Makalah Pcos

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

POLYCYSTIC OVARY SYNDROME (PCOS)


MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN
PREMENOPAUSE
DOSEN : BAIQ DIKA FATMASARI, S.ST, M.Keb

Disusun Oleh :
BQ. HUSNI RAHMAWATI

PROGRAM STUDI S1 ILMUU KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah makalah
Polycystic ovary syndrome (PCOS) Mata kuliah asuhan kebidanan pada remaja dan
premenopause yang alhamdulillah selesai tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah kami, Ibu Baiq
1
Dika Fatmasari, S.St, M.Keb yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena
itu, kritik dan saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi lebih baiknya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Mataram, 16 Desember 2022

Bq.Husni Rahmawati

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan..............................................................................................3

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................5

A. Pengertian POLYCYSTIC Ovary Syndrome..........................................................................5

B. Penyebab Polycystic Ovary Syndrome.....................................................................................5

C. Gejala-Gejala Polycystic Ovary Syndrom................................................................................6

D. Polycystic Ovary Syndrome Jangka Panjang...........................................................................7

E. Pencegahan Pengobata Polycystic Ovary Syndrome................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................9

A. Kesimpulan.............................................................................................................................9

B. Saran.......................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) atau disebut juga dengan

Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) adalah salah satu gangguan endokrin yang

dapat mempengaruhi 5%-10% wanita yang disebabkan oleh kelebihan produksi

androgen di ovarium.(1) SOPK merupakan salah satu masalah kesehatan

reproduksi yang sering terjadi pada wanita usia reproduktif (15 – 49 tahun).(2)

Namun, karena masih kurangnya pengetahuan tentang penyakit ini, seringkali

SOPK baru terdiagnosis setelah wanita berusia 20 – 30 tahun.(3)

Terdapat tiga set kriteria untuk diagnosa SOPK, yaitu kriteria National

Institute of Health (NIH) tahun 1990, kriteria Rotterdam 2003, dan kriteria

Androgen Excess Society and PCOS Society (AES-PCOS) tahun 2006. Pada tahun

2012 ditetapkan kriteria Rotterdam 2003 untuk digunakan sebagai diagnosa SOPK.

Diagnosis sindrom ini ditegakkan berdasarkan dua dari tiga kriteria Rotterdam 2003

yaitu oligo-anovulasi atau anovulasi kronik, hiperandrogenisme (klinis atau

biokimia) dan gambaran ovarium polikistik pada pemeriksaan Ultrasonografi

(USG).(2) Sindrom ini memiliki gejala antara lain siklus menstruasi yang

tidak teratur, anovulasi kronik, obesitas dan hiperandrogenisme. Wanita dengan

SOPK menunjukkan keadaan klinis yang jelas seperti tumbuhnya rambut di

wajah dan tubuh seperti pria (hirsutisme), acne/jerawat, obesitas, dan akantosis

nigrikans atau keadaan dimana beberapa area di lipatan kulit menghitam dan tekstur

kulit menjadi lebih kasar.(4)

4
Prevalensi SOPK sangat beragam tergantung pada populasi dan

kriteria diagnosis. Berdasarkan European Society for Human Reproduction

Embryology/American Societ for Reproductive Medicine (ESHR/ASRM) didapatkan

prevalensi SOPK sebesar 15-20%.(2) Jumlah kasus dari tahun 1990 hingga

tahun 2010 telah ditemukan sekitar 116 juta wanita di dunia mengalami SOPK, dan

pada tahun 2016 prevalensi SOPK di dunia sekitar 10 juta wanita.

Angka pasti kejadian SOPK di Indonesia masih belum ada, akan

tetapibeberapa ahli menyatakan bahwa prevalensinya mencapai angka 5% – 10%

pada wanita usia reproduksi. Sebagai gambaran pada Rumah Sakit Dharmais

Jakarta tercatat 30 pasien tiap tahunnya, dan data di Rumah Sakit St. Elisabeth

Medan ada

116 orang wanita usia subur penderita SOPK pada tahun 2008-2012.(1)

Beberapa penelitian lainnya yang juga dilakukan di Indonesia oleh Pangastuti

dkk (2011) di Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan

105 kasus dalam jangka waktu satu tahun, dimana pasien SOPK mengalami gejala

seperti oligo/amenorea (94,2%), hirsutisme (32,4%), dan ditemukan frekuensi

tertinggi pada rentang usia 26-30 tahun, yaitu sebesar 45,7%.(11) Penelitian oleh

Putra (2019) yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya terdapat sekitar 79

orang penderita SOPK dengan frekuensi usia terbanyak antara 25-44 tahun

serta frekuensi diagnosis tertinggi pada gangguan menstruasi dan terdapatnya

ovarium polikistik. (12) Penelitian lainnya yang dilakukan di salah satu praktik

swasta di Kota Lampung oleh Mareta (2018), terdapat 78,8% penderita SOPK dari

316 subjek yang diteliti, dan paling banyak ditemukan pada usia 24-27 tahun.

SOPK merupakan faktor risiko terjadinya infertilitas sebesar 6-12% pada

wanita usia reproduktif di Amerika Serikat, sedangkan di Indonesia SOPK


5
menyebabkan 5-10% wanita usia reproduktif menjadi infertil. Pada tahun 2015,

dari 8.612 wanita rentang usia 28-33 tahun, sebanyak 5,8% diantaranya

mengalami SOPK dan sebanyak 309 wanita penderita SOPK tersebut mengalami

infertilitas. (13) Data tersebut membuktikan bahwa hampir 72% wanita penderita

SOPK mengalami infertilitas. Data lainnya berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Wahyuni (2015) melaporkan bahwa 67 (72.04%) dari 93 orang pasien SOPK

mengalami infertilitas dan Mareta (2018) mendapatkan bahwa orang yang

mengalami SOPK berisiko 8,572 kali lebih besar untuk mengalami infertilitas dari

pada orang yang tidak mengalami.

SOPK sangat mungkin menjadi faktor risiko untuk menderita hipertensi

dan penyakit jantung koroner karena hiperkolesterolemia, diabetes, dislipidemia

serta kanker endometrial.(18) Penelitian oleh Putra (2019) melaporkan bahwa

terdapat sekitar 44,2% dari penderita memiliki penyakit penyerta. (12) Berdasarkan

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, penyakit seperti hipertensi dan

diabetes mellitus menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia. Karena itu

diagnosis yang tepat disertai pemilihan penatalaksanaan yang efektif sangat

penting untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang.(18) Dengan

diagnosis dan pendidikan yang tepat dapat membantu untuk menurunkan faktor

risiko dari SOPK dan dapat membantu remaja maupun wanita untuk menjalani

kehidupan yang bahagia dan lebih sehat..

Mengingat perlunya mendalami faktor risiko terhadap kejadian SOPK

sebagai upaya pencegahan terhadap komplikasi yang akan datang serta mengedukasi

diri tentang perubahan gaya hidup. Berdasarkan uraian tersebut peneliti melakukan

6
penelitian mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi kejadian Sindrom Ovarium

Polikistik (SOPK) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang tahun 2015-

2019.

B. Rumusan Masalah

Sindrom Ovarium Polikistik merupakah salah satu masalah kesehatan yang

dapat mengakibatkan gangguan fungsi reproduksi dan gangguan sistem metabolik.

Oleh karena itu diperlukannya informasi ataupun pengetahuan terkait penyakit ini,

C. Tujuan dan manfaat

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui salah satu gangguan

kesehatan reproduksi sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan Menambah

pengetahuan tentang PCOS

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Polycystic Ovary Syndrome

Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) atau disebut juga dengan Polycystic

Ovarian Syndrome (PCOS) adalah salah satu gangguan endokrin yang dapat

mempengaruhi 5%-10% wanita yang disebabkan oleh kelebihan produksi androgen

di ovarium.(1) SOPK merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi

yang sering terjadi pada wanita usia reproduktif (15 – 49 tahun). Pada Perancangan

buku informasi pedoman tentang PCOS (Cristy, 2020, hal. 32) menyatakan bahwa

berdasarkan Rotterdam, PCOS adalah penyakit yang biasanya terjadi namun juga

cukup rumit untuk dipahami, penderita dari penyakit ini terjadi pada wanita dengan

usia yang aktif bereproduksi. PCOS dapat dikatakan sangat rumit untuk dipahami

karena terdapat cukup banyak perbedaan pendapat yang menyebabkan suatu

perdebatan mengenai pengertian dan patogenesis dari PCOS.

Agar bisa membuat diagnosa PCOS dibutuhkan lebih dari 12 buah folikel

dengan diameter 2 mm sampai dengan 9 mm di dalam sebuah ovarium atau dengan

terdapatnya volume ovarium yang membesar dapat menjadi lebih besar dari ukuran

10 ml. Pada konsensus yang dilakukan oleh American Society for Reproductive

Medicine terdapat beberapa kriteria untuk membuat diagnosa PCOS yang terbagi

menjadi 3 yaitu tidak adanya ovulasi (anovulasi), kelebihan hormon androgen

(hiperandrogen), dan polycystic ovary (ovarium polikistik) yang dapat dilihat pada

saat tes USG (ultrasound). Wanita penderita PCOS sendiri memiliki dua kriteria dari

tiga kriteria tersebut.

8
B. Penyebab Polycystic Ovary Syndrome

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) memiliki beberapa penyebab meskipun

sampai saat ini masih belum ada penyebab yang jelas antara lain (Cristy, 2020, hal.

33) :

1. Hiperandrogen (kelebihan hormon androgen), gejala ini disebabkan

oleh tingginya hormon insulin dikarenakan adanya resistensi insulin.

2. keturunan dari keluarga, jika ibu atau kakak perempuan mengalami

PCOS maka wanita tersebut juga akan memiliki resiko untuk terkena PCOS.

C. Gejala-Gejala Polycystic Ovary Syndrome

Menurut Allahbadia gejala-gejala Polycystic Ovary Syndrome adalah

(Cristy, 2020, hal. 33-35):

1. Menstruasi yang terganggu

Menurut Balen, penderita PCOS sebanyak 50% diantaranya mengalami

keterlambatan menstruasi lebih dari siklus normal yaitu di antara 21 sampai

dengan 35 hari dan 20% diantaranya belum atau tidak mendapatkan

menstruasi pertamanya sampai dengan usia 15 tahun.

2. Kelebihan berat badan (obesitas)

Pada penderita PCOS 50% diantaranya mengalami obesitas yang disebabkan

karena banyaknya jaringan lemak sehingga hormon insulin yang diproduksi

oleh tubuh dapat menjadi semakin tinggi dan meningkatkan terjadinya PCOS.

Dilihat dari BMI dapat dilihat kelebihan berat badan yang melebihi 25 kg/m2

3. Terdapat jerawat

9
Pada penderita PCOS biasanya ditemukan 1 sampai 3 wanita yang mengalami

gejala ini. Keadaan dimana terdapat jerawat yang berlebihan merupakan salah

satu gejala dari PCOS.

4. Hirsutism

Sebanyak 70% wanita yang menderita PCOS memiliki gejala ini. Hirsutism

sendiri memiliki pengertian sebagai keadaan dimana wanita memiliki rambut

yang berlebih dan umumnya hanya tumbuh pada pria dewasa seperti adanya

rambut berlebihan pada bagian perut bagian bawah dan dada seorang wanita.

5. Kerontokan rambut

Kerontokan rambut ini, dialami oleh 10% wanita penderita PCOS. Biasanya

mereka akan mengalami kerontokan rambut secara berlebih.

6. Penggelapan kulit di area leher

Pada gejala ini, biasanya wanita memiliki keadaan dimana kulit di area leher

mengalami penggelapan dan bertekstur. Sebanyak 1-3% wanita yang

menderita PCOS mengalami hal tersebut.

D. Polycystic Ovary Syndrome Jangka Panjang

Dalam jangka panjang Polycystic Ovary Syndrome dapat membuat

terdapatnya komplikasi dan gangguan antara lain (Cristy, 2020)

1. Kanker pada Ovarium

Menurut The Cancer and Steroid Hormone Studi yang dikutip dari Allahbadia

kanker yang terdapat pada ovarium wanita penderita PCOS risikonya meningkat

menjadi dua kali lebih tinggi.

2. Kanker pada Endometrium

10
Faktor-faktor seperti kelebihan berat badan, kelebihan hormon estrogen, dan

infertilitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kanker pada

endometrium dan tiga faktor ini biasanya yang menjadi gejala-gejala pada

wanita yang menderita PCOS. Kanker pada endometrium umumnya terkait dengan

beberapa penyakit lainnya seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan diabetes

mellitus tipe.

Kanker pada Payudara Penderita PCOS yang memiliki jumlah hormon estrogen

yang tinggi hingga berlebihan dapat meningkatkan risiko terkenanya kanker

payudara yang disebabkan oleh tingginya hormon estrogen pada wanita.

3. Kanker pada Kardiovaskular

Berdasarkan The Cancer and Steroid Hormone Studi Allah badia di

tahun 2007 penyakit pada kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) merupakan

penyakit yang sangat rentan akan dialami oleh wanita yang menderita PCOS faktor

penyebabnya adalah kelebihan berat badan, hipertensi, diabetes, usia, kolesterol, dan

merokok.

E. Pencegahan dan Pengobatan Polycystic Ovary Syndrome

Dalam pencegahannya dianjurkan untuk melakukan pengecekan terhadap

keadaan wanita yang mempunyai keturunan PCOS dari ibu atau kakaknya. (Cristy,

2020, hal.35-36)

1. Mengkonsumsi obat Metformin dan Thiazolidinediones yang memiliki fungsi

untuk meningkatkan responsibel hormon insulin yang dikarenakan resistensi

insulin.

2. Melakukan diet yang disebabkan oleh obesitas dengan pola hidup yang lebih

baik dan sehat.


11
3. Mengkonsumsi pil kontrasepsi (pil KB)

4. Mengkonsumsi obat anti androgen agar hormon androgen yang berlebihan

sebelumnya dapat disesuaikan dengan jumlah yang seharusnya.

5. Analog GnR

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Ada pengaruh siklus menstruasi terhadap kejadian Polycystic Ovary Syndrome

(PCOS) pada wanita usia subur.

2. Wanita usia subur dengan gangguan menstruasi lebih berisiko terkena Polycystic

Ovary Syndrome (PCOS)

3. Ada pengaruh Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap kejadian Polycystic Ovary

Syndrome (PCOS) pada wanita usia subur.

4. Wanita usia subur dengan kelebihan berat badan atau obesitas lebih berisiko

terkena Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

B. SARAN

Berdasarkan hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini diantaranya

adalah:

1. Bagi Wanita Usia Subur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan wanita usia subur

mengenai Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya secara berkesinambungan seperti siklus menstruasi dan IMT serta

agar wanita usia subur dengan oligomenorea dan memiliki status gizi kelebihan berat

badan atau obesitas dapat segera memeriksakan diri ke rumah sakit.

2. Bagi Bidan Pelaksana

a. Melakukan konseling informasi dan edukasi (KIE) pada wanita usia subur mengenai

pentingnya mengontrol berat badan untuk mencegah terjadinya PCOS. Wanita usia

13
subur dengan status gizi tidak normal agar memperhatikan asupan nutrisinya

sehingga PCOS dapat dicegah.

b. Meningkatkan promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan wanita usia

subur khususnya tentang PCOS dan faktor–faktor yang mempengaruhinya secara

berkesimbungan melalui penyuluhan, poster, leaflet, atau media lainnya sehingga

wanita usia subur dapat lebih memperhatikan faktor risiko PCOS.

14
DAFTAR PUSTAKA

http;//Scholar.unand.ac.id,

http;//poltekejogja.ac.id,

jurnal ilmiah kesehatan sandi husada

Tools is in Module 1 of the Strengthening Midwifery Toolkit ( Module 1 ; Strengthening

Midwifery A Background Paper) WHO;2011

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai