Tugas Uts Reni

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

TUGAS UTS

RESUME MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”

Dosen Pembimbing
Zumar Hamdi, M.Pd

Disusun Oleh :
Rezky Syahreni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
MANDAILING NATAL
T.A 2023
1. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan
terjemahan dari childwithspecialneeds yang telah digunakan secara luas di dunia internasional,
ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak
berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara
luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diferenceability.

Dalam paradigma baru, ABK berarti anak yang memiliki kebutuhan individual yang bersifat
khas yang tidak bisa disamakan dengan anak normal lainnya. Dalam hal ini Lync (1994)
membedakan ABK menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut:

1. Anak-anak usia sekolah yang saat ini berbeda dengan lembaga- lembaga pendidikan formal
tetapi tidak memiliki atau tidak menujukan kemajuan dalam belajarnya, kelompok ini termasuk
didalam kategori anak lambat dalam belajar, atau anak kesulitan dalam menelaah pelajaran, anak
ber IQ sedang, anak hieraktif, anak autis dan lain sebagainya.

2. Anak-anak yang secara nyata (signifikan) mengalami kecacatan baik dari fisik, social, emosi
dan mental. Kelompok ini termasuk dikategorikan kedalamm anak tuna netra, tuna rungu, tuna
grahita, tuna daksa, dan tna laras.

3. Anak-anak usia sekolah yang tidak terjangkau oleh layanan pendidikan formal sama sekali,
sehingga anak-anak ini menjadi anak yang terklupakan.

Dari semua apa yang telah di paparkan di atas tersebut dapat kami tarik kesimpulan bahwa
ABK mempunyai jangkuan yang luas yang tidak hanya terbatas pada anak-anak cacat yang
signifikan (seperti pada kategori anak yang ke 2) tetapi juga meliputi anak yang kesulitan dalam
belajar, anak dengan cerdas dan berbakat (Gifted&talented), anak autis, anak hiperaktif, anak
lambat dalam belajar, anak yang telah menjadi korban Narkoba, dan juga anak-anak dengan
alasan tertentu yang tidak dapat terjangkau oleh layanan pendidikan formal.

Anak berkebutuuhan khusus dalam kajian kali ini hanya di batasi pada ABK jenis-jenis yaitu:
anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, anak berkebutuhan belajar, anak
berbakat, anak autis, dan yang terakhir anak hiperaktif.

B. Tenaga Kependidikan dalam Layanan Anak Berkebutuhan Khusus

Personil pendidikan ABK tidak terlalu jauh berbeda dengan persinil pendidikan umum
lainnya. Personil yang di maksud dalam layanan ABK adalah sebagai berikut:

1. Tenaga Guru

Guru yang bertugas dalam pendidikan ABK harus memiliki kualifikasi dan kemampuan
yang telah di sepakati bersama berupa persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.

2. Tenaga Ahli

Tenaga ahli dalam pendidikan ABK sangat diperlukan sekali keberadaannya untuk ikut
membantu memecahkan permasalahan anak tersebut, dalam bidang non akademik.

3. Tenaga Adminitrasi

Untuk kelacaran proses dalam belajar-mengajar perlu di perlukan tenaga dukungan


seperti adminitrasi sekolah

C. Prevalensi anak berkebutuhan khusus

Prevalensi merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan jumlah suatu
kondisi tertentu dalam masyarakat. Menghitung prevalensi anak berkebutuhan khusus sangat
diperlukan dalam dunia pendidikan guna memenuhi kebutuhan pendidikan mereka yang
memerlukan pelayanan khusus.
1. Jumlah anak berkebutuhan berdasarkan jenis kelamin

Jumlah anak berkebutuhan khusus yang di hitung berdasarkan jenis kelamin dari seluruh
jorong yang memiliki anak berkebutuhan khusus kemudian di kelompokan kepada dua yaitu
laki-laki dan perempuan.

2. Jumlah anak berkebutuhan khsus berdasarkan usia

Umur 2 tahun satu (1) orang, umur 4 tahun dua (2) orang , umur 5 tahun dua orang, umur
6 tahun satu (1) orang, umur 8 tahun tiga (3) orang, umur 9 tahun tiga (3) orang, umur 10 tahu
satu (1)orang, umur 11 tahun ada empat (4) orang, umur 12 tahun ada delapan (8) orang, umur
13 tahun ada dua (2) orang, umur 14 tahun ada dua (2) orang, umur 15 tahun ada empat (4)
orang, umur 16 tahun ada satu (1) orang, umur 17 tahun ada empat (4) orang, dan umur 18 tahun
ada empat (4) orang anak.

a.Usia 7-12 tahun

Anak berkebutuhan khusus yang berusia 7-12 tahun sebanyak 19 orang. Anak
berkebutuhan khusus yang paling banyak dalam rentang usia 7-12 tahun terdapat pada usia anak
12tahun yaitu sebannyak 8 orang anak.

b.Usia 13- 15 tahun

Anak berkebutuhan khusus yang berusia 13- 15 tahun terdapat sebanyak 8 orang. Jumlah
anak berkebutuhan khusus yang paling banyak dalam rentang usia 13-15 tahun adalah pada usia
15 tahun dengan jumlah 4 orang anak.

c.Usia 16-18 tahun

Anak berkebutuhan khusus yang berusia 16-18 tahun terdapat sebanyak 9 orang anak.
Pada rentang usia ini anak berkebutuhan khusus paling banyak pada usia 17 dan 18 tahun yang
berjumlah masing-masing 4 orang.
2. Jumlah anak berkebutuhan khsus berdasarkan hambatan

a.Tunadaksa terdapat 11 orang anak.

b.Tunanetra terdapat 7 orang anak.

c.Tunagrahita terdapat 12 orang anak.

d.Tunarungu terdapat 4 orang anak.

e.Autis terdapat 3 orang anak anak.

f.Downsindrom 3 orang anak anak.

g.Hiperaktif 1 orang anak anak.

h.Anak berbakat istimewa 1 orang anak.

3. Jumlah anak berkebutuhan khusus berdasarkan jenjang pendidikan

Dari 42 orang anak berkebutuhan khusus tidak ada yang mengenyam pendidikan SD,
SMP dan SMA, di karenakan di kecamatan Matur belum ada sekolah pendidikan khusus, sekolah
inklusi, SDLB,SMPLB dan SMALB yang dapat memberikan layanan pendidikan terhadap anak
berkebutuhan khusus. Perekonomian orang tua, jarak tempuh yang jauh dan juga biaya yang
sangat besar merupakan faktor pendukung tidak adanya layanan pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus. Sekolah luar biasaatau inklusi berada cukup jauh , memerlukan waktu
yang banyak, serta anak berkebutuhan khusus harus menggunakan angkutan umum yang
tentunya harus di dampingi oleh orang tua. Sementara itu karena desakan ekonomi banyak orang
tua yang tidak sanggup menyekolahkan anak-anak mereka.

4. Jumlah keseluruhan anak berkebutuhan khsus

Jumlah anak berkebutuhan khusus seluruhnya ialah 42 orang dari 16 jorong yang ada
1. Keterbatasan Fisk

A. Gangguan Motorik

Adapun beberapa gangguan dari motoric antara lain sebagai berikut:

1. Sindrom Down

Salah satu gangguan perkembangan fisik motorik anak juga bisa dilihat dari kelainan
genetik berupa sindrom down. Sindrom down merupakan gangguan yang terjadi di dalam
kandungan. Anak yang mengalami kelainan genetik ini akan terlambat untuk tumbuh dan
berkembang.

2. Mengalami Kelumpuhan Akibat Kecelakan atau Genetik

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, atau KBBI, Herediter sendiri mempunyai arti
menurun secara genetik dari orang tua kepada anak. Tak jauh dari artian KBBI, istilah herediter
juga menjadi salah satu faktor penyebab anak berkebutuhan khusu. Terkhusus nyadisini adalah
anak dengan tanda autisme sejak dini atau DownSyndrome. Faktor penyebab berdasarkan
genetik biasanya dipengaruhi oleh faktor kelainan kromosom. Selain itu ada juga kasus kelainan
bawaan non-genetik, seperti pre-mature dan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) bayi lahir dengan
berat badan rendah atau kurang dari 2.500 gram.

B. Gangguan Sensorik

1. Hiperactive

Munculnya hiperactive dapat disebabkan oleh tiga penyebab diantaranya sebagai berikut:

a. Kerusakan otak

b. Faktor hereditas yaitu :

1). Family
Orangtua yang memiliki gangguan hiperactive, anaknya memiliki kemungkinan 57%
berisiko hiperactive. Orang yang hiperactive, saudara kandungnya memiliki kecenderungan
hiperactive sekitar 32%.

2). Twin

Kembar identik memiliki kecenderungan prevalensi hiperactive lebih besar dbanding


kembar fraternal.

3). Moleculargenetic

Dalam hal ini, DNA, RNA, dan protein berperan mengatur informasi genetik tersebut.
Riset terkait belum banyak, namun moleculargenetic masih dijadikan faktor yang berpengaruh
mewariskan hiperactive. Namun, faktor ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

1. Disleksia

Disleksia berasal dari Greek, yakni dari kata “dys” yang berarti kesulitan, dan kata
“lexis” yang berarti bahasa. Jadi disleksia berarti “kesulitan dalam berbahasa”. Anak ini
mengalami kesulitan mengenali huruf maupun kata-kata. Tidak hanya itu anak disleksia
mengalami kesulitan membaca, mengeja, menulis maupun tata bahasa yang lain.

C. Gangguan Bicara dan Bahasa

1. SpeechDelay

Terdapat dua jenis pengelompokan anak yang mengalami speechdelay berdasarkan faktornya,
yaitu sebagai berikut:

a. Gangguan speechdelay fungsional

Gangguan speechdelay fungsional berkaitan dengan kurangnya stimulus dan adanya pola asuh
yang salah selama membersamai anak.
Di antara beberapa faktor eksternal yang membuat hal ini semakin parah yakni sebagai berikut:

1) Terlalu banyak menonton televisi atau gawai.

2) Kurangnya perhatian orang tua.

3) Tidak ada stimulus perkembangan berdasarkan usianya.

Karena hal ini bersifat kondisional, maka peran orang tua untuk mengupayakan
perkembangan bicara anak juga harus maksimal. Anak-anak dengan gangguan speechdelay
fungsional masih sangat bisa dikembalikan teknik kebahasaannya sesuai perkembangan usia, jika
orang tua benar-benar mengupayakannya.

b. Gangguan speechdelay non-fungsional

Gangguan speechdelay non fungsional berkaitan dengan akibat adanya gangguan


bahasa yang terdeteksi karena faktor internal dalam diri anak. Di antara beberapa faktor
yang berpengaruh pada speechdelay pada anak usia dini dalam kelompok satu ini adalah
sebagai berikut:

1). Gangguan pendengaran

Beberapa anak dengan gangguan pendengaran, umumnya akan mengalami


permasalahan pada proses bicaranya. Hal ini dikarenakan sang anak tak bisa
mendengar percakapan atau suara dari luar. Faktor ini bisa terjadi karena adanya
kelainan bawaan, infeksi, trauma, atau lainnya.

2). Terdapat kelainan organ bicara

Jika terdapat kelainan organ bicara seperti lidah pendek, bibir sumbing,
atau kelainan bentuk gigi atau rahang, hal ini bisa juga menghambat proses bicara
anak. Kelainan laring juga menghambat kelancaran bicara karena kurang jelas
pada pelafalan huruf tertentu seperti t, n, r, dan l.

Adapun upaya menangani speechdelay pada anak, yaitu sebagai berikut:


a. Bayi usia 3 bulan
b. Bayi Usia 9 bulan
c. Bayi Usia 12 bulan

2. Autisme

Autisme mencakup beberapa gangguan yang berbeda sehingga memang tidak ada etiologi
tunggal. Namun beberapa ahli sepakat bahwa hal mendasar yang menjadi penyebab adalah faktor
biologis dan genetika. Faktor lain yang juga menjadi penyebab autisme antara lain obat-obatan
yang digunakan selama masa kehamilan, polusi udara, makanan yang mengandung zat aditif,
bahan-bahan kimia maupun pestisida. Delphie menyebutkan bahwa kerusakan otak yang menjadi
penyebab dari autisme.

Sementara Wiyani mengungkapkan bahwa ada beberapa dugaan penyebab autisme antara lain:

a. Gangguan pada metabolisme

Gangguan pencernaan menyebabkan anak autisme sulit makan sehingga cenderung


menolak makanan atau cenderung tidak mengunyah makanan.

b. Peradangan dinding usus

Peradangan dinding usus disebabkan oleh adanya virus yang berasal dari virus campak.

c. Gangguan susunan saraf pusat

Pada otak anak autisme terdapat pengurangan sel dalam otak sehingga produksi serotonin
berkurang dan menyebabkan permasalahan pada proses penyaluran antar otak. Selain itu,
kelainan struktur pada pusat emosi otak sehingga kemampuan terkait emosi anak juga menjadi
terganggu.

a. Faktor genetik
Faktor genetik dapat menjadi salah satu penyebab autisme walaupun tidak dapat dipastikan bila
ada orangtua memiliki gen autis maka anaknya akan mengalami autis pula.

b. Keracunan logam berat

Kandungan logam berat pada makanan maupun mainan dapat menjadi pemicu munculnya
autisme.

1. Gangguan mental Dan interaksi sosial

A. Gangguan Mental Dan Interaksi Sosial

Mental illness (mental disorder), disebut juga dengan gangguan mental atau jiwa,
adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau
kombinasi diantaranya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang
lama (kronis). Gangguan ini bisa ringan hingga parah, yang dapat memengaruhi kemampuan
seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ini termasuk melakukan kegiatan sosial,
pekerjaan, hingga menjalani hubungan dengan keluarga. Meski rumit, gangguan kesehatan
mental termasuk penyakit yang dapat diobati. Bahkan, sebagian besar penderita mental
disorder masih dapat menjalani kehidupan sehari-hari selayaknya orang normal.

Adapun factor yang mempengaruhi gangguan mental yaitu:

1. Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.

2. Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.

3. Kurang mampu bergaul dengan orang lain.

4. Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.

5. Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.


Berikut cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penderita mental illness

1. Jalankan terapi sesuai dengan yang disarankan dan tidak melewatkan satu sesi pun, meski kita
sudah merasa lebih baik.

2. Hindari konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, yang dapat menghalangi pengobatan.

3. Tetap aktif, seperti berolahraga, berkebun, atau aktivitas fisik lainnya yang menyenangkan,
dapat membantu mengatasi gejala dan merupakan salah satu gaya hidup penderita depresi, stres,
dan gangguan kecemasan, yang perlu dilakukan.

4. Praktikkan gaya hidup sehat, seperti menerapkan pola makan untuk kesehatan mental, istirahat
dan tidur yang cukup, serta aktivitas fisik yang teratur untuk menjaga kesehatan mental kita.

5. Jangan membuat keputusan penting saat gejala kita sedang parah, karena kita sedang tidak
bisa berpikir jernih.

6. Belajar bersikap positif dan fokus pada hal-hal positif yang membuat hidup kita lebih baik.

7. Bergabung dengan supportgroup yang memiliki kondisi mental serupa, untuk dapat membantu
kita mengatasi masalah yang sama.

8. Cobalah utuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan berkumpul dengan keluarga atau teman
secara teratur

Gangguan interaksi sosial adalah individu yang mengalami kerusakan interaksi sosial,
menarik diri mengalami gangguan dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan yang berdampak pada
individu lebih senang untuk menyendiri dan mencoba menghindari berinteraksi dergan orang
lain.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut


hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok- kelompok manusia maupun antara orang
perorangtan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial juga bisa membantu kita untuk meningkatkan solidaritas antar sesama
individu maupun kelompok. Saat suatu kelompok masyarakat sudah sering berinteraksi dan
saling mengenal, maka kepedulian dan solidaritas itu akan terjalin dengan sendirinya.

2. DownSyndrome

A. Pengertian DownSyindrome

DownSyndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan


mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel yang berada
didalam tubuh manusia, dimana terdapat bahan-bahan genetik yang menentukan sifat
seseorang (Wiyani, 2014)

DownSyndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan


mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.

DownSyndrome dapat memiliki kelainan serius yang mempengaruhi sistem tubuh


manapun, anak DownSyndrome biasanya kurang bisa mengkoordinasikan antara motorik
kasar dan halus. Misalnya kesulitan menyisir rambut atau mengancing baju sendiri.
Selain itu anak DownSyndrome juga kesulitan untuk mengkoordinasikan antara
kemampuan kognitif dan bahasa, seperti memahami manfaat suatu benda.

Dapat disimpulkan bahwa DownSyndrome adalah anak yang mengalami


keterbelakangan mental karena adanya abnormalitas kromosom yang menyebabkan
kelainan fisik dan hambatan kognitif sehingga mengalami hambatan dalam
mengkoordinasi motorik dan memiliki kesulitan belajar.

A. Permasalahan Anak DownSyndrome

Permasalahan anak DownSyndrome adalah terdapat pada karakteristiknya yang akan


menjadi hambatan pada kegiatan belajarnya. Mereka dihadapkan dengan masalah internal dalam
mengembangkan dirinya melalui pendidikan yang diikutinya. Menurut Gunarhadi, masalah-
masalah tersebut tampak dalam hal dibawah ini:

1. Kehidupan sehari-hari

Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-
hari. Kebiasaan di rumah dan kondisi anak DownSyndrome akan membawa suasana yang kurang
kondusif terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah.

2. Kesulitan belajar

Kesulitan belajar anak DownSyndrome adalah masalah paling besar, mengingat


keterbatasan mereka kegiatan pembelajaran yang di sekolah, Keterbatasan ini tercermin dari
seluruh aspek akademik.

3. Penyesuaian Diri

Tingkat kecerdasan yang dimiliki anak DownSyndrome tidak saja berpengaruh terhadap
kesulitan belajar, melainkan juga terhadap penyesuaina diri. Hallahan D dan Kauffanan
dalam )mengisyaratkan bahwa seorang dikategorikan DownSyndrome harus memiliki dua
persyaratan yaitu tingkat kecerdasan dibawah normal dan bermasalah dalam penyesuaian diri.
Implikasinya terhadap pendidikan, anak DownSyndrome harus mendapatkan porsi pembelajaran
untuk meningkatkan ketrampilan sosialnya.

4. Kepribadian dan Emosinya

Karena kondisi mentalnya anak DownSyndrome sering menampilkan kepribadiannya


yang tidak seimbang. Terkadang tenang terkadang juga kacau, sering termenung berdiam diri,
namun terkadang menunjukan sikap tantrum, marah-marah, mudah tersinggung, mengganggu
orang lain, atau membuat kacau dan bahkan merusak.

B. Pengertian Gifted (Anak Berbakat)


Pengertian dan defenisi mengenai anak berbakat sangat beragam. Keragaman itu sangat
tergantung dari pandangan pandangan masyarakat terhadap keberbakatan.Rumusan di atas
mengandung implikasi bahwa:

1. Bakat merupakan potensi yang memungkinkan seorang berpartisipasi tinggi.

2. Terdapat perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang
sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat yang
underachiever juga diidentifikasi sebagai anak berbakat,

3. Terdapat keragaman dalam bakat.

4. Ada kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan,
dan

5. Perlunya layanan pendidikan khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.

Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi:

1. Kemampuan intelektual umum dan akademik khusus,

2. Berpikir kreatif-produktif,

3. Psikososial/ kepemimpinan.

4. Seni/kinestetik, dan

5. Psikomotor.

C. Pengertian Talanted (Anak Genius Khusus)

Perbedaan anak gifted dan talented: Gifted, anak giftedmenunjukan kemampuan


berfikirdengn ditandai IQ tinggi (140) disamping cenderung menunjukan kecakapan khusus yang
menonjol pada suatu bidang ilmu pendidikan tertentu dimana antara gifted satu sama dengan
yang lain bidangnya tidak sama.

Anak talented hanya menunjukan satu bidang kemahiran khusus saja. Misalnya seni
music, drama, mengarang, melukis dan sebagainya. Namun kemahiran ini berarti luar biasa
dalam mengetahui. Misalnya dalam musik, anak talented berarti mengetahui irama, nada,
keselarasan, interpretasi, keterampilan dalam memainkan alat music dan lain-lain. Kemahiran
tersebut berasal dari bakat bawaan anak.. Jadi, talent = penonjolan pada suatu bidang tetentu saja
dari suatu individu yang dibawa sejak lahir atau secara umum disebut bakat berarti kecakapan
khusus yang sifatnya non intelektif.

Gifted lebih berhubungan dengan bidang akademik atau intelektual, sedangkan talented
lebih berhubungan dengan bidang non akademik, seperti bidang seni, kepemimpinan social dan
lain-lain Gifted berarti sudah mencakup talented, sacara implisit, tetapi talentedmenunjukan
gambaran penonjolan kecakapan khusus pada bidang tertentu.

1. Hak dan Kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus

A. Hak dan Kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus

Hak anak berkebutuhan khusus Setiap anak berkebutuhan khusus yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan danatau bakat
istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu di
setiap jenjang pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Menurut Dedy
Kustawan 2012: 35-36 hak peserta didik tersebut adalah:

1. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama.
2. Memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, kecerdasan
dan kebutuhan khususnya.
3. Memperoleh bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
4. Diterima di sekolah umum atau kejuruan.
5. Pindah ke jalur, jenjang atau satuan pendidikan lain yang sederajat atau melanjutkan ke
jalur, jenjang atau satuan pendidikan yang lebih tinggi.
6. Mendapatkan layanan pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang disesuaikan dengan
kemampuannya.
7. Memperoleh jaminan hukum yang sama seperti anak pada umumnya. Anak berkebutuhan
khusus yang mengikuti pendidikan di sekolah mempunyai hak yang sama dengan anak
normal pada umumnya. Dalam mengikuti pendidikan di sekolah inklusif peserta didik
yang memiliki kebutuhan khusus berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan yang dimilikinya agar dapat mengembangkan kemampuan serta potensi yang
dimilikinya sebagai bekal kehidupan dimasa mendatang.
8. ABK mempunyai hak yang dapat menjamin kelangsungan hidup pendidikan mereka.
Oleh sebab itu ABK berhak untuk melanjutkan pendidikan jika memang mereka
memiliki kemampuan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Semua ini sesuai dengan
Undang-undang yang telah ditetapkan di negara ini.

Kewajiban anak berkebutuhan khusus Menurut Dedy Kustawan dalam rangka menjaga
norma-norma pendidikan, melalui bimbingan, keteladanan, dan pembiasaan, setiap anak
berkebutuhan khusus berkewajiban:

1. Menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya.


2. Mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etika, norma dan
peraturan yang berlaku sesuai dengan kemampuannya.
3. Bagi ABK kewajiban yang ia dapatkan adalah kewajiban dalam mengikuti pendidikan
dasar ketika usianya telah mencapai tujuh tahun. Dan apabila ia melakukan suatu
tindakan yang salah, maka jika memberikan hukuman harus disesuaikan dengan
keadaannya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai