Asuhan Keperawatan Kritis Dengan Pasien CHF-2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DENGAN PASIEN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Dosen Pengampuh : Ns. Hj. Zainar Kasim, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh kelompok 11


Chelsea B. Sambel 2001021
Devitatoby N. Sanangka 2001055

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah berjudul
“ Asuhan Keperawatan pada Klien CHF ”. Dan makalah ini disusun agar
pembaca dapat mengetahui fisiologi nyeri dalam keperawatan. Tidak lupa
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampuh
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Demikian makalah ini kami buat, atas kesediannya kami


mengucapkan terimakasih.

Penulis

Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..2
DAFATR ISI………………………………………………………………3
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Lata Belakang…………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….6
1.3 Tujuan ………………………………………………………………..7
1.4 Manfaat……………………………………………………………….7
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Defensi………………………………………………………………...8
2.2 Anatomi Dan Fisiologis ………………………………………………9
2.3 Etiologi………………………………………………………………..10
2.4 Patofisologis ………………………………………………………….11
2.5 Klasifikasi……………………………………………………………..12
2.6 Manifestasi Klinis …………………………………………………….15
2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………16
2.8 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………..18
BAB III ASUHANAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian…………………………………………………………….20
3.2 Analisa Data………………………………………………………….23
3.3 Diagnosa …………………………………………………………….25
3.4 Intervensi ……………………………………………………………28
BAB IV PENITUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………..32
4.2 Saran ………………………………………………………………...32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu jenis penyakit yang saat ini

banyak diteliti dan dihubungkan dengan gaya hidup seseorang. Salah satu penyakit

kardiovaskuler yang banyak di derita di Indonesia adalah penyakit gagal jantung

(WHO, 2013). Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis

di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhikebutuhan jaringan

dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong, 2010).

Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, kanan,dan

kombinasi atau kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, hipotensi,

dan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Gagal

jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan tekanan

vena jugularis. Gagal jantung kongestif adalah gabungan dari kedua gambaran

tersebut. Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering terjadi

secara bersamaan (McPhee & Ganong, 2010).

Data WHO tahun 2013 dilaporkan bahwa lebih dari 6 juta jiwa penduduk di

Amerika teridentifikasi penyakit gagal jantung kongestif dan diperkirakan lebih dari

15 juta kasus baru gagal jantung setiap tahunnya diseluruh dunia. Insiden

penyakit ini meningkat sesuai dengan usia, berkisar kurang dari 1% pada usia kurang

dari 50 tahun hingga 5% pada usia 50-70 tahun dan 10% pada usia 70 tahunke atas.

Penyakit gagal jantung sangatlah buruk jika penyebab yang mendasarinyatidak segera

ditangani dikarenakan hampir 50% klien gagal jantung meninggal dalam kurun waktu

4 tahun dan 50% klien stadium akhir meninggal dalam kurun waktu 1 tahun.

Presentase penyebab gagal jantung terbanyak adalah ischemic heart disease (65%),
penyakit jantung hipertensif (10%), penyakit katup jantung dan murmur (10%),

kardiomiopati (10%), miokarditis (2%), serta efusi/kontriksi

perikard (1%).

Di Indonesia berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

tahun 2013, prevalensi gagal jantung pada umur ≥ 15 tahun sebesar 0,13% atau

diperkirakan sekitar 229.696 orang. Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah

klien penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak

96.487 orang.

Data dari rekam medik RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya periode Januari 2018

– Desember 2018 di dapatkan 10 besar penyakit. Urutan pertama adalah Congestive

Heart Failure dengan jumlah 875 kasus (18,0%), Diare dengan jumlah 797 kasus

(16,4%), Soft Tissue Tumor dengan jumlah 613 kasus (12,6%), Chronic Kidney

Desease jumlah 507 kasus (10,4%), Anemia dengan jumlah 415 kasus (8,5%), Stroke

Infark dengan jumlah 389 kasus (8,0%), Pneumonia dengan jumlah353 kasus (7,2%),

Tuberculosis dengan jumlah 326 kasus (6,7%), Stroke dengan

jumlah 290 kasus (5,9%), Hernia Inguinal Lateral dengan jumlah 283 kasus (5,8%).

Dari data diatas didapatkan hasil bahwa pasien dengan Congestive Heart

Failure (CHF) menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbesar dengan jumlah

pasien sebanyak 875 orang dengan persentase 18,0%. Pada pasien CHF masalah

keperawatan yang muncul adalah sesak napas, penurunan curah jantung, intoleransi

aktivitas, gangguan personal hygiene, kelebihan volume cairan, gangguan integritas

kulit, defisit perawatan diri, ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh.

Dari masalah keperawatan tersebut diatas tanda dan gejala yang muncul pada

pasien CHF antara lain dyspnea, fatigue dan gelisah. Dyspnea merupakan gejala yang

paling sering dirasakan oleh penderita CHF. Hal ini menyebabkan jantung tidak dapat
berfungsi dengan maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yangmuncul adalah

perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori. Hal-hal tersebut mengakibatkan

suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu sehingga terjadi dyspnea(Wendy, 2010).

Ketika gagal jantung kongestif memburuk, bisa terjadi penumpukan cairan di

dalam paru-paru dan mengganggu oksigen untuk masuk ke dalam darah,

menyebabkan dyspnea pada saat istirahat dan pada malam hari (ortopnea). Jika

seseorang memiliki gagal jantung kongestif, ia bisa terbangun di malam hari akibat

sesak nafas dan harus duduk atau berdiri untuk bisa meringankan sesak. Kondisi ini

dikenal sebagai paroxysmal nocturnal dyspnea. Hal ini karena dyspnea berpengaruh

pada penurunan oksigenasi jaringan dan produksi energi sehingga kemampuan

aktifitas pasien sehari-hari juga akan menurun yang dapat menurunkankualitas hidup

pasien (Sepdianto, 2013).

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan melalui tindakan mandiri dan

kolaboratif memfasilitasi pasien untuk menyelesaikan masalah keperawatan.

Diagnosa keperawatan klien yang muncul pada pasien dengan dyspnea yaitu

perubahan pola napas dapat diberikan intervensi seperti latihan napas dalam,

pemberian posisi semi fowler dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen

(Doenges, 2014).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah


adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
kardiovaskular : Congestive Heart Failure (CHF)?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif baik

biologi,psikologi, sosial dan spiritual dengan pendekatan proses


keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular :

Congestive HeartFailure (CHF)

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem kardiovaskular : Congestive Heart Failure

(CHF)

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

gangguansistem kardiovaskular : Congestive Heart Failure

(CHF)

c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem kardiovaskular : Congestive Heart Failure

(CHF)

1.5 Manfaat

a. Bagi perawat

Manfaat praktis penulisan karya ilmiah ini bagi perawat adalah agardapat

memberikan intervensi yang tepat pada klien Congestive Heart Failure

b. Bagi rumah sakit

Latihan tarik napas dalam ini dapat diterapkan diruangan sebagai

tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh pasien Congestive Heart

Failure.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Congestive Heart Failure (CHF)
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis dimana

kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan

dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong, 2010).

Gagal jantung yaitu suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi

jantung yang berakibat jantung gagal memom pa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan atau peningkatan tekanan pengisian diastolik

dari ventrikel kiri atau keduanya, sehingga tekanan kapiler paru meningkat

(Asikin, 2018).

Gagal jantung (dekompensasi kordis) dapat pula dikatakan sebagai

sekumpulan tanda dan gejala yang ditandai dengan sesak napas dan kelelahan

(saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau

fungsi jantung (Sudoyo, 2011).

Berdasarkan sejumlah definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gagal

jantung kongestif atau Congestive Heart Failure merupakan suatu keadaan

dimana jantung gagal memompakan darah ke seluruh tubuh, sehingga tidak

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau terjadinya defisit penyaluran

oksigen ke organ tubuh.

2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah.

Secara sederhana, fungsi utama system kardiovaskular adalah:

1. Transportasi oksigen, nutrisi, hormon, dan sisa metabolisme


Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah memenuhi kebutuhan

sistem kapiler dan mikrosirkulasi. Komponen darah akan membawa oksigen,

glukosa, asam amino, asam lemak, hormon, dan elektrolit ke sel. Dan

selanjutnya mengangkut karbon dioksida, urea asam laktat, dan sisa

metabolisme lainnya dari sel tersebut.

2. Transportasi dan distribusi panas tubuh

Sistem kardiovaskular membantu meregulasi panas tubuh melalui

serangkaian pengiriman panas oleh komponen darah dari jaringan yang aktif

seperti pengiriman panas dari jaringan otot menuju ke kulit dan disebarkan ke

lingkungan luar. Aliran darah jaringan yang aktif diregulasi oleh pengatur

suhu tubuh medula spinalis setelah menerima pesan dari hipotalamus

kemudian meregulasi aliran darah ke jaringan perifer, sehingga menyebabkan

terjadinya vasodilatasi dan vasokontriksi pembuluh darah di kulit. Dengan

demikian, panas tubuh akan keluarmelalui kulit.

3. Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit

Sistem kardiovaskular berfungsi sebagai media penyimpanan serta

transpor cairan tubuh dan elektrolit. Kedua substansi ini dikirim ke sel-sel

tubuh melalui cairan intertestial dengan proses filtrasi, difusi, dan reabsorpsi.

Sistem kardiovaskular memompa 1700 liter darah menujuginjal setiap harinya

agar sel - sel tubuh memiliki cairan dan elektrolit akan disesuaikan dan

dipelihara melalui mekanisme penyangga (buffer mechanism) dengan

mempertahankan pH yang optimal sekitar 7,35 - 7,45.Hemoglobin dan protein

plasma menjadi komponen utama dalam mekanisme penyangga ini (Abdul

Majid, 2018).

a. Anatomi Jantung
Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri atas jaringanfibrosa,

otot-otot jantung dan jaringan konduksi listrik. Jantung mempunyai

fungsi utama untuk memompakan darah. Hal ini dapat dilakukan dengan

baik bila kemampuan otot jantung untuk memompacukup baik, sistem

katup, serta irama pemompaan yang baik. Bila ditemukan

ketidaknormalan pada salah satu di atas, maka akan mempengaruhi

efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan

memompa (Muttaqin, 2014).

1) Kedudukan Jantung

Jantung berada di dalam toraks, antara kedua paru-paru di

belakang sternum dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan.

Kedudukannya yang tepat dapat digambarkan pada kulit dada kita.

Sebuah garis yang ditarik dari tulang rawan iga ketiga kanan,2 cm

dari sternum, ke atas tulang rawan iga kedua kiri, 1 cm daristernum,

menunjuk kedudukan basis jantung, tempat pembuluh darah masuk

dan keluar. Titik di sebelah kiri antara iga kelima dan keenam, atau

di dalam ruang interkostal kelima kiri, 4 cm dari garis medial,

menunjuk kedudukan apeks jantung, yang merupakan ujung tajam

ventrikel. Dengan menarik garis antara dua tanda itu maka dalam

diagram berikut, kedudukan jantung dapat ditunjukan.

2) Struktur Jantung

Jantung terdiri dari empat ruang, yaitu atrium kanan (atrium

dextra), atrium kiri (atrium sinistra), ventrikel kanan (ventrikel

dextra), dan ventrikel kiri (ventrikel sinistra). Jantung juga memiliki

sejumlah katup untuk memisahkan atrium dan ventrikel,yang terdiri


dari katup atrioventrikularis (valve atrioventricularis), katup aorta

(valva aorta), dan katup semilunaris (valve semilunaris) (Asikin,

2018).

Jantung merupakan ruangan yang terpisah dan berfungsi sebagai suatu

pompa ganda yang berkontraksi 100.000 kali setiap harinya dan memompa

darah lebih dari 7.200 liter. Anulus fibrosus merupakan jaringan

penyambung padat yang membentuk suatu cincin fibrosa yang mengelilingi

muara dari aorta dan arteri pulmonalis, serta katup atrioventrikular. Cincin

ini merupakan tempat perlekatan yang kuat untuk katup dan otot jantung

(Asikin,2018).

b. Pembuluh Darah

Vena kava superior dan inverior menuangkan darahnya ke

dalam atrium kanan. Lubang vena kava inverior dijaga katup

semilunar Eustakhius. Arteri pulmonalis membawa darah keluar dari

ventrikel kanan. Empat vena pulmonalis membawa darah dari paru-

paru ke atrium kiri. Aorta membawa darah keluar dari ventrikel kiri.

Lubang aorta dan arteri pulmonalis dijaga katup semilunar.

Katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut katup aortik, yang

menghindar darah mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri. Katup

antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katup pulmonalis

yang menghindarkan darah mengalir kembali ke dalam

ventrikel kanan.
c. Sirkulasi Darah

Aliran darah dari ventrikel kiri melalui arteri, arteriola dan

kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena disebut peredaran darah


besar atau sirkulasi sistemik. Aliran dari ventrikel kanan, melalui

paru-paru, ke atrium kiri adalah peredaran darah kecil atau sirkulasi

pulmonal.

1) Peredaran Darah Besar

Dimulai saat dipompanya darah oleh ventrikel kiri menuju

arteri terbesar, yaitu aorta. Aorta ini berjalan naik ke bagian atas

jantung, melengkung ke bawah pada arkus aorta dan menurun tepatdi

anterior kolumna spinalis. Aorta bercabang menjadi arteri iliaka kiri

dan kanan, dan menyuplai darah ke daerah pelvis dan tungkai. Arteri

besar yang menyuplai kepala, lengan, jantung, berasal dari arkus aorta

dan arteri utama menyuplai organ visera, berasal dari percabangan

aorta desendens. Oleh sebab itu, semua organ mayor, kecuali hati

mendapat suplai darah dari arteri-arteri yang muncul dari aorta. Aorta

dan cabang utamanya (arteri brakiosfalika, karotiskomunis, subklavia,

dann iliaka komunis) disebut arteri elastika. Selain mengalirkan darah

dari jantung, arteri-arteri ini melebar selama sistol dan kembali ke

ukuran awal saat diastole, menekan gelombang nadi dan menyesuaikan

aliran darah yang terputus-putus yang dihasilkan oleh kerja pompa

jantung yang intermiten.

2) Peredaran Darah Kecil (Sirkulasi Pulmonal)

Dimulai saat darah dipompa oleh ventrikel kanan ke arteri

pulmonalis utama, yang kemudian langsung bercabang menjadi dua

arteri pulmonalis kanan dan kiri yang menyuplai masing-masing paru.

Darah “vena” ini mengalami oksigenasi saat alirannya melaluikapiler

pulmona. Selanjutnya darah kembali ke jantung melalui vena-vena


pulmonalis ke atrium kiri yang memompanya ke ventrikel kiri.

Kebutuhan metabolik paru tidak dipenuhi oleh sirkulasi pulmonal,

namun oleh sirkulasi bronkial. Sirkulasi ini muncul dari arteri

interkostalis, yang merupakan percabangan dari aorta. Sebagian besar

vena dari sirkulasi bronkial berakhir di dalam atrium kanan namun

beberapa bermuara ke dalam vena pulmonalis.

2.3 Etiologi Congestive Heart Failure (CHF)

Mekanisme fisiologi yang dapat menyebabkan timbulnya gagaljantung yaitu

kondisi yang meningkatkan preload, afterload, atau yang menurunkan kontraktilitas

miokardium. Kondisi yang meningkatkan preload, misalnya regurgitasi aorta dan

cacat septum ventrikel. Afterload meningkat pada kondisi di mana terjadi stenosis

aorta atau dilatasi ventrikel. Pada infark miokard dan kariomiopati, kontraktilitis

miokardium dapat menurun Gagal jantung dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif), dibagi menjadi dua jenis yang dapat

terjadi sendiri atau bersamaan, di antaranya:

a) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung untuk menghasilkan output

jantung yang cukup untuk perfusi organ vital.

b) Gagal jantung diastolic yaitu kongesti paru meskipun curah jantung dan output

jantung normal.

2. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan untuk

memberikan aliran darah yang cukup ke sirkulasi paru pada tekanan vena sentral

normal (Asikin, 2018).

2.2 Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)

Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stres tidak adekuat dalam

memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan


tugasnya sebagai pompa dan akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga

pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan

gagal jantung. Jika cadangan jantung normal mengalami kepayahan dan

kegagalan, respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah

penting. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan

perfusi organ vital tetap normal. Terdapat empat mekanisme respons primer

terhadap gagal jantung meliputi:

a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis

b. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon

c. Hipertrofi ventrikel

d. Volume cairan berlebih (overload volume).

Keempat respon ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung.

Mekanisme – mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah

jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada

keadaan istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah

jantung biasanya tampak pada saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal

jantung, maka kompensasi akan semakin kurang efektif (Muttaqin,2012).

2.4 Klasifikasi Congestive Heart Failure (CHF)

Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam4

kelainan fungsional :

Skala Definisi

0 Tidak sesak sama sekali

1 sesak sangat ringan

2 Sesak sangat ringan


3 Sesak sedang

4 Sesak kadang berat

5-6 Sesak berat

7-9 Sesak sangat berat

Sesak sangat berat, hampir


10
maksimal

2.5 Manifestasi Klinis Congestive Heart Failure (CHF)

Manifestasi klinis gagal jantung harus dipertimbangkan terhadap derajat

latihan fisik yang dapat menyebabkan timbulnya gejala. Pada awalnya, secara khas

gejala hanya muncul saat melakukan aktivitas fisik. Namun, semakin berat kondisi

gagal jantung, semakin menurun toleransi terhadap latihan, dan gejala muncul lebih

awal dengan aktivitas yang lebih ringan.

Dampak dari curah jantung dan kongesti yang terjadi pada sistem vena atau

sistem pulmonal antara lain:

1. Sesak saat beraktivitas

2. Sesak saat berbaring dan membaik dengan melakukan elevasi kepala

menggunakan bantal (ortopnea)

3. Sesak di malam hari (paroxysmal nocturnal dyspnea)

4. Nyeri dada dan palpitasi

5. Anoreksia

6. Mual, kembung.

7. Penurunan berat badan

8. Letih, lemas

9. Oliguria/ nokturia
10. Gejala otak bervariasi mulai dari ansietas hingga gangguan memori dan konfusi

(M. Asikin 2018).

Sementara manifestasi klinis yang khusus berdasarkan ruang jantung yang

terganggu menurut (Padila, 2012) adalah :

a. Gagal jantung kiri :

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tidak

mampu memompa darah yang datang dari paru, sehingga peningkatan tekanan

dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.

Manifestasi klinis yang terjadi pada gagal jantung kiri :


1. Dispnea
2. Batuk
3. Mudah lelah
4. Insomnia
5. Kegelisahan dan kecemasan
a. Gagal jantung kanan

Kongestif jaringan perifer dan visceral menonjol. Karena sisi kanan jantung

tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Manifetasi klinis yang terjadi yaitu :

1) Edema ektremitas bawah (edema dependen)

Biasanya edema pitting, penambahan berat badan.

2) Distensi vena leher dan ascites

3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran atas abdomen

Terjadi aibat pemberasan vena di hepar

4) Anoreksia dan mual

Terjadi akibat pembesaran vena da statis vena dalam rongga abdomen.

5) Nokturia
Curah jantung membaik sehingga perfusi renal meningkat dan terjadidiuresis.

6) Kelemahan

Kelemahan terjadi karenan pembuangan produk sampah katabolisme yang

tidak adekuat.

2.6 Komplikasi Congestive Heart Failure (CHF)

Terdapat beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung yaitu

meliputi :

a. Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang

mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran

oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkanoleh

infark miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringanotot pada

ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena

ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokardium.

b. Edema Paru

Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja

didalam tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru

meningkat dari batas negatif menjadi batas positif. Penyebabkelainan paru

yang paling umum adalah:

1) Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat

peningkatan tekanan kapiler paru dan membanjiri ruang interstitial dan

alveoli.

2) Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi

seperti pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti

gas klorin atau gas sulfur dioksida. Masing - masing menyebabkan


kebocoran protein plasma dan cairan secara cepat keluar dari kapiler

(Padila, 2012).

2.7 Penatalaksanaan Congestive Heart Failure (CHF)

Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk menurunkan beban kerja

jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi

miokardium, baik secara sendiri maupun secara gabungan dari:

a. Penurunan beban awal

Pembatasan asupan garam dalam makanan mengurangi beban awal dengan

menurunkan retensi cairan. Jika gejala menetap dengan pembatasan garam yang

sedang, maka diperlukan diuretik oral untuk mengatasi retensi natrium dan air.

Regimen diuretik maksimum biasanya diberikan sebelum dilakukan pembatasan

asupan natrium yang ketat.

b. Peningkatan kontraktilitas

Obat initropik meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium. Mekanisme kerja

dalam gagal jantung masih belum jelas.

c. Pengurangan beban akhir

Dua respon kompensatorik terhadap gagal jantung (aktivasi sistem saraf simpatis

dan sistem renin-angiotensin-aldosteron) menyebabkan terjadinya vasokontriksi dan

selanjutnya meningkatkan tahanan terhadap injeksi ventrikel dan beban akhir.

Dengan meningkatnya beban akhir, maka kerja jantung meningkat dan curah jantung

menurun. Obat vasodilator akan menekan efek negatif tersebut (Asikin 2018).

Sementara menurut (Nurarif, 2015) penatalaksanaan pada pasien dengan gagal

jantung dibagi menjadi penatalaksanaan farmakologis dan nonfarmakologis.

a. Medis

Terapi farmakologis :
1) Glikosida jantung.

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan

memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan: peningkatan

curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah,

peningkatan diuresis, dan mengurangi edema.

2) Terapi diuretik.

Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal.

3) Terapi Vasodilator.

Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan

kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat

diturunkan.

b. Keperawatan

Terapi nonfarmakologis :

1) Diit rendah garam

Pembatasan natrium untuk mencegah, megontrol, atau mehilangkan

edema.

2) Membatasi cairan

Mengurangi beban jantung dan menghindari kelebihan volumecairan

dalam tubuh.

3) Manajemen stres

Respon psikologis daat mempengaruhi peningkatan kerja jantung.

4) Menguragi aktivitas fisik

Kelebihan aktivitas fisik mengakibatkan peningkatan kerja jantung

sehingga perlu dibatasi (Oktavianus & Sari, 2014).

5) Tarik napas dalam


Pasien dengan masalah dyspnea pada relaksasi otot, menghilangkan

kecemasan, menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernafasan yang

tidak berguna dan tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi

pernafasan dan mengurangi kerja pernafasan. Pernafasan yang lambat,

rileks dan berirama membantu dalam mengontrol klien saatmengalami

dyspnea (Westerdahl, 2014; Muttaqin, 2012).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik dari

Congestive Heart Failure yaitu meliputi :

a. Elektrokardiogram (EKG)

Mencatat aktivitas listrik jantung. EKG abnormal dapat menunjukkan

penyebab dasar gagal jantung, seperti hipertrofi ventrikel, disfungsi katup,

iskemia, dan pola kerusakan miokardium (Doenges, 2018).

b. Kateterisasi jantung

Mengkaji kepatenan arteri koroner, mengungkapkan ukuran atau bentuk

jantung dan katup jantung yang tidak normal, serta mengevaluasi

kontraktilitas ventrikel. Tekanan dapat diukur dalamsetiap bilik jantung

dan melintasi katup. Tekanan abnormal mengindikasikan masalah fungsi

ventrikel, membantu mengidentifikasistenosis atau insufisiensi katup dan

diferensiasi gagal jantung sisi kananversus sisi kiri (Doenges, 2018).

c. Foto rontgen dada

Dapat menunjukkan klasifikasi di area katup atau aorta, menyebabkan

obstruksi aliran darah, atau pembesaran jantung, mengindikasikan gagal

jantung (Doenges, 2018).


d. Elektrolit

Elektrolit dapat berubah karena perpindahan cairan dan penurunanfungsi

ginjal yang dikaitkan dengan gagal jantung dan medikasi diuretic,

inhibitor ACE yang digunakan dalam terapi gagal jantung (Doenges,

2018).

e. Oksimetri nadi

Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif

akut menjadi kronis.

f. Analisa gas darah (AGD)

Kegagalan ventrikel kiri ditandai oleh alkalosis respiratori ringan (dini),

asidosis respiratori, dengan hipoksemia,dan peningkatan PCO2, dengan

kegagalan kompensasi gagal jantung (Dongoes,2018).

g. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal sebagaimana

yang dapat terjadi pada gagal jantung atau sebagai efek samping medikasi

yang diresepkan (diuretik dan inhibitor ACE). Peningkatan BUN dan

kreatinin lazim terjadi pada gagal jantung (Doenges, 2018).

h. Pemeriksaan tiroid

Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai

presipitator gagal jantung (Doenges, 2018).


BAB III
ASUHAN KEPERAATAN CHF
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Masuk :
Jam Masuk :
Tanggal Pengkajian :
Jam Pengkajian :
No. RM :
Diagnosa Medis :

1. Identitas Klien
Inisial Klien :
Usia :
Jenis kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Status Perkawinan :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk memintapertolongan
kesehatan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dilakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien
secara PQRST
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung denganmengkaji apakah

sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada khas infark miokardium,

hipertensi, DM dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat – obat yang biasa

diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan (Muttaqin, 2009).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta

bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga

ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia

muda merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada

keturunannya(Muttaqin, 2009).

e. Pemeriksaan Fisik

a). Sistem pernapasan


b). Sistem Kardiovaskular
c). Sistem Pencernaan
d). Sistem Genitourinaria
e). Sistem Integumen
f). Sistem Muskuloskeletal
g). Sistem Pengelihatan

Pengkajian ABCDE
Tgl./Jam Pengkajian Diagnosa
Keperawatan
14-03- AIRWAY (Jalan Nafas)
2020 Sumbatan
( ) Benda asing pola nafas tidak
08.00 ( ) Darah efektif
( ) Bronkospasme berhubungan
( ) Sputum dengan
( ) Lendir auskultasi Hambatan
( ) Ronchi Upaya napas
( ) Wheezing
( ) Crecles
BREATHING (Pernafasan / Pola Nafas)
pola nafas tidak
Sesak nafas dengan:
efektif
( v ) Aktivitas
berhubungan
( ) Tanpa aktivitas
dengan
( ) Menggunakan otot tambahan
Frekuensi (RR) : 23x/menit Hambatan
SpO2 : 97% Upaya napas
Irama : Teratur
Kedalaman : Dangkal
Batuk : Tidak
Sputum : Tidak ada
1. Warna :-
2. Konsistensi : -
30 April CIRCULATION (Sirkulasi)
2019 Nadi : 105x/menit
21.15 Irama : Teratur
Denyut : Sedang
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Ekstremitas : Dingin
Penurunan
Warna kulit
curah jantung
( ) Sianosis
berhubungan
( v ) Pucat
dengan
( ) Kemerahan
perubahan
Pengisian kapiler : 3 detik
kontraktilitas
Edema : Ya
Jika ya
( ) Muka
( ) Tangan
( v ) Tungkai atas derajat +1
( ) Anasarka
14-03- DISABILITY (Status Neurologi)
2020 Keadaan umum pasien: Lemah
Nyeri akut
09.00 Kesadaran: Compos mentis
berhubungan
Nilai GCS (Glasgow Comma Scale)
dengan agens
E: 4, M: 6, V:5
pencedera
Total: 15
fisiologis

Persepsi Nyeri:
P (Paliatif): Saat kelelahan atau kaget
Q (Quality): Seperti tertimpa beban berat
R (Regio): Dada kiri
S (Skala): 6

T (Time): Hilang-timbul

14-03- EXPOSURE (Membuka Pakaian Pasien)


2020 ( ) Laserasi
09.20 ( ) Kontusio
( ) Abrasi -
( v ) Swelling
( ) Deformitas

14-03- ELIMINASI CAIRAN


2020 BAK: 8x/hari
09.18 Jumlah: Sedang
Warna:
( v ) Kuning jernih
( ) Kuning kental
( ) Merah
( ) Putih
Rasa sakit: Tidak
BAB: 1x/hari -
Diare:
( ) Ya ( v ) Tidak
( ) Berdarah ( ) Berlendir
( ) Cair
Abdomen:
( ) Elastis
( v ) Kembung
( ) Lembek
( ) Asites
Turgor: Elastis
Mukosa: Basah
Kulit: Lembab
Suhu: 36 ºC

14-03- PENCERNAAN
2020 Lidah kotor: ( ) Ya ( v ) Tidak
09.20 Nyeri:
( ) Ya ( ) Ulu hati
( ) Kuadran kanan
( ) Menyebar
( v ) Tidak

14-03- INTEGUMEN (Kulit)


2020 Terdapat luka: Tidak
-
09.22 Perdarahan : Tidak

14-03- STATUS NEUROLOGI


2020 Tingkat kesadaran
09.25 ( v ) Kompos mentis
( ) Somnolen
( ) Supor Coma
( ) Apatis
( ) Koma
-
Pupil
( v ) Isokor
( ) Unisokor
( ) Midriasis

14-03- E: 4, M: 6, V: 5
2020 Terjadi:
09.25 ( ) Kejang
( ) Pelo
( ) Kelumpuhan
( ) Mulut mencong
( ) Afasia
( ) Disatria
Nilai Kekuatan Otot
Kanan Kiri
5 5
5 5
Refleks:
Babinski (+)
Patella (+)
Bisep/Trisep (+)

3.2 ANALISA DATA


Data Etiologi Problem
Ds : Klien mengatakan klien Keletihan otot-otot pola nafas tidak efektif
pernapasan
merasa sesak dan mudah
kelelahan saat berjalan
sedikit jauh atau beraktivitas
sedikit berat
Do :
1. Klien tampak sesak
nafas, pernapasannya
dangkal dan cepat
2. Tanda-tanda vital:
TD: 150/100 mmHg
Nadi: 105x/menit
RR: 23x/menit
SpO2: 97%
Suhu: 36 ºC
Ds: Perubahan kontraktilitas Penurunan curah jantung
1. Klien mengatakan klien
merasa sesak dan mudah
kelelahan saat berjalan
sedikit jauh atau
beraktivitas sedikit berat
2. Klien mengatakan klien
pernah rawat jalan
dengan diagnosa
pembengkakan pada
jantung dan memiliki
riwayat hipertensi

Do :
1. Klien tampak lemas dan
pucat
2. Tampak edema pada
tungkai atas klien dengan
derajat +1
3. Pengisian kapiler klien 3
detik dan ekstremitas
klien dingin

Ds : Klien Mengatakan nyeri Agens cedera biologis Nyeri akut


dibagaian dada Kiri

Do :
Klien tampak meringis dan
memegangi dada kirinya
ketika nyeri muncul

P (Paliatif): Saat kelelahan


atau kaget
Q (Quality): Seperti tertimpa
beban berat
R (Regio): Dada kiri
S (Skala): 6
T (Time): Hilang-timbul

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Napas Di Tandai
Dengan Klien Sesak Napas D.0005
2. Penurunan Curah Jantung Berhubungan Dengan Perubahan Kontraktilitas Ditandai
Dengan Mudah Kelelahan Saat Beraktivitas Dan Klien Tampak Lemas Dan Pucat D.0008
3. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agens Pencedera Fisiologis Ditandai Dengan Klien
Tampak Meringis Dan Memegangi Dada Kirinya Ketika Nyeri Muncul. D. 0077

4.3 INTERVENSI
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
efektif
Tindakan keperawatan (I.01014)
berhubungan
dengan Hambatan selama 2x24 jam Observasi :
Upaya napas di
diharapkan pola nafas Monitor frekuensi, irama,
tandai dengan klien
sesak napas D.0005 membaik dengan kedalaman dan upaya napas
kriteria hasil : Pola Monitor pola napas (seperti
Napas I.01004 bradypnea, takipnea,
- Pemanjangan hiperventilasi, kussmaul,
fase ekspirasi Cheyne-stokes, biot, ataksik)
menurun Monitor kemampuan batuk
- Frekuensi napas efektif
membaik Monitor adanya produksi
sputum
Monitor adanya sumbatan jalan
napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai analisa gas darah
Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik :
Atur interval pemantauan
respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung I.02075
jantung Tindakan keperawatan Observasi :
berhubungan selama 2x24 jam Monitor tekanan darah
dengan perubahan diharapkan Penurunan Monitor intake dan output
kontraktilitas curah jantung Membaik cairan
ditandai dengan dengan kriteria hasil : Monitor saturasi oksigen
mudah kelelahan Curah Jantung Montor keluhan nyeri dada
saat beraktivitas L.02008 Terapeitik :
dan Klien tampak - Takikardi Posisikan pasien semi-Fowler
lemas dan pucat - Lelah atau fowler
D.0008 Edukasi :
Anjurkan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian terapi

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


berhubungan Tindakan keperawatan
Observasi
dengan agens selama 2x24 jam - Identifikasi lokasi,
karakteristik,
pencedera fisiologis diharapkan Nyeri akut durasi,frekuensi,
kualitas intensitas nyeri
ditandai dengan membaik dengan
- Identifikasi skala Nyeri
Klien tampak kriteria hasil : tingkat - Identifikasi respon nyeri
- Identifikasi factor yang
meringis. Gelisah nyeri L.08066
memperberat dan
dan memegangi - Keluhan nyeri memperingan nyeri
- Monitor efek samping
dada kirinya ketika - Meringis
penggunaan analgetik
nyeri muncul. - Gelisah Terapeutik
- Berikan teknik
D. 0077
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan
yang meperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur

Edukasi
- Jelaskan penyebab
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
Analgetik Jika perlu
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gagal jantung yaitu suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung yang

berakibat jantung gagal memom pa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan atau peningkatan tekanan pengisian diastolikdari ventrikel kiri atau keduanya,

sehingga tekanan kapiler paru meningkat (Asikin, 2018).

Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, kanan, dan

kombinasi atau kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, hipotensi,

dan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Gagal

jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan tekanan

vena jugularis. Gagal jantung kongestif adalah gabungan darikedua gambaran tersebut.

Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering terjadi secara

bersamaan

4.2 Saran
sebaiknya kita sebagai perawat mengetahui tentang CHF supaya bisa maksimal

melayani pasien dan melakukan asuhan keperawatan. Manfaat praktis penulisan karya

ilmiah ini bagi perawat adalah agardapat memberikan intervensi yang tepat pada klien

Congestive Heart Failure. Latihan tarik napas dalam ini dapat diterapkan diruangan

sebagai tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh pasien Congestive Heart Failure.
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi. Perawat
Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC
Doenges E. Marlynn. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC),
Edisi Keenam. Missouri: Mosby Elsevier
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.
Missouri: Mosby Elsevier
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: MediAction
Publishing
Smeltzer, Suzanne C. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi: 12. Jakarta: EGC
Asmoro, Didik Aji.2017. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE
HEART FAILURE (CHF) DENGAN PENURUNAN CURAH JANTUNG
MELALUI PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG”.Sekolah tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah
gombong.
Mutaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler . Jakarta
: Salemba Medika.
Mutaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi . Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda,dkk. 2015.Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, A Pactricia.1996. Pengkajian Kesehatan Jilid 3. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Sari, novitanimala.2017. DEEP BREATHING EXERCISE DAN ACTIVE RANGE OF
MOTION EFEKTIF MENURUNKAN DYSPNEA PADA PASIEN CONGESTIVE
HEART FAILURE.VOL 2.Nomor 2 November 2017 https://media.neliti.com.
Udjianti, Wajan Juni.2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medik

Anda mungkin juga menyukai