Esdal - Komoditi Unggul

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


(SDA Yang Unggul Di Daerah Buton, Sulawesi Tenggara)

Disusun Oleh:

Dian Andira Kuady


202281028

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2023
Indonesia sebagai negara agraris perlu mengadakan pengembangan nilai komoditi
pertaniannya menjadi produk-produk yang mempunyai daya saing tinggi untuk menghadapi
persaingan global. Pengembangan nilai tambah produk perlu dilakukan melalui
pengembangan industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk
antara(Intermediate product), produk semi akhir(semi fished product), dan yang utama
produk akhir(final product) yang berdaya saing (Syafa’at, 2005).
Ubi kayu merupakan tanaman yang banyak mengandung Karbohidrat. Oleh karena itu, ubi
kayu digunakan sebagai sumber karbohidrat di samping beras, ubi kayu dapat digunakan
untuk keperluan bahan baku industri Seperti: tepung tapioka, pelet (pakan ikan), gaplek, gula
pasir, gasohol, protein sel tunggal, dan asam sitrat (Rismayani, 2007).
Ubi kayu termasuk tanaman tropis, tetapi dapat pula beradaptasi dan tumbuh dengan baik di
daerah sub tropis. Secara umum tanaman ini tidak menuntut iklim yang spesifik untuk
pertumbuhannya.
I. Bibit
Bibit ubi kayu yang baik, berasal dari tanaman induk yang mempunyai persyaratan :
1. Produksi Tinggi
2. Kadar tepung tinggi
3. Umur genjah ( 7 – 9 bulan )
4. Rasa enak
5. Tahan terhadap Hama dan Penyakit
Ubi kayu ditanam dari stek batang, syarat stek batang ubi kayu yang siap ditanam adalah sbb:
- Ubi kayu telah berumur 7-12 bulan, diameter 2,5-3cm, telah berkayu, lurus dan masih
segar.
- Panjang stek 20 – 25 cm, bagian pangkal diruncingi, agar memudahkan Penanaman,
usahakan kulit stek tidak terkelupas, terutama pada bakal tunas.
- Bagian batang ubi kayu yang tidak dapat di gunakan untuk ditanam adalah 15-20cm
pada bagian pangkal batang dan 20 – 25 cm pada bagian ujung atau Pucuk tanaman

II. Pengolahan Tanah


Waktu mengerjakan tanah sebaiknya pada saat tanah tidak dalam keadaan becek atau berair,
agar struktur tanah tidak rusak. Tujuan pengolahan tanah adalah: agar tanah menjadi gembur
sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang dengan baik.
Cara pengolahan:
1. Tanah ringan/gembur : tanah dibajak atau di cangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm,
diratakan langsung ditanami
2. Tanah berat dan berair: tanah dibajak atau di cangkul 1 - 2 kali sedalam kurang lebih
20cm, dibuat bedengan-bedengan atau guludan juga dibuat saluran drainase, baru dapat
ditanam.
III. Penanaman
Penanaman ubi kayu dapat dilakukan setelah bibit/stek dan tanah disiapkan. Waktu. yang
baik untuk penanaman adalah permulaan musim hujan. Hal ini disebabkan ubi kayu
memerlukan air terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, selanjutnya
kebutuhan akan air relatif lebih sedikit. Jarak tanam tanaman ubi kayu secara monokultur:
100 x 100 ; 100 x 60 ; 100 x 40. Jarak tanam tanaman ubi kayu secara tumpang sari:
- Ubi kayu dengan kacang tanah 200 x 60 cm.
- Ubi kayu dengan jagung 100 x 60 cm.
Cara menanam ubi kayu dianjurkan stek tegak lurus atau minimal membentuk sudut 60
derajat dengan tanah dan kedalaman stek 10 – 15 cm.
IV. Pemupukan
Untuk mencapai hasil yang tinggi perlu diberikan pupuk organik ( pupuk kandang, kompos
dan pupuk hijau ) dan pupuk an organik ( Urea, TSP, KCL ). Pupuk organik sebaiknya
diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Tujuan utama pemberian pupuk ini adalah
untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik diberikan tergantung tingkat kesuburan
tanah. Pada umumnya dosis pupuk anjuran untuk tanaman ubi kayu adalah:
- Urea : 60 – 120 kg hl/ ha
- TSP : 30 kg P205/ ha
- KCL : 50 kg K20/ ha
Cara pemberian pupuk adalah:
a. Pupuk dasar : 1/3 bagian dosis Urea, KCL., dan seluruh dosis P (TSP)
diberikan pada saat tanam
b. Pupuk susulan : 2/3 bagian dari dosis Urea dan KCL diberikan pada Saat
tanaman berumur 3 – 4 bulan

V. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat, baik,
seragam dan memperoleh hasil yang tinggi. Pemeliharaan ubi kayu meliputi:
Penyulaman
Apabila ada tanaman ubi kayu yang mati atau tumbuh sangat merana harus segera dilakukan
penyulaman. Waktu untuk penyulaman paling lambat 5 minggu setelah tanam.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tanaman pengganggu).
Penyiangan kedua dilakukan pada saat ubi kayu berumur 2-3 bulan sekaligus dengan
melakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah
sehingga ubi kayu dapat tumbuh dengan sempurna, memperkokoh tanaman supaya tidak
rebah.
Pembuangan tunas
Pembuangan tunas dilakukan pada saat tanaman berumur 1-1,5 bulan, apabila dalam satu
tanaman tumbuh lebih dari dua tunas.
Masyarakat Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara, ubi kayu di olah dalam bentuk kaopi.
Produk kaopi merupakan hasil perasan dari ubi kayu yang telah di parut (masih dalam
keadaan basah) dan dalam produk kering kaopi dapat dijadikan sebagai tepung yang dapat
dimanfaatkan dalam upaya diversifikasi pangan untuk menunjang ketahanan pangan nasional
dan meningkatkan nilai ekonomi, serta mengurangi penggunaan tepung terigu. Konsumsi ubi
kayu sebaiknya tidak dalam bentuk ubi kayu saja tetapi perlu di olah dengan penambahan
lemak dan protein untuk menurunkan nilai indeks glikemiknya.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pengembangan produk ubi kayu yang memiliki
indeks glikemik rendah yaitu dengan membuat produk. Kandungan produk pangan lokal
kaopi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Pemanfaatan tepung kaopi akan
menguntungkan secara ekonomi serta memberi manfaat kesehatan dan gizi bagi masyarakat.
Kaopi umumnya dimanfaatkan sebagai makanan tradisional yaitu kasami, sedangkan apabila
dikeringkan menjadi tepung, kaopi dapat diolah menjadi cookies, biskuit, cake, muffin, pizza
dan produk olahan lainnya.
Permasalahan yang dialami oleh masyarakat Buton, menjadi peluang emas bagi kelompok
Wanita Tani (KWT) Bangun Sejahtera Desa Bola, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton
Selatan, dengan membuat terobosan tepung kaopi instan dengan nama Kaopiku yang telah di
lauching pelabelan Kaopiku maupun turunannya oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan
melalui Dinas Ketahanan Pangan pada acara Pesta Adat Ma’acia Burangasi bertempat di
Desa Burangasi, Kecamatan Lapandewa, Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi
Tenggara pada hari Sabtu tanggal 26 Oktober 2019 (Idris Hayang, 2019), sebagaimana dapat
di lihat pada Gambar 3 berikut:

UMKM Kaopiku mulai berdiri sejak pertengahan tahun 2017 bertempat di salah satu rumah
anggota kelompok wanita tani bangun sejahtera. UMKM Kaopiku merupakan salah satu
usaha pengolahan hasil pertanian yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani Bangun
Sejahtera yaitu mengolah ubi kayu menjadi tepung Kaopi yang merupakan bahan baku dalam
pembuatan Kasoami, makanan tradisional khas Pulau Buton. Selain itu, ada beberapa produk
turunan dari tepung kaopiku, yaitu brownies, nastar, dan bolu gulung.

Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan usaha kegiatan di UMKM Kaopiku yaitu:


a. Pengolahan Bahan Baku
Pengadaan bahan baku diperoleh dari para petani yang ada di Desa Bola.
b. Produksi
Proses produksi dilakukan dengan menggunakan peralatan manual dan mesin dengan
tetap mempertahankan kualitas produk serta tetap terjamin kebersihan dan kesehatan
produk.
c. Pengemasan
Produk tepung Kaopiku yang telah selesai di olah, kemudian di kemas dalam plastik
standing pouch yang dilengkapi stiker produk dengan takaran 700 gram setiap
kemasan. Sedangkan produk olahan kue dari tepung kaopiku di kemas dalam kotak
plastik yang di beri label produk Olahan Kaopiku.
d. Pemasaran
Tahapan selanjutnya yaitu proses pemasaran. yang dipasarkan sekitar kota Baubau
yaitu pada beberapa minimarket. Selain itu juga dipasarkan di luar Kota Baubau.
Harga setiap kemasan produk Kaopiku yaitu Rp. 15.000,00
e. Pembukuan
Pembukuan yaitu proses pencatatan semua jenis perbelanjaan dan pendapatan di
UMKM Kaopiku.

Proses Pembuatan
1. Pengupasan dan Pencucian
Tahap awal yaitu pengupasan ubi kayu terlebih dahulu, setelah itu ubi kayu di cuci sebanyak
3 kali menggunakan sikat agar bisa menghilangkan warna coklat pada ubi kayu, agar produk
kaopi yang dihasilkan berwarna putih
2. Pemarutan
Setelah selesai di cuci, kemudian ubi kayu tersebut di parut menggunakan mesin pemarut.
3. Pengepresan
Ubi kayu yang telah diparut, selanjutnya akan dilakukan proses pengepresan, terlebih dahulu
dimasukkan kedalam karung untuk mengeluarkan air pada saat dilakukan pengepresan.
Pengepresan dilakukan selama kurang lebih 1 (satu) jam.

4. Pengayakan
Setelah pengepresan, kemudian dilakukan proses pengayakan untuk memisahkan Kaopi dari
ampas ubi kayu yang tidak halus di parut, selanjutnya ke tahap Pengeringan.
5. Pengeringan
Setelah dilakukan proses pengayakan, selanjutnya yaitu tahap pengeringan. Pada Tahap ini,
dilakukan dua cara yaitu menggunakan sinar matahari langsung dan menggunakan mesin
oven pengering agar produk kaopi yang dihasilkan betulbetul kering sehingga lebih awet
ketika disimpan
6. Pengemasan
Tahap terakhir yakni pengemasan. Setelah melalui seluruh rangkaian proses produksi,
selanjutnya kaopi di kemas dalam plastik standing pouch dengan Takaran700 gram setiap
kemasannya.

Strategi pemasaran yang dilakukan pada Kelompok Wanita Tani Bangun Sejahtera,
agar usaha ini terdiri dari:
1. Sistem pesanan, yaitu konsumen terlebih dahulu memesan produk kemudian di buat
sesuai banyaknya pesanan yang diminta.
2. Sistem antar ke swalayan, minimarket yang ada, yaitu produk yang dihasilkan
kemudian di antar ke beberapa minimarket yang ada di Kota Baubau.
3. Sistem promosi melalui media sosial dan ikut serta dalam tiap event pameran baik
daerah maupun di luar daerah.

Selama kegiatan pengabdian ini berlangsung, ternyata strategi pemasaran yang diterapkan
dapat meningkatkan produksi dari 102 bungkus perbulan menjadi 124 bungkus perbulan,
walaupun adanya peningkatan namun penerimaan yang diperoleh masih tergolong kecil jika
jika dikalikan dengan Rp. 15.000, maka penerimaan yang di peroleh selama satu tahun yaitu
124 bungkus/bulan x 12 bulan = 1488 bungkus x Rp. 15.000., = Rp. 22.320.000.
Jika penerimaan yang ada dikurangi dengan biaya baik bahan baku, bahan bakar, kemasan,
upah atau gaji tenaga kerja, biaya penyusutan dan biaya Lain-lain totalnya Selama 1 (satu)
tahun Rp. 17.076.000, sehingga keuntungan bersih yang di terima selama Tahun 2021 yaitu
Rp. 22.320.000- Rp. 17.076.000 = Rp. 5.244.000. Hal ini terjadi karena masih adanya
pembatasan ruang gerak masyarakat untuk berkumpul dalam satu tempat, sehingga tenaga
kerja pun dibatasi, yang berdampak pada proses produksi menjadi lama, karena prosesnya
banyak kembali ke sistem manual.

Anda mungkin juga menyukai