Laporan Pendahuluan Tumor Mamae Dextra (TMD)
Laporan Pendahuluan Tumor Mamae Dextra (TMD)
Laporan Pendahuluan Tumor Mamae Dextra (TMD)
DISUSUN OLEH :
NIM. 231133018
LAPORAN PENDAHULUAN
Mahasiswa
NIM. 231133018
2. Etiologi
Faktor penyebab yang berhubungan dengan tumor mammae yaitu:
a. Usia Lanjut
Resiko peningkatan tumor payudara adalah pada saat beranjak dewasa
atau pada saat bertambahnya usia, hal ini sangat mungkin terjadi
pekembangan kanker payudara pada usia yang menginjak 40 tahun
lebih.
b. Jenis kelamin
Perempuan lebih beresiko 100 kali dibanding laki-laki, faktor genetic
(riwayat keluarga terutama ibu dan saudara perempuan yang menderita
tumor/kamker mammae).
c. Usia semakin tua saat menopause
Jika dibandingkan dengan yang belum menupause, resiko tumor
payudara lebih tinggi saat menopause. Biasanya kanker payudara
terjadi 75% kasus setelah menopause di usia lebih dari 50 tahun. Usia
menopause setelah 55 tahun dua kali lebih tinggi terserang kanker
payudara dibandingkan mengalami menopause sebelum usia 45 tahun.
Ini Karena lebih banyak wanita terpapar hormone esterogen dalam
waktu lama yang menjadi peluang kemungkinan mengalami kanker
payudara.
d. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Diduga menjadi faktor resiko yang membuat peningkatan angka
kejadian tumor/kanker peayudara di seluruh dunia (termasuk
Indonesia) adalah penggunaan kontrasepsi oral yaitu kombinasi antara
esterogen dan progesterone. Pengguna kontrasepsi berisiko lebih tinggi
3,36 kali dibanding dengan yang tidak menggunakan pil kontrasepsi.
3. Klasifikasi
Tumor adalah massa jaringan yang tidak normal. Menurut National
Breast Cancer Foundation, terdapat 2 tipe tumor payudara, yaitu:
a. Tumor Jinak Payudara (Benign Breast Tumors)
Tumor jinak payudara adalah pertumbuhan sel yang tidak normal
tetapi tidak menyebar keluar payudara dan tidak mengancam nyawa
manusia. Kadang tumor ini bisa tumbuh menekan organ dan
menyebabkan luka atau masalah lain, maka pada keadaan ini tumor
harus segera diangkat.
b. Tumor Ganas Payudara (Malignant Breast Tumor/Breast Cancer)
Tumor ganas payudara adalah kumpulan sel kanker yang tumbuh
dan dapat menyebar pada berbagai bagian tubuh. Tumor ganas
berbahaya karena menyerang sekitar jaringan payudara. Ketika tumor
dicurigai sebagai tumor ganas, maka dokter akan melakukan biopsi
untuk mendiagnosa tumor.
4. Patofisiologi
Ada beberapa pemicu yang mendukung terjadinya tumor mammae, yaitu
siklus haid yang tidak teratur. Suatu teori menyatakan bahwa selama fase
luteal dari siklus haid, kadar esterogen meningkat dan kadar progesterone
menurun. Pada saat yang sama, secara fisiologis esterogen dan progesteron
meningkat, dan keduanya menurun dua hari sebelum akhir menstruasi.
Umumnya estrogen berfungsi untuk pertumbuhan sistem duktus yang luas,
serta penumpukan lemak pada payudara, perkembangan pada jaringan stroma
dipayudara. Sedangkan untuk fungsi progesteron adalah meningkatkan
perkembangan lobules payudara dari alveoli yang mengarah pada proliferasi,
pembesaran dan sekresi alveoli yang mengarah pada proliferasi, pembesaran
dan sekresi alveolar. Pembesaran jaringan payudara disebabkan oleh
peingkatn kadar esterogen dan defisiensi progesterone disebabkan karena
siklus haid yang benar-benar tidak teratur dengan baik. Hal ini menyebabkan
peningkatan timbunan lemak dan perkembangan jaringan payudara. Ini juga
mengurangi pembentukan lobules dan alveoli. Jika kejadian ini terjadi secara
terus menerus maka dapat menyebabkan terjadinya tumor mammae (Nugroho
& Taufan, 2011).
8. Penatalaksanaan Medis
Penanganan dilakukan berupa pembedahan, kemoterapi, terapi hormone,
terapi radiasi dan yang baru adalah imunoterapi (antibody). Tujuan dari
peawatan ini adalah menghancurkan kanker atau memberikan batasan
perkembang biakan penyakit dan meringankan gejalanya. Ada beberapa jenis
pengobatan antara lain:
a. Pembedahan
1) Biopsi Eksisi
Biopsy Eksisi merupakan pengangkatan semua jaringan yang sakit
hingga ujung jaringan yang masih sehat jika tumor berukuran kurang
lebih 5 cm. prosedur ini membutuhkan sayatan pada kulit. Hal
tersebug akan menimbulkan resiko infeksi atau pendarahan. Tetapi
resiko ini pada dasarnya tidak terlalu tinggi sebab sayatannya sering
kali sangat kecil. Metode ini dilakukan dengan anestesi umum atau
local tergantung leatk benjolan dan terkadang dilakukan jika tumor
bermassa kecil dan belum ada penyebaran tumor.
2) Eksterfasi FAM
Merupakan tindakan pengangkatan tumor dimana tumor tersebut
masih bersifat jinak, tapi jika dibiarkan massa dari tumor akan
bertambah. Tumor ini terleat dibagian bawah kulit dan memiliki
bentuk membrane atau seperti kapsul, dapat digerakkan dan bertekstur
lunak. Terapi pembedahan FAM hanya meninggalkan jaringan parut
dan tidak merubah bentuk payudara.
3) Biopsi insisi
Cara ini membuang beberapa jaringan pada tumor serta sejumlah kecil
jaringan yang sehat, sangat disarankan pada pembedahan tumor yang
memiliki massa lebih besar dari 5 cm. pada penderita kanker payudara
hal ini tergantung dari tahap-tahap penyakit, jenis tumor, usia serta
keadaan umum pasien. Ahli bedah melakukan pembedahan pada
sebagian payudara yang mengandung sel kanker (lumpektomi) atau
keseluruhan payudara (mastektomi). Lumpektomi yaitu pemotongan
kecil serta pengangkatan benjolan pada payudara kira-kira 1;2 cm
jaringan yang sehat. Pemotongan hanya bisa dilakukan jika
benjolannya kecil.
b. Terapi Radiasi
Dilaksanakan dengan pancaran sinar-X yang memerlukan tinggi
intensitas untuk memusnakan sel-sel pada kanker yang selama operasi
tidak diangkat.
c. Terapi Hormon
Terapi hormone untuk memperlambat perkembangan tumor serta bisa
digunakan untuk terapi pada stadium akhir dan atau bersaman setelah
pembedahan.
d. Kemoterapi
Obat-obatan ini dapat dikonsumsi sendiri atau dalam kombinasi. Salah
satunya yaitu capecitabine dari ronce, yaitu obat antikanker oral yang
terbuat dari enzim yang terdapat dalam sel kanker, sehingga hanya
menyerang sel kanker. Obat kemo digunakan pada tahap awal dan akhir
penyakit (tidak bisa dilakukan pembedahan kembali) (UTAMI, 2019).
BAB II
WOC
Pathway
Pathways menurut (Price & Willsone, 2015)
Genetik, gangguan
hormonal estrogen, usia
Reseptor meningkat
Maglina
Terputusnya jaringan
Adanya luka terbuka Perasaan takut
khawatir
Stimulasi saraf nyeri
Resiko Infeksi Ansietas
Sensasi nyeri ke SPP
Hipotalamus
Saraf motorik
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
m. Penurunan aliran
arteri dan atau vena
n. Kurang terpapar
informasi tentang
faktor pemberat
o. Kurang terpapar info
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Pencegahan Infeksi
berhubungan dengan efek selam 3x24 jam, diharapkan tingkat 1. Observasi
prosedur invasif infeksi menurun dengan kriteria hasil : a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Penyebab : 1. Kemerahan menurun sistemik
a. Penyakit kronis 2. Nyeri menurun 2. Terapeutik
b. Efek prosedur invasif a. Batasi jumlah pengunjung
c. Malnutrisi 3. Edukasi
d. Peningkatan paparan a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
organisme pathogen b. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
lingkungan operasi
e. Ketidakadekuat 4. Kolaborasi
pertahanan tubuh a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
primer
f. Ketidakadekuat
pertahan tubuh
sekunder
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan
keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip
dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien
efektif, teknik komunikasi teraupetik serta penjelasan untuk setiap
tindakan yang diberikan kepada klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan,
apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi
masalah pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat akan terus
berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai
benar-benar masalah pasien teratasi (Ernawati, 2019).
Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan evaluasi
keperawatan maka kita menggunakan komponen SOAP yaitu:
a. S : data subyektis.
b. O : data objektif.
c. A : analisis, interpretasi dari data subyektif dan data objektif.
Analsisis merupakan suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi,
atau masalah atau diagnosis yang baru akibat adanya perubahan status
kesehatan klien.
d. P : planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah
dilanjutkan, ditambah atau dimodifikasi. (Ernawati, 2019).
Daftar Pustaka
Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. 2(8).
Goud, K., Dayakar, S., Vijayalaxmi, K., Babu, S., & V, R. P. (2012). Evaluation
of HER-2/neu status in breast cancer specimens using immunohistochemistry
(IHC) & fluorescence in-situ hybridization (FISH) assay. Indian Journal of
Medical Research, 135(3), 312–317. https://www.ijmr.org.in/text.asp?
2012/135/3/312/95605
Handayani, A., Jamal, A., & Septiandri, A. A. (2017). Evaluasi Tiga Jenis
Algoritme Berbasis Pembelajaran Mesin untuk Klasifikasi Jenis Tumor
Payudara. Jurnal Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi, 6(4),
394–403.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI