PPD Kel 11 5f

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK SETIAP FASE PERKEMBANGAN”


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik

Oleh:
Kelompok 11:
Rusdi Yusran : 2121226
Mairida Safia : 2121231
Saima Sormin : 2122105

Dosen Pengampu :
Al Furqon, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

ٰ ‫ٱلرحْ هم ِن‬
‫ٱلر ِح ِيم‬ ٰ ‫س ِْم ه‬
ٰ ِ‫ٱَّلل‬

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji serta syukur atas kehadiran Allah SWT yang mana telah memberikan kami kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan tepat waktu. Tak lupa pula
Shalawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan
keluarga Beliau, yang mana berkat kehadiran Beliau kita telah dibawa dari alam jahiliyah
menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan seperti saat ini.

Sebelumnya kami selaku penyusun makalah ini ingin mengucapkan terimakasih kepada
bapak Al Furqon, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang
telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Tujuan dari penyusunan makalah ini tak lain untuk memenuhi tugas terstuktur pada mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik yang membahas tentang “Perkembangan Sosial Peserta
Didik Setiap Fase Perkembangan” dan juga untuk menambahkan pemahaman kita semua
tentang Perkembangan Sosial Peserta Didik Setiap Fase Perkembangan baik bagi kami sendiri
selaku penyusun dan juga pembaca.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, baik secara penulisan maupun isinya. Maka dari itu kami sangat mengharapkan
berbagai masukan baik itu berupa kritikan ataupun saran dari para pembaca demi
menyempurnakan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Bukittinggi, 17 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…. .................................................................................................. i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Dini ....................................................... 2
B. Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Kanak-Kanak ........................................ 4
C. Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Remaja .................................................. 6
BAB PENUTUP ................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
B. Saran ....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik yang merupakan manusia adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan manusia lain untuk dapat berkembang menjadi manusia yang utuh. Dalam
perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan
saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan
mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan
proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan, manusia belum memiliki sifat sosial yang berarti
manusia sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi anak dengan orang lain dapat dirasakan ketika usia anak
sekitar enam bulan, disaat itu mereka mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota-anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku
sosial lain, seperti marah dan kasih sayang. Perkembangan sosial pada masa remaja
berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik
menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong
remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan
masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Dini?
2. Bagaimana Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Kanak-Kanak?
3. Bagaimana Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Remaja?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Dini
2. Untuk mengetahui Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Kanak-Kanak
3. Untuk mengetahui Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Remaja

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Sosial Pesrta Didik Usia Dini
Usia dini merupakan masa yang sangat signifikan dalam tahapan perkembangan anak. Pada
anak usia dini yang berada pada rentang usia 4-5 tahun khususnya, usia dimana anak sangat
senang meniru apa yang dibicarakan dan tindakan-tindakan apapun yang di lakukan oleh orang-
orang disekitarnya. Dengan demikian, hendaknya ketika berada disekitar anak orang- orang
dewasa terutama orang tua anak haruslah dapat berkata dengan perkataan yang baik dan
melakukan tindakan baik. Seperti memanggil anak dengan nama gelar yang baik sebagai bentuk
penghormatan untuknya, tunjukkanlah sikap yang baik ketika memanggil anak bukan dengan
teriakan ataupun bentakkan. Hal ini bertujuan supaya anak meniru perilaku yang baik dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Secara umumnya yang menjadi karakteristik berkembangnya perkembangan sosial pada
anak usia dini yaitu anak mulai memilih lawan bermain yang sejenis misal anak perempuan
dominannya akan bermain dengan teman perempuannya juga daripada dengan teman laki-
lakinya, memiliki kepercayaan lebih akan teman-temannya, agresivitas yang meningkat, senang
bermain secara berkelompok, mulai ikut serta dengan pekerjaan-pekerjaan orang dewasa misal
membantu ibu membersihkan rumah atau pekerjaan didapur, mulai belajar untuk menjalin tali
persahabatan yang baik dan Memperlihatkan rasa setia kawan seperti memberikan Pembelaan
kepada temannya.1
Anak usia dini merupakan individu yang unik, berbeda dan mempunyai karakteristik
tersendiri sesuai tahapan usianya. Pada dasar berdasarkan ciri khas tertentu yang dimiliki anak
yang membedakan antara anak dengan orang dewasa dimana pemberian stimulus mereka (anak)
haruslah disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini untuk perkembangan kemampuan
mereka di masa selanjutnya. Adapun yang menjadi karakteristik anak usia dini menurut Hartanti
yaitu:

1
Khadijah, dkk, Perkembangan Sosial Anak Usia Dini, (Medan: Media Kreasi, 2021), hal. 8
2
1. Anak memiliki rasa keingintahuan yang besar
Memiliki rasa keingintahuan yag tinggi akan segala sesuatu yang terjadi disekitar
mereka. Rasa keingintahuan tersebut ditandai dengan munculnya berbagai pertanyaan
dari anak seperti apa itu, dimana itu, bagaimana seperti atau lain sebagainya. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan tersebut haruslah dapat ditanggapi dengan benar sehingga tidak
menyebakan keselahan konsep atau kesalahan berpikir dari anak.
2. Anak bersifat unik
Pada anak usia dini meski memiliki pola perkembangan yang sama namun setiap
mereka adalah berbeda misalnya gaya belajar, minat dan latar belakang. Keunikan
tersebut berasal dari faktor genetik atau bisa juga berasal dari lingkungan si anak.
Didasarkan keunikan tersebut orang tua maupun guru perlu melakukan pendekatan
individual sehingga perbedaan keunikan tersebut dapat terakomodasi dengan baik.
3. Anak umumnya kaya fantasi/imajinasi
Anak sangat suka berfantasi/berimajinasi dan mengambangkan berbagai hal dari itu.
Anak bisa bercerita mengenai sesuatu hal seolah-olah dia sedang/pernah mengalami hal
tersebut seperti yang dia ceritakan padahal itu semua hasil dari imajinasinya. Fantasi atau
imajinasi perlu dikembangkan pada anak sejak usia dini bagi perkembangan kreativitas
atau lainnya. Tetapi dalam upaya pengembangan perlu dilakukan perlahan mengingat
perbedaan antara khayalan dan kenyataan.
4. Anak memiliki sikap egosentris
Umumnya anak memiliki sifat egosentris (mau menang sendiri). Sifat ini dapat
dilihat pada anak yang masih suka berebut mainan, merengak, menangis, apabila yang
mereka inginkan tidak didapatkan. Untuk mengurasi sifat ini oarangtua atau guru dapat
memberikan berbagai kegiatan seperti mengajak anak mendengarkan cerita, melatih
kepedulian sosial dan empati terhadap sesama.2

Perkembangan sosial pada anak usia dini merupakan sebagai bentuk kematangan anak
dalam berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya dari hubungan sosial yang dilakukannya.
Selaras dengan itu, Harlock menyatakan bahwa perkembangan sosial berarti perolehan

2
Ibid., hal. 9-10
3
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Dari itu, dapat dinyatakan bahwa
perkembangan sosial dapat berarti pula proses belajar anak dalam menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi yang menyatu, saling berkomunikasi serta bekerja
sama. Aspek perkembangan sosial yang terjadi pada anak Usia dini sifatnya dinamis dan sangat
dipengaruhi oleh Lingkungannya. Ditiap tahapan-tahapan perkembangan Anak usia dini, mereka
menunjukkan ciri-ciri tersendiri Pada kemampuan sosialnya. Untuk proses pengembangan
Kemampuan sosial anak ditiap tahapan perkembangan Idealnya harus ditempuh sesuai dengan
usia anak

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan
sosial dan memerlukan tiga proses yaitu:

a. Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial


b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima
c. Perkembangan sikap sosial3

B. Perkembangan Sosial peserta Didik Usia Kanak-Kanak


Berkaitan dengan perkembangan sosial anak sekolah dasar, Santrock menjelaskan
perkembangan sosial anak sekolah dasar merupakan periode perkembangan yang terjadi pada
masa kanak-kanak tengah akhir yang dimulai sekitar usia 6 hingga usia 11 tahun. Kemampuan
anak sekolah dasar dalam menjalin hubungan sosial dengan temannya dapat dilihat dari sikap
anak itu sendiri dalam membina hubungan interpersonal maupun hubungan intrapersonal.
1. Hubungan interpersonal
Meliputi kemampuan berinteraksi dan kemampuan melakukan musyawarah dengan
perilaku mengucapkan terimakasih kepada orang lain yang yang sudah menolongnya,
mengucapkan salam saat masuk dan keluar kelas, menyapa guru dan temannya saat
masuk gerbang sekolah, menjawab sapaan guru dan temannya, mampu menceritakan
kembali pengalaman bermainnya, mampu memimpin diskusi dengan temannya,
mengajak temannya diskusi sebelum melakukan kegiatan, mau melayani temannya yang

3
Ibid., hal.11
4
mengajak diskusi sebelum melakukan kegiatan, dan merumuskan peraturan bermain
bersama temannya sebelum memulai permainan.
2. Hubungan Intrapersonal
Kemampuan membina hubungan intrapersonal di dalamnya meliputi, kemampuan
mengemukakan rasa cinta dan kasih sayang kepada orang lain, mampu meyelesaikan
perselisihan, dan mampu memberikan pegaruh secara positif kepada orang lain.
Kemampuan-kemampuan tersebut dapat tercermin dalam bentuk perilaku seperti
menggandeng tangan temannya, mengajak temannya bermain, mengelus temannya yang
sedang bersedih, saling memaafkan dan saling meminta maaf atas segala kesalahan,
mengarahkan cara bermain kepada temannya, dan memberikan contoh cara bermain
kepada orang lain.

Dalam mengembangkan tingkah laku sosial siswa di sekolah, semua komponen harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan
norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian perkembangan nilai-nilai sosial tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Perkembangan sosial yang dimiliki setiap individu menurut Saleh tidak datang dengan
sendirinya, tetapi selalu didahului oleh proses belajar, pengakumulasian pengetahuan, baik
secara formal maupun non formal berdasarkan pengalaman atau pengulangan yang berkelanjutan
pada suatu tindakan. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan
mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi denga manusia lainnya, interaksi sosial merupakan
kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh setiap manusia. Indikator perkembangan sosial diambil dari
indikator-indikator dimensi keterampilan sosial yang diungkapkan Beaty, yaitu adanya inisiatif
untuk beraktivitas dengan teman sebaya, bergabung dalam permainan, memelihara peran dalam
bermain, mengatasi konflik dalam bermain.

5
C. Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia Remaja
Perkembangan sosial masa remaja merupakan pencapaian kematangan berkembangnya
tingkat hubungan antar individu atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-
norma kelompok, moral dan tradisi.
Perkembangan sosial masa remaja dipengaruhi beberapa aspek seperti; kematangan
individu, kematangan intelektual, pengendalian emosi, kondisi keluarga, status sosial ekonomi
keluarga, dan pendidikan. Hungungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses
penyesuaian diri berpengaruh terhadap perilaku, sehingga dikenal beberapa pola perilaku seperti;
remaja yang egois, remaja keras, remaja yang menyendiri. Dibawah ini terdapat beberapa ciri-
ciri penyesuaian sosial remaja.
1. Lingkungan keluarga
a. Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
b. Menerima otoritas orang tuanya (mentaati peraturan dari orang tua)
c. Menerima tanggung jawab dan batasan norma yang berlaku dikeluarga
d. Berusaha saling membantu dalam Individu atau kelompok
2. Lingkungan sekolah
a. Bersikap respek dan mentaati peraturan yang ada
b. Hormat kepada guru, pemimpin atau staf lainnya
c. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan di sekolah
d. Berprestasi di sekolah
3. Lingkungan masyarakat
a. Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya
b. Merespon terhadap hak-hak orang lain
c. Bersikap simpati dan mnghormati terhadap kesejahteraan orang lain
d. Merespon terhadap hukum, norma-norma dan kebijakan masyarakat4

4
Siti Aisyah, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2015), hal. 148-149
6
Adanya hambatan dalam proses sosialisasi pada remaja dapat disebabkan oleh berbagai
faktor baik yang bersumber dari dirinya sendiri ataupun penyebab yang bersumber dari orang
lain serta berbagai sitausi dan kondisi sekitarnya. Secara rinci hambatan dalam bersosialisasi
tersebut dapat dijelaskan dalam enam kategori sebagai berikut:
a. Pengalaman yang kurang menyenangkan
Dasar pengalaman emosional dan penyesuaian diri pada remaja yang kurang baik
pada tahap perkembangan sebelumnya seperti misalnya pola asuh yang otoriter,
penerimaan yang negatif dari lingkungan sosial seperti kebebasan untuk menerima atas
berkunjung ke teman dalam perkembangannya akan menyebabkan remaja tumbuh
menjadi remaja yang kurang percaya diri.
b. Kurang adanya bimbingan
Secara langsung maupun tidak langsung bimbingan dari orang tua masih terus
diperlukan oleh remaja dalam proses sosialiasi baik bimbingan dalam memilih teman,
membantu mengarahkan kegiatan kelompok sampai upaya membantu menyelesaikan
masalah-masalah yang muncul.
c. Tidak ada contoh yang baik
Dalam proses sosialisasi, remaja memerlukan model yang dapat dicontoh. Bila
dalam proses sosialisasi remaja tidak menemukan contoh yang baik, atau justru lebih
tertarik pada model yang negatif maka proses sosialisasi dan imitasi yang terjadi
cenderung akan sama dengan model yang ditirunya.
d. Kurangnya kesempatan
Tidak adanya kesempatan lagi remaja untuk dapat mengadakan hubungan sosial
dengan teman sebaya dan lingkungan lain atau tidak adanya kemampuan untuk
bergabung dengan kelompok remaja tertentu akan menyebabkan tidak terbentuknya
ketrampilan remaja berkomuniaksi dan kemampuan bersosialisasi serta bergaul.5
e. Tidak ada motivasi
Kegagalan bersosialisasi yang dialami remaja pada tahapan perkembangan
sebelumnya bisa berakibat remaja menjadi malas dan tidak ada motivasi untuk bergaul

5
Sukiyanto, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2020), hal. 105
7
dengan orang lain. Bila hal ini terjadi justru akan membuat kemampuan sosialisasinya
semakin buruk.
f. Perbedaan norma sosial
Bila kelompok sosial yang baru memiliki norma yang berbeda dengan kelompok
sosialnya yang lama akan merupakan terhambatnya proses sosialisasi.6

6
Ibid., hal. 106
8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Usia dini merupakan masa yang sangat signifikan dalam tahapan perkembangan anak. Pada
anak usia dini yang berada pada rentang usia 4-5 tahun khususnya, usia dimana anak sangat
senang meniru apa yang dibicarakan dan tindakan-tindakan apapun yang di lakukan oleh orang-
orang disekitarnya. Dengan demikian, hendaknya ketika berada disekitar anak orang- orang
dewasa terutama orang tua anak haruslah dapat berkata dengan perkataan yang baik dan
melakukan tindakan baik.
Berkaitan dengan perkembangan sosial anak sekolah dasar, perkembangan sosial anak
sekolah dasar merupakan periode perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak tengah
akhir yang dimulai sekitar usia 6 hingga usia 11 tahun. Kemampuan anak sekolah dasar dalam
menjalin hubungan sosial dengan temannya dapat dilihat dari sikap anak itu sendiri dalam
membina hubungan interpersonal maupun hubungan intrapersonal.
Perkembangan sosial masa remaja dipengaruhi beberapa aspek seperti; kematangan
individu, kematangan intelektual, pengendalian emosi, kondisi keluarga, status sosial ekonomi
keluarga, dan pendidikan. Hungungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses
penyesuaian diri berpengaruh terrhadap perilaku, sehingga dikenal beberapa pola perilaku
seperti; remaja yang egois, remaja keras, remaja yang menyendiri.
B. Saran
Demikianlah makalah ini ditulis, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dan dapat dipahami serta diambil kesimpulannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2015. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Deepublish Publisherhal.

Khadijah, dkk. 2021. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. Medan: Media Kreasi

Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Sukiyanto. 2020. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai