Makalah Kelompok 1 KGD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

TREND DAN ISSUE TENTANG PRESPREKTIF

GAWAT DARURAT DAN KONSEP DASAR ASUHAN


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

1. ADE SARTIKA : (1033222001)


2. ADE SUWARYO : (1033222002)
3. AFIFAH NECHA ANANDIYTA : (1033222003)
4. AGUS SUPRIYANTO : (1033222004)
5. AJENG DINI INGGALIH : (1033222005)
6. ANGGIE DWIJAYANTI : (1033222006)

PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN

JAKARTA

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


hidayah dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Trend dan Issue tentang Prespektif Gawat Darurat dan Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat”.

Kami mengucapkan kepada Bapak Ns. Seven Sitorus, M.Kep.MB selaku


dosen mata kuliah Gawat Darurat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Terimakasih juga untuk teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini
tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Jakarta, Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah……….................................................................................... 6

C. Tujuan………........................................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Trend dan Issue dalam Keperawatan Kegawatdaruratan……………….……7

B. Prespektif Keperawatan Kegawatdaruratan …………………………….…….11

C. Konsep Dasar Keperawatan Kegawatdaruratan ………………………….…..13

1. Pengkajian Keperawatan ……………………………………………………….15

2. Diagnosa Keperawatan …………………………………………………………19

3. Intervensi Keperawatan ...............................................................................19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................29

B. Saran.................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ……………………...................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat sebagai suatu profesi merupakan bagian dari tim kesehatan, harus
ikut bertanggung jawab dalam membantu klien sebagai individu, keluarga,
maupun sebagai masyarakat, baik dalam kondisi sehat atausakit, yang bertujuan
untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar klien, dalam mempertahankan
kondisi kesehatan yang optimal, dengan metode pendekatan ilmiah yang
sistematis, guna tercapainya pemecahan masalah keperawatan klien

Rumah sakit merupakan instasi yang memberikan pelayanan yang bersifat


umum rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat
adalah instalasi yang memberikan pertolongan pertama saat pasien datang ke
rumah sakit dan mengalami ancaman mortalitas dan abnormalitas secara
terpadu (kemenkes, 2010).

Di instalasi gawat darurat, pasien harus segera mendapat pelayanan dan


perawat merupakan orang yang 24 jam berada dengan pasien. Oleh karena itu,
selain mendapat bekal ilmu pengetahuan perawat instalasi gawat darurat juga
mendapatkan pelatihan khusus untuk meningkatkan keterampilan seperti
pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD).

Response time merupakan kecepatan waktu dalam pelayanan dimulai dari


datangnya pasien ke IGD sampai dengan pasien mendapat penanganan sesuai
masalah kesehatan yang dialami.

Dalam pelaksanaan gawat darurat dibutuhkan tim dengan pemahaman jika


dalam penanganan pasien dengan kondisi gawat darurat memiliki perbedaan
dalam penanganannya. Pada penatalaksanaan gawat darurat dibutuhkan
seorang leader yang memberikan pengarahan langsung secara menyeluruh

4
pada penatalaksanaan pasien injuri. (Fulde, Gordian. 2009 dalam Insana Maria,
dkk 2020).

Triage di dalam dunia keperawatan digunakan sebagai cara untuk


mengidentifikasi Triase merupakan proses dari penggolongan korban yang
dinilai berdasarkan tipe dan kondisi berat atau ringannya trauma penyakit serta
kecepatan untuk evakuasi (Badan diklat PPNI DPA Jatim 2018).

Kegawatdaruratan adalah masalah yang terjadi dalam dunia kesehatan, dan


dapat terjadi saat kecelakaan, konflik manusia, maupun bencana. Pelayanan
gawat darurat merupakan pelayanan berdasarkan ilmu serta metodologi,
ditunjukan pada pasien dengan permasalahan aktual ataupun potensial yang
mengancam kehidupan baik terjadinya secara mendadak ataupun tidak, disertai
dengan situasi lingkungan yang tidak bisa dihindarkan.

Keperawatan gawat darurat yaitu pelayanan yang diberikan secara


professional keperawatan yang diberikan pada pasien saat mengalami urgent
dan kritis. Pelayanan ini tidak hanya dapat membantu kondisi gawat yang
dialami pasien tetapi, pada kecemasan pada pasien dan keluarga.

Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan


keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut
atau sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis, perawat
gawat darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan untuk
menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan
multisistem, keracunan dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya (Kristanty,
2009).

Keperawatan gawat darurat (emergency nursing) adalah asuhan


keperawatan yang diberikan kepada individu dan keluarga yang rnengalami
kondisi yang mengancam kehidupan atau cenderung mengancam kehidupan
yang terjadi secara tiba-tiba (Luckman and Sorensen, 1987).

Asuhan keperawatan gawat darurat yaitu susunan dari aktivitas praktik


keperawatan gawat darurat yang dilakukan pada pasien oleh perawat
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan gawat darurat. Asuhan ini

5
diberikan untuk mengatasi masalah biologi, sosial, dan psikologi baik aktual
maupun potensial yang muncul secara mendadak ataupun bertahap (Insana
Maria, 2020).

Triase merupakan sistem seleksi pemilihan pasien untuk menentukan


prioritas dan tingkat kegawatan sebagai upaya tindak lanjut bagi pasien. Triase
di dalam dunia keperawatan digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi
Triase merupakan proses dari penggolongan korban yang dinilai berdasarkan
tipe dan kondisi berat atau ringannya trauma penyakit serta kecepatan untuk
evakuasi (Badan diklat PPNI DPA Jatim 2018)

B. Rumusan Masalah

Pada latar belakang diatas maka penulis akan merumuskan masalah


bagaimana pengimplementasian “ Trend dan Issue tentang Prespektif Gawat
Darurat dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gawat Darurat”.

C. Tujuan
a. Mencegah kematian dan cacat (to save live and limb) pada penderita
gawat darurat sehingga dapat hidup dan bertugas kembali dalam
masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang mebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Trend dan Issue dalam Keperawatan Kegawatdaruratan


Trend adalah hak yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
trend juga dapat didefenisikan salah satu gambaran ataupun Informasi yang
terjadi pada saat ini yang biasanya sedang populer dimasyarakat.

Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjaditerjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang. Isu adalah sesuatu yangsedang
dibicarakan oleh banyak orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.

Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak
orang tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta
maupun tidak.

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan


yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD
dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen.yang
kemudian filosofi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan
yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan
sebagai kedaruratan.

Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk


mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan
asuhan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Sistem
pelayanan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus
memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi
dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pasien.

7
1. CPR / RJP
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan
pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab
tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang
menyempit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang
tenggelam, terkena serangan jantung, sesak napas, karena syok akibat
kecelakaan, terjatuh, dan sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan
khusus untuk korban pingsan karena kecelakaan, tidak boleh langsung
dipindahkan karena dikhawatirkan ada tulang yang patah. Biarkan di
tempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang
tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR.

Chain of survival merupakan suatu serial tindakan yang harus dilakukan


pada pasien yang mengalami henti jantung. Chain of survival terdiri dari lima
unsur, yakni :
1) pengenalan dini henti jantung,
2) pemberian CPR secara dini,
3) pemberian defibrilator sesegera mungkin,
4) penatalaksanaan ALS (Advance Life Support),
5) perawatan pasca henti jantung.

Rantai kehidupan (chain survival) terdiri dari beberapa tahap berikut ini
(AHA, 2010) :
1) Mengenali sedini mungkin tanda-tanda cardiac arrest dan segera
mengaktifkan panggilan gawat darurat (Emergency Medical Services).
2) Segera melakukan RJP dengan tindakan utama kompresi dada.
3) Segera melakukan defibrilasi jika ada indikasi
4) Segera memberi bantuan hidup lanjutan (advanced life support)
5) Melakukan perawatan post cardiac arrest

a) .Indikasi RJP
1. Pasien henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan
aliran udara pernafasan dari korban atau pasien. Henti nafas
merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup

8
Dasar. Henti nafas terjadi dalam keadaan seperti : Tenggelam atau
lemas, stroke, obstruksi jalan nafas, epiglotitis, overdosis obat-
obat,tersengat listrik, infark miokard, tersambar petir, koma akibat
berbagai macam kasus.

2. Pasien henti jantung Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung
akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat
menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernafasan
yang terganggu merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Henti jantung (Suharsono, T., & Ningsih, D. K., 2008).

b) Alur Basic Life Support


1. Tahapan persiapan sebelum melakukan resusitasi maka harus dilakukan
beberapa prosedur berikut pada pasien (AHA, 2010) :
a. Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong
b. Memastikan kondisi kesadaran pasien.Penolong harus segera
Mengkaji dan menentukan apakah korban sadar/tidak. Penolong
harus menepuk atau menggoyang bahu korban sambil bertanya
dengan jelas: ‘Hallo, Pak/ Bu! Apakah anda baik-baik saja?’.Jangan
menggoyang korban dengan kasar karena dapat mengakibatkan
cedera. Juga hindari Gerakan leher yang tidak perlu pada kejadian
cedera kepala dan leher.
c. Mengaktifkan panggilan gawat darurat.Jika korban tidak berespon,
segera panggil bantuan. Jika ada orang lain disekitar korban, minta
orang tersebut untuk menelpon ambulans dan ketika menelpon
memberitahukan hal-hal berikut :
1) Lokasi korban
2) Apa yang terjadi pada korban
3) Jumlah korban
4) Minta ambulans segera datang
d. Memastikan posisi pasien tepat.agar resusitasi yang diberikan efektif
maka korban harus berbaring pada permukaan yang datar, keras, dan
stabil. Jika korban dalam posisi tengkurap atau menyamping, maka
balikkan tubuhnya agar terlentang. Pastikan leher dan kepala

9
tersangga dengan baik dan bergerak bersamaan selam membalik
pasien.

c) Fase-fase RJP (Resusitasi Jantung Paru) Sesuai Algoritma AHA2010. Pada


tahun 2010, American Heart Association (AHA) mengeluarkan panduan
terbaru penatalaksanaan CPR. Berbeda dengan panduan sebelumnya, pada
panduan terbaru ini AHA mengubah algoritma CPR dari ABC menjadi CAB.
a. Circulation (C)
Mengkaji nadi / tanda sirkulasi ada tidaknya denyut jantung korban /
pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher
korban / pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan
tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-
kira 1–2 cm raba dengan lembut selama 5–10 detik. Jika teraba denyutan
nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan
melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai
pernapasan korban / pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan
pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas. Melakukan
kompresi dada Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung
luar,dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
1) Menentukan titik kompresi (center of chest) Cari possesus xypoideus
pada sternum dengan tangan kanan,letakkan telapak tangan kiri tepat
2 jari diatas posseusxypoideus.
2) Melakukan kompresi dada Kaitkan kedua jari tangan pada lokasi
kompresi dada, luruskan kedua siku dan pastikan mereka terkunci
pada posisinya, posisikan bahu tegak lurus diatas dada korban dan
gunakan berat badan anda untuk menekan dada korban sedalam
minimal 2 inchi (5 cm), lakukan kompresi 30x dengan kecepatan
minimal 100x/menit atau sekitar 18 detik. (1 siklus terdiri dari 30
kompresi : 2 ventilasi). Lanjutkan sampai 5 siklus CPR, kemudian
periksa nadi carotis, bila nadi belum ada lanjutkan CPR 5 siklus lagi.
Bila nadi teraba, lihat pernafasan (bila belum ada upaya nafas)
lakukan rescue breathing dancheck nadi tiap 2 menit.

10
b) Airway (A)
Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas
oleh benda asing. Buka jalan nafas dengan head tilt-chin lift / jaw thrust.
Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa
cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi
dengan sepotong kain (fingers weep), sedangkan sumbatan oleh benda
keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang
dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik Cross Finger, dimana
ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.

c) Breathing (B)
Bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut,mulut ke hidung
atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang
dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5–2 detik dan volume
udara yang dihembuskan adalah 7000–1000ml (10ml/kg) atau sampai
dada korban / pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik
napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai
volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan
hanya 16 – 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban
/ pasien setelah diberikan bantuan napas.

B. Perspektif Keperawatan Kegawatdaruratan


Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai sebab-sebab, azas-azas, hukum,dan sebagainya dari pada
segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti
adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta). Falsafah keperawatan adalah
pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi.

Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency)


sehari hari adalah hak azasi manusiza / hak setiap orang, dan merupakan
kewajiban yang dimiliki setiap orang. (Seri PPGD/GELS/SPGDT Dirjen Buk
Depkes RI tahun 2004).

11
Yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).

Pelayanan Gadar adalah kesinambungan perawatan dan pelayanan,


mencakup pelayanan Pra RS dan Luar RS
Pelayanan Pra RS mencakup dukungan, instruksi, perawatan serta
tindakan yang diberikan sejak permintaan s/d pasien diserahkan ke RS
penerima

Pelayanan Luar RS mencakup semua aspek perawatan dan tindakan


yang diberikan petugas Gadar termasuk pemindahan pasien, tanggapan dan
tindakan atas bencana massal serta kedaruratan masyarakat lainnya, dan
mempersiapkan dukungan medik untuk pel. Gadar medik terpadu.

Petugas Gadar berperan serta mengembangkan PGD dengan motto


“Masyarakat Menolong Masyarakat”

Petugas PGD adalah profesional yang waspada, terampil dan cerdas


dalam tujuan memberikan pelayanan yang terbaik yang paling mungkin
diberikan. Petugas PGD menghormati pengharapan dan kepercayaan serta
secara konsisten melakukan apa yang paling memadai bagi pasien. Petugas
PGD menguasai rumitnya keadaan lingkungan, terlatih memberi keputusan
yang tepat serta memanfaatkan sumber yang ada secara tepat

Pelayanan medik adalah seni dasar yang berdasaarakan


pengetahuan, PGD sering diberikan dalam keadaan diluar kendali dan saat
lingkungan yang tidak bersahabat hingga penerapan seni daan pengetahuan
profesi tsb menjadi lebih sulit. Petugas PGD harus berusaha mengatasi
tantangan tsb hingga dipastikan hasil akhir yang diterima pasien adalah
yang terbaik.

12
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD
menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat
walaupun riwayat kesehatannya belum jelas. Meskipun telah majunya
sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan berarti tiap rumah
sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri.

Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD


merupakan salah satu dari unit kesehatan yang paling padat modal, padat
karya, serta padat teknologi

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan


Konsep merupakan Suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak
yang dapat diorganisir menjadi simbol simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan, bahkan teori itu sendiri merupakan sekolompok konsep
yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang akan
menjelaskan suatu bentuk proses,pristiwa atau kejadian yang didasari oleh fakta
-fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.

Menurut Luckman and Sorensen (1987), asuhan keperawatan gawat darurat


yaitu asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu dan keluarga yang
mengalami kondisi mengancam kehidupan dan biasanya terjadi secara tiba-tiba.

Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek


keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang
berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruangan gawat darurat.
Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah biologi, psikologi dan
sosial klien, baik aktual maupun potensial yang timbul secara bertahap maupun
mendadak.

Kegiatan asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan sistematikan


proses keperawatan yang merupakan suatu metode ilmiah dan panduan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dalam rangka mengatasi

13
masalah kesehatan pasien. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan
meliputi :
1. pengkajian,
2. diagnosa keperawatan,
3. tindakan keperawatan, dan
4. evaluasi.

asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh


karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan
asuhan keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.

Karakteristik ini dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem
asuhankeperawatan antara lain :
a. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan jumlah
klien yang datangke ruang gawat darurat.
b. Keterbatasan sumber daya dan waktu
c. Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh
usia, seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas.
d. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan
kecepatan dan ketepatanyang tinggi
e. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang
bekerja di ruang gawatdarurat.

Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum keperawatan yang diberikan oleh


perawat di ruanggawat darurat meliputi :
1) Penjaminan keamanan diri perawat dan klien terjaga : perawat harus
menerapkan prinsip universal precaution dan mencegah penyebaran infeksi.
2) Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menetapkan
diagnosa keperawatan,tindakan keperawatan dan evaluasi yang
berkelanjutan.
3) Tindakan keperawatan meliputi : resucitasi dan stabilisasi diberikan untuk
mengatasi masalah biologi dan psikologi klien.
4) Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan
untuk menurunkankecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat.

14
5) Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
6) Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah, cepat dan
tepat
7) Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu
dijaga.

Dibawah ini dijabarkan proses keperawatan yang merupakan panduan


asuhan keperawatan diruangan gawat darurat dengan beberapa contoh proses
keperawatan klien gawat darurat :

1. Pengkajian Keperawatan
Standard : perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan
psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui
masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.
Keluaran : adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap
klien gawatdaruran.
Proses : pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian dalam dua
bagian : pengkajian primer dan pengkajian skunder.
Pengkajian primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah actual/potensial
dari kondisi lifethreatening (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk
mempertahankan hidup). Pengkajiantetap berpedoman pada inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.Prioritas penilaian
dilakukan berdasarkan :
A. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
Kaji :
1) Bersihkan jalan nafas
2) Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
3) Distress pernafasan
4) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring

B. Breathing dan ventilasi


Kaji :

15
1) Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
2) Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
3) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

C. Circulation dengan kontrol perdarahan


Kaji :
1) Denyut nadi karotis
2) Tekanan darah
3) Warna kulit, kelembaban kulit
4) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

D. Disability
Kaji :
1) Tingkat kesadaran
2) Gerakan ekstremitas
3) Glasgow coma scale (GCS), atau pada anak tentukan : Alert (A), Respon
verbal (V), Responnyeri/pain (P), tidak berespons/un responsive (U)
4) Ukuran pupil dan respons pupil terhadap Cahaya

E. Exposure
Kaji :
1) Tanda-tanda trauma yang ada pengkajian sekunder. Pengkajian sekunder
dilakukan setelah masalah airway, breathing, dan circulation yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi
pengkajian objektif dan subjektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit terdahulu,riwayat pengobatan, riwayat keluarga)
dan pengkajian dari kepala sampai kaki.

F. Fahrenheit (suhu tubuh)


Kaji :
1) Suhu tubuh
2) Suhu lingkungan

G. Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara kontiny

16
Kaji :
1) Tekanan darah
2) Irama dan kekuatan nadi
3) Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu
4) Saturasi oksigen

H. Head to assesment (pengkajian dari kepala sampai kaki)


Pengkajian : Head to toea.
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama dan alasan klien ke rumah sakit
2) Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawah ke rumah sakit
3) Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi Cedera
4) Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada
organ tubuh yang mana, gunakan : provoked (P), quality (Q),
radian (R), severity (S) dan time (T)
5) Kapan makan terakhir
6) Riwayat penyakit lain yang pernah dialami/operasi
pembedahan/kehamilan
7) Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi
klien.
8) Riwayat keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien.

b. Pengkajian kepala, leher dan wajah


1) Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah
dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing
2) Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda
perdarahan, benda asing, deformitas,laserasi, perlukaan serta
adanya keluaran
3) Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang wajah,
kontusio/jejas, hematom, serta krepitasi tulang.
4) Kaji adanya kaku leher

17
5) Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, deviasi trachea, distensi
vena leher, perdarahan,edema, kesulitan menelan, emfisema
subcutan dan krepitas pada tulang.

c. Pengkajian dada
1) Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan
2) Pergerakan dinding dada anterior dan posterior
3) Palpasi krepitas tulang dan emfisema subcutan
4) Amati penggunaan otot bantu nafas5
5) Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae, perdarahan,
sianosis, abrasi dan laserasi.

d. Abdomen dan pelvis


Hal-hal yang dikaji pada abdomen dan pelvis :
1) Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
2) Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi, abrasi,
distensi abdomen, jejas.
3) Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
4) Nadi femoralis
5) Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
6) Bising usus
7) Distensi abdomen
8) Genitalia dan rectal : perdarahan, cedera, cedera pada meatus,
ekimosis, tonus spinkter ani

e. EkstremitasPengkajian di ekstremitas meliputi :


1) Tanda-tanda injuri eksternal
2) Nyeri
3) Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
4) Sensasi keempat anggota gerak
5) Warna kulit
6) Denyut nadi perifer

18
f. Tulang belakang
Pengkajian tulang belakang meliputi :
1) Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang, maka
pasien dimiringkan untuk mengamati :
 Deformitas tulang belakang
 Tanda-tanda perdarahan
 Laserasi
 Jejas
 Luka
2) Palpasi deformitas tulang belakang

g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1) Radiologi dan scanning
2) Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi,
elektrolit, urine analisa dan lain-lainII.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai kategori
urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah
dilakukan.Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan :
1) Airway, breathing dan circulation.
2) Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada gawat darurat adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola nafas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Gangguan perfusi jaringan perifer
e. Penurunan curah jantung
f. Nyeri
g. Volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan
h. Gangguan perfusi cerebri

3. Intervensi Keperawatan

19
Prinsip-prinsip di dalam penanganan masalah keperawatan gawat darurat
berdasarkan prioritas adalah :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
a. Peningkatan produksi sputum
b. Masuknya benda asing/cairan
c. Penumpukan sekresi
Tujuan : jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
 Pernafasan reguler, dalam dan kecepatan nafas teratur.
 Pengembangan dada kiri dan kanan simetris
 Batuk efektif, refleks menelan baik.
 Tanda dan gejala. Obsruksi pernafasan tidak ada : stridor (-), sesak
nafas (-), wheezing (-)
 Suara nafas : vesikuler kanan dan kiri
 Sputum jernih, jumlah normal, tidak berbau dan tidak berwarna.
 Tanda-tanda sekresi tertahan tidak ada : demam (-), takhikardi (-),
takhipneu (-)
Intervensi :
a. Mandiri
 Auskultasi bunyi nafas, perhatikan apakah ada bunyi nafas
abnormal
 Monitor pernafasan, perhatikan rasio inspirasi maupun ekspirasi.
 Berikan posisi semi fowler
 Jauhkan dari polusi lingkungan al : debu, rokok, dll
 Observasiervasi. Karakteristik batuk terus-menerus, atau produksi
sputum.
 Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif
 Lakukan suction bila perlu
 Lakukan jaw thrust, chin lift
 Berikan posisi miring sesuai indikasi.

b. Kolaborasi
 Berikan O2

20
 Pemeriksaan laboratorium analisa gas darah

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan :


a. Depresi pernafasan
b. Kelemahan otot pernafasan
c. Penurunan ekspansi paru
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
 Pernafasan reguler, dalam dan kecepatannya teratur
 Pengembangan dada kiri dan kanan simetris
 Tanda dan gejala obstruksi pernafasan tidak ada : stridor (-),
sesak nafas (-), wheezing (-),
 Suara nafas : vaskuler kiri dan kanan
 Trakhea midline
 Analisa gas darah dalam batas normal : PaO2 80-100 mmHg,
Saturasi O2 > 95 %, PaCO2 35-45mmHg, pH 7,35-7,45
Intervensi
a. Mandiri
 Observasi frekuensi, kecepatan, kedalaman dan irama
pernafasan.
 Observasi penggunaan otot bantu pernafasan
 Berikan posisi semi fowler bila tidak ada kontra indikasi
 Ajarkan dan anjurkan nafas dalam serta batuk efektif
 Perhatikan pengembangan dada simetris atau tidak
 Kaji fokal fremitus dengan meletakkan tangan di punggung
pasien sambil pasien menyebutkanangka 99 atau 77
 Bantu pasien menekan area yang sakit saat batuk
 Lakukan fisiotherapi dada jika tidak ada kontra indikasi
 Auskultasi bunyi nafas, perhatikan bila tidak ada ronkhi,
wheezing dan erackles.
 Lakukan suction bila perlu
 Lakukan pendidikan kesehatan.

21
b. Kolaborasi
 Pemberian O2
 sesuai kebutuhan pasien
 Pemeriksaan laboratorium / analisa gas darah
 Pemeriksaan rontgen thorax
 Intubasi bila pernafasan makin memburuk
 Pemasangan oro paringeal
 Pemasangan water seal drainage / WSD
 Pemberian obat-obatan sesuai indikasi

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :


a. Menurunnya suplay O2 (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronchus)
b. kerusakan alveolic. Hipoventilasi
Tujuan : pertukaran gas tidak terganggu
Kriteria hasil :
 Analisa gas darah dalam batas normal
 Warna kulit normal, hangat dan kering
 Tingkat kesadaran membaik sampai komposmentis
 Pernafasan reguler, kecepatan dan kedalaman dalam batas
normal.
Intervensi :
a. Mandiri
 Kaji frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan, nafas mulut,
penggunaan otot-otot pernafasan,dyspnoe, ketidakmampuan
bicara
 Tinggikan tempat tidur 30-45 derajat
 Kaji warna kulit, kuku dan membran mukosa (adanya sianosis)
 Ajarkan mengeluarkan sputum dengan teknik batuk efektif.
 Lakukan suction bila diindikasikan
 Auskultasi bunyi nafas adanya suara ronkhi, wheezing, dan
crakles

22
 Awasi tingkat kesadaran
 Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung
 Kaji tingkat kecemasan dan ansietas.

b. Kolaborasi :
 Pemberian oksigen
 Pemeriksaan analisa gas darah
 Pemasangan endo tracheal tube

4) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan :


a. Menurunnya aliran darah karena vasokontriksi
b. Hipovolemikc.Trauma jaringan/tulang
Tujuan : gangguan perfusi jaringan dapat diatas
Kriteria hasil :
 Akral hangat
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Capilary fill time < 2 “
 Urin output 1 ml/kgBB/jam
 Analisa gas darah normal
Intervensi :
a. Mandiri
 Observasi perubahan yang tiba-tiba (gangguan mental)
 Kaji adanya pucat (akral dingin)
 Observasi tanda-tanda vital
 Kaji kekuatan nadi perifer
 Kaji tanda-tanda dehidrasi
 Observasi intake dan output cairan
 Meninggikan daerah yang cedera kecuali ada kontra indikasi
 Observasi tanda-tanda iskemik ekstremitas tiba-tiba misalnnya
penurunan suhu, peningkatan nyeri.
 Lakukan kompres es pada daerah sekitar fraktur pada saat
terjadi bengkak.

23
b. Kolaborasi
 Pemeriksaan laboratirum lengkap
 Pemberian cairan infus sesuai indikasi
 Pemeriksaan radiology
 Perekaman elektro kardiogram
 Pemberian obat-obatan sesuai indikasi

5) Penurunan curah jantung berhubungan dengan :


a. Peningkatan afterload, iskemis miocard
b. Gangguan kontraktilitas miocard.
c. Perubahan struktur organ
Tujuan : sirkulasi miocard dalam batas normal
Kriteria hasil :
 Nadi perifer teraba dan kuat
 Herar rate 60 – 100 / menit
 Suara jantung normal
 Hasil elektro kardiogram dalam batas normal
 Tidak ada deviasi trachea
 Vena jugularis tidak terjadi peningkatan
 Kulit normal : hangat dan kuning
 Tingkat kesadaran membaik (cm)
 JVP 5-10 cmh20
Intervensi :
a. Mandiri
 Observasi tanda-tanda vital
 Beri posisi yang nyaman
 Auskultasi nadi avikal, kaji frekuensi, irama jantung
 Palpasi nadi perifer
 Kaji adanya pucat atau akral dingin
 Kaji pengisian kapiler

24
 Observasi intake dan output
b. Kolaborasi
 Pemberian O2
 Pemberian infus sesuai indikasi
 Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
 Rekam EKG pemeriksaan laboratorium darah

6) Nyeri berhubungan dengan :


a. Iskemik jaringan
b. Sumbatan arteri koronaria
c. Menurunnya aliran darah miocard
d. Konsumsi oksigen meningkat
Tujuan : pemenuhan kebutuhan O2 pada miocard terpenuhi
Kriteria hasil :
 Menurunnya derajat nyeri baik daripada respon verbal maupun
pengukuran skala nyeri.
 Hilangnya indikator fisiologi nyeri : takhikardia (-), takipnoe (-),
diaporesis (-), tekanan darah normal
 Hilangnya tanda-tanda non verbal karena nyeri : tidak meringis,
tidak menangis, mampu menunjukkan posisi yang nyaman
 Mampu melakukan pemerintah yang tepat.
Intervensi :
a. Mandiri
 Kaji karakteristik nyeri dengan PQRST
 Bantu melakukan teknik relaksasi
 Batasi aktivitas
b. Kolaborasi
 Pemberian O2
 Perekaman EKG
 Pemberian therapi sesuai indikasi

25
 IVFD sesuai indikasi

7) Volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan


 Pengeluaran yang berlebih
 Pemasukan cairan yang kurang
 Perdarahan eksternal maupun internal
 Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
Tujuan : kebutuhan cairan dalam tubuh seimbang

Kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital stabil dan sesuai dengan perkembangan dan
usia.
 Urine output 1 ml/kgBB/jam
 Nadi perifer teraba besar dan kuat
 Tingkat kesadaran membaik
 Warna kulit normal, hangat dan kering (tidak lembab)
 Nilai hematokrit 30 %/dl. Hemoglobin 12-14 gr/dl atau lebih
Intervensi :
a. Mandiri
 Kaji tanda-tanda vital tiap 1 jam
 Monitor intake dan output cairan
 Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (haus, akral dingin,
kelelahan, nadi cepat)
 Kaji perubahan turgor kulitr, membran mukosa dan cafilary
refill
 Anjurkan pasien untuk banyak minum 2000-2500 cc per
hari
 Siapkan alat tekanan vena sentral / CVP bila diperlukan
 Monitor CVP
b. Kolaborasi
 Lakukan pemasangan infus line sebesar 2 jalur

26
 Berikan cairan sesuai order (RL)
 Bila terjadi perdarahan hebat berikan cairan koloid dan
darah.
 Pemasangan CVP bila diperlukan

8) Gangguan perfusi cerebri berhubungan dengan :


a. Penyempitan pembuluh darah serebral
b. Peningkatan tekanan vaskuler
Tujuan : gangguan perfusi cerebri dapat diatasi

Kriteria hasil :
 GCS 14-15
 Tanda-tanda vital dalam batas normal sesuai dengan
perkembangan usia.
 Pupil : ukuran (N), bereaksi terhadap cahaya.
 Tanda-tanda gejala tekanan intra cranial (TIK) meningkat tidak
ada, tidak didapatkan gejala :nyeri kepala hebat, muntah
proyektil, lethargi, gelisah, perubahan orientasi atau
penurunankesadaran.
 AGD dalam batas normal : PaO2 80-100 mmHg, Sat O2 > 95
%, PacO2 35-45 mmHg, pH 7,35-7,45
 Kemampuan menggerakkan leher baik sesuai dengan aligment

Intervensi:

Mandiri

 Atur posisi tinggi kepala tempat tidur yang optimal


 Pertahankan PCO2 pada level 25 mmHg atau lebih 17
 Monitor MAP (Mean Arteri Pressure)
 Monitor status pernapasan (misalnya, frekuensi, irama, dan
kedalaman pernapasan, PaO2, PCO2, pH, dan level
bikarbonat)

27
 Monitor parameter pengiriman oksigen jaringan (misalnya,
PaCO2, SaO2 dan level hemoglobin dan curah jantung)

Kolaborasi

 Konsultasikan dengan dokter untuk menentukan parameter


hemodinamik dan pertahankan parameter hemodinamik
sesuai yang telah ditentukan
 Induksi hipertensi dengan peningkatan volume atau agen
vasokontriktsi atau inotropik, sesuai yang diperintahkan
untuk mempertahankan parameter hemodinamik dan
mempertahankan/mengoptimalkan tekanan perfusi serebral
(CPP)
 Berikan dan titrasi obat vasoaktif, sesuai yang
diperintahkan, untuk mempertahankan parameter
hemodinamik
 Pertahankan level glukosa darah dalam batas normal

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pelayanan gawat darurat bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga
medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu
pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepada
pesien. Trend dan issue tentang prespektif asuhan kegawatdaruratan adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan banyak orang tentang praktek /mengenai
keperawatangawat darurat. Trend dan isu keperawatan gawat darurat yaitu mengen
ai CPR/RJP, indikasi RJP, dan alur Basic Life Support.

B. Saran

Sebagai seorang perawat professional yang bekerja di bidang kegawatdaruratan,


sudah semestinya mengetahui dan memahami trend dan
issue dalam keperawatan gawat darurat agar dapat memberikan pelayanan yang
efektif kepada pasien dengan kondisi gawat darurat. Untuk itu
ada baiknya untuk terus menambah dan memperluas pengetahuan mengenai trend
dan issue keperawatan gawat darurat dari berbagai sumber.

29
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/312751334/Trend-Dan-Issue-Keperawatan-Gawat-
Darurat-Dan-Kritis diakses tanggal 7 oktober 2018

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28926/4/Chapter %20II.pdf diakses


tanggal 7 Oktober 2018.

Sale,Mary L.,Marilyn L.L., Jeanette C.H.( ) Introduction to critical care nursing. (3rd
ed.). Philadelphia : W.B.Saunders Company

30

Anda mungkin juga menyukai