Tugas 3 Pengantar Ilmu Politik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3

Di masa pasca reformasi ini, ada banyak perbedaan baik dalam sistem pemerintahan maupun
dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia, utamanya dalam ranah checks and balances.
Salah satu pembedanya diantaranya adalah masa jabatan presiden yang dibatasi hingga 2
(dua) kali pemilihan (10 tahun). Pada era Orde Baru, pemegang kekuasaan eksekutif tidak
mengenal pembatasan masa jabatan. Tentunya masih ada pembeda lagi yang bisa Anda
bandingkan.
Pertanyaan:
1. Bandingkan mekanisme checks and balances masa Orde Baru dengan era reformasi!
2. Kemukakan secara singkat praktek checks and balances dalam sistem demokrasi pada
proses berjalannya pemerintahan. Beri contoh dari sumber media massa baik cetak ataupun
online yang relevan dan kredibel. Sertakan tautan (link) sumber online tersebut!
Petunjuk Pengerjaan Tugas:
1. Jawaban dibuat dalam format kertas A4 (MS Words) dengan tipe file word.
2. Menggunakan huruf Times New Roman, Font 12, spasi 1.5 dan layout A4.
3. Uraian setiap pertanyaan maksimal 3 halaman dan tidak lebih.
4. Tidak dibenarkan melakukan copy-paste tanpa mencantumkan sumber. Segala tindakan
copy-paste tidak adakan diberi nilai untuk tugas tersebut dan atau diberi nilai 0.
5. Contoh menggunakan sumber online artikel berita dari portal media massa yang kredibel.
Tidak dibenarkan menggunakan referensi dari wikipedia, blogspot, wordpress, blogspot.
6. Gunakan e-Resources yang ada di website UT untuk pengayaan materi.
7. Unggah tugas dengan format .doc atau .docx dengan contoh file
sitinurbaya<>NIM<>T3<>ISIP4212 atau sitinurbaya 1234567 T3 ISIP4212

Nama : Rohmat Suhardin


Tugas 3 : Pengantar Ilmu Politik/ISIP4212
NIM : 043957795

JAWABAN!
TUGAS 3
1. Bandingkan mekanisme checks and balances masa Orde Baru dengan era reformasi!
Secara etimologis dimana chek memiliki arti ikut memeriksa, menilai, dan
mengawasi, kemudian mengkonfirmasikan kepada situasi yang terkait. Sedangkan
balances berarti mencari keseimbangan, ini dinilai sangat penting karena secara
alami manusia memiliki rasa nafsu yang ingin mempunyai kekuasaan yang
cenderung menyalahgunakan kekuasaan tersebut.
Sistem politik dengan mekanisme chek and balances sangat erat kaitannya
dalam sistem pembagian kekuaaan di antara tiga lembaga yaitu, Eksekutif, Legislatif
dan Yudikatif. Indonesia dalam praktek pembagian kekuasaan tidak lepas dari konsep
trias politica yang dikemukakan oleh Montesquieu dan sejalan juga dengan konsep
pemisahan kekuasaan Jhon Locke. Kemudian jika meneliti lagi lebih dalam sejarah
perjalanan sistem politik Indonesiatidak memakai pemisahan kekuasaan tetapi
menjalankan sistem pembagian kekuasaan. Hakikatnya chek and balances
memiliki prinsip yaitu menjamin adanya kebebasan dari masing-masing cabang
kekuasaan yang satu terhadap kekuasaan lainnya.
Chek and balances ini dipraktekkan agar menghindari terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan yang sudah terjadi pada masa Orde lama dan Orde baru.
Orde baru memusatkan karena adanya dominasi dan konsntrasi kekuasaan di
salah satu badan penyelanggara pemerintahan yaitu lembaga Eksekutif. Didalam
UUD 1945 juga sudah dijelaskan secarajelas bahwa “Dalam menjalankan
pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah ditangan presiden.
Prinsip eksekutif berat dalam sistem ketatanegaraan indoensia, yang bertentangan
dengan paham pembagian kekuasaan, sehingga ketentuan ini dalam sisitem ini
hanya berpihak pada satu kekuasaan saja yaitu eksekutif. Mengingat lagi bahwa
presidenlah pemegang kekuasaan yang berakibat dimana presiden mudah
menerbitkan sebuah hukum berupa keputusan baik bersifat menetapkan maupun
mengatur ini merupakan kelemahan dalam implementasinya ditambah lagi
kurangnya keseimbangan dari sistem control kekuasaan lainnya.

Sedangkan di Era Reformasi hadir karena tumbangnya masa Orde baru


mengingat maraknya penyimpangan atau kelemahan lembaga konstitusi yang ada.
Chek and balances disini akan membantu pada Amandemen UUD 1945 yang
menandai perubahan radikan dari sistem tatanegara yang sentralistik dan otoritas
menjadi rezim yang demokratis dan egilible. Chek and balances mendorong
terjadinya perubahan di tatanan infra struktur politik dengan mamanjemen
pemerintahan yang tadinya pendekatan top-down yang berorientasi efisien,
menjadi pendekatan bottom-up yang lebih mementingkan pada proses pemberdayaan
segenap potensi bangsa. Perubahan ini untuk menyatakan dengan adanya Era
reformasi merupakan pengkoreksia dari praktek penyimpangan lembaga pada era
sebelumnya.

2. Jelaskan secara singkat praktek checks and balances dalam sistem demokrasi pada
proses berjalannya pemerintahan. Beri contoh dari sumber media massa baik cetak
ataupun online yang relevan dan kredibel. Sertakan tautan (link) sumber online
tersebut!
Sejalan dengan prinsip chek and balances yaitu ikut mengawasi jalannya
Lembaga pemerintah, sebagai penerapannya di dalam lembaga adanya demokrasi
dilihat mekanisme hubungan antara MPR, DPR, Dan DPD. Dan juga berdasarkan
Pasal 1 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945 yang berbunyi “Kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” dengan ini
kedulatan rakyat akan dikembalikan kepada rakyat itu sendiri sesuai dasar
konstitusi, karena sebelumnya MPR lah sebagai pemegang sepenuhnya kedaulatan
rakyat. Dengan begitu supremasi MPR berganti menjadi prinsip keseimbangan
antara lembaga Negara. Kemudian juga seperti undang-undang dibuat atas
persetujuan DPR dan Presiden sebagai implementasi tugas fungsi legislasi, namun
yudikatif dapat mencoba produk hukum tersebut dengan fungsi tinjauan yudisial,
yakni hak untuk menguji apakah suatu undang-undang bertentangan dengan
konstitusi. Presiden dipilih melalui Pemilu yang bersih dan transparan (chek and
balances). untuk mencapai tujuan besar tersebut, penerapan checks and balances
dalam penyelenggaraan pemerintahan harus memperhatikan prinsip non-dikotomi
(tidak berpikir secara dualistik atau memisahkan secara tegas fungsi pilar-pilar
kekuasaan); mendorong pelatihan membangun tim (semangat tubuh atau semangat
tubuh); serta sistemik dan komprehensif (mencakup semua aspek dan semua
pihak/stakeholder).
Adapun prasyarat yang dibutuhkan paling tidak meliputi empat aspek
yangmemungkinkan berkembangnya checks and balances tadi secara optimal sebagai
berikut:
1. Proses demokratisasi dari tingkat pusat hingga ke daerah tidak terputus.
Artinya, kesadaran untuk secara terus menerus melakukan perbaikan baik dari
kalangan politisi, birokrat maupun masyarakat luas, perlu dibina secara
berkelanjutan pada berbagai jenjangnya.
2. Adanya pemahaman konsep politik kenegaraan dan kepemerintahan yang bulat dari
segenap pelaku atau penyelenggara negara. Pada saat yang sama, dibutuhkan pula
adanya kedewasaan politik para anggota DPRD serta kalangan birokrasi dan penegak
hukum, bahkan juga kalangan masyarakat pada umumnya.
3. Adanya pemahaman fungsi dan peranan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang
seimbang (asymmetric information) serta tata hubungan kerja dinamis dan produktif
diantara poros-poros kekuasaan tersebut. Adanya kecurigaan atau kekurang percayaan
antar aparat pemegang kekuasaan menunjukkan adanya ketimpangan dalam pola
komunikasi antar pemegang kekuasaan tersebut.
4. Adanya kesadaran penuh untuk memangku hak dan kewajiban masing-masing secara
terbuka dan bertanggungjawab untuk mewujudkan cita-cita tertinggi
pembentukan negara, yakni mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat.

Indonesia Jadi Contoh Penyelenggaraan Pemilu


Transparansi Tim Kampanye Nasional (TKN) dalam proses perhitungan hasil pilpres
2019 mendapat tanggapan positif dari perwakilan media asing yang berkantor di Jakarta.
Sebanyak 50 media asing mendapat kesempatan untuk melihat war room milik TKN yang
bertempat di Gedung High End, Jakarta, Selasa (30/4). Menurut Ketua TKN Erick Thohir
kegiatan mengundang media asing ke war room yang merupakan ruang perhitungan
formulir C1 hasil pilpres 2019 merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan TKN
untuk menunjukkan tidak ada data yang ditutup-tutupi atau kecurangan.“Di sini, semua
media bisa melihat bahwa hasil perhitungan kami, tidak jauh berbeda dengan
perhitungan riil KPU. Bahkan tak jauh berbeda dengan quick count beberapa lembaga
survei,” jelas Erick.
Sumber Referensi
https://www.jaw a pos.com/jpg-today/01/05/2019/indonesia-jadi-contoh-
penyelenggaraan-pemilu/
https://triwidodowutomo.blogspot.com/2010/11/menyimak-kembali-checks-and-
balances.html

Anda mungkin juga menyukai