MAKALAH Kelompok 7 STUDI CIREBON - pdf-1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Cirebon dari Indraprashta sampai kemerdekaan

cirebon
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata

Kuliah : Studies Cirebon

Dosen Pengampu : Bintang Irianto, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 7

NAUFAL AGHNI ZAMZAMI (2381010112)


MOHAMAD RIZKI RIYANDI (2381010116)
ALPIATUSSALAMAH (2381010129)
NUR AZIZAH (2381010145)
DONA NUR SITI FATIMAH (2381010162)
SITI NURHALIZA (2381010170)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN
SYEKH NURJATI CIREBON
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia serta
kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kesultanan Cirebon, masa kekosongan
kesultanan dan terbagi dalam tiga kesultanan ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun
hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak
Irianto, M.PD. selaku dosen mata kuliah Cirebon Studies.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan,
walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan. Semoga dalam
makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik
yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Cirebon, 21 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. Sejarah kerajaan Indra prahasta ........................................................................................ 3
B. Raja-raja yang berkuasa dikerajaan indra prahasta ........................................................... 4
C. Peninggalan kerajaan indra prahasta ................................................................................. 5
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cirebon mulai dikenal pada pertengahan abad ke-15an, sebagai pusat
keagamaan, politik, dan ekonomi. Pada masa kekuasaan Sunan Gunung Jati akhir abad
ke-15 menjadikan Cirebon sebagai pusat penyebaran agama Islam di pantai utara Jawa
(Ambary 1996: 38). Cirebon merupakan pangkalan penting dalam jalur pelayaran dan
perdagangan antar bangsa, membuatnya berperan sebagai jembatan antar budaya,
sehingga banyak peninggalan- peninggalan purbakala, kesenian, dan warisan non fisik
yang menjadi bukti tentang masuknya aneka ragam budaya dari berbagai penjuru dunia,
antara lain Arab, India, Cina, dan Eropa, bahkan pada awal abad ke-18an Cirebon
menjadi wilayah yang dikuasai oleh VOC (Lapian & Sedyawati, 1996: 4-5). Beberapa
bukti hubungan itu, tampak berbagai jenis keramik Cina dan Belanda menghias
tembok-tembok keraton, makam, dan masjid. Beberapa ditandai dengan keberadaan
tegel keramik bermotif cerita Alkitab yang berasal dari Delft Belanda, juga beberapa
bangunan bergaya arsitektur Cina (Harkantiningsih, 2004: 4-15). dan Eropa
Cirebon sebagai kerajaan Islam, tidak hanya tumbuh dalam lingkup agama dan
birokrasi, tetapi bersamaan dengan pertumbuhan itu, Cirebon berkembang pula sebagai
kota tempat dibangunnya berbagai infrastruktur, untuk menunjang perannya sebagai
jalur pelayaran dan perdagangan antar bangsa, sehingga terjadi percampuran dari
berbagai budaya, baik nasional maupun internasional, terlebih berperannya VOC di
wilayah ini (Harkantiningsih 2004: 13-15). Cirebon sebagai bandar internasional
digambarkan pula oleh Tjandrasasmita (1996) bahwa sejak masa Sunan Gunung Jati,
bandar Cirebon menjadi jaringan hubungan laut dan kunjungan bangsa Parsi, Mesir,
Arab, Cina, India, dan Champa (Tjandrasasmita, 1996: 214). Kondisi ini lebih
memperkuat adanya kebinekaan bangsa dan etnis pada masa itu. Masuknya
keanekaragaman budaya yang saling pengaruh mempengaruhi, secara umum,
berdampak pada percampuran budaya, hal ini tampak di berbagai tinggalan arkeologi,
antara lain arsitektur bangunan, motif hias gunungan, kesenian, dan warisan non fisik
(Harkantiningsih 1984; Lapian & Sedyawati 1996: 4).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah kerajaan Indra Prahasta ?
2. Siapa saja raja-raja yang berkuasa di kerajaaan Indra Prahasta?
3. Apa saja peninggalan kerajaan Indra Prahasta?
C.Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana sejarah kerajaan Indra Prahasta
2. Mengetahui siapa saja raja-raja yang berkuasa dikerajaan Indra Prahasta
3. Mengetahui terbagi apa saja peninggalan kerajaan Indra Prahasta

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaaan Indraprahasta

Kerajaan Indraprahasta Cirebon Girang adalah suatu kerajaan di pulau Jawa.


Berlokasi di Cirebon Girang lereng gunung Cereme (Gunung Indrakila). Awalnya
berupa kemandalaan yang bernama Mandala Indraprahasta. Selanjutnya kemandalaan
Indraprahasta ini berkembang menjadi kerajaan. nama Mandala atau kerajaan
Indraprahasta ini mirip dengan nama kerajaan yang berada di India.

Dalam naskah "Ya ampud Kretabhumi 'stall parwa 1" disebutkan sejak okmu 80
saka hingga 230 saka (308 M), banyak kelompok pendatang yang menumpang berbagai
perahu dari negeri Bharata dan Bhenggali yang bermukim di Nusantara. Tiba dari
daerah Gangga India.

Di antara mereka yang berasal dari negeri Bharata (India) terdapat Resi
Waisnawa, mereka mengajarkan agamanya kepada penghulu masyarakat, tempat
mereka bermukim, khususnya di Jawa Barat. Sedangkan Resi Syaiwa banyak yang
bermukim di Jawa Timur. Di antara penganut agama Hindu sekte pemuja Batara Wisnu
tersebut adalah Maharesi Sentanu Murti yang bermukim di Desa Krandon, Kecamatan
Talun Kabupaten Cirebon.

Wilayah Kecamatan Talun adalah daerah yang dialiri tiga hulu sungai, yaitu
Sungai Grampak yang mengalir dari desa Sarwadadi ke desa Sampiran. Kemudian
Sungai Suba yang mengalir dari Desa Patapan menuju sampiran. Serta Sungai Cirebon
Girang yang mengalir dari Desa Cirebon Girang juga menuju ke Sampiran. Di desa
Sampiran itulah ketiga hulu sungai tersebut bertemu menjadi satu, yang diberi nama
Maharesi Sentanu dengan nama Gangganadi.Selanjutnya "Naskah Pustaka Rajya-rajya
I Bumko Nusantara" juga menyebutkan bahwa Indraprahasta didirikan Maharesi
Sentanu yang berasal dari kawasan Sungai Gangga India. Kedatangannya ke pulau jawa
karena mengungsi akibat negaranya diserang pasukan Samudra Gupta.

Indraprahasta didirikan 363 M dan Maharesi Sentanu berkuasa sampai tahun 398 M,
dengan gelar Prabu Indaswara Sakalakretabuwana. Kekuasaanya berdampingan dengan
Kerajaan Salakanagara yang dipimpin Prabu Darmawirya Dewawarman VIII.

Disebutkan pula Maharesi Sentanu ini kemudian menikah dengan putri Prabu
Darmawirya Dewawarman VIII yang bernama Dewi Indari. Wilayah Indraprahasta kala
itu kini meliputi desa Sarwadadi Kecamatan Sumber (sebagai pusat pemerintahan).
Cimandung di desa Krandon Kecamatan Talun dan desa Cirebon Girang. Kala itu
duplikasi tempat-tempat di India diaplikasikan untuk menamai Gunung Cireme sebagai
Indrakila, sungai yang melintasi wilayahnya diberi nama Gangganadi, termasuk
memperdalam sungai yang kemudian diberi nama Setu Gangga.

2
Kerajaan Indraprahasta menjadi salah satu kerajaan tertua di Nusanatara. Bila
ada kerajaan kecil di tatar Sunda yang bertahan melintas jaman, mulai dari era
Salakanagara, Tarumanagara, hingga Sunda Galuh, ialah Kerajaan Indraprahasta.
Hanya karena salah memihak, pada tahun 726 M kerajaan ini dihancurkan Raja Sanjaya
dari kerajaan Sunda. Memang sayang untuk sebuah kerajaan yang telah berusia lebih
dari 350 tahun. Pada saat raja ke 13, Padmahariwangsa, Kerajaan Tarumanegara pecah
menjadi Sunda dan Galuh. Karena posisi geografisnya, Indprahasta menjadi bagian dari
Galuh, bahkan ikut dalam perebutan kekuasaan dengan mendukung Purbasora,
Akibatnya Raja ke 14, Wiratara menjadi sasaran Sanjaya. Kerajaan Indraprahasta,
akhirnya benar-benar hancur tidak bersisa.

Setelah Galuh diobrak-abrik dan ditaklukan, Sanjaya memutuskan untuk


menumpas juga para pendukung Purbasora terutama Indraprahasta. Pada okmu ini
Indraprahasta diserbu oleh Sanjaya sehingga Indraprahasta yang didirikan sejak jaman
Tarumanagara akhirnya diratakan dengan tanah seolah tidak pernah ada kerajaan di situ.
Prabu Wirata Raja Indraprahasta ke- 14, gugur dalam pertempuran dan seluruh anggota
keluarganya binasa. Kerajaan warisan sang Maharesi Sentanu yang didirikan tahun 363
Masehi itu lenyap dari muka bumi (Indraprahasta sirna ing bhumi). Kedudukannya
sebagai Darmasima (Negara mereka yang dilindungi sebagai Negara leluhur) telah
berakhir. Bekas kawasan Indraprahasta oleh sang Sanjaya diserahkan kepada Adipati
Kusala Raja wanagiri, menantu Sang Padmah ariwangsa suami Ganggakirana. Kerajaan
Wanagiri pengganti kerajaan Indraprahasta di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh. Pada
abad ke-15 Masehi kerajaan Wanagiri menjadi Kerajaan Cirebon Girang.

Berikut ini adalah sekilas dari gambaran Kerajaan Indraprahasta

Nama Kerajaan : Indraprahasta

Pendiri : Maharesi Santanu Raja Terkenal Tahun


berdiri
MaharajWiryabanyu : 363-723 M (360 misojpud)
Raja yang berkuasa : 14 raja
Agama Kerajaan : Hindu
Agama Penduduk : Hindu, Budha, Hyang
Pust Kerajaan : Cirebon

3
B. Raja-raja yang berkuasa di kerajaan indraprahsta

Raja-raja Indraprasta Cirebon Girang (perubahan bentuk dari Mandala


Indraprahasta) 285-645 Caka (398-747 Masehi).
1. Maharesi Sentanu yeng menjadi Raja Pertama Indraprahasta. Berkuasa sejak okmu
285-320 Caka (398-432 Masehi): 15 tahun. Penobatan di Indraprahasta ke 1 sebagai
bawahan Kerajaan Salakanagara. Raja Prabu Maharesi Santanu.bergelar Prabursi
Indraswara Salakakretabuwana. Permaisuri Indari adalah putri Dewawarman VIII.
Prabu Maharsei Sentanu berputra Jayasatyanagara. Kerajaan ini berada di lereng
gunung Cereme (gunung Indrakila).

2. Jayasatyanagara Raja ke-2 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 320-343


Caka (432-454 Masehi): 23 tahun. Penobatannya di Indraprahasta sebagai kerajaan
bawahan Kerajaan Tarumanagara. Permaisuri Ratna Manik, putri Wisnubumi, raja dari
Kerajaan Malabar. Berputra Wiryabanyu

3. Wiryabanyu raja ke-3 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 343- -366
Caka (454-476 M): 23 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Permaisuri Nilem Sari, putri
kerajaan Manukrawa. Berputra (1) Suklawati, diperistri oleh Wisnuwarman, putra
Purnawarman: (2) Warna Dewaji. Sejak raja Indraprahasta ke-2, Indraprahasta
menjadi bawahan Tarumanagara.

4. Warna Dewaji raja ke- 4 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun


366-393 Caka (476-503 Masehi): 27 tahun. Penobatan di Indraprahasta.
Berputra Raksahariwangsa.

5. Raksahariwangsa raja ke-5 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai 393-429 Caka


(503-538 Maschi): 36 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Setelah penobatan, bergelar
Prabu Raksahariwangsa Jayabhuwana. Permaisuri putri raja Sanggarung. Berputra
Dewi Rasmi. bersuami Tirtamanggala, putra kedua raja Kerajaan Agrabintapura.

6. Dewi Rasmi ratu ke-6 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 429- 448 Caka
(538-556 Masehi): 19. Penobatan di Indraprahasta. Dewi Rasmi menikah dengan
Tirtamanggala, putra kedua raja Kerajaan Agrabintapura. Bergelar Prabu
Tirtamanggala Darma

7. giriswara. Berputra (1). Astadewa (2). Jayagranagara.

8. Astadewa raja ke-7 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 448-462 Caka
(556-570 Masehi): 14 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Rajaresi
Padmayasa (ia memilih menjadi pertapan, penerus pamannya di Mandala
Indraprahasta). Sebagai catatan Jayagranagara adalah adik Astadewa, penerus raja-raja
Indrprahasta adalah dari anak bungsu.

4
9. Jayagranagara raja ke-8 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 462-468
Caka (570-575 Masehi): 6 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Sebagai catatan la
adalah adik Astadewa, raja Indraprahasta 7

10. Rajaresi Padmayasa raja ke-9 Kerajaan indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 468-
-512 Caka (575-618 Masehi): 44 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Anak
Andabuwana. catatan Raja Rajaresi Padmayasa adalah putra Astadewa, raja
Indraprahasta ke 7. Ia menggantikan kedudukan pamannya.

11. Andbuana raja ke-10 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 512- 558
Caka (618-663 Masehi): 46 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Anak
Wisnumurti.

12. Wisnumurti raja ke-11 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 558-
583 Caka (663-688 Masehi): 25 tahun. Penobatan di Indraprahasta.
Berputra (1) Dewi Ganggasari, diperistri oleh Linggawarman, yang kelak
menjadi raja Tarumanagara ke 12 (2) Tunggulnagara, melanjutkan warisan
ayahnya.

13. Tunggalnagara raja ke-12 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 583-629
Caka (688-732 Masehi): 46 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Ia adiknya
Ganggasari; Anak Padmahariwangsa. Gangasari ialah putri sulung Prabu
Indraprahasta ke 11 yang diperistri oleh Prabu Tarumanagara 12.

14. Resiguru Padmahariwangsa raja ke-13 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai


tahun 629--641 Caka (732-744 Masehi): 12 tahun. Penobatan di Indraprahasta.
Berputra (1) Citrakirana, yang diperistri oleh Purbasora.(2) Wiratara, yang menjadi
penerus ayahnya (3) Ganggakirana, yang menjadi Adipati Kusala dari kerajaan
Wanagiri, bawahan Indraprahasta.

15. Prabu Wiratara raja ke-14 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun
641-645 Caka (743-747 Masehi): 4 tahun. Penobatan di Indraprahasta
Berputra Raksadewa. Peristiwa yang terjadi dalam pemerintahan Prabu Wiratara ialah
la membantu Purbasora merebut kekuasaan Galuh dari Prabu Sena. Sementara itu,
Kakak Wiratara, yang bernama putri Citrakirana, diperistri oleh Purbasora.

Tahun 645 Caka (748 Masehi), terjadi peristiwa Kerajaan Sunda menyerbu
Indraprahasta. Terjadi juga ekspansi kekuasan Sanjaya dengan menyerang Galuh.
Galuh ditaklukkan, Sanjaya menumpas pendukung Purbasora. Terutama kerajaan
Indraprahasta, yang turut membantu Purbasora waktu merebut kekuasaan Galuh dari
Sena. Indraprahasta yang didirikan sejak jaman Tarumanagara, akhirnya diratakan
dengan tanah oleh Sanjaya, seolah tidak pernah ada kerajaan disitu. "Indraprahasta
sirna ing bhumi"

Kurun waktu tahun 645-649 Caka (748-751 Masehi): 4 tahun; Penobatan di


Indraprahasta digabungkan dengan Kerajaan Wanagiri. Penguasanya adalah Adipati
Kulasa. Berputra Raksadewa. Peristiwa Bekas kawasan Indraprahasta digabungkan
5
dengan Wanagiri oleh Adipati Kulasa sebagai negara baru bawahan Galuh. Kulasa
menjadi ratunya

C. Peninggalan Kerajaan Indraprahasta


1. Pengertian Mandala

Mandala Indraprahasta adalah tempat suci Sunda atau sering juga disebut
kabuyutan yang berada di Cirebon Girang di lereng gunung Ciremai atau Gunung
Indrakila. Selanjutnya kemandalaan Indraprahasta ini berkembang menjadi kerajaan.
Nama Mandala atau kerajaan Indraprahasta ini mirip dengan nama kerajaan yang
berada di India. Mandala ini termasuk dalam daftar Kabuyutan atau Kemandalaan di
Tatar Pasundan Namun demikian, tidak semua kabuyutan disebut Mandala meskipun
fungsinya sama. Mandala adalah istilah yang berkaitan dengan Agama Hindu. Istilah
ini muncul dalam Rig Veda sebagai nama bagianbagian karya, tetapi juga digunakan
dalam agama-agama India lainnya, khususnya agama Buddha. Bentuk dasar dari
mandala Hindu dan Budha adalah persegi dengan empat gerbang yang berisi lingkaran
dengan adanya titik pusat.

2. Filosofi Mandala

Mandala sering menunjukkan keseimbangan radial. Dalam berbagai tradisi


spiritual, mandala dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian para calon dan ahli,
sebagai alat pengajaran spiritual, untuk membangun ruang suci, dan sebagai bantuan
untuk meditasi dan trans induksi. Di cabang Tibet Buddhisme Vajrayana, mandala
telah dikembangkan menjadi lukisan pasir. Mereka juga merupakan bagian penting
dari praktik meditasi Anuttarayoga Tantra.

Dalam penggunaan umum, mandala menjadi istilah umum untuk setiap


rencana, grafik atau pola geometris yang mewakili kosmos secara metafisik atau
simbolis, mikrokosmos alam semesta dari perspektif yang tercerahkan, yaitu dari dewa
prinsip. Asal-usul nama Indraprahasta Kemandalaan Indraprahasta Cirebon Girang,
didirikan oleh Maharesi Santanu pada tahun 398 Maschi. Penyebutan Maharesi
menunjukkan bahwa kemandalaan tersebut berbasis agama Hindu-Buddha (Siwa-
Buddha).

Maharesi Sentanu memimpin Mandala Indraprahasta sejak tahun 398-432


Masehi. Sementara di kalangan masyarakat sering menyamakan istilah Mandala
dengan kerajaan, maka Indraprahasta disebut sebagai kerajaan pula. Hal ini terjadi
karena Mandala selain memiliki wilayah, rakyat juga memiliki tentara atau prajurit
pelindung Mandala, seperti tertulis dalam prasasti.

3. Makna politik Mandala

"Rajamandala" (atau "Raja-mandala"; lingkaran negara) dirumuskan oleh


penulis India Kautilya dalam karyanya tentang politik, Arthashastra (ditulis antara
abad ke-4 dan abad ke-2 SM). Ini menggambarkan lingkaran negara sahabat dan
musuh yang mengelilingi negara raja
6
Dalam pengertian historis, sosial dan politik, istilah "mandala" juga digunakan
untuk menunjukkan formasi politik tradisional Asia Tenggara (seperti federasi
kerajaan atau negara-negara yang dilecehkan). Ini diadopsi oleh para sejarawan Barat
abad ke-20 dari wacana politik India kuno sebagai sarana untuk menghindari istilah
'negara' dalam pengertian konvensional. Tidak hanya negara-negara Asia Tenggara
yang tidak sesuai dengan pandangan Cina dan Eropa tentang negara yang ditetapkan
secara teritorial dengan perbatasan tetap dan aparatur birokrasi, tetapi mereka berbeda
jauh dalam arah yang berlawanan: pemerintahan didefinisikan oleh pusatnya daripada
batas-batasnya, dan itu bisa tersusun dari banyak pemerintahan jajahan lainnya tanpa
mengalami integrasi administratif. Kerajaan seperti Bagan, Ayutthaya, Champa,
Khmer, Sriwijaya dan Majapahit dikenal sebagai "mandala" dalam pengertian ini.

Visualisasi ajaran Vajrayana Mandala dapat ditunjukkan untuk mewakili dalam


bentuk visual inti sari dari ajaran Vajrayana. Pikiran adalah "mikrokosmos yang
mewakili berbagai kekuatan ilahi yang bekerja di alam semesta." Mandala mewakili
sifat pengalaman, dan seluk-beluk pikiran yang tercerahkan dan bingung. Sementara
di satu sisi, mandala dianggap sebagai tempat yang terpisah dan dilindungi dari dunia
samsara yang selalu berubah dan tidak murni, dan dengan demikian dipandang sebagai
"Buddhafield" atau tempat Nirwana dan kedamaian, pandangan Buddhisme Vajrayana.
melihat perlindungan terbesar dari samsaramenjadi kekuatan untuk melihat
kebingungan samsara sebagai "bayangan" kesucian (yang kemudian menunjuk ke arah
itu). Gunung Meru Mandala juga dapat mewakili seluruh alam semesta, yang secara
tradisional digambarkan dengan Gunung Meru sebagai poros mundi di tengahnya.
dikelilingi oleh benua-benua.

Kebijaksanaan dan ketidak kekalan dalam mandala, lingkaran luar api biasanya
melambangkan kebijaksanaan. Cincin delapan tanah pekuburan merepresentasikan
nasihat Buddha untuk selalu waspada terhadap kematian, dan ketidak kekalan yang
dengannya samsara diliputi : "lokasi-lokasi semacam itu digunakan untuk menghadapi
dan mewujudkan sifat kehidupan yang sementara." Dijelaskan di tempat lain: "di
dalam nimbus pelangi menyala dan dikelilingi oleh lingkaran hitam dorjes, cincin luar
utama menggambarkan kedelapan pekuburan besar, untuk menekankan sifat
berbahaya dari kehidupan manusia."

Di dalam cincin ini terdapat dinding istana mandala itu sendiri. khususnya
tempat yang dihuni oleh dewa dan Buddha. Lima Buddha Salah satu jenis mandala
yang terkenal adalah mandala dari "Lima Buddha", bentuk Buddha pola dasar yang
mewujudkan berbagai aspek pencerahan. Para Buddha seperti itu digambarkan
tergantung pada sekolah agama Buddha, dan bahkan tujuan spesifik dari mandala.
Mandala yang umum dari jenis ini adalah Lima Buddha Kebijaksanaan (a.k.a. Lima
Jinas), Buddha Vairocana, Aksobhya, Ratnasambhava, Amitabha dan Amoghasiddhi.
Ketika dipasangkan dengan mandala lain yang menggambarkan Lima Raja
Kebijaksanaan, ini membentuk Mandala dari dua alam.

7
Praktek Mandala biasanya digunakan oleh umat Buddha tantra. sebagai
bantuan untuk meditasi. Mandala adalah "dukungan untuk orang yang bermeditasi",
sesuatu yang berulang kali direnungkan sampai titik jenuh, sehingga citra mandala
menjadi sepenuhnya terinternalisasi bahkan dalam detail terkecil dan kemudian dapat
dipanggil dan direnungkan sesuka hati dan gambar yang divisualisasikan dengan jelas.

Dalam setiap mandala, Tucci menyebutnya "liturgi yang terkait yang


terkandung dalam teks-teks yang dikenal sebagai tantra", menginstruksikan para
praktisi tentang bagaimana mandala harus ditarik, dibangun dan divisualisasikan, dan
menunjukkan mantra yang akan dibacakan selama ritualnya. Dengan
memvisualisasikan "tanah murni".seseorang belajar memahami pengalaman itu
sendiri sebagai "murni", dan sebagai tempat pencerahan

Perlindungan yang kita butuhkan, dalam pandangan ini, berasal dari pikiran
kita sendiri, sebanyak dari sumber kebingungan eksternal. Dalam banyak mandala
tantra, aspek pemisahan dan perlindungan dari dunia luar samsara digambarkan oleh
"empat lingkaran luar: api pemurnian kebijaksanaan, lingkaran vajra, lingkaran
dengan delapan kuburan, lingkaran teratai." Cincin vajra membentuk susunan mirip
pagar yang terhubung di sekeliling lingkaran mandala luar.

Sebagai sebuah meditasi tentang ketidakkekalan (ajaran utama Buddhisme),


setelah beberapa hari atau minggu menciptakan pola rumit dari mandala pasir, pasir
disatukan dan ditempatkan di dalam tubuh air yang mengalir untuk menyebarkan
berkat dari mandala. Kværne dalam diskusi panjangnya tentang Sahaja, membahas
hubungan antara interioritas dan eksterioritas sadhana dalam hubungannya dengan
mandala sebagai berikut: ritual eksternal dan sadhana internal membentuk keseluruhan
yang tidak dapat dibedakan, dan kesatuan ini menemukan ekspresi yang paling hamil
dalam bentuk mandala, kandang suci yang terdiri dari kotak dan lingkaran konsentris
yang digambar di tanah dan mewakili bidang yang bersikeras berada di mana aspirant
ke kap Buddha ingin membangun dirinya sendiri.
Kebangkitan ritual tantra bergantung pada mandala; dan di mana mandala materi tidak
digunakan, para ahli melanjutkan untuk membangun mental dalam perjalanan
meditasinya.

4. Fungsi yang diberikan Mandala

"Mandala" dalam Buddhisme Tibet adalah persembahan simbolis dari seluruh


alam semesta. Setiap detail rumit mandala ini ditetapkan dalam tradisi dan memiliki
arti simbolik khusus, sering kali pada lebih dari satu tingkat. Sedangkan mandala di
atas mewakili lingkungan murni seorang Buddha, mandala ini mewakili alam semesta.
Mandala jenis ini digunakan untuk persembahan mandala, di mana seseorang secara
simbolis menawarkan alam semesta kepada para Buddha atau kepada guru seseorang.

Dalam praktek Vajrayana, 100.000 dari persembahan mandala ini (untuk


menciptakan prestasi) dapat menjadi bagian dari satu tingkat. Sedangkan mandala di
atas mewakili lingkungan murni seorang Buddha, mandala ini mewakili alam semesta.
Mandala jenis ini digunakan untuk persembahan mandala, di mana seseorang secara
8
simbolis menawarkan alam semesta kepada para Buddha atau kepada guru seseorang.
Dalam praktek Vajrayana, 100.000 dari persembahan mandala ini (untuk menciptakan
kebajikan) dapat menjadi bagian dari praktik awal sebelum seorang siswa bahkan
memulai praktik tantrik yang sebenarnya.

Mandala ini umumnya terstruktur sesuai dengan model alam semesta seperti

yang diajarkan dalam teks klasik Buddhis Abhidharma- kosa, dengan Gunung
Meru di pusatnya, dikelilingi oleh benua, samudera dan pegunungan, dll

PETA KUNO JAWA


Jawa, awal abad ke-18

9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kerajaan Indrapahastra adalah salah satu kerajaan tertua yang berada di
Nusantara. kerajaan ini berada di Cirebon Jawa Barat tepatnya di kecamatan Talun.
Indraprahasta didirikan 363 M dan Maharesi Sentanu berkuasa sampai tahun 398 M.
dengan gelar Prabu Indaswara Sakalakretabuwana. Kekuasaanya berdampingan
dengan Kerajaan Salakanagara yang dipimpin Prabu Darmawirya Dewawarman VIII.
Para raja yang pernah berkuasa di kerajaan ini adalah sebanyak 15 raja, yaitu
Maharesi Sentanu yeng menjadi Raja Pertama Indraprahasta. Jayasatyanagara Raja ke-
2 Kerajaan Indraprahasta, Wiryabanyu raja ke-3 Kerajaan Indraprahasta, Warna Dewaji
raja ke- 4, Dewi Rasmi ratu 5. Raksahariwangsa raja ke-6, Astadewa raja ke-7,
Jayagranagara raja ke-8. Rajaresi Padmayasa raja ke-9, Andbuana raja ke-10,
Wisnumurti raja ke- 11. Tunggalnagara raja ke-12. Resiguru Padmahariwangsa raja ke-
13. Prabu Wiratara raja ke-14.
Salah satu peninggalan kerajaan Indraprahasta adalah Mandala Indraprahasta
adalah tempat suci Sunda atau sering juga disebut kabuyutan yang berada di Cirebon
Girang di lereng gunung Ciremai atau Gunung Indrakila.

10
DAFTAR PUSTAKA
www.chinabuddhismencyclopedia.com (dalam bahasa inggris). Diakses tanggal 2019-11-01.
Pukul 16:07
www.chinabuddhismencyclopedia.com (dalam bahasa inggris). Diakses tanggal 2018-04-01.
“Impermanence – Chinese Buddhist Encylopedia”.
www.chinabuddhismencyclopedia.com (dalam bahasa inggris). Diakses tanggal 2019-11-01.
Pukul 16:03”Wisdom – Chinese Buddhist Encylopedia”.
www.chinabuddhismencyclopedi.com (dalam bahasa inggris). Diakses tanggal 2018-04-01.
“Mount Meru – Chinese Buddhist Encyclopedia”.
Ali Sasramidjaya. “Data Kala Sejarah Kerajaan – Kerajaan di Jawa Barat”. (Bandung:
Sangkala, 1994), hal, 27
“Kerajaan Indraprahasta”. Artshangkala (dalam bahasa inggris). 2009-07-17. Diakses pada
tanggal 12-11-2019. Pukul 13:00
Iskandar, yoseph. 1997. “Sejarah Jawa Barat : yuganing Rajakawasa”. Monograf. Cet-1.
Bandung: Geger Sunten.
https://sultansinindonesiaeblog.wordpress.com/java-today/indraprahasta-kerajaan/ Diakses
pada tanggal 09-11-2019. pukul 22:00

11

Anda mungkin juga menyukai