MAKALAH Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
MAKALAH Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
MAKALAH Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
DINI
JUMLIAH
NPM : 2386207028
SAMARINDA
2024
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini.............3
B. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini............................4
C. Karakteristik Perkembangan Emosional Anak Usia Dini....................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
lingkungan. Proses pengenalan ini dapat berupa interaksi anak dengan
keluarga yang akan membuat anak belajar membangun konsep diri. Juga
dapat dengan cara bermain bersama teman sebaya yang akan melatih dan
meningkatkan kemampuan sosialisasi anak. Semakin sering perilaku sosial
emosional anak dilatih, maka kemampuan problem solving-nya pun akan
semakin baik. Maka dari itu orangtua maupun guru harus sesering mungkin
mengajak anak bermain permainan yang dapat melatih kemampuan sosial
emosional anak.
Perkembangan sosial diartikan sebagai kemampuan anak dalam
berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan masyarakat luas agar
dapat meyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan harapan bangsa dan
Negara.3 Perkembangan sosial ini mengikuti suatu pola perilaku sosial.
Dimana pola ini berlaku pada semua anak yang berada dalam satu kelompok
budaya. Perkembangan ini dimulai sejak bayi mampu berinteraksi dengan
keluarganya. Pengalaman sosial yang dialami anak saat usia dini sangat
memengaruhi pembentukkan karakter anak di masa yang akan datang.4
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini?
2. Sebutkan Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini?
3. Sebutkan Karakteristik Perkembangan Emosional Anak Usia Dini?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak
Usia Dini.
2. Untuk Mengetahui Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini.
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Perkembangan Emosional Anak Usia
Dini.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Farida Mayar, Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Depan
Bangsa. Jurnal Al-Ta’lim, Vol.1 No.6 November 2013, h.459.
4
Zaenal Aqib, dkk, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK, (Bandung:
Yrama Widya, 2009), h.40-41.
v
A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003). Anak usia dini adalah anak
kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
yang bersifat unik.5 Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai
usia 6 tahun. Usia ini adalah usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini merupakan usia ketika
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. 6 Anak usia dini
merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri
sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa ini stimulasi seluruh aspek
perkembangan memiliki peran penting untuk tugas perkembangan
selanjutnya.7
Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari
tingkah laku yang ditiru dari dalam keluarganya serta mengikuti. Adapun
menurut Hurlock bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan
kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial, yaitu menjadi
orang yang mampu bermasyarakat.8 Perkembangan sosial adalah
perkembangan prilaku anak dalam menyesuaikan diri dalam aturan-aturan
masyarakat dimana anak itu berada. 9 Sosialisasi merupakan suatu proses
dimana individu terutama anak melatih kepekaan dirinya terhadap
rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanantekanan dan tuntutan-tuntutan
kehidupan serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain
didalam lingkungan sosialnya.
Sedangkan Kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk
mengendalikan, mengolah, dan mengontrol emosi agar mampu merespon
5
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005),
h.88.
6
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.32.
7
Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), h.20.
8
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid I (edisi ke enam), (Jakarta: Erlangga,
1997), h.250.
9
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.30.
vi
secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini. 10
Emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme ataupun individu pada
suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi efektif mulai dari
tingkatan yang lemah sampai pada tingkatan yang kuat (mendalam), seperti
tidak teralu kecewa dan sangat kecewa.
Berbagai emosi dapat muncul dalam diri seperti sedih, gembira,
kecewa, benci, cinta , marah. Sebutan yang diberikan pada emosi tersebut
akan mempengaruhi bagai mana anak berfikir dan bertindak mengenai
perasaan tersebut.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan
perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses perkembangan
anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada orang tua,
teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa
anak dalam memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang
sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh melalui mendengar, mengamati,
meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan modeling (contoh).
B. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Karakteristik perkembangan sosial anak usia dini dapat dibagi menjadi
beberapa tahap periode, diantaranya:11
1. Periode bayi
a. Usia 1-2 bulan, anak belum mampu untuk membereskan objek dan
benda.
b. Usia 3-4 bulan, mata sudah kuat melihat orang/objek, tersenyum
kepada orang lain.
c. Usia 5-6 bulan, bereaksi berbeda terhadap suara, terkadang agresif,
memegang, melihat, mengikuti suara dan tingkah laku yang
sederhana.
d. Usia 12 bulan, mengenal larangan.
10
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 60.
11
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta: Gramedia,
2013), h.110.
vii
e. Usia 24 bulan, anak sudah membantu melakukan aktivitas
sederhana.
2. Periode Prasekolah
a. Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya.
b. Mulai dapat bermain bersama
c. Mulai menujukkan tingkat laku sosial, seperti:
1) Pembangkangan (negativisme) merupakan tingkah laku yang
terjadi sebagai reaksi terhadap segala bentuk penerapan disiplin
dan tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan
keinginan anak. Tingkah laku ini muncul pada anak yang
berusia 18 bulan sampai tiga tahun, dan mulai menurun pada
usia 4 – 6 tahun.
2) Agresi (aggression) yaitu perilaku menyerang balik secara fisik
(nonverbal) dan katakata (verbal). Agresi merupakan salah satu
bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak
terpenuhi kebutuhan dan keinginannya). Biasanya bentuk ini
ditunjukkan dengan perilaku menyerang seperti mencubit,
menggigit, menendang, dan memukul.
3) Berselisih (arrguing) merupakan suatu sikap yang terjadi jika
anak merasa tersinggung atau terganggu dengan sikap atau
perilaku orang lain.
4) Menggoda (teasing) merupakan serangan mental terhadap orang
lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan)
maupun nonverbal (perbuatan yang bertujuan untuk
mengganggu atau usil) yang menimbulkan marah pada orang
yang digodanya.
5) Persaingan (rivaly) merupakan keinginan untuk melebihi orang
lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat
pada usia 4 tahun, yaitu persaingan prestise dan pada usia 6
tahun semangat bersaing ini semakin baik.
viii
6) Kerja Sama (cooperation). Sikap ini mulai muncul pada usia
tiga tahun atau wal empat tahun, pada usia enam tahun hingga
tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan anak yang ingin bermain bersama serta
mengerjakan sesuatu bersama.
7) Tingkah Laku Berkuasa (ascendent behavior) yaitu tingkah laku
untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap
bossiness. Wujud dari sikap ini adalah memaksa, meminta,
menyuruh, mengancam, dan sebagainya.
8) Mementingkan Diri Sendiri (selfishness) yaitu sikap egosentris
dalam memenuhi interest atau keinginannya. Wujud dari sikap
ini adalah anak yang acuh dan ingin menang sendiri.
9) Simpati (syimpaty) merupakan sikap emosional yang mendorog
individu untuk menaruh perhatian terhadap oranglain agar mau
mendekati atau bekerja sama dengan dirinya.
Menurut Hurlock, ada beberapa pola perilaku sosial anak, antara lain:12
1. Meniru
Agar anak merasa sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan
perilaku orang yang sangat ia kagumi.
2. Persaingan
Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain
sudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai dirumah dan kemudian
berkembang dalam bermain dengan anak diluar rumah.
3. Kerja Sama
Pada akhir tahun ketiga bermain koopertif dan kegiatan kelompok
mulai berkembang dan meningkat, baik dalam frekuensi maupun
lamanya berlangsung, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan
12
Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h.116.
ix
untuk bermain dengan orang lain. Artinya dalam masa kanak-kanak sikap
kerja sama ini sangat umum dilaksanakan dalam proses sosialisasi anak
karena sudah mulai bermain dengan teman sebayanya.
4. Simpati
Simpati ini snagat berhubungan dengan perasaan dan emosi orang
lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun.
Semakin banyak kontak bermain maka semakin cepat simpati ini
berkembang.
5. Empati
Perilaku empati tidak hanya melibatkan emosi dan perasaan orang
lain saja, tetapi juga membayangkan diri sendiri di tempat orang lain atau
membayangkan diri sendiri sebagai orang lain. Relatif hanya sedikit anak
yang memiliki perilaku seperti ini karena sifat dasar anak yang
egosentris.
6. Dukungan Sosial
Dukungan dari teman-teman merasa lebih penting dibandingkan
dukungan dari orang dewasa pada masa kanak-kanak ini. Anak
menganggap perilaku nakal dan mengganggu merupakan cara untuk
memperoleh dukungan dari temantemannya. Artinya anak tidak akan
menganggap baik dan buruk menurut orang dewasa tetapi menunjukkan
perilaku yang dianggap sama dengan temannya.
7. Membagi
Seiring berjalannya waktu, anak mengetahui bahwa salah satu cara
untuk memperoleh pengakuan sosial adalah dengan membagi miliknya,
seperti mainan atau benda yang ia miliki untuk anak-anak lain. Lambat
laun sifat mementingkan diri sendiri ini akan berubah menjadi murah
hati. Anak yang sejak bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yang
hangat, erat dan personal dengan orang lain berangsurangsur memberikan
kasih saying kepada orang lain di luar rumah, seperti guru, teman, atau
benda kesayangannya.
x
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa tingkah laku sosial pada
anak usia dini berbeda-beda menurut tingkatan usia anak. Semakin tumbuh
anak, semakin berkembang tingkah laku sosial anak. tingkah laku sosial anak
sangat berpengaruh dalam proses interaksi dan sosialisasi anak dengan lawan
sosial seperti teman sebaya maupun orang dewasa.
Menurut Masnipal, ada beberapa ciri utama reaksi emosi sosial anak
usia dini, yaitu:13
13
Masnipal, Siap Menjadi Guru…”, h. 117.
14
Elizabeth B Hurlock, Psikologi…”, h.201.
xi
1. Reaksi emosi anak sangat kuat, dalam hal kekuatan, makin bertambahnya
usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak
akan semakin terampil dalam memiliki kadar keterlibatan emosionalnya.
2. Reaksi emosi seringkali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang
diinginkannya. Semakin emosi anak berkembang menuju
kematangannya, mereka akan belajar mengontrol diri dan
memperlihatkan reaksi emosi dengan cara dapat diterima lingkungan.
3. Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi kekondisi lain.
4. Reaksi emosi bersifat individual
5. Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang
ditampilkan.
6. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Anak-anak mungkin tidak
memperlihatkan reaksi emosional secara langsung, tetapi mereka
memperlihatkan secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun,
menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti
menggigit kuku dan mengisap jempol.
7. Emosi seringkali tampak. Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi
yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional
seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga mereka belajar untuk
menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian
mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi
dengan cara yang lebih dapat diterima.
xii
Selanjutnya Syamsu Yusuf, juga berusaha menjelaskan ciri emosi
antara anak-anak dan orang dewasa. Menurutnya, terdapat perbedaan cirri
emosi anak dengan orang dewasa. Emosi anak memiliki ciri:15
1. Amarah
Anak mengungkapkan rasa marahnya dengan menangis, berteriak,
menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul. Penyebab
dari amarah ini yang paling umum adalah karena pertengkaran tenatang
permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan hebat yang
diterimanya dari orang lain.
2. Takut
Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang
kurang menyenangkan merupakan penyebab dalam menimbulkan rasa
takut, seperti cerita-cerita, acara televisi, dan film-film dengan unsur
menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik,
15
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), 116.
xiii
kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar, dan
bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang menakutkan.
3. Cemburu
Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian
orang tua mulai beralih kepada oranglain didalam keluarga, biasanya
adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan
kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkannya dengan kembali
berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol, pura-pura sakit, atau
menjadi nakal. Perilaku ini semua bertujuan untuk menarik perhatian
orang tua.
4. Ingin Tahu
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru yang
dilihatnya, juga mengenai tubuhnya dan tubuh orang lain. Reaksi pertama
adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik (meraba), kemudian
berkembang menjadi bertanya.
5. Iri Hati
Anak-anak sering iri hati terhadap orang lain mengenai
kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Reaksi dari iri hati ini
bermacam-macam, yang paling umum mengeluh dengan barang
kepunyaan sendiri dan mengungkapkan ingin mempunyai barang seperti
orang lain atau dengan mengambil barang kepunyaan orang lain.
6. Gembira
Anak-anak merasa bahagia karena sehat, bunyi yang tiba-tiba atau
yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan
berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan
kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan,
melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuat dirinya
bahagia.
7. Sedih
Penyebab anak-anak sedih yang paling umum adalah karena
kehilangan segala sesuatu yang dicintainya atau yang dianggap penting
xiv
bagi dirinya, seperti orang, binatang, atau benda mati seperti mainan dan
benda yang ia sayangi. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya
dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadapa kegiatan
normalnya, termasuk makan.
8. Kasih Sayang
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang
menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila
sudah besar tetapi ketika masih kecil anak mengungkapkannya secara
fisik, seperti memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003). Anak usia dini adalah anak
kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
xv
yang bersifat unik. Perkembangan sosial adalah perkembangan prilaku anak
dalam menyesuaikan diri dalam aturan-aturan masyarakat dimana anak itu
berada. Kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk mengendalikan,
mengolah, dan mengontrol emosi agar mampu merespon secara positif setiap
kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini. Jadi, dapat
disimpulkan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses
perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada
orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan
keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap keadaan
dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh melalui
mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan
modeling (contoh).
Karakteristik perkembangan sosial anak usia dini dapat dibagi menjadi
dua periode yaitu periode bayi dan periode prasekolah. Menurut Hurlock, ada
beberapa pola perilaku sosial anak meliputi meniru, persaingan, kerja sama,
simpati, empati, dukungan sosial, dan membagi. Menurut Masnipal, ada
beberapa ciri utama reaksi emosi sosial anak usia dini, yaitu anak lebih sering
terjadi perselisihan dengan teman sebayanya, kegiatan berteman lebih intens,
memiliki perilaku yang mencolok, dan interaksi anak dengan teman sebaya
sangat intens.
Emosi anak sendiri memiliki beberapa ciri yaitu Berlangsung singkat
dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih hebat/kuat, bersifat sementara/dangkal,
lebih sering terjadi, dan dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.
Sementara itu emosi orang dewasa memiliki ciri-ciri yaitu berlangsung lebih
lama dan berakhir dengan terlambat, tidak terlihat hebat/kuat, lebih mendalam
dan lama, jarang terjadi, dan sulit diketahui karena lebih pandai
menyembunyikan. Terdapat pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-
kanak, antara lain amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira,
sedih, dan kasih sayang.
B. Saran
xvi
Berbagai faktor dapat mempengaruhi perkembangan sosio emosional
dan moral anak, kita sebagai guru dan orang tua wajib membimbing anak
agar dapat tumbuh berkembang dengan optimal. Selain itu, guru harus lebih
efektif dalam mengembangkan sosial emosional anak sehingga nantinya anak
mampu berinteraksi di lingkungan sekolah keluarga dan masyrakat.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zaenal, dkk.( 2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan
TK. Bandung: Yrama Widya.
Hurlock, Elizabeth B. (1997). Perkembangan Anak Jilid I (edisi ke enam).
Jakarta: Erlangga.
xvii
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Isjoni. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.
Mansur. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Mashar, Riana. (2011). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Masnipal. (2013). Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta:
Gramedia.
Mayar, Farida.(2013). Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk
Masa Depan Bangsa. Jurnal Al-Ta’lim 1(6): 459.
Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Trianto.(2011). Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi Dan
Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wahyuni, S., Syukri, M., dan Miranda, D. (2015). Peningkatan Perkembangan
Sosial Emosional melalui Pemberian Tugas Kelompok pada Anak Usia 5-6
Tahun. Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Wiyani, Novan Ardy & Barnawi. (2016). Format PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Yusuf, Syamsu. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
xviii