Obat-Obatan Non Halal Dalam Perspektif Islam
Obat-Obatan Non Halal Dalam Perspektif Islam
Obat-Obatan Non Halal Dalam Perspektif Islam
A. PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang fitrah (suci), yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW sebagai rahmat bagi semesta alam. Islam mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia. Ajaran islam dibangun untuk
mewujudkan kemaslahatan umat manusia di dunia dan di akhirat. Dalam
ajaran islam, pemenuhan kebutuhan setiap manusia harus sesuai dengal Al-
quran dan Hadits. Seorang muslim hendaknya memperhatikan larangan dan
nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam produk yang akan
dikonsumsinya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang tertuang
dalam QS. Al-Baqarah: 168 berikut:
Artinya: “hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang ada di bumi, dan jangan ikuti langkah-langkah setan; karena setan
adalah musuh yang nyata bagimu..”
Namun hingga saat ini obat yang belum bersertifikasi halal banyak
beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini menjadi perhatian serius
bagi umat islam. Maka dari itu karya tulis ini dibuat agar kita mengetahui
bagaimana pandangan islam terkait penggunaan obat yang tidal halal.
B. PEMBAHASAN
Obat halal harus memenuhi sifat-sifat ini; (a) sumber obat tidak
mengandung zat dari hewan yang dilarang seperti babi, bagian tubuh
manusia atau hewan yang tidak disembelih menurut hukum islam. Obat yang
terbuat dari tanaman, tanah, air, sumber daya mineral dan mikroorganisme di
darat dan di air dapat disimpulkan halal dan diperbolehkan kecuali yang
beracun dan berbahaya. Demikian pula bahan obat yang dihasilkan secara
sintetik halal kecuali beracun, berbahaya dan bercampur dengan najis; (b)
metode penyiapan, pengolahan, pembuatan atau penyimpanan harus bebas
dari unsur-unsur najis; (c) pengunaannya tidak akan membawa efek
berbahaya di masa depan seperti bahan toxic.
Minuman keras, larangan minumas keras secara jelas tertuang dalam QS.
Al-Maidah: 90 berikut:
Lalu thariq bin suwaid al ju’fiyyi pernah berkata kepada nabi bahwa dia
membuat wine (fermentasi anggur), dan nabi melarang pembuatannya.
Thariq kemudian berkata: saya membuat wine khusus untuk pengobatan.
nabi berkata ‘dia tidak menjadikan kesembuhan bagi kamu dari hal-hal yang
diharamkan bagimu’. Ibnu taimiyyah berpendapat bahwa minum obat yang
mengandung minuman keras adalah haram, dan ini juga merupakan
pandangan mayoritas ulama. Namun mayoritas ulama juga memandang
bahwa meminum minuman keras sebagai pengobatan diperbolehkan dalam
keadaan darurat.
C. KESIMPULAN