Laporan Pendahuluan Tumor Mamae Dextra (TMD)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR


MAMMAE DEXTRA
DI RUANG RUBBY RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

DISUSUN OLEH :

Dea Tri Natalia

NIM. 231133018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR MAMMAE


DEXTRA

DI RUANG RUBBY RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA


PONTIANAK

Pontianak, Oktober 2023

Mahasiswa

Dea Tri Natalia

NIM. 231133018

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep Reni Evanora, S.Kep., Ners


NIP. 199112052022031004 NIP. 198511242012122001
BAB 1
KONSEP DASAR
A. KONSEP KEBUTUHAN PENYAKIT TERKAIT GANGGUAN YANG
DIIDENTIFIKASI
1. Definisi
Tumor Mammae merupakan banjolan abnormal akibat
terbentuknya perkembangan sel-sel mammae secara tidak wajar kemudian
berkembang lalu menyerang jaringan limfe serta pembuluh darah. Tumor
mammae bisa berasal dari epitel dan kelenjar, tumor yang berasal dari
epitel sering menyebabkan terjadinya keganasan payudara (Goud et al.,
2012).
Tumor mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembangbiak
dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Kusuma, 2015).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
tumor mammae adalah benjolan yang berada dipayudara yang sering
terjadi ditemukan terutama pada wanita dan berasal dari perenkim, stoma,
areola dan papilla mammae serta dalam menegakan diagnose perlu
dilakukan pemeriksaan patologis, tumor ada yang bersifat jinak dan
adapula yang ganas.

2. Etiologi
Faktor penyebab yang berhubungan dengan tumor mammae yaitu:
a. Usia Lanjut
Resiko peningkatan tumor payudara adalah pada saat beranjak dewasa
atau pada saat bertambahnya usia, hal ini sangat mungkin terjadi
pekembangan kanker payudara pada usia yang menginjak 40 tahun
lebih.
b. Jenis kelamin
Perempuan lebih beresiko 100 kali dibanding laki-laki, faktor genetic
(riwayat keluarga terutama ibu dan saudara perempuan yang menderita
tumor/kamker mammae).
c. Usia semakin tua saat menopause
Jika dibandingkan dengan yang belum menupause, resiko tumor
payudara lebih tinggi saat menopause. Biasanya kanker payudara
terjadi 75% kasus setelah menopause di usia lebih dari 50 tahun. Usia
menopause setelah 55 tahun dua kali lebih tinggi terserang kanker
payudara dibandingkan mengalami menopause sebelum usia 45 tahun.
Ini Karena lebih banyak wanita terpapar hormone esterogen dalam
waktu lama yang menjadi peluang kemungkinan mengalami kanker
payudara.
d. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Diduga menjadi faktor resiko yang membuat peningkatan angka
kejadian tumor/kanker peayudara di seluruh dunia (termasuk
Indonesia) adalah penggunaan kontrasepsi oral yaitu kombinasi antara
esterogen dan progesterone. Pengguna kontrasepsi berisiko lebih tinggi
3,36 kali dibanding dengan yang tidak menggunakan pil kontrasepsi.

3. Klasifikasi
Tumor adalah massa jaringan yang tidak normal. Menurut National
Breast Cancer Foundation, terdapat 2 tipe tumor payudara, yaitu:
a. Tumor Jinak Payudara (Benign Breast Tumors)
Tumor jinak payudara adalah pertumbuhan sel yang tidak normal
tetapi tidak menyebar keluar payudara dan tidak mengancam nyawa
manusia. Kadang tumor ini bisa tumbuh menekan organ dan
menyebabkan luka atau masalah lain, maka pada keadaan ini tumor
harus segera diangkat.
b. Tumor Ganas Payudara (Malignant Breast Tumor/Breast Cancer)
Tumor ganas payudara adalah kumpulan sel kanker yang tumbuh
dan dapat menyebar pada berbagai bagian tubuh. Tumor ganas
berbahaya karena menyerang sekitar jaringan payudara. Ketika tumor
dicurigai sebagai tumor ganas, maka dokter akan melakukan biopsi
untuk mendiagnosa tumor.

4. Patofisiologi
Ada beberapa pemicu yang mendukung terjadinya tumor mammae, yaitu
siklus haid yang tidak teratur. Suatu teori menyatakan bahwa selama fase
luteal dari siklus haid, kadar esterogen meningkat dan kadar progesterone
menurun. Pada saat yang sama, secara fisiologis esterogen dan progesteron
meningkat, dan keduanya menurun dua hari sebelum akhir menstruasi.
Umumnya estrogen berfungsi untuk pertumbuhan sistem duktus yang luas,
serta penumpukan lemak pada payudara, perkembangan pada jaringan stroma
dipayudara. Sedangkan untuk fungsi progesteron adalah meningkatkan
perkembangan lobules payudara dari alveoli yang mengarah pada proliferasi,
pembesaran dan sekresi alveoli yang mengarah pada proliferasi, pembesaran
dan sekresi alveolar. Pembesaran jaringan payudara disebabkan oleh
peingkatn kadar esterogen dan defisiensi progesterone disebabkan karena
siklus haid yang benar-benar tidak teratur dengan baik. Hal ini menyebabkan
peningkatan timbunan lemak dan perkembangan jaringan payudara. Ini juga
mengurangi pembentukan lobules dan alveoli. Jika kejadian ini terjadi secara
terus menerus maka dapat menyebabkan terjadinya tumor mammae (Nugroho
& Taufan, 2011).

5. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Manifestasi klinis pada tumor payudara adalah (Astuti, 2019):
a. Benjolan pada payudara
Biasanya pada payudara benjolan ini tidak menimbulkan rasa sakit.
Benjolan mulai dari kecil kemudian menjadi besar sewaktu, lalu
menempel pada kulit atau biasanya dapat menyebabkan perubahan kulit
pada payudara atau putting payudara.
b. Erosi pada putting payudara atau eksim
Terjadi penarikan ke dalam pada putting payudara atau retraksi dan terjadi
perubahan warna menjadi merah muda pada payudara.
6. Komplikasi
a. Transmisi langsung
Infiltrasi local pada kulit yang menutupi dan bagian bawah otot secara
klinis bisa terdeteksi, hal tersebut mengakibatkan adanya kerutan
(ulserasi).
b. Limfogen
Pembuluh limfatik yang meresap ke dalam kulit menyebabkan tanda
klinis peau d’orange. Kelenjar getah bening aksila adalah lokasi awal
penularan limfogen yang sering terjadi, kurang lebih 40% hingga 50%
wanita mengalami kelenjar getah bening di aksila pada pemeriksaan
pertama penderita kanker payudara.
c. Hematogen
Bagian yang sering terkena metastasis hemogen adalah pulmo ( paru-
paru) dan tulang. Kelenjar adrenal, hati dan otak juga terkadang
terpengaruh. Pleura dia sisi sama dengan terdapatnya kanker menjadi
tempat berkembang., dan menyebabkan efusi. Infiltrasi sumsum tulang
yang ekstensif dapat menyebabkan efusi. Infiltrasi sumsum tulang yang
ekstensif dapat menyebabkan terjadinya anemia sel darah merah leukosit.
Destruksi tulang dapat menyebabkan hiperkalsemia, disertai dengan
komplikasi pada ginjal.
d. Transelomik
Akan terjadi penyebaran jika tumor menyebar ke rongga dalam tubuh,
semisal pada pleura parietalis atau peritoneum.
e. Implantasi tumor
Kontaminasi sel-sel ganas dari tumor ke bagian luka selama operasi di
awal, tidak menyebabkan pertumbuhan berkelanjutan, sel tersebut berada
ditempat bekas luka yang muncul kembali. Meskipun seperti itu,
kekambuhan yang banyak terjadi di area bekas luka disebabkan oleh
pertumbuhan limfatik sebelumnya.

f. Duktus atau saluran payudara


Metode penyebaran ke puting payudara dari lumen duktus penting untuk
penyakit paget (Fattah et al., 2011).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang menggunakan sinar X pada
jaringan yang telah dikompresi pada payudara. Mammografi tepat untuk
pemeriksaan pada wanita dengan usia 35 atau lebih, sebab payudara orang
Indonesia pada umumnya lebih padat maka hasil terbaik didapatkan pada
manusia kurang lebih 40 tahun. Mammografi dihitung sejak hari awal
menstruasi lalku dilakukan pemeriksaan pada hari ke 7-10.
b. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan ultrasonografi (USG) untuk tambahan pemeriksaan pada
mammografi akurasinya meningkat menjadi 7,4% tetapi USG tidak
disarankan untuk modal skrining dikarenakan hasil dari penelitian, USG
gagal membuktikan keefektifannya. Pemeriksaan ini berfungsi untuk:
1) Klarifikasi ada atau tidaknya lesi tidak normal
2) Identifikasi kista yang dalam
3) Pedoman untuk biopsy jarum
c. Pemeriksaan sitologi
Sitologi adalah bagian dari tiga diagnosis pada tumor payudara yang
teraba atau tidak teraba.
d. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini adalah kriteria standar diagnosis yang jelas. Pemeriksaan
ini dilakukan pada specimen biopsy jaringan (biopsy inti, eksisi, insisi,
pototng beku) dan spesimen mastektomi (Harahap, 2015).

8. Penatalaksanaan Medis
Penanganan dilakukan berupa pembedahan, kemoterapi, terapi hormone,
terapi radiasi dan yang baru adalah imunoterapi (antibody). Tujuan dari
peawatan ini adalah menghancurkan kanker atau memberikan batasan
perkembang biakan penyakit dan meringankan gejalanya. Ada beberapa jenis
pengobatan antara lain:
a. Pembedahan
1) Biopsi Eksisi
Biopsy Eksisi merupakan pengangkatan semua jaringan yang sakit
hingga ujung jaringan yang masih sehat jika tumor berukuran kurang
lebih 5 cm. prosedur ini membutuhkan sayatan pada kulit. Hal
tersebug akan menimbulkan resiko infeksi atau pendarahan. Tetapi
resiko ini pada dasarnya tidak terlalu tinggi sebab sayatannya sering
kali sangat kecil. Metode ini dilakukan dengan anestesi umum atau
local tergantung leatk benjolan dan terkadang dilakukan jika tumor
bermassa kecil dan belum ada penyebaran tumor.
2) Eksterfasi FAM
Merupakan tindakan pengangkatan tumor dimana tumor tersebut
masih bersifat jinak, tapi jika dibiarkan massa dari tumor akan
bertambah. Tumor ini terleat dibagian bawah kulit dan memiliki
bentuk membrane atau seperti kapsul, dapat digerakkan dan bertekstur
lunak. Terapi pembedahan FAM hanya meninggalkan jaringan parut
dan tidak merubah bentuk payudara.
3) Biopsi insisi
Cara ini membuang beberapa jaringan pada tumor serta sejumlah kecil
jaringan yang sehat, sangat disarankan pada pembedahan tumor yang
memiliki massa lebih besar dari 5 cm. pada penderita kanker payudara
hal ini tergantung dari tahap-tahap penyakit, jenis tumor, usia serta
keadaan umum pasien. Ahli bedah melakukan pembedahan pada
sebagian payudara yang mengandung sel kanker (lumpektomi) atau
keseluruhan payudara (mastektomi). Lumpektomi yaitu pemotongan
kecil serta pengangkatan benjolan pada payudara kira-kira 1;2 cm
jaringan yang sehat. Pemotongan hanya bisa dilakukan jika
benjolannya kecil.
b. Terapi Radiasi
Dilaksanakan dengan pancaran sinar-X yang memerlukan tinggi
intensitas untuk memusnakan sel-sel pada kanker yang selama operasi
tidak diangkat.
c. Terapi Hormon
Terapi hormone untuk memperlambat perkembangan tumor serta bisa
digunakan untuk terapi pada stadium akhir dan atau bersaman setelah
pembedahan.
d. Kemoterapi
Obat-obatan ini dapat dikonsumsi sendiri atau dalam kombinasi. Salah
satunya yaitu capecitabine dari ronce, yaitu obat antikanker oral yang
terbuat dari enzim yang terdapat dalam sel kanker, sehingga hanya
menyerang sel kanker. Obat kemo digunakan pada tahap awal dan akhir
penyakit (tidak bisa dilakukan pembedahan kembali) (UTAMI, 2019).
BAB II
WOC

Pathway
Pathways menurut (Price & Willsone, 2015)

Genetik, gangguan
hormonal estrogen, usia

Reseptor meningkat

Pertumbuhan sel-sel epitel


payudara yang abnormal

Maglina

Tumor Mammae hospitalisasi Krisis situasi

Pembedahan Stress psikologi

Terputusnya jaringan
Adanya luka terbuka Perasaan takut
khawatir
Stimulasi saraf nyeri
Resiko Infeksi Ansietas
Sensasi nyeri ke SPP

Hipotalamus

Saraf motorik

Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien & keluarga
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan mammae, adanya ulkus, kulit
berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah
mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
d. Keadaan saat ini
Klien pucat, kelemahan, nyeri , sampai adanya gejala gelisah, ansietas, tidak mampu mobilisasi lengan dan bahu dari
tubuh.
e. Riwayat keluarga
Riwayat ca mammae dalam keluarga dan riwayat penyakit-penyakit seperti: kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Keadaan tampak lemah sampai sakit berat Kesadaran : Compos mentis, kooperatif.
2) Tanda-tanda vital Tekanan darah : Tekanan darah menurun, Nadi : Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah,
Suhu : Bisa meningkat atau turun, Pernapasan : Meningkat
3) Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB)
4) Kulit teraba hangat, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat benjolan
5) Kepala Biasanya bentuk dalam batas normal
6) Mata Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, terdapat perdarahan sub conjungtiva,
keadaan pupil, palpebra, reflek cahaya biasanya tidak ada kelainan.
7) Hidung, keadaan/bentuk mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman biasanya tidak ada
kelainan.
8) Telinga, bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan
9) Mulut, bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-pecah atau perdarahan
10) Leher terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah membesar, tidak ada distensi vena jugularis.
11) Thoraks, pergerakan dada, biasanya pernapasan cepat irama tidak teratur.Fremitus yang meninggi, percusi sonor,
suara napas bisa vesikuler atau ronchi, wheezing.
12) Abdomen Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga dibawah normal dan bisa juga
meningkat
13) Genetalia, Laki-laki : testis sudah turun ke dalam skrotum, Perempuan : labia minora tertutup labia mayora
14) Ekstremitas, terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin
15) Anus, keadaan anus, anus (+)
16) Neurologis, Refleksi fisiologis (+) seperti reflek patella, reflek patologi (-) seperti Babinski, tanda kerniq (-) dan
Bruzinski I-II = (-)
g. Pemeriksaan Pola Aktivitas
h. Pemeriksaan Laboratorium
i. Pengobatan / Terapi Medis
(Wijaya & Putri, dalam Muflikhah, 2019).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
c. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invensif
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Tindakan Dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan (Intervensi)
(SDKI PPNI 2017) (SLKI PPNI 2019) (SIKI PPNI 2018)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen Nyeri
Penyebab : selama 3x24 jam, diharapkan masalah 1. Observasi
a. Agen pencedera tingkat nyeri menurun, dengan kriteria a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Agen pencedera 1. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
kimiawi 2. Meringis menurun c. Identifikasi faktor yang memperberat dan
c. Agen pencedera 3. Gelisah menurun memperingan nyeri
fisik 2. Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
c. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Terapi Relaksasi
dengan krisis situasional selama 3x24 jam diharapkan tingkat 1. Observasi
Penyebab : ansietas menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi penurunan tingkat energy,
a. Krisis situasional 1. Verbalisasi kebingungan menurun ketidak mampuan berkonsentrasi, atau gejala
b. Kebutuhan tidak 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi lainnya yang menganggu kemampuan
terpenuhi yang dihadapi menurun kognitif
c. Krisis maturasional 3. Perilaku gelisah menurun b. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
d. Ancaman terhadap 4. Perilaku tegang menurun efektif digunakan
konsep diri c. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
e. Ancaman terhadap 2. Terapeutik
kematian a. Ciptakan lingkungan tenang tanpa gangguan
f. Kekhawatiran dengan pencahayaan dan suh ruang nyaman,
mengalami kegagalan jika memungkinkan
g. Disfungsi sistem 3. Edukasi
keluarga a. Anjurkan mengambil posisi nyaman
h. Hubungan orang tua b. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
anak tidak relaksasi
memuaskan c. Demontrasikan dan latih teknik relaksasi
i. Faktor keturunan (mis. napas dalam)
(temperature mudah
teragitasi sejak lahir)
j. Penyalahgunaan zat
k. Terpapar bahaya
lingkungan (mis.
Toksin, polutan, dll)
l. Kurang terpapar
informasi

m. Penurunan aliran
arteri dan atau vena
n. Kurang terpapar
informasi tentang
faktor pemberat
o. Kurang terpapar info
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Pencegahan Infeksi
berhubungan dengan efek selam 3x24 jam, diharapkan tingkat 1. Observasi
prosedur invasif infeksi menurun dengan kriteria hasil : a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Penyebab : 1. Kemerahan menurun sistemik
a. Penyakit kronis 2. Nyeri menurun 2. Terapeutik
b. Efek prosedur invasif a. Batasi jumlah pengunjung
c. Malnutrisi 3. Edukasi
d. Peningkatan paparan a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
organisme pathogen b. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
lingkungan operasi
e. Ketidakadekuat 4. Kolaborasi
pertahanan tubuh a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
primer
f. Ketidakadekuat
pertahan tubuh
sekunder
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan
keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip
dalam melakukan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien
efektif, teknik komunikasi teraupetik serta penjelasan untuk setiap
tindakan yang diberikan kepada klien.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan,
apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi
masalah pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat akan terus
berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai
benar-benar masalah pasien teratasi (Ernawati, 2019).
Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan evaluasi
keperawatan maka kita menggunakan komponen SOAP yaitu:
a. S : data subyektis.
b. O : data objektif.
c. A : analisis, interpretasi dari data subyektif dan data objektif.
Analsisis merupakan suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi,
atau masalah atau diagnosis yang baru akibat adanya perubahan status
kesehatan klien.
d. P : planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah
dilanjutkan, ditambah atau dimodifikasi. (Ernawati, 2019).
Daftar Pustaka

Astuti, ajeng dwi. (2019). TUMOR MAMMAE DENGAN NYERI AKUT


DIRUANG.

Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. 2(8).

Goud, K., Dayakar, S., Vijayalaxmi, K., Babu, S., & V, R. P. (2012). Evaluation
of HER-2/neu status in breast cancer specimens using immunohistochemistry
(IHC) & fluorescence in-situ hybridization (FISH) assay. Indian Journal of
Medical Research, 135(3), 312–317. https://www.ijmr.org.in/text.asp?
2012/135/3/312/95605

Handayani, A., Jamal, A., & Septiandri, A. A. (2017). Evaluasi Tiga Jenis
Algoritme Berbasis Pembelajaran Mesin untuk Klasifikasi Jenis Tumor
Payudara. Jurnal Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi, 6(4),
394–403.

Harahap, W. A. (2015). Pembedahan Pada Tumor Ganas Payudara. Majalah


Kedokteran Andalas, 38, 57.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai