuhi kebutuhan air pertanian
apabila dikelola dengan baik. Waduk, bendungan, embung, air tanah dan
air permukaan potensial mendukung pengembangan usaha pertanian.
14
keterampilan, dan belum meratanya kegiatan diseminasi teknologi di
tingkat petani.
2. Permasalahan
15
diperparah apabila terjadi pelemahan daya beli konsumen pada saat
terjadinya krisis ekonomi dalam skala global.Neraca perdagangan
pertanian Indonesia periode 2015-2019 menunjukkan nilai surplus
rata- rata US$ 11,9 miliar/tahun. sub sektor Perkebunan merupakan
penyumbang ekspor dan surplus terbesar di sektor pertanian.
Sementara perdagangan sub sektor pertanian Indonesia lainnya
masih dalam posisi defisit. Ke depan perlu diupayakan bagaimana
meningkatkan daya saing produk pertanian melalui peningkatan
mutu dan produktivitas, pengembangan produk, derivasi produk
serta memperluas pangsa dan negara tujuan ekspor yang didorong
dengan upaya peningkatan kerjasama ekonomi antar wilayah
(kawasan), baik dalam skala nasional (antar daerah) maupun kerja
sama regional (antar negara).
16
Pada tahun 2018, dua tahapan tersebut dilakukan di 16 provinsi sentra
produksi padi yang mencakup 87 persen dari total luas lahan baku
sawah di Indonesia. Luas lahan baku sawah nasional menurut
Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No. 399/KEP-23.3/X/2018, tanggal
8 Oktober 2018, tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Nasional
Tahun 2018 seluas 7.105.145 Hektar atau berkurang 645.854 Hektar
dari luas lahan 2013. Pada 2019, Kementerian ATR/BPN kembali
menetapkan luas lahan baku sawah nasional 2019 berdasarkan
Keputusan Menteri
d. Pendidikan dan Usia Petani
e. Kemiskinan Perdesaan
17
27,54 juta orang, meningkat 2,76 juta orang terhadap 2019. Persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan pada 2019 sebesar 6,56 persen,
naik menjadi 7,88 persen pada 2020. Sementara persentase penduduk
miskin di daerah perdesaan pada 2019 sebesar 12,60 persen, naik
menjadi 13,2 persen pada 2020.
BAB II
A. VISI
2. Pembangunan Infrastruktur
18
3. Penyederhanaan Regulasi
4. Penyederhanaan Birokrasi
5. Transformasi Ekonomi
B. MISI
19
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
20
Tujuan Kementerian Pertanian 2020-2024 sesuai dengan Visi dan Misi
Kementerian Pertanian adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya Pemantapan Ketahanan Pangan, dengan indikator:
a. Global Food Security Index (GFSI) dengan target skor 64 (Th. 2020)
dan 69,8 (Th. 2024),
b. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) dengan target 90,4 (Th. 2020) dan
95,2 (Th. 2024),
c. Angka Kecukupan Energi (AKE) dengan target 2.100 Kkal/kapita/hari
pada tahun 2024,
d. Angka Kecukupan Protein (AKP) dengan target 57 gram/kapita/hari
pada tahun 2024,
e. Prevelence of Under-nourishment/PoU (Prevalensi Ketidakcukupan
Konsumsi Pangan) dengan target 6,2 % (Th. 2020) dan 5,0 % (Th. 2024),
f. Food Insecutiry Experience Scale/FIES (Prevalensi Penduduk dengan
Kerawanan Pangan Sedang atau Berat) dengan target senilai 5,2 (Th.
2020) dan nilai 4,0 (th. 2024),
g. Ketersediaan beras dengan target 39,2 juta ton (th. 2020) dan 46,8 juta
ton (th. 2024),
h. Ketersediaan protein hewani dengan target 2,5 juta ton (Th. 2020) dan
2,9 juta ton (Th.2024),
i.Akses terhadap beras biofortifikasi dan fortifikasi bagi keluarga yang
kurang mampu dan kurang gizi dengan target 10-20% penerima BPNT
(Th.2020) dan 100% (Th. 2024),
21
b. Peningkatan PDB Pertanian Sempit dengan target 3,36% (Th. 2020)
dan 3,76% (Th. 2024),
c. Pertumbuhan PDB Perkebunan dengan target 4,9% (Th. 2020) dan
5,0% (Th. 2024),
d. Pertumbuhan PDB Hortikultura dengan target 5,8% (Th. 2020) dan 6 %
(Th.2024),
BAB III
22
KELEMBAGAAN
1. Agenda Pembangunan
23
6) Peningkatan ekspor produk bernilai tambah tinggi dan penguatan
Tingkat komponen Dalam Negeri (TKDN).
b. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan
Menjamin Pemerataan
Pengembangan ekonomi wilayah tidak hanya berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan pembangunan ke seluruh
wilayah dan seluruh lapisan masyarakat. Pengembangan wilayah
dilakukan melalui pertumbuhan yang berkualitas yaitu pertumbuhan yang
disertai pemerataan (growth with equity).
24
berkarakter. Revolusi mental dalam tata kelola pemerintahan untuk
penguatan budaya birokrasi yang bersih, melayani dan responsif mencakup
1) peningkatan budaya kerja pelayanan publik yang ramah, cepat, efektif,
efisien dan terpercaya; dan
2) penerapan disiplin, penghargaan (reward) dan sanksi (punishment)
dalam birokrasi.
pertanian
dengan akses pasar. Target yang akan dicapai yaitu peningkatan
pendapatan petani rata-rata lima persen per tahun, peningkatan
produktivitas komoditas lima persen per tahun, serta terjadinya perubahan
perilaku masyarakat dalam pengelolaan pertanian dari tergantung
pemerintah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
subsidi menjadi mandiri.
25
b.Pembangunan Energi Terbarukan Green Fuel Berbasis Kelapa Sawit
Pembangunan Energi Terbarukan Green Fuel berbasis Kelapa Sawit
berkontribusi untuk mendorong pencapaian salah satu indikator utama
dalam PN, yakni menuju porsi energi baru terbarukan sebesar 23
persen pada tahun 2024, dengan target tahun 2021 sebesar 14,5
persen. Selain itu, MP ini juga bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas kelapa sawit 10 persen per tahun, meningkatkan
produksi bahan bakar nabati untuk kebutuhan Indonesia,
meningkatkan pemanfaatan kelapa sawit domestik, serta
meningkatkan nilai tambah hasil perkebunan sawit rakyat.Indonesia
merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan
luas lahan 14,1 juta hektar menghasilkan 37,9 juta ton minyak kelapa
sawit. Hal ini dibuktikan dengan angka produksi dan ekspor produk
berbasis minyak kelapa sawit sebagai devisa Negara mencapai USD
21,4 milyar tahun 2018 dan terus akan meningkat dalam lima tahun ke
depan.
Berkaitan dengan BBN, Kementerian Pertanian mempunyai mandat
untuk menjaga ketersediaan bahan baku kelapa sawit secara
berkelanjutan yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat, perkebunan
negara dan perkebunan swasta. Upaya pemerintah untuk mendorong
terciptanya pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan
dan ramah lingkungan menerapkan Indonesian Sustainable Palm Oil
(ISPO).
c. Wilayah Adat Papua: Wilayah Adat Laa Pago dan Wilayah Adat
Domberay Kabupaten di kawasan pegunungan sebagian besar ditetapkan
sebagai daerah tertinggal sesuai amanat PP 78/2014 tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal, sehingga kawasan tersebut paling
membutuhkan keberpihakan pembangunan. Dengan potensi agroklimat,
kondisi sosial dan antropologis masyarakat, wilayah adat papua memiliki
potensi pengembangan komoditas pertanian. Untuk itu, Pengembangan
wilayah adat dan kabupaten tertinggal diarahkan pada pengembangan
potensi pertanian berupa ternak sapi, kopi, kacang tanah, dan tanaman
hortikultura.
d. Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP) /Food EstateFood Estate
(FE) adalah Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP) dalam kawasan
lahan minimal 2.000 ha dengan melakukan budidaya polikultur serta
menggunakan pendekatan agroekologi. Pengembangan FE (KSPP)
sesuai dengan amanat UU Pangan Pasal 12 ayat 5 dimana disebutkan
bahwa untuk mewujudkan ketersediaan pangan melalui produksi pangan
dalam negeri dapat dilakukan melalui pembangunan Kawasan Sentra
Produksi Pangan. Target dari MP FE (KSPP) adalah peningkatan
26
Cadangan Pangan Nasional, dan Peningkatan kesejahteraan petani di FE
(KSPP).
Food Estate merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan
secara terintegrasi yang mencakup pertanian pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan di suatu kawasan berskala luas dengan
menggunakan sistem industrial yang berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, organisasi dan manajemen modern dengan
memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan lestari yang berwawasan
lingkungan dan kelembagaan yang kuat, serta dikelola secara profesional,
didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas.
Beberapa hal yang melatarbelakangi pengembangan food estate adalah:
1) melonjaknya permintaan pangan dunia yang berkorelasi positif dengan
pertumbuhan penduduk; 2) supply pangan dunia yang tidak sebanding
dengan permintaan; 3) semakin tingginya laju alih fungsi lahan pertanian
(khususnya Pulau Jawa dan Bali) dan kebutuhan pangan nasional yang
semakin meningkat; 4) outflow devisa negara untuk pembiayaan impor
beberapa komoditas pangan strategis; 5) ketersediaan lahan potensial
sebagai lahan cadangan pangan cukup luas (di luar Pulau Jawa dan Bali)
tetapi belum tergarap secara optimal dan membutuhkan modal investasi
yang cukup besar; 6) terbatasnya anggaran Pemerintah sehingga perlu
peran investor dalam pengembangan food estate, dengan tetap
memperhatikan/melindungi kepentingan masyarakat.
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERTANIAN
27
kebutuhan pembangunan pertanian, mampu mendorong tumbuhnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pertanian modern diartikan bahwa pembangunan pertanian
berbasiskan inovasi yang sejalan dengan revolusi industri 4.0 sehingga
pertanian modern yang dikembangkan memiliki karakteristik:
memproduksi sesuai kebutuhan, bernilai ekonomi tinggi,
produktivitas
tinggi serta bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan.
28
varietas-varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati oleh
konsumen bila benih yang ditanam bermutu.
b. Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani
29
BAB IV
A. TARGET KINERJA
B. KERANGKA PENDANAAN
30
Pendanaan pembangunan pertanian berasal dari APBN baik yang
bersumber dari rupiah murni (Pemerintah Pusat/APBN, Dekon, Tugas
Perbantuan) dan dari sumber lain yaitu: (a) subsidi (subsidi pupuk); (b)
Dana Alokasi Khusus (DAK) baik DAK Fisik maupun DAK Nonfisik ; (c)
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN); (d) Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN); (e) pemerintah daerah melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota; (f) swasta,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD).
BAB V
PENUTUP
Aris Pratama
4 November 2023
31
DAFTAR PUSTAKA
32