CBR Up 5
CBR Up 5
CBR Up 5
TEKNOLOGI BUSANA
(Dosen Pengampu: Dr. Farihah M.Pd & Yudhistira Anggraini M.Pd Si)
FAKULTAS TEKNIK
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah CBR ini tepat pada waktunya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing
dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Adapun makalah CBR ini membahas tentang Filsafat Pendidikan dengan menggunakan
buku yang berjudul “Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Busana” sebagai buku utama. Adapun
makalah CBR ini disusun untuk memperdalam pemahaman tentang Teknologi Busana dengan
cara membandingkan buku utama dengan buku pembanding. Selain itu, makalah CBR ini juga
disusun untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku yang menjadi buku utama.
Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran, maupun usulan
demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi kita
semua. Penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan katakata yang kurang berkenan.
Terima kasih.
(penyusun)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 21
B. SARAN .............................................................................................................................. 21
Penyusun membuat CBR (Critical Book Review) ini untuk mempermudah pembaca
dalam memilih buku referensi, khususnya pada pokok pembahasan tentang Teknologi Busana.
Dikarenakan sering kali kita bingung untuk memilih buku referensi guna dibaca dan dipahami.
Ketika sudah memilih satu buku, tak jarang kita merasa kurang puas dengan buku tersebut, baik
dari segi pembahasannya ataupun dari segi analisis bahasanya.
Tujuan dari penulisan CBR (Critical Book Review) ini adalah untuk menyelesaikan salah
satu tugas mata kuliah Teknologi Busana, menambah pengetahuan tentang materi Teknologi
Busana, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
C. Manfaat CBR
Manfaat dari pengerjaan CBR (Critical Book Review) ini adalah untuk menambah
wawasan tentang Teknologi Busana, mengetahui perbandingan antara buku Dasar-Dasar Teknik
Pembuatan Busana karya Dra. Hj. Yuliarma, M.Ds dengan buku Pengantar Filsafat Ilmu karya
Suaedi.
Buku Utama
BAB I PENDAHULUAN
Pengertian busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang telah
dijahit atau tidak dijahit, yang dipakai dengan cara disarungkan, disampirkan, atau dililitkan
untuk menutupi tubuh seseorang. Busana dalam arti luas adalah semua benda yang dipakai mulai
dari kepala hingga ujung kaki yang menampilkan keindahan dan keserasian. Benda-benda
busana tersebut terdiri dari tiga unsur, yaitu:
1. Busana yang bersifat pokok, yaitu semua jenis pakaian Yang dipakai pada tubuh
manusia, yang berfungsi sebagai penutup tubuh yang mutlak dipakai dalam berbusana.
2. Busana yang bersifat pelengkap (millineries), yaitu semua benda yang dipakai yang
berfungsi sebagai pelengkap dalam berbusana.
3. Busana yang bersifat penambah keindahan (accesories), yaitu benda yang berfungsi
sebagai penambah keindahan dalam berbusana.
Tata busana adalah kegiatan atau pekerjaan mewujudkan suatu busana atau pakaian, yang
diawali dengan proses pemilihan model, pemilihan bahan atau tekstil, pengambilan ukuran,
pembuatan pola sampai ke teknik menjahit dan menyelesaikannya.
Proses pembuatan busana atau pakaian, pada prinsipnya mencakup tiga tahap, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tahap perencanaan yaitu merencanakan
atau memilih desain pakaian yang akan dibuat. Tahap pelaksanaan yaitu kegiatan praktik proses
pembuatan pakaian, meliputi mengambil ukuran, pembuatan pola, memotong bahan kain,
menjahit, dan finishing. Tahap evaluasi yaitu menilai hasil pakaian yang dibuat dan dilakukan
minimal dua kali, yaitu fitting l dan fitting 2.
Pada prinsipnya proses produksi pakaian sama baik dikerjakan secara konvensional maupun
dikerjakan industri besar dengan mesin. Namun perbedaannya, jika industri menggunakan sistem
pola standar maka proses produksi tidak perlu melalcukan proses fitting dan perbaikan, karena
ukuran telah distandarkan (S, M, L).
Tetapi jika industri menggunakan sistem pola konstruksi, maka proses produksi harus
melakukan proses fitting dan perbaikan mengikuti ukuran sesuai konstruksi badan seseorang.
Adapun langkah-langkah proses produksi busana dengan sistem pola konstruksi, se Menyiapkan
alatimedia yang diperlukan untuk membuat busana sebagai berikut:
Setiap saat keselamatan kerja kita terancam, hal ini disebabkan oleh sikap dan
cara kerja yang kurang baik atau kurang berhati-hati, misalnya jarum pentul yang
berserakan di lantai dapat melukai orang lain. Jadi, keselamatan kerja dalam dunia
fashion yaitu sikap kerja dan cara kerja yang berkaitan dengan teknologi penggunaan
peralatan menjahit, standar lingkungan yang sehat di workshop ataupun di pabrik.
Agar tidak mendapat bahaya dan kecelakaan waktu bekerja, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat jahit, baik itu menjahit dengan mesin
manual, multifungsi, atau mesin jahit high speed yang ada di garmen. Berikut hal hal
yang harus Anda perhatikan, antara lain:
1. Saat bekerja harus bersikap tenang dan tidak terburu-buru.
2. Memotong benang harus menggunakan gunting dan jangan dengan gigi.
3. Tidak memasukkan jarum pentul pada waktu mengepas atau menjahit, sebab
kemungkinan jarum pentul itu dapat tetelan ke dalam mulut.
4. Rambut yang panjang diikat waktu menjahit, jangan dibiarkan terurai, karena
kemungkinan besar dapat tersambar roda mesin.
5. Memutuskan dan mengalirkan aliran listrik. Sebelum memulai menjahit, teliti dahulu
petunjuk atau cara memakai alat yang menggunakan tenaga listrik.
6. Cara memasukkan bahan ke mesin. Bila sedang menjahit jangan memasukkan bahan
ke mesin dengan tangan terlalu ke depan karena ada kemungkinan jarum akan
mengenai tangan.
7. Menjaga keseriusan. Bila seseorang menggunakan mesin jahit jangan bermain-main,
karena semua mesin jahit berbahaya.
8. Cara meletakkan gunting. Iangan meletakkan gunting di atas mesin jahit, karena
gunting bisa tejatuh pada saat menjahit.
9. Penggunaan cicin jahit (bidal). Agar jari tidak tertusuk jarum waktu menjahit dengan
tangan, biasakan memakai cicin jahit.
10. Menjaga kebersihan. Jangan meletakkan makanan dan minuman di atas mesin,
karena akan mengotori mesin.
1. Alat Pengukur
Alat mengukur adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil ukuran badan
dalam pembuatan busana. Alat pengukur tersebut sering disebut sebagai pita ukuran
atau metlin/ meteran.
2. Alat Pembuat Pola
Alat membuat pola adalah alat yang digunakan untuk membuat pola pakaian.
Membuat pola pakaian biasanya dilakukan pada kertas, baik yang berukuran kecil
maupun besar. Pola yang berukuran kecil (skala kecil) biasanya di buat pada kertas
yang kecil pula (buku pola yang berukuran kuarto/buku kostum), sedangkan pola
yang berukuran besar (skala satu) dibuat pada kertas yang lebar (kertas kacang).
3. Alat Pemotong
Alat pemotong adalah peralatan menjahit yang digunakan untuk memotong
kain/bahan pada saat membuat pakaian. Contoh alat pemotong di antaranya gunting
kain, gunting rumah kancing, gunting bordir, gunting tiras, gunting kertas, gunting
zig-zag, gunting benang, cutter, alat pembuka jahitan (pendedel), dan gunting listrik.
4. Alat Pemberi Tanda
Alat pemberi tanda adalah semua peralatan menjahit yang digunakan untuk
memindahkan garis-garis pola pada kain. Alat-alat untuk memberi tanda tersebut di
antaranya rader, karbon jahit, kapur jahit, pensil kapur, dan skirt marker.
5. Alat-alat Pelengkap Menjahit
Selain alat menjahit pokok dan alat menjahit pendukung, di dalam menjahit atarr
membuat pakaian diperlukan alat pelengkap menjahit. Fungsi alat pelengkap ini
adalah agar pekerjaan jahit-menjahit tidak terhambat atau lancar. Alat-alat pelengkap
menjahit di antaranya jarum mesin, jarum tangan, jarum pentul, bidal, pendedel,
needle threader, dan bantalan jarum.
6. Attachment
Attachment adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu pada saat menjahit
dengan menggunakan mesin jahit. Attachment ini biasanya berbentuk sepatu mesin.
Contoh artachment di antaranya sepatu ritsleting, sepatu kelim gulung, sepatu
memasang kancing, sepatu lubang kancing, sepatu melipit, sepatu mengelim, setikan
hias (zig-zag), sepatu untuk merompok, dan sepatu untuk mengerut.
a. Sepatu ritsleting ada dua macam, yaitu:
1) Sepatu ritsleting biasa yang mempunyai satu kaki dan terbuat dari logam.
2) Sepatu ritsleting jepang: terbuat dari plastik, di tengahnya terdapat lubang
untuk tempat masuk dan keluarnya jarum dan di bawahnya terdapat dua
jalur tempat gigi ritsleting.
b. Sepatu kelim, terbuat ciari iogam, dibagian tengahnya alat spiral untuk
menggulung kain.
c. Sepatu Iubang kancing terbuat dari logam, bentuknya bermacam-macam,
mulai dari ukuran yang kecil sampai yang besar. Untuk mesin jahit semi-
otomatis dan otomatis, biasanya telah dilengkapi sepatu lubang kancing
tersebut.
7. Alat Merrgepres
Alat mengepres adalah alat yang digunakan untuk memberikan bentuk yang tetap
pada bagian-bagian busana dengen cara disetrika. Alat yang digunakan untuk
pengepresan antara lain:
a. Setrika biasa dan setrika uap.
b. Ironing press, berbentuk persegi panjang seperti papan setrika. Pada bagian
bawah terdapat papan pres yang dilapisi dengan kain putih yang tidak mudah
terbakar, bagian atas terdapat lempengan logam untuk mengepres.
c. Papan setrika, digunakan pada saat akan menggosok kain dengan
menggunakan setrika. Setrika yang digunakan adalah setrika biasa maupun
setrika uap. Bila menggunakan setrika uap hasilnya lebih licin dan rapi.
d. Bantalan setrika, adalah bantalan yang digunakan untuk membantu proses
menyetrika atau mengepres, bentuknya bermacam-macam tergantung dari
fungsinya.
8. Alat Mengepas
Alat mengepas adalah alat yang digunakan untuk mengepas busana sebelum
busana itu jadi. Hal irri dimaksudkan agar sesuai dengan ukuran dan bentuk badan
pemakainya. Alat mengepas busana itu di antaranya:
a. Boneka pas dibuat dalam berbagai ukuran (S, M, L), baik untuk anak, wanita,
maupun pria yang panjangnya sebatas panggul. Umumnya boneka pas dibuat
dari fiberglass yang dilapisi kain sehingga mudah disemat dengan jarum.
b. Cermin pas digunakan untuk membantu melihat apakah busana yang dibuat
tersebut sudah sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan pemakainya.
Pada umumnya cermin pas berbentuk persegi panjang agar tampak seluruh
badan. Biasanya terdapat kaki untuk memudahkan memindahkannya.
Alat jahit dan alat bantu bantu jahit yang telah digunakan, dibersihkan, disimpan pada
tempat yang memenuhi syarat. Tujuan penyimpanan alat, yaitu:
1) Supaya alat dapat dipakai lebih dari satu kali (berulang kali)
2) Kalau akan mengulangi pemakaian alat dapat dengan muCah mencarinya dan selalu
dalam keadaan baik (layak pakai)
3) Bila ada pemakaian alat yang sarna untuk selanjutnya mudah dicari
4) Dari semua tujuan penyimpanan alat dengan baik ini akan dapat menghemat waktu,
tenaga, maupun keuangan.
Beberapa saran tentang penyimpanan alat jahit:
1. Buat lemari hingga ke plafon. Buat kabinet atas hingga menyentuh plafon, sehinga akan
semakin luas ruang penyimpanan.
2. Berhenti menimbun. ]angan terlalu banyak beli, kecuali Anda punya tempat yang luas
untuk menyimpannya.
3. Siapkan tangga meskipun Anda sudah menaruh barang senyaman dan seergonomis
mungkin untuk beberapa barang mungkin masih sulit dijangkau.
4. Tambahkan rak kecil. Rak kecil yang ada di pasaran sangat berguna. Selain dapat
membuat penyimpanan menjadi lebih rapi dan teratur, rak instan ini bisa menambah
kapasitas penyimpanan.
5. Simpan di tempat terbuka. Beberapa barang seperti jarum yang selalu digunakan
sebaiknya tidak disembunyikan di dalam lemari.
6. Simpan barang menurut frekuensi penggunaan. Barang yang sering digunakan ditaruh di
tempat-tempat yang mudah dijangkau dengan tangan.
7. Manfaatkan area. Area antara kabinet atas dan meja kerja atau kabinet bawah dapat
dimanfaatkan. Beri alas untuk meletakkan perca, ataupun beri rak untuk meletakkan
berbagai peralatan.
Part/aksesoris/perlengkapan mesin jahit yang dimaksud adalah yang terbuat dari logam,
misalnya bobbin case' sepatu, jarum, gear, dan lain-lain. Wadah yang diperlukan untuk
menyimpannya adalah kantong plastik klip dan cairan anti karat (jika tidak ada cairan
antikarat, bisa menggunakan minyak mesin jahit). Caranya:
Tempat kerja terpadu dipelihara dan ditata mengikuti layour, maksudnla bahv'a setiap
proses operasi, harus dirancang secara perinci dan terpadu dengan mengaitkan antara mesin,
operator, dan peralatan pendukung lainnya, dengan berpedoman pada pola aliran bahan yang
telah dirancang sebelumnya. Perencanaan tempat kerja terpadu juga harus memperhatikan
keterkaitan dengan kegiatan penunjang lainnya, misalnya dengan kegiatan pelayanan.
Alat bantu dan bahan jahit letakkan di rak tinggi, jauh dari jangkauan anak kecil. Benang
jahit, kancing, payet, dan bahan jahit lainnya letakkan dalam wadah plastik bening agar
tampak warnanya, atau keranjang. Kesehatan pada ruang kerja harus memperhatikan:
1. Tempat kerja pekerja dipelihara kebersihan dan kerapiannya, dan untuk kesehatan
bersama. Dilarang meludah di lantai, membuang sampah di sembarang tempat.
2. Setiap pekerja harus mematuhi dan melaksanakan instruksi-instruksi tentang
pemakaian alat-alat perlindungan K-3 yang disediakan.
Selain dari itu juga kamar kecil dan kamar ganti atau kamar rias sekadarnya harus pula
disediakan. Perlu juga disediakan sebuah kantin, mushala, dan tempat berobat. Dan yang sangat
penting diperhatikan adalah kebersihan seluruh tempat kerja dan juga tempat lainnya sehingga
karyawan merasa betah dan nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Beberapa manfaat
yang dapat diambil dari penerapan tempat kerja yang sesuai dengan konsep budaya kerja, di
antaranya:
1. Tempat kerja menjadi lebih teratur dan elisien, sehingga bila ingin melakukan
diversifikasi produk lebih mudah.
2. Tempat kerja, mesin-mesin dan peralatan yang teratur dan bersih siswa/pekerja akan
termotivasi untuk datang ke tempat kerja, sehingga ketidakhadiran dapat dikurangi.
3. Tempat kerja yang terorganisasi dan bersih akan lebih meningkatkan semangat kerja
siswa untuk menghasilkan produkyang baik.
4. Tempat kerja yang teratur secara rapi dan bersih akan mengurangi risiko terjadinya
kecelakaan di tempat kerja, dapat menghasilkan proses pemotongan bahan yang tepat
waktu.
Pekerjaan kedua adalah memeriksa bagian-bagian dari peralatan yang dianggap perlu.
Pemeriksaan terhadap unit instalasi perlu dilakukan secara teratur mengikuti suatu pola jadwal
tertentu. Iadwal ini dibuat atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang cukup mendalam, antara
lain:
a. Berdasarkan pengalaman yang lalu dalam suatu jenis pekerjaan yang sama, diperoleh
informasi mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukan pemeriksaan
seminimal mungkin.
b. Berdasarkan sifat operasinya yang bisa menimbulkan kerusakan setelah unit instalasi
beroperasi dalam selang waktu tertentu.
c. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat unit instalasi yang bersangkutan.
Pekerjaan ketiga adalah memperbaiki bila terdapat kerusakan pada bagian unit instalasi
sedemikian rupa, sehingga kondisi unit instalasi tersebut mencapai standar semula dengan usaha
dan biaya yang wajar.
a. Klasifkasi kerjaan Maintenance
Secara garis besar maintenance ini dapat diklasifikasikan dalam planned
fiiaintenance (terencana) dan uplanneed maintenance (tidak terencana). Adapun yang
termasuk corrective maintenance adalah shut down dan breackdown maintenance di
mana di dalamnya sudah termasuk miror ouerhaul dan mayor ouerhaul. Yang termasuk
unplanned maintenance adalah emergency maintenance yang sifatnya sangat darurat.
1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview memiliki tampilan
yang lebih modern dengan dominan putih dan merah. Mungkin karena buku diterbitkan
pada tahun 2016, jadi cover buku ini tidak terlihat terlalu jadul. Pada tampilan terdapat
judul buku dan penerbit buku. Sedangkan pada buku pembanding, tampilan buku
berwarna hiijau muda yang terlihat basic dan jadul dengan logo besar berwarna merah.
Bisa dimaklumi karena tahun penerbitnya sudah lama yaitu pada tahun 2013.
2. Buku yang direview memiliki ukuran dan jenis font yang pas. Dengan kata atau kalimat
yang ada penebalan tulisannya, menandakan kata atau tulisan itu perlu di highlight.
Sedangkan dengan buku pembanding, font nya terlihat lebih kecil dan jadul, serta spasi
paragraf yang terbilang rapat sehingga terlihat sulit untuk dibaca.
3. Dilihat dari aspek isi buku, pada buku yang direview jelas memaparkan tentang mesin
jahit beserta teknologinya. Pada buku pembanding lebih ke arah penjelasan mengenai
pola-pola dan tata caranya, juga menyertakan gambar-gambar sehingga lebi mudah
dipahami oleh pembaca, namun memang ada beberapa materi yang dibahas di buku
pembanding tapi tidak dibahas di buku yang direview, begitupun sebaliknya.
4. Dilihat dari tata bahasa, pada buku yang direview menggunakan bahasa baku yang
mudah dimengerti, begitu juga dengan buku pembanding. Namun ada beberapa kata
asing yang jarang dijumpai dikedua buku karena materi yang dibahas. Tetapi pada buku
pembanding tidak memiliki daftar istilah seperti di buku utama.
BAB IV
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang saya dapat dari tugas Critical Book Reviewini adalah bahwa
dari kedua buku yang saya bandingkan mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, tetapi pada dasarnya saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang
sama yaitu bagaimana dasar teknik pembuatan busana dan tindakannya mendekati
sempurna, meskipun kita mengetahui tidak ada yang sempurna di dunia ini jadi intinya
tergantung dari pribadi masing-masing bagaimana cara agar dapat memahami
tentang busana itu dapat diperoleh, karena setiap orang pasti memiliki bakat dan
bidang yang berbeda-beda.
B. SARAN
Saya mengetahui bahwa dalam penyelesaian tugas Critical book Riview ini masih
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki, oleh
karena itu saya sangat mengharapkan rekomendasi, saran ataupun kritik yang
sifatnya membangun guna meyempurnakan tugas saya ini,agar dalam pembuatan tugas
yang sama kedepannya jauh lebih baiklagi. Buku ini sangat dianjurkan bagi yang ingin
menambah pengetahuannya tentang busana karena didalam buku ini membahas dari
mulai menyiapkan alat dan bahan, memilih kain, proses menjahit, hingga penyelesaian
akhir. Buku ini juga bagus digunakan sebagai buku pembelajaran, karena materi di
dalam buku ini cukup lengkap dan diserta gambar yang sesuai dengan
matetrinya.
DAFTAR PUSTAKA
Yuliarma. 2016. Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Busana. Jakarta: Prenadamedia Group. link
yang diakses (http://repository.unp.ac.id/21979/1/DASAR-DASAR%20TEKNIK.pdf ).
Zulfaturochmah, Pamong Belajar SKB. 2013. Modul Kursus Menjahit Tingkat Dasar. Kab.
Pekalongan: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. link yang diakses
(https://pdfcoffee.com/dasar-dasar-teknik-pembuatan-busana-dra-hj-yuliarma-mds-
critical-book-report-pdf-free.html ).