Dian-Kitab Safinatun Najah
Dian-Kitab Safinatun Najah
Dian-Kitab Safinatun Najah
Jenis-jenis Najis
1. Najis besar (Mughallazoh), yaitu Anjing, Babi atau yang lahir dari salah satunya.
2. Najis ringan (Mukhaffafah), yaitu air kencing bayi laki-laki yang tidak makan selain air
susu ibunya dan umurnya belum sampai dua tahun.
3. Najis sedang (Mutawassithoh), yaitu semua najis selain dua najis yang telah disebutkan.
1. ‘Ainiyyah yaitu najis yang masih nampak warna, bau, atau rasanya, maka cara
menyucikan najis ini dengan menghilangkan warna, bau, dan rasanya.
2. Hukmiyyah, yaitu najis yang tidak nampak warna, bau dan rasanya, maka cara
menyucikan najis ini cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.
Masa menstruari yang paling cepat adalah sehari semalam, namun pada umumnya selama
enam atau tujuh hari, dan paling lama adalah 15 hari. Masa suci antara dua haid paling cepat
adalah 15 hari, namun pada umumnya 24 atau 23 hari, dan tidak ada batasan masa paling
lamanya.
Masa nifas paling cepat adalah sekejap, pada umumnya 40 hari, dan paling lama adalah 60 hari
SHOLAT
1. Tidur
2. Lupa
Syarat Sah Shalat
Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:
1. Suci dari hadats besar dan kecil.
2. Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap kiblat.
5. Masuk waktu sholat.
6. Mengetahui rukun-rukan sholat.
7. Tidak meyakini bahwa diantara rukun-rukun sholat sebagai sunnah
8. Menjauhi semua yang membatalkan sholat. Hadats Besar dan Hadats Kecil
Hadats ada dua macam, yaitu: Hadats Kecil dan Hadats Besar.
Hadats kecil adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu’, sedangkan
hadats besar adalah hadats yang mewajibkan seseorang untuk mandi.
1. Aurat semua laki-laki (merdeka atau budak) dan budak perempuan ketika sholat adalah
antara pusar dan lutut.
2. Aurat perempuan merdeka ketika sholat, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak
tangan.
3. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki yang ajnabi (bukan muhrim), yaitu
seluruh badan.
4. Aurat perempuan merdeka dan budak terhadap laki-laki muhrimya dan perempuan, yaitu
antara pusar dan lutut.
Rukun-rukun Shalat
5. Tidak lama terputus antara ayat-ayat Al Fatihah ataupun terputus sebentar dengan niat
memutuskan bacaan.
6. Membaca semua ayat Al Fatihah dan basmalah termasuk salah satu ayat Al Fatihah.
7. Tidak menggunakan lahn (nada/irama bacaan) yang dapat merubah makna.
8. Memabaca surat Al Fatihah dalam keaadaan berdiri ketika sholat fardhu.
9. Memperdengarkan bacaan Al Fatihah untuk dirinya sendiri.
10. Tidak terganggu oleh dzikir orang lain.
Kapan kita mengangkat tangan dalam shalat?
Tempat yang disunahkan mengangkat tangan ketika shalat ada empat, yaitu:
1. Ketika takbiratul ihram.
2. Ketika ruku’.
3. Ketika bangkit dari ruku’ (I’tidal).
4. Ketika bangkit dari tasyahhud awal.
Dalam kalimat tasyahud terdapat dua puluh satu tasydid, lima diantaranya ada pada bacaan
tasyahhud yang sempurna (termasuk bacaan sunnah) dan enam belas di antaranya ada pada
bacaan tasyahhud yang minimal harus dibaca (wajib), yaitu:
1. “Attahiyyat”: tasydid terletak di huruf “Ta’”.
2. “Attahiyyat”: di huruf “Ya’”.
3. “Almubarakatusshalawat”: di huruf “Shad”.
4. “Atthayyibaat”: di huruf “Tha’”.
5. “Atthayyibaat”: di huruf “ya’”.
6. “Lillaah”: di “Lam” jalalah.
7. “Assalaam”: di huruf “Sin”.
8. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
9. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Nun”.
10. “A’laika ayyuhannabiyyu”: di huruf “Ya’”.
11. “Warohmatullaah”: di “Lam” jalalah.
12. “Wabarakatuh, assalaam”: di huruf “Sin”.
13. “Alainaa wa’alaa I’baadillah”: di “Lam” jalalah.
14. “Asshalihiin”: di huruf shad.
15. “Asyhaduallaa”: di “Lam alif”.
16. “Ilaha Illallaah”: di “Lam alif”.
17. “Illallaah”: di “Lam” jalalah.
18. “Waasyhaduanna”: di huruf “Nun”.
19. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Mim”.
20. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Ra’”.
21. “Muhammadarrasulullaah”: di huruf “Lam” jalalah.
Lafal Salam pada tasyahhud akhir yang paling minimal adalah “Assalaaamu'alaikum”. Terdapat
tasydid pada huruf sin dari lafal “Assalaamu”.
Waktu-waktu shalat Wajib.
1. Waktu shalat dzuhur: Dimulai dari tergelincirnya matahari (dari tengah-tengah langit
kearah barat) dan berakhir ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan panjang
benda tersebut.
2. Waktu shalat Ashar: Dimulai ketika panjang bayangan suatu benda sedikit lebih besar dari
panjang benda tersebut dan berakhir ketika matahari terbenam.
3. Waktu shalat Magrib: Dimulai ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya
mega (sinar matahari senja) merah.
4. Waktu shalat Isya: Dimulai dengan hilangnya mega merah berakhir dengan terbitnya
fajar shadiq. 5 Waktu shalat Shubuh: Dimulai dari terbitnya fajar shadiq dan berakhir
dengan terbitnya matahari.
Seseorang tidak boleh melakukan shalat sunnah yang tanpa sebab atau shalat sunnah
muthlaq pada waktu-waktu berikut ini:
1. Ketika matahari terbit sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tombak.
2. Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser sedikit kecuali
pada hari Jum’at.
3. Ketika matahari kekuning-kuningan sampai tenggelam.
4. Sesudah shalat Shubuh sampai matahari terbit.
5. Sesudah shalat Ashar sampai matahari terbenam.
Tempat saktah (berhenti sebagai jeda dari satu perbuatan ke perbuatan yang lain-pent.) pada
waktu shalat ada enam tempat, yaitu:
1. Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah
2. Antara doa iftitah dan ta’awudz
3. Antara ta’awudz dan membaca Surat Al Fatihah.
4. Antara akhir Surat Al Fatihah dan mengucapkan amin.
5. Antara mengucapkan amin dan membaca surat Al Qur’an.
6. Antara membaca surat Al Qur'an dan ruku’.
Rukun-rukun shalat yang diwajibkan mengerjakannya dengan tuma’ninah ada empat, yaitu:
1. Ketika ruku’.
2. Ketika i’tidal.
3. Ketika sujud.
4. Ketika duduk antara dua sujud.
Thuma’ninah adalah diam sejenak setelah bergerak (dari posisi sebelumnya) sampai semua
anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan waktu kurang lebih seperti mengucapkan tashbih
(subhanallah).
Pembatal Shalat
Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu:
1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar-pent.).
2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa memegang najis tersebut.
3. Terbuka aurat, jika tidak ditutup seketika.
4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difahami dengan sengaja.
5. Makan (sedikit) dengan sengaja.
6. Makan yang banyak sekalipun lupa.
7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa.
8. Melompat yang merusak shalat.
9. Memukul yang melampaui batas.
10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja.
11. Lebih cepat atau lebih lambat dua rukun shalat dari imam dengan tanpa udzhur.
12. Berniat menghentikan shalat.
13. Menggantungkan shalat nya dengan suatu hal.4
14. Ragu-ragu dalam menghentikan shalat (antara diteruskan atau dihentikan).
5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk dengan lama seperti thuma’ninah dalam
shalat namun lebih lama sedikit.
6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan.
7. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan secara berurutan.
8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab.
9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 orang laki-laki (yang merdeka, balig serta penduduk
asli daerah tersebut)
10. Semuanya dilaksanakan setelah masuk waktu shalat Dzuhur.
7. Salam.
Pembatal puasa:
1. Murtad
2. Haidh
3. Nifas
4. Melahirkan
5. Gila sekalipun sebentar
6. Pingsan dan
7. mabuk yang disengaja jika terjadi sepanjang siang.