Kep Bencana TM 3 - Kelompok 5
Kep Bencana TM 3 - Kelompok 5
Kep Bencana TM 3 - Kelompok 5
KEPERAWATAN BENCANA
KONSEP DAN MODEL – MODEL TRIASE
PENILAIAN SISTEMATIS SEBELUM, SAAT, DAN SETELAH BENCANA
PADA KORBAN, SURVIVOR, POPULASI RENTAN, DAN BERBASIS KOMUNITAS
NAMA KELOMPOK 5:
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa) yang telah melimpahkan rahmatnya serta memberikan
perlindungan dan kesehatan, sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul
“Konsep dan Model – model Triase Bencana Penilaian Sistematis sebelum, saat, dan
setelah bencana pada korban, survivor, populasi rentan, dan berbasis komunitas”. Dimana
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Bencana.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah
ini kami banyak menemui kesulitan di karenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan
kami sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang kami miliki, maka kami
berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Sebagai manusia kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DARTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................18
3.2 Saran.......................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah triage.
2. Untuk mengetahui macam triage bencana.
3. Untuk mengetahui penilaian sistematis sebelum bencana.
4
4. Untuk mengetahui penilaian sistematis saat bencana.
5. Untuk mengetahui penilaian sistematis setelah bencana.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Triage
Triage berasal dari bahasa Prancis yaitu “Trier” yang berarti membagi
kedalam tiga kelompok (Department of Emergency Medicine Singapore General
Hospital (DEM SGH), 2005). Sistem ini di kembangkan dari medan pertempuran
dan digunakan bila terjadi bencana. Dimedan Pertempuran, triage digunakan
untuk menentukan prioritas penanganan pada korban Perang Dunia I. Klarifikasi
ini digunakan oleh militer perang, untuk mengidentifikasi dan melakukan
penanganan pada tentara koban perang yang mengalami luka ringan dengan
tujuan setelah dilakukan tindakan penanganan dapat kembali ke medan perang.
Triage mulai digunakan di unit gawat darurat pada akhir tahun 1950 dan
awal tahun 1960. Penggunaan triage di unit gawat darurat disebabkan oleh
peningkatan jumlah kunjungan ke unit gawat darurat yang dapat mengarah pada
lamanya waktu tunggu penderita dan keterlambatan di dalam penanganan kasus-
kasus kegawatan (Emnina, n.d.).
6
cedera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B),
dan Circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan
probabilitas hidup penderita.
7
j. Penempatan pasien yang benar pada tempat yang benar saat waktu yang
benar dengan penyedia pelayanan yang benar.
Hal pertama yang dapat dilakukan pada saat ditempat kejadian bencana
adalah berusaha untuk tenang, lihat sekeliling dan menyeluruh pada lokasi
kejadian. Pengamatan visual memberikan kesan pertama mengenai jenis musibah,
perkiraan jumlah korban, dan beratnya cidera korban. Pengamatan visual juga
memberikan perkiraan mengenai jumlah dan tipe bantuan yang diperlukan untuk
mengatasi situasi yang terjadi. Laporan secara singkat pada call center dengan
bahasa yang jelas mengenai hasil pengkajian, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Lokasi kejadian.
b. Tipe insiden yang terjadi.
c. Adanya ancaman atau bahaya yang mungkin terjadi.
8
d. Perkiraan jumlah pasien.
e. Tipe bantuan yang harus diberikan.
a. Respirasi
b. Perfusi (mengecek nadi radialis)
c. Status mental
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah tidak melakukan tindakan
terapi pada korban yang akan dilakukan triage. Tugas utama penolong triage
adalah untuk memeriksa pasien secepat mungkin dan memilah data
memprioritaskan pasien berdasarkan berat ringannya cedera. Penolong tidak boleh
berhenti saat melakukan pengkajian kecuali untuk mengamankan jalan tapas dan
menghentikan perdarahan yang terjadi. Selain melakukan triage (penilaian korban,
penolong lain akan melakukan follow up dan perawatan Jika diperlukan di lokasi.
Apabila penolong lain sudah datang ke lokasi kejadian, maka korban akan
dilakukan re-triase (dengan pemeriksaan yang lebih lengkap untuk mengenali
kegawatan yang mungkin terjadi), evaluasi lebih lanjut, resusitasi stabilisasi, dan
transportasi. Re-triage dilakukan dengan menggunakan pemasangan label Metag
Sistem yang sudah mencantumkan identitas dan hasil pemeriksaan terhadap
korban.
Pasien diberi label sehingga akan mudah dikenali oleh penolong lain saat
tiba di tempat kejadian. Metode pemasangan label mungkin berbeda di setiap
pusat kesehatan, dapat berupa pita atau kertas berwarna untuk melabeli korban.
9
diperlukan transportasi segera ke rumah sakit. Kriteria pada pengajian
adalah sebagai berikut.
a. Langkah pertama
10
b. Langkah kedua
a. Airway-breathing
Jika pasien bernafas, maka di perlukan pemeriksaan respirasi rate.
Pasien dengan pernafasan lebih dari 30 kali per menit, diberikan label
merah (immediate). Jika pasien bernafas dan laju pernafasan kurang dari
30 kali per menit, pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan sirkulasi
dan mental status pasien untuk dilakukan pemeriksaan secara lengkap
dalam waktu 30 detik, jika pasien tidak bernafas secara cepat bersihkan
mulut pasien dari kemungkinan benda asing, gunakan tehnik head tilt chin
lift untuk membuka jalan nafas, peralatan bantu jalan nafas (airway)
sederhana seperti orofaring airway dapat dapat di gunakan. Selama
mengamankan jalan nafas harus dilindungi servikal terutama pada pasien
yang multipel trauma, bukan jalan nafas, jika pasien dapat bernafas,
pasangkan pasien dengan label (immediate) merah . Pasien yang
membutuhkan jalan nafas dipertahankan dan di pasangkan dengan label
merah. Jika pasien tidak brnafas dan tidak mulai bernafas ketika dilakukan
11
pembebasan jalan nafas dengan airway manuver sederhana, maka pasien
di beri label hitam (dead.)
b. Circulation
Langkah kedua pada start yaitu dengan menilai sirkulasi dari
pasien. Metode terbaik pada pemeriksaan sirkulasi yaitu dengan meraba
pergelangan tangan dan merasakan pulsasi dari arteri radialis. Pengecekan
di lakukan dalam 5-10 detik. Jika pulsasi arteri radialis tidak terjumpai
maka pasien di beri label merah (immediate). Jika pulsasi arteri radialis di
jumpai, maka di anjutkan dengan pemeriksaan akhir dengan menilai status
mental pasien, pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan
blanch test (menilai capillary refill time) jika di dapatkan hasil lebih dari 2
detik pasien di beri label merah.
c. Mental status
Akhir dari pemeriksaan adalah dengan menilai status mental pasien
observasi ini dilakukan pada pasien dengan pernafasan dan sirkulasi yang
adekuat tes mental status yaitu dengan meminta pasien untuk mengikuti
perintah yang sederhana seperti: buka matamu, tutup matamu, genggam
tangan saya pasien yang bisa mengikuti printah yang sederhana diberikan
label kuning (delayed) sedaangkan pasien yang tidak responsial terhadap
perintah sederhana de berikan label merah (immediate) sistem START ini
didesain untuk membantu penolong menemukan pasien dengan cidera
paling berat, ketika penolong lain telah tiba di lokasi maka pasien akan
dilakukan triage ulang untuk pemeriksaan leih lanjut stabilisasi dan
transfortasi. Harap diingat bahwa hanya pasien dengan cedera dapat
mengalami perubahan tanda-tanda vital.
Pada saat jumlah penolong memungkinkan untuk dilakukan
pemeriksaan yang lebih akurat, maka pengkajian terhadap pasien dapat
dilakukan dengan teliti, tindakan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
kartu metag (Medical Emergency Triage tag) dimana selain pasien
diberikan label berdasarkan skala prioritas penanganan tanggal dan jam,
identitas baik korban maupun penolong juga tercantum pemeriksaan lebih
lengkap dengan tanda vital dan pengobatan yang telah diberikan.
12
Cara penulisan METAG (medical emergency triage tag)
Depan:
1. Jam dan tanggal kejadian
2. Nama dan jenis kelamin
3. Alamat rumah
4. Alamat kantor
5. Data yang berhubungan dengan medis dan observasi
6. Nama dan tanda tangan personel
triage Belakang:
1. Jenis cedera
2. Data mengenai tanda vital (respirasi, nadi, dan tekanan darah )
3. Pemberian obat intravena dan jam pemberian
4. Pemberian obat intramuskular dan jam pemberian.
13
2.2 Penilaian sistematis sebelum, saat dan sesudah bencana pada
korban, survivor, populasi rentan, dan berbasis komunitas
2.2.1 Sebelum bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana
Situasi Tidak Terjadi Bencana Situasi tidak ada potensi bencana yaitu
kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis kerawanan bencana pada
periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana meliputi :
1. Perencanaan penanggulangan bencana
2. Pengurangan risiko bencana
3. Pencegahan
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
5. Persyaratan analisis risiko bencana
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang
7. Pendidikan dan pelatihan
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
14
b. Situasi terdapat potensi bencana pada situasi ini perlu adanya kegiatan-
kegiatan kesiap siagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana dalam
penanggulangan bencana.
1. Kesiapsiagaan
Mencakup penyusunan rencana pengembangan sistem
peringatan, pemeliharaan persediaan dan pelatihan personil.
Mungkin juga merangkul langkah-langkah pencarian dan
penyelamatan serta rencana evakuasi untuk daerah yang
mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
Langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa
bencana terjadi dan ditunjukan untuk meminimalkan
korban jiwa, gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana
terjadi.
2. Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua
pihak, khususnya mereka yang potensi terkena bancana akan
kemunginan datangnya suatu bencana di daerahnya masing-
masing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan
ilmiah yang dimiliki, diolah atau diterima dari pihak berwenang
mengenai kemungkinan datangnya suatu bencana.
3. Mitigasi Bencana
Mencakup semua langkah yang diambil untuk mengurangi
skala bencana di masa mendatang, baik efek maupun
kondisi rentan terhadap bahaya itu sendiri.
Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih difokuskan pada
bahaya itu sendiri atau unsur-unsur yang terkena ancaman
tersebut. Misalnya saja pembangunan rumah tahan gempa,
pembuatan irigasi air pada daerah yang kekeringan.
15
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan (lansia, wanita hamil dan
menyusui, anak-anak, penderita penyakit kronis, orang-orang dengan
keterbatasan fisik/cacat, penderita gangguan mental).
f. Pemulihan dengan segara sarana dan prasarana vital
16
1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana.
2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang leb,,mih baik dan tahan bencana.
5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat.
6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.
7. Peningkatan fungsi pelayanan public.
8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
17
BAB III
PENUTU P
3.1 Kesimpulan
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi.
Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan
musibah massal. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang
tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena
status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk
triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging
system) atau sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
18
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20