LAPRAK
LAPRAK
LAPRAK
KELOMPOK 2
1. Buret
2. Statif dan Klem
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Pipet tetes
5. Pipet gondok 10 ml
6. Neraca analitik
7. Beaker glass
8. Corong
9. Spatel
Bahan :
1. H2SO4
2. NaOH 0,1 N
3. Indikator PP 1%
5. HCl 0,1 N
6. Aquadest
VI. Prosedur
A. ALKALIMETRI
1. Pembakuan NaOH dengan Kristal Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O)
1) Masukkan larutan standar NaOH ke dalam buret, kemudian tanda
bataskan tepat di meniskus bawah.
2) Menimbang kristal asam oksalat sebesar 63,0 mg atau 0,0063 g.
Kemudian masukkan kedalam erlenmeyer.
3) Tambahkan aquades sebanyak 40 ml
4) Menghomogenkan larutan
5) Ditambahkan 2 tetes indikator PP 1% (Larutan tidak berwarna)
6) Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai mencapai TAT (titik
akhir titrasi) terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah muda (Pink) konstan
7) Catat volume titran yang didapatkan. Lakukan perhitungan sesuai
dengan rumus pembakuan.
B. ASIDIMETRI
VIII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar H2SO4 dan Na2CO3
menggunakan titrasi asidi dan alkalimetri yaitu titrasi penetapan kadar asam dan basa.
Dalam titrasi ini dilakukan dengan cara melakukan pembakuan (standarisasi) terlebih
dahulu untuk menentukan konsentrasi larutan standar sekunder. Larutan standar sekunder
yang digunakan yaitu NaOH dan HCL yang perlu diketahui normalitasnya sebelum
larutan digunakan untuk titrasi penetapan kadar. Langkah-langkah dalam titrasi
pembakuan dan penetapan kadar pada titrasi kali ini sama hanya saja titran dengan
sampel nya yang berbeda yaitu dengan penetapan kadar H2SO4 dan Na2CO3 dengan
dibantu indikator PP (Fenolftalein) untuk menentukan warna saat TAT (Titik Akhir
Titrasi) nantinya. Penambahan indikator PP ini bertujuan untuk memberikan pembanding
dalam proses titrasi asam basa, karena hasil yang akan diperoleh nantinya (TAT)
menunjukkan rentan pH kisaran 9-4 dengan perubahan warna jika sifat larutan basa
terjadi perubahan warna menjadi merah muda (pink) dan jika sifat larutan asam maka
TAT larutan tidak akan berwarna.
Hasil titik akhir titrasi pada titrasi asidimetri adalah perubahan warna dari merah
muda (pink) menjadi tidak berwarna dengan volume titran pada titrasi pembakuan HCL
sebesar 12,30 ml dengan hasil perhitungan konsentrasi HCL adalah 0,0808 N. Titrasi
penetapan kadar yang dilakukan secara asidimetri didapatkan volume titrasi 2,20 ml
dengan hasil perhitungan kadar Na2CO3 yang ditetapkan sebesar 0,10%. Hasil titik akhir
titrasi (TAT) pada titrasi alkalimetri adalah terjadinya perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda (pink) konstan dengan volume titran pada tirasi penetapan
kadar NaOH sebesar 9.70 ml dengan hasil perhitungan konsentrasi NaOH adalah 0,1030
N. Titrasi penetapan kadar yang dilakukan secara alkalimetri didapatkan volume titran
rata-rata 11,475 ml dikarenakan titrasi dilakukan secara duplo ( dua kali) dengan volume
I sebesar 11,65 ml dan volume II sebesar 11,30 ml, setelah dilakukan perhitungan dengan
rumus penetapan kadar didapatkan kadar H2SO4 sebesar 0,54%.
IX. Simpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu praktikum penetapan kadar H2SO4
dan Na2CO3 dengan titrasi asam basa yaitu asidi-alkalimetri didapatkan hasil :
1. Titik akhir titrasi pada titrasi Asidimetri adalah perubahan warna dari
merah muda (pink) menjadi tidak berwarna. Dengan hasil penetapan kadar
Na2CO3 sebesar 0,10%.
2. Titik akhir titrasi pada titrasi Alkalimetri yaitu terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi merah muda (pink) konstan. Dengan hasil
penetapan kadar H2SO4 sebesar 0,54%.
X. Lampiran
Asidi Alkali
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 6
PENETAPAN KADAR ARGENTOMETRI
b. Volhard
1. KSCN (0,1 N)
2. NaCl (0,1 N)
3. AgNO3 (0,1 N)
4. HNO3 (0,1 N)
5. Fe Allum (40%)
VI. Hasil
A. Metode Mohr
Larutan basa : AgNO3
Larutan asam : K2CrO4 + NaCl
TAT : Endapan merah bata
Larutan awal berwarna kuning
Hasil akhir menghasilkan endapan merah bata
Perhitungan Titrasi
V AgNO3 × N AgNO3 = V NaCl × N NaCl
13 × N AgNO3 = 10 × 0,09970
N AgNO3 = 0,097
13
N AgNO3 = 0,0746 N
0,0941
0,0746 -
0,0195 ÷ 0,0941 = 20,72%
VII. Pembahasan
Dasar analisa kualitatif dengan metode argentometri yaitu merupakan suatu titrasi
ion perak dan ion-ion hydrogen. Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan
larutan perak nitrat sebagai titran, dimana terbentuk garam perak yang sukar larut. Pada
analisa argentometri ada beberapa cara pengendapan yang dikenal yaitu mohr, volhard,
dan Fajans. Titrasi pengendapan atau argentometri didasarkan atas terjadinya
pengendapan kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang
diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila
semua bagian titran sudah membentuk endapan.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaCl. Sampel tersebut
dilarutkan dengan 10 ml aquades di dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan 1 ml
indikator.
Warna putih yang terbentuk akibat reaksi antara AgNO3 dengan NaCl, apabila Cl-
habis beraksi dengan Ag+ dari AgNO3. Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan
indicator larutan K2CrO4 yang dengan ion Ag+ berlebih menghasilkan endapan AgCl yang
berwarna putih mulai berubah menjadi kemerah-merahan. Titrasi harusdilakukan dalam
suasana netral atau basa lemah dengan pH antara 6,5 - 9, dengan begitu garam perak
kromat tidak akan terbentuk.
Setelah dititrasi pada larutan sampel terbentuk endapan kemerah - merahan, hal
inilah yang membuktikan bahwa metodetitrasi pengendapan yang dilakukan adalah cara
mohr. Munculnya endapan yang berwarna kemerah-merahan pada titik akhir titrasi
dikarenakan kromat terikat oleh ion perak membentuk senyawa yang sukar larut
berwarna merah bata.
VIII. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan :
1. Argentometri adalah titrasi pembentukan endapan dengan ion Ag+
2. Metode mohr menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar dan K2CrO4 5%
sebagai indikator dan mendapatkan TAT merah bata (endapan) pada volume titran
13 ml
3. Metode volhard menggunakan larutan standar KSCN dan indikator berupa Fe
allum. Metode volhard gagal dikarenakan reagensi yang digunakan telah
kadaluarsa/terkontaminasi
IX. Lampiran
PERMANGANOMETRI
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 7
PENETAPAN KADAR PERMANGANOMETRI
Bahan
1. KMnO4
2. H2SO4 pekat
3. Asam oksalat 0,1N
4. Fe(NH4)2(SO4)2
5. Aquades
VI. Prosedur
A. Pembakuan/Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N dengan asam oksalat
1. Masukkan larutan KMnO4 ke dalam buret
2. Masukkan 10 ml larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer
3. Tambahkan 5 ml H2SO4 2N ke dalam erlenmeyer
4. Panaskan erlenmeyer dengan hotplate hingga mencapai suhu 70-80℃
5. Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi violet muda hingga merah muda
6. Hitung normalitas KMnO4
B. Penetapan Kadar Fe(NH4)2(SO4)2
1. Ukur seksama 10 ml larutan Fe(NH4)2(SO4)2 lalu masukkan ke dalam
erlenmeyer
2. Tambahkan 20 ml aquades ke dalam erlenmeyer
3. Tambahkan 5 ml H2SO4 2N ke dalam erlenmeyer
4. Panaskan erlenmeyer dengan hotplate hingga mencapai suhu 70-80℃
5. Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
6. Hitung kadar Fe(NH4)2(SO4)2
VII. Hasil
1. Standarisasi Larutan KMnO4
VIII. Pembahasan
Pada praktikum permanganometri dilakukan dua langkah kerja, yang pertama
adalah pembakuan atau standarisasi kalium permanganometri dan yang kedua penentuan
kadar FeSO4. Titrasi permanganometri harus dilakukan ditempat yang gelap (tidak boleh
terkena cahaya). Karena jika terkena cahaya maka akan terjadi pengendapan sehingga
terbentuk MnO2 yang solid, jika sudah terbentuk ini maka harus disaring karena jika
masih terdapat endapan ini maka permanganat tidak dapat mengoksidasi Fe. Pada
pratikum titrasi ini reagen permanganat sebagai titran pengoksidasi. Larutan yang dititrasi
adalah besi dalam asam sulfat, penitrasian ini dilakukan dalam suasana asam. Untuk
proses standarisasi larutan yang dititrasi adalah asam oksalat dalam asam sulfat dan
larutan ini dipanaskan hingga mencapai suhu 70-80 derajat, hal ini dilakukan karena
untuk titrasi permanganometri jika dilakukan dalam suhu ruangan reaksinya berjalan
sangat lambat maka dari itu membutuhkan titrasi dalam keadaan yang sangat asam dan
harus dalam suhu yang tinggi atau menggunakan katalis baru dapat berjalan reaksinya
dengan lebih cepat.
Hasil titik akhir titrasi pada saat proses standarisasi kalium permanganat yaitu
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi violet muda hingga merah
muda, warna ini didapat dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium
permanganat volume sebanyak 9,45 ml sehingga diperolehlah konsentrasi dari kalium
permanganat yaitu 0,1058 N. Sedangkan, hasil titik akhir titrasi pada saat proses
penentuan atau penetapan kadar Fe(NH4)2(SO4)2 yaitu ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna larutan menjadi merah muda, warna ini didapat dalam percobaan ketika
sudah ditrasi dengan kalium permanganat volume sebanyak 5,07 ml sehingga diperoleh
konsentrasi dari Fe(NH4)2(SO4)2 yaitu 0,5369 N dan kadar Fe dalam Fe(NH4)2(SO4)2
sebesar 2,10%.
IX. Simpulan
Simpulan yang didapatkan dari percobaan pratikum permanganometri (penetapan
kadar asam oksalat dan penetapan kadar Fe(NH4)2(SO2)4, adalah :
1. Titrasi permanganometri didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi (redoks).
2. Sifat KMnO4 dikenal sebagai indikator sendiri (autoindikator).
3. Titrasi permanganometri dilakukan dalam suasana asam karena lebih mudah
untuk dioksidasi.
4. Hasil Akhir Titrasi (TAT) pada saat proses pembakuan atau standarisasi larutan
KMnO4 0,1 N dengan asam oksalat ditunjukkan dengan adanya perubahan warna
larutan menjadi violet muda hingga merah muda, warna ini didapat dalam
percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium permanganat volume sebanyak 9,45
ml sehingga diperolehlah konsentrasi dari kalium permanganat yaitu 0,1058 N.
5. Hasil Akhir Titrasi (TAT) pada saat proses penetapan kadar Fe(NH4)2(SO4)2
yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah muda,
warna ini didapat dalam percobaan ketika sudah ditrasi dengan kalium
permanganat volume sebanyak 5,07 ml sehingga diperoleh konsentrasi dari
Fe(NH4)2(SO4)2 yaitu 0,5369 N dan kadar Fe dalam Fe(NH4)2(SO4)2 sebesar
2,10%.
6. Teknik titrasi permanganometri biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat
atau besi dalam suatu sampel.
X. Lampiran
Pembakuan Atau Standarisasi Larutan KMnO4 0,1N Dengan Asam Oksalat
Penetapan Kadar FE(NH4)2(SO4)2
LAPRAK 4
KOMPLEKSOMETRI
V. Dasar teori
Dalam kimia farmasi kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung ion-ion logam
seperti alumunium, bismut, magnesium, dan zink dengan cara kompleksometri. Dimana kita
akan menentukan kemurnian atau kadar daripada salam satu logam tersebut yang dilakukan
dengan cara titrasi kompleksometri.
Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan suatu anion
atau molekul netral. Ion logam didalam komplkes disebut atom pusat dan kelompok yang terikat
pada atom disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan
koordinasi dari logam. Dari kompleks diatas perak merupakan atom logam dengan koordinasi
dua, dan sianidanya merupakan ligannya. Reaksi membentuk kompleks dapat dianggap sebagai
asam-basa lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron,
kepada kation yang merupakan suatu asam.
Pada percobaan kali ini larutan standar primer yang digunakan yaitu ZnSO4, sedangkan
larutan standar sekunder yang digunakan yaitu larutan EDTA.
A. Alat :
1. Buret
2. Statif
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Pipet tetes
5. Pipet gondok 10 ml
6. Beaker glass 100 ml
7. Corong
8. Spatel
9. mortil
10. Gelas ukur 10 ml
11. Palleus ball
B. Bahan :
1. Na2EDTA.2H2O (Triplex III)
2. Buffer Ammonia pH 10
3. Indikator EBT
4. ZnSO4.7H2O 0,05M (larutan primer)
5. HCl 2N
6. MgSO4.7H2O
7. Aquadest
VII. Prosedur
VIII. Hasil
MNa2EDTA = 0,529 M
= 2374,5390/10000 x 100%
= 2,37%
IX. Pembahasan
XI. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK 9
Pada praktikum ini dilakukan salah satu percobaan yaitu titrasi iodometri.Titrasi
iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.Titrasi iodium termasuk jenis
titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar dari pada sistem iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Titrasi iodometri adalah salah
satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak
digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Prinsip titrasi iodometri adalah
dengan menambahkan KI berlebih dalam larutan contoh yang mengandung analit atau zat
oksidator. Iodium yang terbentuk dititrasi dengan larutan standar tiosulfat. Menghasilkan iodida
dan ion tetrationat. Iodometri merupakan bahan pengoksidasi yang mengoksidasi kalium iodide
atau KI dalam Suasana asam sehingga iod yang dibebaskan kemudian ditentukan dengan
menggunakan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar tembaga (II)
sulfat.
a. Buret
b. Statif
c. Erlenmeyer 250 ml
d. Pipet tetes
e. Pipet gondok 10 ml
f. Beaker glass 100 ml
g. Corong
h. Gelas ukur 10 ml
a. Na2S2O3.5H2O
b. KI 10 %
c. KIO3 0,1 N
d. Aquadest
e. Indikator Amylum 1%
f. HCl 2N
VI. Prosedur
Perhitungan :
Kadar CuSO4.5H2O =
VII. Hasil
1). Pembakuan Na2S2O3.5H2O (disamakan satu kelas karena titrasi tidak dapat dilakukan)
Diketahui :
VKIO3 = 10 ml
NKIO3 = 0,1 N
VNa2S2O3 = (Titran)
Ditanya : N Na2S2O3
Jawab :
10 x 0,1 = 10 x N
N = 0,1 N
2). Penetapan kadar CuSO4.5H2O
Diketahui
N Na2S2O3 = 0,1 N
V Titran = 5,60 ml
Jawab :
Ml sampel x 1000
10.000
10.000
= 1,39%
VII. Pembahasan
Dalam proses titrasi iodometri setelah ditambahkan KI 10% perlu menutup labu
erlenmeyer dengan rapat karena sifat KI yang mudah menguap sehingga ketika dititrasi akan
terjadi kesalahan dalam hasil titrasi. Kemudian setelah dititrasi pertama hingga warna berubah
menjadi kuning pucat yang semula kuning terang langsung ditambahkan amylum 1% di gojlok
kuat langsung dititrasi kembali karena apabila setelah penambahan amylum tidak langsung
dititrasi amylum akan bersatu lebih erat sehingga ketika proses titrasi akan menghasilkan hasil
yang kurang akurat. Kemudian hasil akhir dari titrasi kali ini berwarna putih susu. Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada titrasi iodometri adalah: (1). Pada umumnya oksidasi langsung Pada
umumnya oksidasi langsung dengan iodometri dilakukan untuk bahan-bahan yang potensial
oksidasi yang lebih rendah dari ion dan sebaliknya. (2). Oksidasi oleh oksigen atmosfer pada
reaksi oksidasi dalam medium asam kuat dapat menghasilkan nilai titran yang salah sehingga
menyebabkan kesalahan perkiraan. (3). Iodometri tidak pernah dilakukan dalam medium basa
karena reaksi antara iod dengan hidroksida akan menghasilkan ion hipoiodit dan iodat akan
menjadi 2I2-. Dimana 2 mol I akan mengoksidasi parsial tiosulfat menjadi bentuk dioksidasi
yang lebih tinggi seperti SO.
VIII. Simpulan
1. Titrasi iodometri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi
reduksi.
2. Prinsip titrasi iodometri adalah dengan menambahkan KI berlebih dalam larutan contoh
yang mengandung analit atau zat oksidator.
3. Untuk TAT penetapan kadar KI adalah larutan yang semula bewarna kuning terang akan
bewarna putih susu.
4. Iodometri dilakukan dalam suasana asam dan tidak pernah dilakukan dalam media
suasana basa karena reaksi antara iod dengan hidroksida akan menghasilkan ion
hipoiodit.
IX. Lampiran
TTD
Dosen Pengampu