Dian-Kitab Safinatun Najah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

KITAB SAFINATUN NAJAH

Najis yang bisa menjadi suci


Najis-najis yang bisa menjadi suci ada tiga, yaitu:
1. hamr (air yang diperah dari anggur) yang menjadi bentuk lain (misal: cuka-pent.) dengan
sendirinya
2. Kulit bangkai yang telah disamak.
3. Semua najis yang telah berubah menjadi binatang

Jenis-jenis Najis

Najis ada tiga, yaitu:

1. Najis besar (Mughallazoh), yaitu Anjing, Babi atau yang lahir dari salah satunya.
2. Najis ringan (Mukhaffafah), yaitu air kencing bayi laki-laki yang tidak makan selain air
susu ibunya dan umurnya belum sampai dua tahun.
3. Najis sedang (Mutawassithoh), yaitu semua najis selain dua najis yang telah disebutkan.

Cara Mensucikan Najis


Najis besar (Mughallazoh), menyucikannya dengan membasuhnya sebanyak tujuh kali, salah
satunya menggunakan debu, setelah hilang zat najisnya.
Najis ringan (Mukhaffafah), menyucikannya dengan memercikkan air secara menyeluruh dan
menghilangkan zat najisnya.
Najis sedang (Mutawassithoh) terbagi dua bagian, yaitu:

1. ‘Ainiyyah yaitu najis yang masih nampak warna, bau, atau rasanya, maka cara
menyucikan najis ini dengan menghilangkan warna, bau, dan rasanya.
2. Hukmiyyah, yaitu najis yang tidak nampak warna, bau dan rasanya, maka cara
menyucikan najis ini cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.

Darah Haid (menstruasi)

Masa menstruari yang paling cepat adalah sehari semalam, namun pada umumnya selama
enam atau tujuh hari, dan paling lama adalah 15 hari. Masa suci antara dua haid paling cepat
adalah 15 hari, namun pada umumnya 24 atau 23 hari, dan tidak ada batasan masa paling
lamanya.

Masa nifas paling cepat adalah sekejap, pada umumnya 40 hari, dan paling lama adalah 60 hari
SHOLAT

Udzur shalat ada dua:

1. Tidur
2. Lupa
Syarat Sah Shalat
Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:
1. Suci dari hadats besar dan kecil.
2. Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap kiblat.
5. Masuk waktu sholat.
6. Mengetahui rukun-rukan sholat.
7. Tidak meyakini bahwa diantara rukun-rukun sholat sebagai sunnah

8. Menjauhi semua yang membatalkan sholat. Hadats Besar dan Hadats Kecil

Hadats ada dua macam, yaitu: Hadats Kecil dan Hadats Besar.
Hadats kecil adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’, sedangkan
hadats besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.

Batasan Aurat Laki-laki dan wanita

Aurat ada empat macam, yaitu:

1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat adalah
antara pusar dan lutut.

2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak
tangan.
3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan muhrim), yaitu
seluruh badan.
4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimya dan perempuan, yaitu
antara pusar dan lutut.
Rukun-rukun Shalat

Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:


1. Niat.
2. Takbiratul ihram (mengucapkan “Allahuakbar”).
3. Berdiri bagi yang mampu pada shalat fardhu
4. Membaca Surat Al Fatihah.
5. Ruku’
6. Thuma’ninah (diam sejenak) waktu ruku’.
7. I’tidal (berdiri setelah ruku’).
8. Thuma’ninah (diam sejenak waktu i’tidal).
9. Bersujud dua kali.
10. Thuma’ninah (diam sejenak waktu sujud).
11. Duduk diantara dua sujud.
12. Thuma’ninah (diam sejenak ketika duduk).
13. Tasyahud (tahiyyat) akhir.
14. Duduk di waktu tasyahud akhir.
15. Bershalawat kepada nabi ketika tasyahhud akhir.
16. Salam
17. Tertib (berurutan).

Niat itu ada tiga derajat, yaitu:


1. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat fardhu, maka diwajibkan untuk memaksudkan fi'il,
ta’yin dan fardhiyah
2. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat sunnah yang memiliki waktu tertentu -seperti shalat
sunnah rawatib - atau sebab tertentu, maka diwajibkan untuk memaksudkan fi'il dan ta'yin
saja.
3. Jika sholat yang dikerjakan adalah shalat sunnah (muthlaq: tanpa sebab), maka
diwajibkan memaksudkan fi'il saja.
Maksud dari Fi’il adalah lafal: (aku niat shalat), Ta’yin adalah seperti: (dzuhur) atau “
(ashar). Adapun yang dimaksud dengan fardhiyah adalah lafal: (wajib

Syarat takbirotul ihrom


ada enam belas, yaitu:
1. Dilakukan dalam keadaan berdiri jika shalat fardhu
2. Diucakpkan dengan bahasa Arab
3. Menggunakan lafal “Allah”.
4. Menggunakan lafal “Akbar”.
5. Berurutan antara dua lafal tersebut.
6. Tidak memanjangkan huruf “Hamzah” dari lafal “Allah”.
7. Tidak memanjangkan huruf “Ba” dari lafal “Akbar”.
8. Tidak mentaysdidkan huruf “Ba” tersebut.
9. Tidak menambahkan huruf “Waw berharakat” atau “waw sukun” diantara dua lafal tersebut
10. Tidak menambah huruf “Waw” sebelum lafal “Allah”.
11. Tidak berhenti antara dua kata tersebut baik lama maupun sebentar
12. Ucapan “Allahu Akbar” dapat didengar oleh dirinya sendiri.
13. Masuk waktu sholat jika shalat tersebut memiliki waktu tertentu.
14. Mengucapkan takbiratul ihram sambil menghadap qiblat.
15. Tidak salah dalam mengucapkan salah satu dari huruf kalimat tersebut.
16. Takbiratul ihram ma’mum harus dilakukan sesudah takbiratul ihram sang imam.

Syarat Sah Membaca Surat Al Fatihah


Syarat-syarat membaca surat Al Fatihah ada sepuluh, yaitu:
1. Tertib (sesuai urutan ayatnya).
2. Terus menerus (tanpa terputus oleh perbuatan lain).
3. Memperhatikan huruf-hurufnya (makhraj) serta tempat-tempat tasydid.
4. Memperhatikan tasydid-tasydidnya

5. Tidak lama terputus antara ayat-ayat Al Fatihah ataupun terputus sebentar dengan niat
memutuskan bacaan.
6. Membaca semua ayat Al Fatihah dan basmalah termasuk salah satu ayat Al Fatihah.
7. Tidak menggunakan lahn (nada/irama bacaan) yang dapat merubah makna.
8. Memabaca surat Al Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9. Memperdengarkan bacaan Al Fatihah untuk dirinya sendiri.
10. Tidak terganggu oleh dzikir orang lain.
Kapan kita mengangkat tangan dalam shalat?

Tempat yang disunahkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1. Ketika takbiratul ihram.
2. Ketika ruku’.
3. Ketika bangkit dari ruku’ (I’tidal).
4. Ketika bangkit dari tasyahhud awal.

Pembahasan Kesembilan: Syarat Sah Sujud

Syarat sah sujud ada tujuh, yaitu:


1. Sujud dengan tujuh anggota sujud.
2. Dahi terbuka (tidak ada yang menutupi dahi).
3. Menekan berat ke kepala.
4. Tidak ada maksud lain kecuali sujud.
5. Tidak sujud ke tempat sujud yang bergerak jika ia bergerak.
6. Mengankat bagian bawah (punggung) melebihi bagian atas (kepala)
7. Thuma’ninah (berhenti sejenak) pada sujud.

Anggota tubuh yang wajib di letakkan di tempat sujud

ada tujuh, yaitu:


1. Dahi.
2. Telapak tangan kanan.
3. Telapak tangan kiri.
4. Lutut kaki kanan.
5. Lutut kaki kiri.
6. Telapak jari-jari kaki kanan.
7. Telapak jari-jari kaki kiri.

Tasydid Pada Tasyahhud Akhir

Dalam kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu tasydid, lima diantaranya ada pada bacaan
tasyahhud yang sempurna (termasuk bacaan sunnah) dan enam belas di antaranya ada pada
bacaan tasyahhud yang minimal harus dibaca (wajib), yaitu:
1. “Attahiyyat”: tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2. “Attahiyyat”: di huruf “Ya’”.
3. “Almubarakatusshalawat”: di huruf “Shad”.
4. “Atthayyibaat”: di huruf “Tha’”.
5. “Atthayyibaat”: di huruf “ya’”.
6. “Lillaah”: di “Lam” jalalah.
7. “Assalaam”: di huruf “Sin”.
8. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11. “Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12. “Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13. “Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14. “Asshalihiin”: di huruf shad.
15. “Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16. “Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17. “Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18. “Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam” jalalah.

Tasydid pada Ucapan Shalawat pada Tasyahhud Harakat tasydid


yang ada di kalimat shalawat nabi yang wajib ada empat, yaitu: 1 & 2.
“Lam” dan “Mim” di lafal “Allahumma”.
3. “Lam” di lafal “Shalli”.
4. “Mim” di lafal “Muhammad”.

Lafal Salam pada Tasyahhud Akhir

Lafal Salam pada tasyahhud akhir yang paling minimal adalah “Assalaaamu'alaikum”. Terdapat
tasydid pada huruf sin dari lafal “Assalaamu”.
Waktu-waktu shalat Wajib.

Waktu-waktu shalat wajib ada lima:

1. Waktu shalat dzuhur: Dimulai dari tergelincirnya matahari (dari tengah-tengah langit
kearah barat) dan berakhir ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan panjang
benda tersebut.
2. Waktu shalat Ashar: Dimulai ketika panjang bayangan suatu benda sedikit lebih besar dari
panjang benda tersebut dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu shalat Magrib: Dimulai ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya
mega (sinar matahari senja) merah.
4. Waktu shalat Isya: Dimulai dengan hilangnya mega merah berakhir dengan terbitnya
fajar shadiq. 5 Waktu shalat Shubuh: Dimulai dari terbitnya fajar shadiq dan berakhir
dengan terbitnya matahari.

5. Warna sinar matahari senja (mega) ada tiga, yaitu:


Mega merah, kuning dan putih. Mega merah muncul ketika magrib sedangkan mega kuning
dan putih muncul di waktu Isya. Disunnahkan untuk menunda (mengakhirkan) shalat Isya
sampai hilangnya sinar kuning dan putih.

Waktu-waktu yang tidak diperbolehkan untuk shalat

Seseorang tidak boleh melakukan shalat sunnah yang tanpa sebab atau shalat sunnah
muthlaq pada waktu-waktu berikut ini:
1. Ketika matahari terbit sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tombak.
2. Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser sedikit kecuali
pada hari Jum’at.
3. Ketika matahari kekuning-kuningan sampai tenggelam.
4. Sesudah shalat Shubuh sampai matahari terbit.
5. Sesudah shalat Ashar sampai matahari terbenam.

Waktu-waktu jeda saat shalat

Tempat saktah (berhenti sebagai jeda dari satu perbuatan ke perbuatan yang lain-pent.) pada
waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1. Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah
2. Antara doa iftitah dan ta’awudz
3. Antara ta’awudz dan membaca Surat Al Fatihah.
4. Antara akhir Surat Al Fatihah dan mengucapkan amin.
5. Antara mengucapkan amin dan membaca surat Al Qur’an.
6. Antara membaca surat Al Qur'an dan ruku’.

Rukun Shalat yang diharuskan Thuma'ninah

Rukun-rukun shalat yang diwajibkan mengerjakannya dengan tuma’ninah ada empat, yaitu:
1. Ketika ruku’.
2. Ketika i’tidal.
3. Ketika sujud.
4. Ketika duduk antara dua sujud.
Thuma’ninah adalah diam sejenak setelah bergerak (dari posisi sebelumnya) sampai semua
anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan waktu kurang lebih seperti mengucapkan tashbih
(subhanallah).

Sebab-sebab yang Mengharuskan Sujud Sahwi

Sebab sujud sahwi ada empat, yaitu:


1. Meninggalkan sebagian dari sunnah-sunnah ab'aadh.
2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (jika dikerjakan dengan sengaja dan tidak
membatalkan jika dalam kedaan lupa) dalam keadaan lupa.
3. Memindahkan rukun qauli (ucapan shalat-pent.) ke bukan tempatnya.
4. Mengerjakan rukun fi'li (perbuatan shalat-pent.) dengan kemungkinan melebihkan
(dari yang seharusnya seperti menambah rakaat shalat-pent.)
Perbuatan Dalam Shalat Yang Termasuk Sunnah Ab'adh

Sunnah Ab'adh ada enam, yaitu:


1. Tasyahhud awal
2. Duduk tasyahud awal.
3. Shalawat untuk nabi Muhammad ketika tasyahud awal.
4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.
5. Do’a qunut.
6. Berdiri untuk do’a qunut.
7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya ketika do’a qunut.

Pembatal Shalat
Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:
1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar-pent.).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa memegang najis tersebut.
3. Terbuka aurat, jika tidak ditutup seketika.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difahami dengan sengaja.
5. Makan (sedikit) dengan sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang merusak shalat.
9. Memukul yang melampaui batas.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11. Lebih cepat atau lebih lambat dua rukun shalat dari imam dengan tanpa udzhur.
12. Berniat menghentikan shalat.
13. Menggantungkan shalat nya dengan suatu hal.4
14. Ragu-ragu dalam menghentikan shalat (antara diteruskan atau dihentikan).

Syarat Makmum Mengikuti Imam


Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas, yaitu:
1. Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau
yang lain nya. 2- Tidak meyakini bahwa imam wajib mengqadha`
(mengganti) shalat tersebut.
2. Seorang imam tidak sedang menjadi ma`mum .
3. Seorang imam tidak buta huruf (harus baik bacaan Al Qur'annya).

4. Posisi ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam.


5. Makmum harus mengetahui perpindahan gerakan shalat imam.
6. Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus
hasta. 8- Ma`mum berniat mengikuti imam atau niat berjama`ah.
7. Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya
8. Ma`mum tidak menyelisihi imam dengan perbuatan sunnah yang sangat berlainan atau
sangat berbeda.
9. Ma`mum harus mengikuti imam.

Model berjamaah yang sah dan tidak sah

Ada 9 model shalat berjamah. Model berjamaah yang sah ada


5, yaitu:

1. Laki –laki mengikuti laki – laki.


2. Perempuan mengikuti laki – laki.
3. Banci mengikuti laki laki.
4. Perempuan mengikuti banci.

5. Perempuan mengikuti perempuan.

Model berjamaah yang tidak sah ada empat, yaitu:

1. Laki – laki mengikuti perempuan.

2. Laki – laki mengikuti banci.

3. Banci mengikuti perempuan.

4. Banci mengikuti banci.

Syarat Sah Jamak Taqdim


1. Ada empat, syarat sah jamak taqdim (mengabung dua shalat diwaktu yang
pertama), yaitu: 1- Di mulai dari shalat yang lebih dulu waktunya.
2. Niat jamak
3. Berturut – turut.
4. Udzurnya terus menerus.

Syarat Sah Jamak Takhir


Syarat sah jamak takhir ada dua, yaitu:
1. Niat ta’khir pada saat masih tersisa waktu shalat yang pertama sekedar lamanya waktu
menyelesaikan shalat tersebut.5
2. Udzurnya terus menerus sampai selesai waktu shalat kedua.

Pembahasan Keduapuluh Lima: Syarat Meng-qashar (meringkas) Shalat


Syarat qashar ada tujuh, yaitu:
1. Jarak perjalanan mencapai dua marhalah atau lebih (Sekitar 80 Km -pent.).
2. Perjalanan yang di lakukan adalah perjalanan yang mubah (bukan perjalanan untuk
mengerjakan maksiat-pent.)
3. Mengetahui hukum
kebolehan qashar.
4. Niat qashar ketika takbiratul `ihram.
5. Shalat yang di-qashar adalah shalat ruba`iyah (shalat yang berjumlah
empat rak`aat).
6. Perjalanan dilakukan terus menerus sampai selesai shalat tersebut.
7. Tidak mengikuti orang yang itmam (orang yang shalatnya tidak di-qashar) dalam
sebagian shalat nya.

Syarat Sah Shalat Jum'at


Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu:
1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan setelah masuk waktu Dzuhur.
2. Shalat Jum’at dilaksanakan dalam batasan wilayah.
3. Dilaksanakan secara berjamaah.
4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, baligh dan
penduduk asli daerah tersebut.
5. Tidak ada jama'ah jum'at lain yang mendahului dan menandingi pada satu wilayah yang
sama.
6. Shalat jum'at dilaksanakan setelah dua khutbah jum'at.

Rukun Khutbah Jum'at


Rukun khutbah Jum’at ada lima, yaitu:
1. Memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah) dalam dua khutbah tersebut.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad dalam dua khutbah tersebut.
3. Mewasiatkan jamaah untuk bertaqwa kepada Allah.
4. Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu khutbah.
5. Mendo’akan seluruh umat muslim pada akhir khutbah.
Syarat Sah Khutbah Jum'at
Syarat sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu:
1. Suci dari hadats kecil dan hadats besar.
2. Pakaian, badan dan tempat harus bersih dari semua najis.
3. Menutup aurat.

4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu.

5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk dengan lama seperti thuma’ninah dalam
shalat namun lebih lama sedikit.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan.
7. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 orang laki-laki (yang merdeka, balig serta penduduk
asli daerah tersebut)
10. Semuanya dilaksanakan setelah masuk waktu shalat Dzuhur.

Kewajiban Kaum Muslimin terhadap Jenazah Kaum Muslimin


Kewajiban muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia ada empat perkara, yaitu:
1. Memandikan.
2. Mengkafani.
3. Men-shalat-kan
4. Menguburkan

Cara Memandikan Jenazah


Cara memandikan jenazah sekurang-kurangnya adalah dengan membasahi seluruh badan
jenazah dengan air. Adapun cara memandikan jenazah yang paling sempurna adalah dengan
membersihkan qubul dan duburnya, membersihkan kotoran dari hidungnya, me-wudhu-
kannya, memandikannya sambil digosok dengan air daun bidara dan menyiramnya dengan air
sebanyak tiga (3) kali.

Cara mengkafani Jenazah


Kafan itu paling minimal dengan sehelai kain yang menutupi seluruh tubuh. Adapun cara yang
sempurna bagi laki-laki adalah dengan menutup seluruh badannya dengan tiga helai kain,
sedangkan untuk wanita yaitu dengan baju, khimar (penutup kepala), sarung dan 2 helai kain.

Rukun Shalat Janazah


Rukun shalat jenazah ada tujuh (7), yaitu:
1. Niat.
2. Empat kali takbir.
3. Berdiri bagi yang mampu.
4. Membaca Surat Al-Fatihah.
5. Membaca shalawat atas Nabi sesudah takbir yang kedua.
6. Berdo’a untuk si mayyit sesudah takbir yang ketiga.

7. Salam.

Cara Menguburkan Jenazah


Cara mengubur jenazah sekurang-kurangnya adalah dalam lubang yang mampu menutup bau
mayat dan menjaganya dari binatang buas. Cara yang paling sempurna adalah dengan
menguburnya di tanah yang cukup dalam dan cukup luas, serta pipinya diletakkan di atas
tanah dan wajib menghadapkannya ke arah qiblat.

Keadaan yang Diperbolehkan untuk Membongkar Kuburan


Mayat boleh digali kembali pada empat keadaan, yaitu:
1. Untuk dimandikan apabila belum berubah bentuk.
2. Untuk menghadapkannya ke arah qiblat.
3. Untuk mengambil harta yang terpendam bersama mayat.
4. Wanita yang janinnya terkubur bersamanya dan ada kemungkinan janin tersebut masih
hidup.

Hukum Meminta Bantuan Orang Lain dalam Berwudhu (Isti'anah)

Hukum isti’anah ada empat, yaitu:


1. Mubah
2. Khilaf Aula (menyelisihi yang lebih utama)
3. Makruh
4. Wajib.
Mubah jika hanya meminta untuk diambilkan air. Khilaf aula jika meminta dituangkan air
atas orang yang berwudlu. Makruh jika meminta dituangkan air bagi orang yang membasuh
anggota-anggota wudhu nya. Wajib meminta dituangkan air bagi orang yang sakit ketika ia
lemah.

Harta yang Wajib Dikeluarkan Zakat


Harta yang wajib di keluarkan zakatnya ada enam macam, yaitu:
1. Binatang ternak.
2. Emas dan perak.
3. Biji-bijian (yang menjadi makanan pokok).
4. Harta perdagangan. Zakatnya yang wajib di keluarkan adalah 4/10 (2,5%) dari hasil
perdagangan.
5. Harta yang terpendam
6. Hasil tambang

Cara Menentukan Awal Ramadhan


Puasa Ramadhan diwajibkan dengan salah satu ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan menggenapkan bulan Sya’ban 30 hari.
2. Dengan melihat bulan, bagi yang melihatnya sendiri, sekalipun ia fasiq
3. Dengan menetapkannya dengan persaksian yang adil bagi orang yang tidak melihatnya
langsung.
4. Dengan Kabar dari seseorang yang adil riwayatnya juga dipercaya kebenarannya, baik
yang mendengar kabar tersebut membenarkan ataupun tidak, atau bila yang membawa
kabar tidak dipercaya namun orang yang mendengar membenarkannya.
5. Dengan berijtihad masuknya bulan Ramadhan bagi orang yang meragukan hal tersebut.
Syarat Sah Puasa
Syarat sah puasa ramadhan ada empat (4), yaitu:
1. Islam.
2. Berakal.
3. Suci dari semisal darah haidh.
Mengetahui waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa. Syarat Wajib Puasa Ramadhan
Syarat wajib puasa ramadhan ada lima, yaitu:
1. Islam.
2. Taklif (dibebankan untuk berpuasa).
3. Mampu berpuasa.
4. Sehat.

Rukun Puasa Ramadhan


Rukun puasa ramadhan ada tiga, yaitu:
1. Niat pada setiap malamnya.
2. Menjauhkan diri dari segala yang membatalkan puasa ketika masih dalam keadaan
ingat, bisa memilih (tidak ada paksaan) dan tidak dalam ketidaktahuan yang
dimaafkan.
3. Berpuasa

Qadha, Kaffarat, dan Imsak


Hukuman bagi orang yang membatalkan puasanya satu hari di bulan Ramadhan dengan sebab
bersetubuh adalah diwajibkan baginya untuk meng-qadha puasanya dan wajib membayar
kafarat udzhma serta teguran keras karena telah merusak puasanya.
Diwajibkan meng-qadha puasa disertai harus menahan diri (dari makan dan minum
sampai waktu berbuka-pent.) pada enam kondisi:
1. Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja. Ini hanya berlaku di bulan Ramadhan saja.
2. Orang yang meninggalkan niat pada malam hari untuk puasa yang wajib.
3. Orang yang bersahur karena menyangka masih malam, padahal fajar telah terbit.
4. Orang yang berbuka puasa karena menduga matahari sudah terbenam, padahal
matahari belum terbenam.
5. Orang yang meyakini bahwa hari tersebut akhir bulan Sya’ban tanggal tigapuluh,
padahal sudah tanggal satu ramadhan.
6. Orang yang terlanjur meminum air dari kumur-kumur atau dari air yang dimasukkan ke
hidung.

Pembatal puasa:
1. Murtad
2. Haidh
3. Nifas
4. Melahirkan
5. Gila sekalipun sebentar
6. Pingsan dan
7. mabuk yang disengaja jika terjadi sepanjang siang.

Hukum Membatalkan Puasa dan Hukumannya


Membatalkan puasa di siang Ramadhan terbagi empat macam, yaitu:
1. Diwajibkan, seperti wanita yang haid atau nifas.
2. Diperbolehkan, seperti orang yang bepergian dan orang yang sakit.
3. Tidak diwajibkan, tidak pula diperbolehkan kan, seperti orang gila.
4. Diharamkan, seperti orang yang menunda qhadha Ramadhan, padahal sebenarnya ia
kemungkinan dapat melaksanakannnya sampai waktu qhadha tersebut habis.

Orang-orang yang membatalkan puasanya

diwajibkan meengganti puasanya dengan 4 cara, yaitu:


1. Orang yang diwajibkan meng-qhadha dan membayar fidyah . Ada dua macam: (1)
wanita yang membatalkan puasanya karena mengkhawatirkan keadaan bayinya dan
(2) orang yang menunda qhadha puasanya sampai tiba Ramadhan berikutnya.
2. Orang yang diwajibkan meng-qhadha tanpa membayar fidyah, seperti orang yang pingsan.
3. Orang yang diwajibkan membayar fidyah tanpa meng-qhadha, seperti orang yang sangat
tua (yang tidak mampu lagi berpuasa-pent.)
4. Orang yang tidak diwajibkan mengqhadha dan tidak perlu membayar fidyah, seperti orang
gila yang tidak dibuat-buat.

Makan dan Minum yang tidak Membatalkan Puasa


Keadaan-keadaan yang tidak membatalkan puasa meskipun (makanan/minuman) sudah
masuk ke rongga mulut (tertelan) ada tujuh macam, yaitu:
1. Melakukannya dalam keadaan lupa
2. Tidak mengetahui hukumnya .
3. Dipaksa oleh orang lain.
4. Ketika kemasukan sesuatu ke dalam rongga mulut, sebab air liur yang mengalir
diantara gigi- giginya, sedangkan ia tidak mungkin mengeluarkannya.
5. Ketika kemasukan debu jalanan ke dalam rongga mulut.
6. Ketika kemasukan sesuatu dari ayakan tepung ke dalam rongga mulut.
7. Ketika kemasukan lalat yang sedang terbang ke dalam rongga mulut.

Anda mungkin juga menyukai