Kep Bencana TM 3 - Kelompok 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA
KONSEP DAN MODEL – MODEL TRIASE
PENILAIAN SISTEMATIS SEBELUM, SAAT, DAN SETELAH BENCANA
PADA KORBAN, SURVIVOR, POPULASI RENTAN, DAN BERBASIS KOMUNITAS

NAMA KELOMPOK 5:

1. Ni Made Mita Lestari (203213206)


2. Dewa Ayu Putu Seri Yunita Dewi (203213208)
3. Ida Ayu kade Intan Cahyani (203213211)
4. Ni Made Udiyani Lestari (203213234)
5. I Putu Agus Artawan (203213235)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2023

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa) yang telah melimpahkan rahmatnya serta memberikan
perlindungan dan kesehatan, sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul
“Konsep dan Model – model Triase Bencana Penilaian Sistematis sebelum, saat, dan
setelah bencana pada korban, survivor, populasi rentan, dan berbasis komunitas”. Dimana
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Bencana.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah
ini kami banyak menemui kesulitan di karenakan keterbatasan referensi dan keterbatasan
kami sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang kami miliki, maka kami
berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Sebagai manusia kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Denpasar, 22 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DARTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Model-model Triage Bencana..............................................6

2.2 Penilaian sistematis sebelum, saat dan sesudah bencana........................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................18

3.2 Saran.......................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Triase adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita yang


mendapat penanganan medis dan evakuasi pada kondisi kejadian masal atau
kejadian bencana. Penanganan medis yang diberikan berdasarkan prioritas
sesuai dengan keadaan penderita. Tujuan Triage adalah untuk memudahkan
penolong untuk memberikan pertolongan dalam kondisi korban masalah atau
bencana dan diharapkan banyak penderita yang memiliki kesempatan untuk
bertahan hidup.
Saat ini kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari, karena untuk mengembangkan kemampuan berpikir lainnya, seperti
kemampuan untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Banyak
sekali fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang perlu dikritisi.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam
pendiidikan sejak lama. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah
menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Ns. Kalpana
Kartika, S.Kep., 2021).

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian triage.
2. Macam-macam triage bencana.
3. Penilaian sistematis sebelum bencana.
4. Penilaian sistematis saat bencana.
5. Penilaian sistematis setelah bencana.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan sejarah triage.
2. Untuk mengetahui macam triage bencana.
3. Untuk mengetahui penilaian sistematis sebelum bencana.

4
4. Untuk mengetahui penilaian sistematis saat bencana.
5. Untuk mengetahui penilaian sistematis setelah bencana.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Model-model Triage Bencana

2.1.1 Triage

Triage berasal dari bahasa Prancis yaitu “Trier” yang berarti membagi
kedalam tiga kelompok (Department of Emergency Medicine Singapore General
Hospital (DEM SGH), 2005). Sistem ini di kembangkan dari medan pertempuran
dan digunakan bila terjadi bencana. Dimedan Pertempuran, triage digunakan
untuk menentukan prioritas penanganan pada korban Perang Dunia I. Klarifikasi
ini digunakan oleh militer perang, untuk mengidentifikasi dan melakukan
penanganan pada tentara koban perang yang mengalami luka ringan dengan
tujuan setelah dilakukan tindakan penanganan dapat kembali ke medan perang.

Triage juga diterapkan dalam lingkup bencana atau musibah massal.


Tujuan Triage pada musibah Massal adalah bahwa dengan sumber daya yang
minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin. Pada musibah massal
dengan korban puluhan atau mungkin ratusan di mana penolong baik jumlah,
kemampuan, sarana, dan prasarana belum mncukupi, maka dianjurkan
menggunakan teknik Simple Triage and rapid Treatment (START).

Triage mulai digunakan di unit gawat darurat pada akhir tahun 1950 dan
awal tahun 1960. Penggunaan triage di unit gawat darurat disebabkan oleh
peningkatan jumlah kunjungan ke unit gawat darurat yang dapat mengarah pada
lamanya waktu tunggu penderita dan keterlambatan di dalam penanganan kasus-
kasus kegawatan (Emnina, n.d.).

2.1.1.1 Definisi Triage

Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan


tingkat kegawatan kondisinya (Zimmerman dan Herr, 2006). Triage juga diartikan
sebagai suatu tindakkan pengelompokan penderita berdasarkan pada beratnya

6
cedera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B),
dan Circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan
probabilitas hidup penderita.

2.1.1.2 Tujuan Triage

a. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.


b. Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya,
c. Menempatkan pasien sesuai dengan keakutannya berdasarkan pada
pengkajian yang tepat dan akurat,
d. Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien.

2.1.1.3 Prinsip Triage


a. Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat.
b. Kemampuan untuk menilai dan merespon dengan cepat kemungkinan
yang dapat menyelamatakan pasien dari kondisi sakit atau cedera yang
mngancam nyawa dalam departemen gawat darurat.
c. Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat.
d. Keakuratan dan ketepaten data merupakan kunci dalam proses pengkajian.
e. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.
f. Keselamatan dan keefektifan perawatan pasien dapat direncanakan jika
terdapat data dan informasi yang akurat dan adekuat.
g. Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi keakutan pasien.
h. Tanggung jawab yang paling utama dari proses triage yang dilakukan
perawat adalah keakuratan dalam mngkaji pasien dan memberikan
perawatan sesuai dengan prioritas pasien. Hal ini termasuk intervensi
terapeutik dan prosedur diagnostik.
i. Tercapainya kepuasan pasien
1. Perawat triage harus menjalankan triage secara simultan, cepat, dan
langsung sesuai keluhan pasien.
2. Menghindari keterlambatan dalam proses perawatan pada kondisi yang
kritis.
3. Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga.

7
j. Penempatan pasien yang benar pada tempat yang benar saat waktu yang
benar dengan penyedia pelayanan yang benar.

2.1.1.4 Klasifikasi Triage

Sistem klasifikasi mengidentifikasi tiap pasien yang memerlukan berbagai


level perawatan. Prioritas didasarkan pada pengetahuan, data yang tersedia, dan
situasi terbaru yang ada. Huruf atau angka yang sering digunakan antara lain
sebagai berikut,

1. Prioritas 1 atau emergency


2. Prioritas 2 atau urgent
3. Prioritas 3 atau non urgent
Banyak tipe dari klasifikasi triage yang digunakan pada pre-hospital
ataupun hospital.

2.1.1.5 Triage Pre-hospital

Triage pada musibah massal/ bencana dilakukan dengan tujuan bahwa


dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak
mungkin. Pada musibah massal, jumlah korban puluhan atau mungkin ratusan,
dimana penolong sangat belum mencukupi baik sarana maupun penolongnya
sehingga dianjurkan menggunakan teknik START (Dr. I .Khambali, S.T., n.d.).

Hal pertama yang dapat dilakukan pada saat ditempat kejadian bencana
adalah berusaha untuk tenang, lihat sekeliling dan menyeluruh pada lokasi
kejadian. Pengamatan visual memberikan kesan pertama mengenai jenis musibah,
perkiraan jumlah korban, dan beratnya cidera korban. Pengamatan visual juga
memberikan perkiraan mengenai jumlah dan tipe bantuan yang diperlukan untuk
mengatasi situasi yang terjadi. Laporan secara singkat pada call center dengan
bahasa yang jelas mengenai hasil pengkajian, meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Lokasi kejadian.
b. Tipe insiden yang terjadi.
c. Adanya ancaman atau bahaya yang mungkin terjadi.

8
d. Perkiraan jumlah pasien.
e. Tipe bantuan yang harus diberikan.

2.1.2 Metode Simple Triage and Rapid Treatment (START)

Metode START dikembangkan untuk penolong pertama yang bertujuan


memilah pasien pada korban musibah massal/bencana dengan waktu detik atau
kurang berdasarkan tiga pemeriksaan primer seperti berikut ini :

a. Respirasi
b. Perfusi (mengecek nadi radialis)
c. Status mental
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah tidak melakukan tindakan
terapi pada korban yang akan dilakukan triage. Tugas utama penolong triage
adalah untuk memeriksa pasien secepat mungkin dan memilah data
memprioritaskan pasien berdasarkan berat ringannya cedera. Penolong tidak boleh
berhenti saat melakukan pengkajian kecuali untuk mengamankan jalan tapas dan
menghentikan perdarahan yang terjadi. Selain melakukan triage (penilaian korban,
penolong lain akan melakukan follow up dan perawatan Jika diperlukan di lokasi.

Apabila penolong lain sudah datang ke lokasi kejadian, maka korban akan
dilakukan re-triase (dengan pemeriksaan yang lebih lengkap untuk mengenali
kegawatan yang mungkin terjadi), evaluasi lebih lanjut, resusitasi stabilisasi, dan
transportasi. Re-triage dilakukan dengan menggunakan pemasangan label Metag
Sistem yang sudah mencantumkan identitas dan hasil pemeriksaan terhadap
korban.

Pasien diberi label sehingga akan mudah dikenali oleh penolong lain saat
tiba di tempat kejadian. Metode pemasangan label mungkin berbeda di setiap
pusat kesehatan, dapat berupa pita atau kertas berwarna untuk melabeli korban.

Pasien dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini:

a. Korban kritis/immediate diberi label merah/kegawatan yang mengancam


nyawa (prioritas 1). Untuk mendeskripsikan pasien dengan luka parah

9
diperlukan transportasi segera ke rumah sakit. Kriteria pada pengajian
adalah sebagai berikut.

1. Respirasi > 30 menit.


2. Tidak ada nadi radialis
3. Tidak sadar/ penurunan kesadaran
b. Delay/tertunda diberi label kuning/kegawatan yang tidak mengancam
nyawa dalam waktu dekat (prioritas 2). Untuk mendeskripsikan cedera
yang tidak mengancam nyawa dan dapat mengganggu pada periode
tertentu untuk penatalaksanaan dan transportasi dengan kriteria sebagai
berikut.

1. Respirasi <30 menit


2. Nadi teraba
3. Status mental normal
c. Korban terluka yang masih dapat berjalan diberi label hijau/tidak terdapat
kegawatan/penanganan dapat ditunda (prioritas 3/minor). Penolong
pertama di tempat kejadian akan memberikan instruksi verbal untuk pergi
ke lokasi yang aman dan mengkaji korban dari trauma, serta mengirim ke
rumah sakit.

d. Meninggal diberi label hitam/tidak memerlukan penanganan (Dead).

Tahapan metode START adalah sebagai berikut.

a. Langkah pertama

Langkah pertama pada START adalah dengan aba-aba (loud


speaker memerintahkan pada korban yang dapat berdiri dan berjalan
bergerak ke lokasi tertentu yang lebih aman. Jika pasien dapat berdiri dan
berjalan, maka bisa disimpulkan bahwa sementara tidak terdapat gangguan
yang mengancam jiwa pada korban korban tersebut. Jika korban mengeluh
nyeri atau menolak untuk berjalan jangan dipaksa untuk berpindah tempat.
Pasien yang dapat berjalan dikategorikan sebagai minor/prioritas 3.

10
b. Langkah kedua

Pasien yang tidak berdiri dan bergerak adalah yang menjadi


prioritas pengkajian berikutnya. Bergerak dari tempat berdiri penolong
secara sistematis dari korban satu ke korban yang lain. Lakukan
pengkajian secara singkat (kurang dari 1 menit setiap pasien) dan berikan
label yang sesuai pada korban tersebut. Ingat tugas penolong adalah untuk
menemukan pasien dengan label merah/immediete yang membutuhkan
pertolongan segera, periksa setiap korban, koreksi gangguan airway dan
breathing yang mengancam nyawa dan berikan label merah pada korban
tersebut.

2.1.2.1 Evaluasi penderita berdasarkan RPM

START tergantung pada tiga pemeriksaan meliputi RPM-respiration


perfusion and mental status, masing-masing pasien harus di evaluasi secara cepat
dan sistematis, di mulai dengan pemeriksaan respirasi (breathing).

a. Airway-breathing
Jika pasien bernafas, maka di perlukan pemeriksaan respirasi rate.
Pasien dengan pernafasan lebih dari 30 kali per menit, diberikan label
merah (immediate). Jika pasien bernafas dan laju pernafasan kurang dari
30 kali per menit, pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan sirkulasi
dan mental status pasien untuk dilakukan pemeriksaan secara lengkap
dalam waktu 30 detik, jika pasien tidak bernafas secara cepat bersihkan
mulut pasien dari kemungkinan benda asing, gunakan tehnik head tilt chin
lift untuk membuka jalan nafas, peralatan bantu jalan nafas (airway)
sederhana seperti orofaring airway dapat dapat di gunakan. Selama
mengamankan jalan nafas harus dilindungi servikal terutama pada pasien
yang multipel trauma, bukan jalan nafas, jika pasien dapat bernafas,
pasangkan pasien dengan label (immediate) merah . Pasien yang
membutuhkan jalan nafas dipertahankan dan di pasangkan dengan label
merah. Jika pasien tidak brnafas dan tidak mulai bernafas ketika dilakukan

11
pembebasan jalan nafas dengan airway manuver sederhana, maka pasien
di beri label hitam (dead.)
b. Circulation
Langkah kedua pada start yaitu dengan menilai sirkulasi dari
pasien. Metode terbaik pada pemeriksaan sirkulasi yaitu dengan meraba
pergelangan tangan dan merasakan pulsasi dari arteri radialis. Pengecekan
di lakukan dalam 5-10 detik. Jika pulsasi arteri radialis tidak terjumpai
maka pasien di beri label merah (immediate). Jika pulsasi arteri radialis di
jumpai, maka di anjutkan dengan pemeriksaan akhir dengan menilai status
mental pasien, pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan
blanch test (menilai capillary refill time) jika di dapatkan hasil lebih dari 2
detik pasien di beri label merah.
c. Mental status
Akhir dari pemeriksaan adalah dengan menilai status mental pasien
observasi ini dilakukan pada pasien dengan pernafasan dan sirkulasi yang
adekuat tes mental status yaitu dengan meminta pasien untuk mengikuti
perintah yang sederhana seperti: buka matamu, tutup matamu, genggam
tangan saya pasien yang bisa mengikuti printah yang sederhana diberikan
label kuning (delayed) sedaangkan pasien yang tidak responsial terhadap
perintah sederhana de berikan label merah (immediate) sistem START ini
didesain untuk membantu penolong menemukan pasien dengan cidera
paling berat, ketika penolong lain telah tiba di lokasi maka pasien akan
dilakukan triage ulang untuk pemeriksaan leih lanjut stabilisasi dan
transfortasi. Harap diingat bahwa hanya pasien dengan cedera dapat
mengalami perubahan tanda-tanda vital.
Pada saat jumlah penolong memungkinkan untuk dilakukan
pemeriksaan yang lebih akurat, maka pengkajian terhadap pasien dapat
dilakukan dengan teliti, tindakan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
kartu metag (Medical Emergency Triage tag) dimana selain pasien
diberikan label berdasarkan skala prioritas penanganan tanggal dan jam,
identitas baik korban maupun penolong juga tercantum pemeriksaan lebih
lengkap dengan tanda vital dan pengobatan yang telah diberikan.

12
Cara penulisan METAG (medical emergency triage tag)
Depan:
1. Jam dan tanggal kejadian
2. Nama dan jenis kelamin
3. Alamat rumah
4. Alamat kantor
5. Data yang berhubungan dengan medis dan observasi
6. Nama dan tanda tangan personel
triage Belakang:
1. Jenis cedera
2. Data mengenai tanda vital (respirasi, nadi, dan tekanan darah )
3. Pemberian obat intravena dan jam pemberian
4. Pemberian obat intramuskular dan jam pemberian.

13
2.2 Penilaian sistematis sebelum, saat dan sesudah bencana pada
korban, survivor, populasi rentan, dan berbasis komunitas
2.2.1 Sebelum bencana
Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana
Situasi Tidak Terjadi Bencana Situasi tidak ada potensi bencana yaitu
kondisi suatu wilayah yang berdasarkan analisis kerawanan bencana pada
periode waktu tertentu tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana meliputi :
1. Perencanaan penanggulangan bencana
2. Pengurangan risiko bencana
3. Pencegahan
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
5. Persyaratan analisis risiko bencana
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang
7. Pendidikan dan pelatihan
8. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

14
b. Situasi terdapat potensi bencana pada situasi ini perlu adanya kegiatan-
kegiatan kesiap siagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana dalam
penanggulangan bencana.
1. Kesiapsiagaan
 Mencakup penyusunan rencana pengembangan sistem
peringatan, pemeliharaan persediaan dan pelatihan personil.
 Mungkin juga merangkul langkah-langkah pencarian dan
penyelamatan serta rencana evakuasi untuk daerah yang
mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
 Langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa
bencana terjadi dan ditunjukan untuk meminimalkan
korban jiwa, gangguan layanan, dan kerusakan saat bencana
terjadi.
2. Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua
pihak, khususnya mereka yang potensi terkena bancana akan
kemunginan datangnya suatu bencana di daerahnya masing-
masing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan
ilmiah yang dimiliki, diolah atau diterima dari pihak berwenang
mengenai kemungkinan datangnya suatu bencana.
3. Mitigasi Bencana
 Mencakup semua langkah yang diambil untuk mengurangi
skala bencana di masa mendatang, baik efek maupun
kondisi rentan terhadap bahaya itu sendiri.
 Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih difokuskan pada
bahaya itu sendiri atau unsur-unsur yang terkena ancaman
tersebut. Misalnya saja pembangunan rumah tahan gempa,
pembuatan irigasi air pada daerah yang kekeringan.

2.2.2 Saat Bencana (Tanggap darurat)


Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi :
a. Penyelamatan dan evakuasi korban dengan menggunakan triage.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana.

15
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar.
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan (lansia, wanita hamil dan
menyusui, anak-anak, penderita penyakit kronis, orang-orang dengan
keterbatasan fisik/cacat, penderita gangguan mental).
f. Pemulihan dengan segara sarana dan prasarana vital

2.2.3 Pasca Bencana (Recovery)


Penanggulangan pasca bencana meliputi dua tindakan utama yaitu rehabilitas
dan rekontruksi.
a. Rehabilitasi
Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah perbaikan dan
pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat
yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2. Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4. Pemulihan sosial psikologis.
5. Pelayanan kesehatan (terlebih untuk populasi rentan).
6. Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya.
8. Pemulihan keamanan dan ketertiban.
9. Pemulihan fungsi pemerintahan.
10. Pemulihan fungsi pelayanan public
b. Rekontruksi
Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun
kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih
baik dan sempurna. Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan
melalui suatu perencanaan yang didahului oleh pengkajian dari berbagai
ahli dan sektor terkait. Kegiatan yang dilakukan meliputi :

16
1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana.
2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang leb,,mih baik dan tahan bencana.
5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat.
6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.
7. Peningkatan fungsi pelayanan public.
8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

17
BAB III

PENUTU P

3.1 Kesimpulan

Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi.
Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan
musibah massal. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang
tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena
status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk
triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging
system) atau sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation).

Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level


yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis
mengandung aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah, menganalisis
asumsi, memberi rasional, mengevaluasi, melakukan penyelidikan, dan
mengambil keputusan.
Berpikir sistematis artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan
kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Di sini
diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses dan metoda yang hendak
dipakai. Metoda berpikir yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang
berbeda, namun semuanya dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan
proses yang diakui luas.
Penilaian sistematis dibagi menjadi tiga bagian yaitu : sebelum terjadi
bencana, saat terjadi atau fase gawat darurat, dan setelah terjadi bencana atau
masa pemulihan.

18
3.2 Saran

Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan


sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum,
oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila
terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dr. I .Khambali, S.T., M. (n.d.). No Title. https://www.google.com/books?


hl=en&lr=&id=7i1LDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR3&dq=jurnal+Konsep+dan+model-
model+Triase+bencana&ots=xoLKi1q-o_&sig=xbO8H7peoBQ4Zp_2IXf1gUvHwW4
Emnina, E. S. M. N. (n.d.). No Title. https://www.google.com/books?
hl=en&lr=&id=RStMEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA17&dq=jurnal+Konsep+dan+model
-model+Triase+bencana&ots=qdlMLRRkJ9&sig=O3olqExfdbK6pR718rpG7mToajI
Ns. Kalpana Kartika, S.Kep., M. S. (2021). Keperawatan Bencana Efektivitas Pelatihan Bencana
Pre Hospital Gawat Darurat Dalam Peningkatan Efikasi Diri Kelompok Siaga Bencana Dan
Non Siaga Bencana Edisi I

20

Anda mungkin juga menyukai