C085171002 - Tesis - 24-02-2022 1-2
C085171002 - Tesis - 24-02-2022 1-2
C085171002 - Tesis - 24-02-2022 1-2
ANDI HANDAYANI
C085171002
Karya Akhir
Program Studi
Ilmu Patologi Klinik
ANDI HANDAYANI
C 085171002
Kepada
ii
iii
iv
PRAKATA
v
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :
1. Guru Besar di Bagian Patologi Klinik dan Guru Besar Emeritus FK-
UNHAS, Alm. Prof. dr. Hardjoeno, SpPK(K), yang telah merintis
pendidikan dokter spesialis Patologi Klinik di FK Unhas.
2. Guru sekaligus orang tua kami, Bapak dr. H. Ibrahim Abdul Samad,
Sp.PK(K) bersama Ibu dr. Hj. Adriani Badji, Sp.PK yang bijaksana dan
selalu menjadi panutan kami, yang senantiasa membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis dalam berbagai kegiatan selama
masa pendidikan penulis.
3. Guru besar di Departemen Ilmu Patologi Klinik, Prof. dr. Mansyur Arif,
Ph.D, Sp.PK(K) M.Kes, guru kami yang telah membimbing, mengajar
dan memberikan ilmu yang tidak ternilai dengan penuh ketulusan hati
dan memberi masukan selama selama penulis menjalani Pendidikan.
4. Manajer PPDS FK-UNHAS dr. Uleng Bahrun, Sp.PK (K), Ph.D
merupakan guru sekaligus pembimbing karya akhir yang senantiasa
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam berbagai
kegiatan, mengajar, memberi nasehat dan semangat serta memotivasi
penulis.
5. Ketua Departemen Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS Dr.dr. Yuyun
Widaningsih, M.Kes, Sp.PK(K), guru kami yang bijaksana, senantiasa
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam berbagai
kegiatan, mengajar, memberi nasehat dan semangat serta mendorong
penulis supaya lebih maju.
6. Ketua Program Studi Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS, Dr. dr. Tenri Esa,
M.Si, Sp.PK(K) merupakan guru sekaligus pembimbing karya akhir
yang penuh pengertian dan senantiasa memberi bimbingan, nasehat
dan semangat serta mendorong penulis supaya lebih maju.
7. Sekretaris Program Studi Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS, dr. Raehana
Samad, M.Kes, Sp.PK(K), guru kami yang senantiasa memberi
bimbingan, nasehat dan semangat.
vi
8. dr. Fitriani Mangarengi, Sp.PK (K), Ketua Program Studi Departemen
Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS periode 2015-2017, atas bimbingan dan
arahan pada masa-masa awal pendidikan penulis serta selalu memberi
nasihat dan motivasi selama pendidikan.
9. Dr. dr. Rachmawati A. Muhiddin, Sp. PK(K), Sekretaris Program Studi
Ilmu Patologi Klinik FK-UNHAS periode 2015-2021, atas bimbingan dan
arahan pada masa-masa awal pendidikan penulis serta selalu memberi
nasihat dan motivasi selama pendidikan.
10. Guru sekaligus penasehat akademik Alm. dr. Benny Rusli Sp.PK(K)
yang banyak memberikan bimbingan, arahan, nasehat serta motivasi
kepada penulis selama menjalani pendidikan.
11. Seluruh guru dan supervisor di Departemen Ilmu Patologi Klinik yang
senantiasa memberi arahan, bimbingan dan saran selama penulis
menjalani pendidikan sampai pada penyusunan karya akhir ini.
12. Pembimbing metodologi penelitian Dr. dr. Andi Alfian Zainuddin, M.KM
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam hal
metode penelitian dan statistik selama penyusunan karya akhir ini.
13. Dosen-dosen penguji: dr. Arif Santoso, Ph.D, Sp.P(K), FASPR dan dr.
Hj. Darmawaty, Sp.PK(K) yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan ilmu dan saran dalam penyempuraan karya akhir ini.
14. Direktur RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar atas kesempatan
yang diberikan kepada penulis untuk menjalani pendidikan di rumah
sakit ini.
vii
RS. Ibnu Sina, Kepala UTD PMI, Kepala UPTD Transfusi Darah Dinas
Kesehatan Makassar, Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam beserta
staf yang telah menerima dan membantu penulis dalam menjalani
masa pendidikan.
17. Koordinator Unit Laboratorium Penelitian Rumah Sakit Universitas
Hasanuddin (RS-UNHAS) beserta staf yang telah memberi izin dan
membantu dalam proses pemeriksaan sampel penulis.
18. Teman-teman sejawat PPDS Ilmu Patologi Klinik, teman angkatan
periode Juli 2017 (BILOBED) : dr. Henny Fauziah, dr. Lonasis
Cabuslay, dr. Ratna Delima Hutapea, dr. Ranisa Handayani, dr. Yunita
Rapa’, dr. Putri Hidayasyah P.L yang senantiasa selalu ada, dalam
suka maupun duka selama menempuh pendidikan, semoga
persaudaraan dan silaturahmi kita tetap selalu terjalin.
19. Senior-senior terbaik selama menjalani pendidikan, The Salmon’s ,
Wintrobe, Grey Zone, Troponin, teman-teman sejawat PPDS Patologi
Klinik Pansitopenia, Glukosa, D-dimer, NS-1, Kreatinin, PCR,
Convalescence, Interleukin 8, penulis mengucapkan terima kasih telah
banyak membantu dan mendukung penulis selama menjalani
pendidikan.
20. Nurilawati, SKM atas semua bantuan dan dukungannya selama masa
pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
21. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
Akhirnya penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada kedua orang tua tercinta, Mama Hj. Andi
Nilakandi Pakki dan Bapak Dr. H. Andi Mansyur Tanra, MS, kedua mertua
Almh. Ibu Hj. Andi Suryani Mongkang, SH dan Alm. Bapak H. Andi
Pananrangi Amier atas doa tulus, perhatian, kasih sayang, dukungan moril
dan materil selama menjalani pendidikan. Terima kasih kepada saudara-
saudari saya, serta seluruh keluarga besar atas doa yang tulus, kasih
sayang dan dukungan yang selalu mengiringi penulis selama masa
viii
pendidikan. Terima kasih khususnya kepada suami tercinta Andi Alfaidi P,
ST. dan anak-anak tercinta Andi Siti Nur Azizah dan Andi Muh. Hadi Dzaki
atas segala kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, kesetiaan, dukungan
dan doa yang tulus yang mengiringi penulis dalam menjalani pendidikan.
Melalui kesempatan ini pula perkenankan penulis menghaturkan
permohonan maaf yang sedalam-dalamnya atas kesalahan dan kekhilafan
yang telah dilakukan di luar niat, maupun tidak sengaja, selama masa
pendidikan hingga selesainya tesis ini. Penulis berharap semoga tesis ini
bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan Ilmu Patologi Klinik di masa yang akan datang. Semoga
Allah SWT senantiasa menyertai setiap langkah pengabdian kita.
Aamiin Yaa Rabbal Alamin.
Andi Handayani
ix
ABSTRAK
x
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
Prakata ...................................................................................................... v
Abstrak ..................................................................................................... ix
Abstract .................................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................1
1. Tujuan Umum..............................................................................6
D. Hipotesis .........................................................................................6
A. COVID-19 ........................................................................................8
1. Definisi ........................................................................................8
2. Epidemiologi ...............................................................................8
3. Etiologi ......................................................................................10
4. Transmisi ..................................................................................14
6. Patogenesis ..............................................................................17
xii
7. Diagnosis ..................................................................................25
d. Pencitraan ............................................................................32
B. Interleukin 2 ...................................................................................33
a. Tempat Penelitian.......................................................................51
b. Waktu Penelitian.........................................................................51
xiii
H. Prosedur Tes Interleukin 2 .............................................................56
B. Pembahasan ..................................................................................86
A. Simpulan ........................................................................................88
B. Saran .............................................................................................88
Lampiran .................................................................................................95
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ACE 2 : Angiotensin Converting Enzyeme 2
CD : Cluster of Differentiation
Fc : Fragment crystallizable
GP : Glikoprotein
IFN- : Interferon-
IL-2 : Interleukin-2
IL-6 : Interleukin-6
xviii
IL-8 : Interleukin-8
IL-17 : Interleukin-17
Ig : Immunoglobin
NK : Natural Killer
Th1 : T helper 1
xix
Th2 : T helper 2
Th17 : T helper 17
Treg : T regulatory
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kota Wuhan provinsi Hubei Cina pada akhir Desember 2019. Penyakit ini
kurun waktu kurang dari satu bulan oleh karena transmisi yang cepat dari
dan selanjutnya menuju organ target. (Zirui Tay et al., 2019; Wang et al.,
2021)
pada 11 Maret 2020 karena telah menginfeksi lebih 195 negara dengan
77 juta kasus di seluruh dunia dan lebih 1,7 juta kematian. Laporan kasus
1
(CFR): 3,4%) dan 3.976.064 pasien yang sembuh. (Kemenkes, 2021)
sel-sel jantung, podosit ginjal, endotel, sel enterosit dan sel imun.
sepsis, dan multisystem organ failure (MOF). (Ma et al., 2021; Yang et al.,
2021)
spesifik terhadap infeski virus dengan mengaktivasi sel T naïf yang ada di
organ limfoid diikuti sekresi sitokin interleukin (IL)-2 dan reseptor IL-2 (rIL-
2
2). Sekresi IL-2 akan meningkatkan ekspansi dan diferensiasi sel T efektor
antibodi dan aktivasi makrofag dan sel-sel imun lain untuk menghilangkan
antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai repon terhadap infeksi
dengan protein spike dari SARS CoV-2 sehingga mencegah ikatan antara
protein spike dengan reseptor ACE-2 yang berefek pada clearance virus.
(Valcourt et al., 2021) Respon antibodi yang kuat terhadap SARS CoV-2
antibodi netralisasi. Antibodi akan mulai terbentuk 4-5 hari setelah onset
gejala dan puncak antibodi dicapai dalam 3 minggu sejak masuk rumah
sakit. Respon imun humoral dapat juga dipicu oleh Antibody Dependent
seperti IL-2, IL-6, IL-7, G-CSF, MCP1, MIP1α sehingga menginduksi badai
sitokin dan limfofenia terutama penurunan jumlah Sel T CD4+ dan CD8+
3
dengan tingkat keparahan. (Lopalco et al., 2019) Chu et al melaporkan
bahwa pada infeksi MERS CoV, SARS CoV-1 dapat menginfeksi Sel T
dari darah tepi dan dari organ limfoid manusia dan menginduksi apoptosis
IL-2 atau IL-2R pada pasien dengan COVID-19 dan dilaporkan bahwa
bahwa pasien COVID-19 yang parah memiliki konsentrasi IL-6, IL-10, IL-2
dan IFN-γ yang lebih tinggi dalam serum dibanding kasus ringan, yang
2 (IL-2) secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan penyakit ringan
CD4+ tetapi tidak dengan sel T CD8+ oleh karena pelepasan virus yang
4
(Trabattoni et al., 2020) Penelitian Guo et al dilaporkan titer antibodi
netralisasi, IgA dan IgG-S yang lebih tinggi pada pasien dengan gejala
berat hal ini akibat viral load yang tinggi akan menghasilkan respon
antibodi yang kuat. (Guo et al., 2021) Pasien COVID-19 yang asimtomatik
memiliki titer IgM yang rendah, sedangkan titer antibodi IgA dan IgG yang
muncul pada 9-15 setelah onset gejala lebih tinggi pada penyakit ringan
derajat penyakit berat kadar sitokin dan kemokin yang sangat meningkat
yaitu IL-6, IL-8, tumor necrosis factor alpha (TNF-α), interferon (IFN)-γ,
ringan ditemukan peningkatan sitokin dan kemokin seperti IFN- α, IL-2, IL-
sitokin proinflamasi IL-1β, IL-2 dan IL-5 terhadap potensi produksi antibodi
antara produksi sitokin dan respon antibodi selama infeksi SARS CoV-2.
Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk meneliti korelasi antara kadar IL-
keparahan penyakit.
5
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat korelasi antara kadar IL-2 dan antibodi S-RBD SARS
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui korelasi antara kadar IL-2 dan antibodi S-RBD SARS CoV-2
2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya kadar IL-2 pada pasien severe dan non severe
COVID-19.
D. Hipotesis
6
E. Manfaat Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Hewan yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk
demam, dan dalam kasus yang lebih parah ditemukan kesulitan bernafas.
Selain acute respiratory disease syndrome (ARDS) dan gagal napas, juga
disfungsi multi organ yang berujung dengan kematian. (Naqvi et al., 2020)
2. Epidemiologi
8
yang cepat. Pandemi ini masih menjadi ancaman untuk kesehatan fisik
dan tingkat kematian yang belum ditetapkan secara global (Lopalco et al.,
penularan yang sangat tinggi (RO :4-6,5) dibanding SARS CoV (RO : 2-5)
dan MERS CoV (RO: <1), namun mortalitas nya rendah yaitu 3.4% untuk
COVID-19, dibanding SARS CoV 10% dan MERS CoV 34%. (WHO,
2020)
manifestasi klinis yang luas mulai dari infeksi tanpa gejala hingga infeksi
ringan, sedang, dan berat (~15%). Spektrum luas manifestasi klinis yang
jenis kelamin dan usia. Risiko penyakit parah dan kematian disebabkan
9
oleh komorbid diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, atau penyakit
atau datang dengan gejala yang sangat ringan sehingga tidak terlihat
terinfeksi oleh karena viral load yang rendah namun masih menyebarkan
virus menyebabkan infeksi pada orang yang rentan yang pada akhirnya
3. Etiologi
10
Coronavirus memiliki tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan dibagi menjadi low dan high pathogenic.
bersifat endemik dan musiman. Tiga virus high pathogenic yaitu MERS-
pernafasan yang berat dan berakibat fatal. (Azkur et al., 2020; Zirui Tay et
al., 2019)
yaitu spike (S), envelope (E), membran (M), nukleokapsid (N), dan 16
yang menonjol pada membran virion terdiri 2 subunit yaitu S1 yang berisi
sel host dan S2 bertanggung jawab atas fusi virion dengan membran sel
11
terlihat sebagai ribonukleopartikel (RNP) karena komponennya sesuai
genom secara luas (Gambar 1). (Duan, 2020; Kumar et al., 2021; Naqvi
translasi protein virus sedangkan ujung 3’UTR penting untuk replikasi dari
virus dan bagian region yang ditranslasikan yaitu 11 open reading frame
(ORF) (Wina Nurtias et al., 2020). Open reading frames (ORF) mengkode
27 protein dan 9.860 asam amino. Open reading frame pertama (ORF1ab)
struktural utama, yaitu spike (S), envelope (E), membrane (M), dan
12
ORF6, ORF7a, ORF7b, ORF8, dan ORF10. (Gambar 2). (Astuti, 2020;
Gambar 2. Genom dan protein non struktural dari SARS CoV-2 (Astuti, 2020)
SARS CoV-2 dalam bentuk aerosol dengan ukuran <5 µm virus tetap
viabel selama 3 jam dan setelah 4 jam tidak ditemukan lagi SARS-CoV-2
hingga 14 hari dan kemungkinan virus stabil lebih lama dari waktu
kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus.
Seperti virus corona lain, SARS CoV-2 sensitif terhadap panas, virus
dapat dinonaktifkan oleh sinar ultra violet atau dipanaskan pada suhu
13
disinfektan seperti dietil eter, etanol 75%, klorin, asam perasetat, dan
4. Transmisi
Penularan SARS CoV-2 secara garis besar dapat dikategorikan
melakukan kontak dekat (>2 meter) dan terpapar droplet pernapasan (>5-
10 µm) yang dihasilkan dari bersin, berbicara dan aktivitas lainnya. Kedua
dihasilkan saat bersin dan batuk yang dapat menempel pada pakaian atau
sangat terbatas melalui droplet ukuran < 5 µm (aerosol) dan rute faeco
14
5. Siklus Hidup
masuk ke sel target. Selain ACE-2 ada juga reseptor potensial lain seperti
ke dalam sel host setelah berikatan dengan protein S pada reseptor ACE-
2 di sel host. Perlekatan ini terjadi pada receptor binding domain (RBD)
dari protein S SARS CoV-2 yang terdapat pada residu 331- 524 dan dapat
mengikat kuat ACE-2 pada manusia dan ACE-2 pada kelelawar. Proses
masuk dan mengikat kemudian diikuti oleh fusi membran virus dan sel
Ikatan RDB dan ACE-2 pada sel epitel nasal, khususnya sel
untuk proses translasi poliprotein pp1a dan pp1b yang dipecah menjadi 5-
15
16 protein non-struktural (nsp2-nsp9). Selanjutnya, protein subgenomik
beberapa protein struktural lain dan membentuk badan partikel virus untuk
16
6. Patogenesis
Infeksi SARS CoV-2 akan menginfeksi sel epitel saluran napas, sel
utama SARS CoV-2 adalah sel-sel epitel bronkial dan pneumosit tipe II.
(Zirui Tay et al., 2019) Proses infeksi virus ini merupakan inflamasi
diperankan oleh respon imun innate yaitu sel yang terinfeksi virus
2016)
17
Proses infeksi virus ini merupakan inflamasi sistemik selama
2020)
virus atau RNA untai ganda dikenali oleh reseptor RNA endosom, TLR8,
dan TLR7 pada ssRNA dan sensor RNA untai ganda oleh retinoid
untuk respon imun innate antivirus dan mampu menekan replikasi dan
penyebaran virus pada tahap awal. Pada SARS CoV-2 respon terhadap
18
infeksi virus oleh IFN tipe I ditekan sehingga sel yang terinfeksi virus dapat
lolos dari IFN I menyebabkan replikasi virus yang tidak terkontrol. (Rokni
et al., 2020)
termasuk sitokin inflamasi (misalnya, tumor necrosis factor [TNF] dan IL-1)
dan kemokin (misalnya, CCL2 dan CXCL8). Kemokin ini menarik lebih
banyak sel imun innate (leukosit polimorfonuklear, monosit, sel NK, sel
dendritik) yang juga menghasilkan kemokin seperti MIG, IP-10, dan MCP-
1 yang mampu merekrut limfosit yang akan mengenali antigen virus yang
disajikan oleh sel dendritik. (Lopalco et al., 2019) Selain itu, virus juga
2020)
sitokin anti virus yang rendah secara abnormal. Pasien yang terinfeksi
IL-2, IL-6, IL8, IL-17, G-CSF, GM-CSF dan kemokin seperti IP-10 dan
19
berkembang menjadi ARDS sekitar 8-9 hari setelah timbulnya gejala.
Complex (MHC) I dan II yang akan mengaktifkan CD8+ dan CD4+. Hal ini
lainnya seperti Interleukin (IL)1β, IL-6 dan IL-12. Akumulasi sel imun di
IL-2, IL-7, IL-10, GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNF-α, baik pada pada
helper (Sel-Th) menjadi Th1, Th2, Th17 dan sel regulator (Treg). Sel Th-1
20
α), IFN-γ, TNF-β, dan Granulocyte-monocyte colony-stimulating factor
aktivitas CTL dan produksi IFN-γ dan dapat menambah ekspansi sel NK,
aktivitas lisis, dan sintesis IFN-γ yang diinisiasi oleh IL-12. Sel Th-2 akan
seperti IL-17F, IL-21 dan IL-22. Sitokin tersebut terlibat dalam produksi
defensin dan mobilisasi sel inflamasi seperti neutrofil dan monosit ke sisi
makrofag, sel B, dan sel T untuk mengatur eliminasi virus. Namun, suatu
SARS CoV-2 masuk ke dalam sel. (Li et al., 2020) Respon imun humoral,
21
infeksi pada fase selanjutnya dan mencegah infeksi ulang di masa
sebagian besar pasien pada minggu ke-3 dan dengan sebagian besar
IgG terdeteksi pada minggu kedua. (Li et al., 2020; Rokni et al., 2020)
Gambar 6. Mekanisme Infeksi SARS CoV- dan Respon Imun host (McGill et al.,2021)
untuk progresi klinis SARS CoV-2. Pada saat yang penting inilah peristiwa
regulasi imun yang masih kurang dipahami apakah akan mengarah pada
22
perkembangan respon imun protektif atau eksaserbasi respon inflamasi.
protektif dapat ditemukan pasien dengan infeksi tanpa gejala dan ringan,
dan bahkan pada infeksi sedang yang tidak berkembang menjadi penyakit
mengeliminasi sel host yang terinfeksi dengan cara menarik sel T spesifik
sebagai ARDS yang ditandai kesulitan bernapas dan kadar oksigen darah
23
70% kasus COVID-19 yang parah hal ini selain kerusakan langsung
akibat virus juga disebabkan infiltrasi sel radang yang tidak terkendali
paru juga menjadi lebih rentan terhadap infeksi sekunder akibat pelepasan
terhadap infeksi virus yang menjadi penyebab kematian pada 28% kasus
sitokin plasma darah yang tinggi dari IL-2, IL-7, IL-10, granulocyte colony-
stimulating factor (G-CSF), IP-10, MCP1, MIP1α dan TNF. Kadar IL-6
pada pasien COVID-19 terus meningkat dari waktu ke waktu dan relatif
lebih tinggi pada non survivor. Pasien COVID-19 berat terdapat populasi
24
berkontribusi terhadap badai sitokin, termasuk MCP1, IP-10 dan MIP1α
Gambar 7. Respon imun pada infeksi SARS CoV-2 (Zirui Tay et al., 2019)
7. Diagnosis
a.Manifestasi Klinis
hari. Demam, batuk, dan kelelahan adalah gejala yang paling umum
25
(Rokni et al., 2020). Manifestasi lain pasien dapat mengalami myalgia,
diare, hilang penciuman dan pengecapan atau ruam kulit. Kasus COVID-
2020; Zhao et al., 2020). Kriteria dari WHO untuk beratnya kasus
Severe: Saturasi O2 < 90% room air, Respiration rate >30x/menit pada
pada anak < 2 bulan; 50 x/menit pada anak usia 2-11 bulan; dan 40
x/menit anak usia 1-5 tahun, Adanya tanda distress pernafasan. Critical:
(Kemenkes, 2020) :
1. Tanpa gejala
ditemukan gejala.
26
2. Ringan
3. Sedang/Moderat
ruangan.
27
5. Kritis
b. Pemeriksaan Fisis
penurunan kesadaran.
c. Tes Laboratotium
28
polymerase chain reaction (rRT-PCR) yang merupakan gold
standard diagnostik rutin saat ini. Tes ini sangat spesifik dan
2021)
2. Tes Antigen
saat ini. Tes antigen saat ini diizinkan untuk dilakukan pada
29
spesimen swab nasofaring ditempatkan langsung ke dalam buffer
3. Tes Antibodi
setelah onset gejala dan IgG mencapai puncak sekitar hari ke 25.
30
neutralization test (PRNT), pseudovirus neutralization tests (pVNT),
31
menunjukkan kondisi hiperkoagulasi dan terkait dengan tingkat
d. Pencitraan
32
Gambar 8. Gambaran Foto toraks dan CT Scan Pasien COVID-19
(Yoon SH et al, 2020)
B. Interleukin 2
1. Definisi
2020) Interleukin 2 bersifat sebagai sitokin autokrin yaitu bekerja pada sel
sekitar 15 kDa dan merupakan sitokin tipe I rantai pendek. Sitokin tipe I
33
setelah diproduksi akan digunakan oleh sel yang memiliki IL-2R
Liu, 2004). Ketiga subunit reseptor ini dapat bebas berikatan dengan IL- 2
di organ limfoid sekunder dan dalam jumlah yang terbatas dihasilkan oleh
sel T CD8, sel NK dan sel T NK. Sel dendritik yang teraktivasi dan sel
mast juga turut menghasilkan IL-2 dalam jumlah sedikit pada kondisi
tertentu. (Boyman and Sprent, 2012) Limfosit T naif, keterlibatan TCR dan
34
mempromosikan ekspresi gen IL-2. Transkripsi IL-2 terjadi dalam 30 menit
pada 4-8 jam setelah stimulasi. (Pol et al., 2020) Reseptor IL-2 pada sel T
Gambar 10. Homeostasis IL‑2 pada kondisi stabil dan respon imun
(Boyman and Sprent, 2012)
35
mitogen-activated protein kinase (RAS-MAP kinase), dan jalur
3. Peranan IL-2
natural killer (NK). Oleh karena itu, IL-2 digunakan secara terapeutik untuk
36
negatif dari aktivasi sistem imun. (Yazan, 2020) Menurut Soeroso (2007),
(Soeroso; 2007)
CoV-2 juga berperan dalam membatasi badai sitokin yang terkait dengan
regulator (Treg) dan sel natural killer (NK). Defisiensi IL-2 menjadi faktor
37
Individu dengan defisiensi IL-2 memiliki kerentanan untuk replikasi SARS
CoV-2 yang tidak terkendali virus dan terjadi peningkatan viral load.
parah memiliki tingkat aktivasi sel T yang lebih rendah daripada pasien
yang dihasilkan oleh sel B dan sel plasma sebagai respon terhadap
dan dua rantai ringan (Light chain/ L chain) yang diikat oleh ikatan
protein komplemen. Rantai ringan terdiri atas dua domain yaitu satu
domain variable region (VL) dan satu domain constant region (CL). Rantai
38
berat pada Fab region terdiri atas atas satu domain variable region (VH)
IgD dan IgE. Kelas IgA struktur molekulnya berupa dimerik dibagi menjadi
subkelas IgA1 dan IgA2, umumnya melebihi kadar IgM dalam serum dan
(yaitu, air liur, ASI, dll.). Meskipun IgA tidak memfiksasi komplemen
secara efektif seperti IgM, IgA yang disekresikan oleh sel plasma ke
39
Gambar 14. Subkelas imunoglobulin dan strukturnya
semua antibodi dalam serum dan menunjukkan afinitas yang relatif rendah
terbentuk pada saat infeksi, dan banyak terdapat pada darah mengalami
40
antibodi IgG juga memiliki peran penting lainnya, terutama fungsi efektor
mewakili sekitar 75% dari semua antibodi dalam serum dan terkait dengan
kekebalan yang bertahan lama karena waktu paruh mereka yang lama
dalam darah. Antibodi IgG dapat dibagi menjadi beberapa subtipe (yaitu,
IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4), masing-masing dengan peran yang sedikit
berbeda dalam imunitas humoral. Misalnya, IgG1, IgG3, dan IgG4 (pada
dari subtipe IgG, ini dapat digunakan sebagai profil karakteristik untuk
dengan jelas, namun pada penelitian terlihat adanya peran antibodi ini
41
patogen dan hal ini akan lebih mengefektifkan fagositosis patogen. Ketiga
cara ini dilakukan oleh antibodi untuk merusak patogen dan dapat
infeksi atau vaksinasi. Sel plasma yang berpindah ke sumsum tulang terus
Masa inkubasi seja terinfeksi SARS CoV-2 dan muncul nya gejala
rata-rata sekitar 3-5 hari bahkan ada yang mencapai 14 hari. Fase awal
antibodi spesifik virus dan aktivasi sistem imun. Pada awal infeksi IgM dan
IgA diproduksi, diikuti oleh IgG, yang meningkat lebih lambat, tetapi tetap
di dalam darah untuk waktu yang lebih lama. Fase pemulihan yang
42
Gambar 15. Karakteristik Respon Antibodi (Galipeau et al., 2020)
dan 88% terhadap protein N. Antibodi IgM menurun dengan cepat pada
hari setelah onset gejala. (Galipeau et al., 2020) Produksi antibodi IgG
43
antibodi terhadap antigen ini tidak dipilih secepat yang spesifik seperti
Gambar 16. Antibodi anti S-RBD IgG SARS CoV-2.(Lo Sasso et al., 2021)
antibodi yang diaktifkan terhadap antigen virus selama infeksi alami, atau
beberapa faktor seperti usia, status gizi, keparahan penyakit, dan obat-
obatan atau infeksi tertentu yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
44
menyebabkan produksi sel darah menurun termasuk limfosit yang akan
seperti interleukin (IL)-1, IL-2, IL-6, dan tumor necrosis alpha (TNF-α)
Sitokin IL-2 yang diproduksi oleh sel T CD4+ dan CD8+ naif
diferensiasi menjadi sel T efektor dan sel T sitolitik. Sel T efektor akan
45
aktivasi makrofag untuk menghancurkan pathogen dan aktivasi sel B
B memori terhadap SARS CoV-2. Sekresi IL-2 oleh sel T CD4+ akan
melisikan sel yang terinfeksi SARS CoV-2. Respon adaptif gabungan ini
dapat membersihkan virus dari tubuh dan jika respon ini cukup kuat, dapat
yang sama. Proses ini sering kali diukur berdasarkan ada atau tidaknya
dapat juga IgM dan IgG sering muncul bersamaan. Antibodi mulai
terdeteksi pada hari ke 10-13 untuk IgM dan hari ke 12-14 untuk IgG,
sedangkan level maksimum pada minggu ke 2-3 untuk IgM, minggu ke 3-5
untuk IgG, dan minggu ke 2 untuk total antibodi. IgM menghilang sekitar
minggu ke 3 dan puncak level IgG yang tinggi terlihat pada saat itu
46
Gambar 17. Interaksi interleukin 2 dan Antibodi pada infeksi SARS CoV-2
(Horspool et al., 2021)
sitokin serta kemokin yang dihasilkan akan merekrut sel imun lain ke
yang terineksi virus. Pasien yang memiliki faktor komorbid, usia tua akan
47
E. Kerangka Teori
Respon adekuat
Antigen Presenting Cells
Netralisasi antigen
sempurna
Imunodefisiensi
Aktivasi sel T naif (IL-2)
JAK/STAT-5
Sel T helper- 1 Sel T sitotoksik
(IL-2)
Aktivasi Sel IFN-γ, TNF-α/β
Limfosit B Granzim B &
Perforin
Gen Pro
Imunodefisiensi
Kortikosreroid
Sel plasma: Lisis sel yang inflamasi
antibodi terinfeksi
Non Severe
Severe
48
F. Kerangka Konsep
Imunodefisiensi
= Variabel antara
= Variabel tergantung
= Variabel perancu
49
G. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. Pasien COVID-19 adalah pasien rawat jalan dan rawat inap yang
medis pasien.
50
Immunosorbent Assay (ELISA) menggunakan kit Human Interleukin 2
yang diperoleh dari sampel serum pasien yang diambil saat pasien
masuk Rumah Sakit untuk pasien rawat inap atau saat pasien datang
<0,4 U/mL dan tertinggi >250 U/mL. Yang dibagi menjadi empat
kelompok yaitu:
51