Penerapan Model Inkuiri Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar
Penerapan Model Inkuiri Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar
Penerapan Model Inkuiri Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar
Abstract
This research is a study of literature or literature (Library research) which aims to find out
that the Inquiry Learning Model can improve student learning outcomes in learning
mathematics in elementary schools. In this study, the researcher first formulates a research
problem and then proceeds to explore existing and relevant research for analysis. The data
collection technique used the literature study method, with a total of approximately 15
articles. The data collection method in this study used the documentation method, namely
searching for and digging up data from the literature relating to the issues discussed. Several
studies have shown that the Project-Based Learning Model can improve student learning
outcomes in mathematics in elementary schools. The inquiry learning model can improve
math problem solving skills in elementary schools. The novelty of this study is the finding of
links between one article and another that discusses the same topic.
Matematika sebagai bidang studi yang diajarkan di dalam pendidikan formal yang
menjadi bagian penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Pelajaran matematika
memerlukan pemusatan pemikiran untuk mengingat dan mengenal merupakan ide abstrak yang
dengannya kita dapat mengelompokkan objek-objek ke dalam contoh atau bukan contoh
(Mendrofa, 2018; Zagoto, 2022; Zagoto & Dakhi, 2018). Akibat dari sifat matematika yang
abstrak, tidak sedikit siswa yang masih menganggap matematika itu sulit.
Dari hasil survey Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018
indonesia masih ditempatkan pada peringkat rendah, pada pelajaran matematika ada diperingkat
72 dari 78 negara. Proses pembelajaran yang terjadi biasanya diarahkan untuk menghafal materi
dan jarang siswa diikutsertakan dalam berpikir, artinya proses pembelajaran hanya didominasi
oleh guru (Yanda, Jumroh & Octaria, 2019). tes pemahaman konsep matematika yang
dilakukan di enam kelas secara paralel memperoleh nilai rata-rata 32,28. Merujuk pada hasil
informasi di atas dapat diartikan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih tergolong
rendah.
Rendahnya pemahaman konsep matematika disebabkan oleh faktor siswa siswa kurang
memahami konsep yang telah dipelajari sehingga konsep yang dipelajari tidak bertahan lama,
siswa kurang mampu memahami makna soal latihan terlebih dahulu dalam mengerjakaan soal,
sehingga pembelajaran bahwa soal tersebut sulit untuk dikerjakan, siswa selalu tidak
mengetahui manfaat dalam mempelajari matematika dalam berbagai bidang dan tidak
mengetahui bagaimana peran matematika dalam kehidupan, dan siswa belum mampu
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara optimal dalam mata pelajaran matematika di
sekolah.
Menurut Pranata (2016 : 37) pemahaman konsep adalah proses, perbuatan, cara
memahami ide-ide materi pembelajaran, dimana peserta didik tidak sekadar mengenal dan
mengetahui, tetapi mampu mengungkapkan kembali konsep yang lebih mudah dipahami serta
mampu menerapkannya. Menurut NCTM (Kesumawati, 2010), untuk mencapai pemahaman
yang bermakna maka pembelajaran matematika harus diarahkan pada pengembangan
kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide matematik
saling terkait satu sama lain sehingga memperoleh pemahaman menyeluruh, dan menggunakan
matematik dalam konteks di luar matematika. Berdasarkan uraian tersebut pemahaman konsep
merupakan suatu proses yang penting bagi setiap peserta didik untuk memahami dan
mengaplikasikan materi yang dipelajari.
Proses pembelajaran yang terjadi biasanya di sekolah yaitu peserta didik diarahkan untuk
menghapal dan mengingat informasi dan jarang diikutsertakan dalam berpikir, artinya proses
pembelajaran hanya dimainkan oleh guru (Rini, 2016): 21). Hal tersebut dapat mengakibatkan
kurangnya pemahaman konsep. Berdasarkan uraian tersebut pemahaman konsep merupakan
suatu proses yang penting bagi setiap peserta didik untuk memahami dan mengaplikasikan
materi yang dipelajari.
Pemahaman konsep merupakan dasar dan tahapan penting dalam rangkaian pembelajaran
matematika (Abidin, 2022; Tresnawati, 2019). Penekanan utama pembelajaran matematika
adalah bagaimana agar peserta didik memahami konsep-konsep matematika dengan lebih baik.
Agar peserta didik mampu memahami konsep matematika, maka pembelajaran matematika
harus mampu memberikan pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Digunakan guru untuk membantu memahami konsep matematika, yaitu dengan siswa
dibutuhkan suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman konsep dasar
materi yang dipelajari sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik (Zagoto, Yarni
& dakhi, 2019). Model pembelajaran yang dapat membantu agar dapat memahami konsep
matematika adalah model pembelajaran inkuiri siswa. Model pembelajaran inkuiri juga lebih
menekankan pada aktivitas siswa, siswa mencari dan menemukan jawaban sendiri sehingga
mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa (Gulo & Waruwu, 2022; Lase &
Ndruru, 2022).
Salah satu cara untuk membantu siswa memahami konsep-konsep matematika sekaligus
membangkitkan motivasinya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri. Menurut
Sanjaya (Djuanda dan Maulana, 2015 : 46) model pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Israwani
(2015: 57) Model pembelajaran inkuiri melatih siswa untuk berpikir secara kritis dan analisis,
sehinga mampu memahami suatu konsep atau materi dengan baik dan rinci namun tetap
menyimpan sikap saling menghargai pendapat.
Adapun tahapan dalam model pembelajaran inkuiri (Majid, 2013), yaitu: 1) Orientasi,
tahap ini adalah dimana siswa diajak untuk berpikir dan memecahkan masalah, 2) Merumuskan
masalah, tahap ini adalah tahap dimana siswa mencari dan memecahkan sendiri jawabannya, 3)
Merumuskan hipotesis, tahap ini adalah siswa menyampaikan penemuan atas permasalahan
yang diberikan, 4) Mengumpulkan data, tahap dimana siswa mengumpulkan informasi yang
didapat dari temuannya, 5) Menguji hipotesis, tahap ini adalah dimana siswa menguji hasil
temuannya, dan 6) Merumuskan kesimpulan, dimana siswa Menyimpulkan informasi yang
didapat. Melalui tahapan model pembelajaran inkuiri dapat diciptakan suatu pembelajaran yang
memungkinkan siswa mendapat kebebasan dalam mengajukan ide-ide, pertanyaan-pertanyaan
dan masalah-masalah sehingga belajar matematika lebih efektif dan bermakna.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode study literature atau analisis isi. Fokus kajian adalah
temuan-temuan dari berbagai penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal bereputasi baik
nasional maupun internasional. Data dikumpulkan dari hasil study literature artikel. Seluruh
artikel diambil dari jurnal yang berhubungan dengan juduk artikel terkait. Total terdapat kurang
lebih 15 artikel yang dianalisis. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang
merupakan rangkaian penelitian berkaitan dengan metode pengumpulan data kepustakaan, atau
penelitian yang objek penelitiannya digali melalui berbagai informasi bibliografi (buku,
ensiklopedi, jurnal ilmiah, surat kabar, majalah, dan dokumen). Penelitian dengan studi
kepustakaan atau penelitian studi kepustakaan adalah penelitian yang penyusunannya sama
dengan penelitian lainnya, namun sumber dan cara pengumpulan datanya adalah dengan cara
mengambil data dari perpustakaan, membaca, mencatat, dan mengolah bahan penelitian,
dimana literatur ini penelitian penelitian tidak harus mendatangi langsung kesempatan untuk
bertemu dengan responden.
Pada tahap organize ini, terlebih dahulu mereview terhadap semua sumber data yang
sudah ditemukan agar sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian melakukan
pengelompokan sumber data tersebut berdasarkan kategori buku dan jurnal. Hasil analisis
dalam buku yang memberikan hubungan antara model pembelajaran inkuiri dengan
pemahaman konsep matematika. Hasil analisis tersebut dideskripsikan sebagai berikut:
Inkuiri adalah seni dan sains tentang mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
menghendaki pengamatan dan pengukuran, pengajuan hipotesis dan penafsiran,
pembangunan dan pengujian model melalui eksperimen, refleksi, dan pengakuan atas
kekuatan-kekuatan dan kelemahan- kelemahan dari metode penyelidikan yang digunakan.
Selama inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa
mengajukan pertanyaanpertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended,
memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan
jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak
pertanyaan lain.
Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis
pada tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa
yang ditemukan dalam proses inkuiri. Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk memiliki pengalaman belajar
dalam menemukan konsep-konsep materi berdasarkan masalah yang diajukan (Mauk,
Komisia & Tukan, 2022).
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan”. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya
jawab antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi
heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskuein, yang berarti saya menemukan.
Pembelajaran inkuiri adalah sebuah model pembelajaran dan tertuju pada sejumlah acuan
untuk melaksanakan pembelajaran serta memiliki perbedaan.
Abidin (2022). Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan dengan siswa yang
belajar menggunakan tutor sebaya terhadap self efficacy dan penguasaan konsep matematika
siswa dengan nilai sig. 0,000 < 0,05. terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran
terhadap self efficacy siswa dengan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan terdapat pengaruh yang
signifikan strategi pembelajaran terhadap penguasaan konsep matematika siswa dengan nilai
Sig. 0,000 < 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 artikel yang terbit dari tahun 2015-2020
tentang model PBL dan pemecahan masalah didapatkan 14 artikel yang sesuai dengan variable-
variabel yang diteliti. 14 artikel tersebut peneliti display datanya pada Tabel 1 berikut:
Matematika melalui
Pendekatan PBL Siswa Kelas II
SD
Pada saat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, tahapan yang harus
diperhatikan adalah mengorientasikan siswa pada masalah karena tahapan ini menentukan
keberhasilan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Setyosari & Sumarmi, 2017).
Masalah yang dihadapi adalah masalah yang sesuai dengan kehidupan nyata siswa. Guru harus
mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mengarahkan pembelajaran sesuai
dengan prinsip pembelajaran berbasis masalah (Wulandari, 2012). Salah satu ciri siswa sekolah
dasar adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Jika siswa dihadapkan pada suatu masalah, maka akan
membuat siswa tertarik untuk memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan temuan peneliti dan beberapa peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa m
odel Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa sekolah dasar karena model PBL merupakan model pembelajaran yang merangsang
partisipasi aktif dan kreatif siswa dalam menghadapi masalah. masalah kontekstual yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan seperti:
kurangnya guru yang mampu mengelola kelas dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (PBL), tidak semua anak aktif dalam pembelajaran sehingga diperlukan usaha
ekstra untuk membuat siswa berpartisipasi aktif di kelas. , penerapan model Problem Based
Learning (PBL) membutuhkan waktu yang lama dalam pembelajaran karena siswa
mengeksplorasi sendiri konsep-konsep baru dengan menggunakan pengetahuannya sendiri.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian beberapa literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa PBL dapat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kemampuan literasi matematis siswa.
Sedangkan kelebihan PBL adalah 1) siswa dapat memahami isi pelajaran dengan mudah, 2)
menemukan pengetahuan baru bagi siswa karena guru memberikan pemecahan masalah yang
menantang kemampuan siswa, 3) siswa aktif dalam belajar, 4) membantu siswa untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata, 5) membantu siswa mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggung jawab dalam kelompok, 6) mampu melakukan evaluasi diri, 7) lebih
menyenangkan dan disukai siswa, 8) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan nyata.
Hulu, Putrawan, Amin Otoni Harefa, and Ratna Natalia Mendrofa. "Studi Model Pembelajaran
Inkuiri terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa." Educativo: Jurnal
Pendidikan 2.1 (2023): 152-159.
Maryati, Iyam, and Vera Monica. "Pembelajaran Berbasis Masalah dan Inkuiri dalam
Kemampuan Representasi Matematis." Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 10.2
(2021): 333-344.
Arifuddin, Ahmad, Dwi Anita Alfiani, and Sri Hidayati. "Pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas iv madrasah
ibtidaiyah." Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI 5.2 (2018): 261-274.
Yanda, Ketren Ocmita, Jumroh Jumroh, and Dina Octaria. "Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Ditinjau Dari Motivasi Belajar
Siswa." Indiktika: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika 2.1 (2019): 58-67.
Tjiptiany, Endang Novita, Abdur Rahman As’ari, and Makbul Muksar. "Pengembangan modul
pembelajaran matematika dengan pendekatan inkuiri untuk membantu siswa SMA kelas
X dalam memahami materi peluang." Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan 1, no. 10 (2016): 1938-1942.
Romiyansah, Romiyansah, Karim Karim, and Siti Mawaddah. "Analisis kemampuan koneksi
matematis siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing." EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika 8, no. 1
(2020).
Maryam, Maryam, Kusmiyati Kusmiyati, I. Wayan Merta, and I. Putu Artayasa. "Pengaruh
model pembelajaran inkuiri terhadap keterampilan berpikir kritis siswa." Jurnal Pijar
Mipa 15, no. 3 (2020): 206-213.
Hapsari, Luciana Zita Retno, and Firosalia Kristin. "Meta Analisis Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Sd." Jurnal
Inovasi Penelitian 2, no. 2 (2021): 651-660.
Sundari, F. S., & Indrayani, E. (2019). Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan hasil belajar matematika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Guru
Sekolah Dasar (JPPGuseda), 2(2), 72-75.
Remme, Beatric Videlia. "Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas X SMA Katolik Disamakan Makale." Jurnal Keguruan dan
Ilmu Pendidikan 3.2 (2014): 583-588.
Idrisah, I., 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa.
Pratiwi, Diah Eka, and Mawardi Mawardi. "Penerapan Model Pembelajaran Inquiry dan
Discovery Learning Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran
Matematika Di Sekolah Dasar." Jurnal Basicedu 4, no. 2 (2020): 288-294.
Sutarti, N. S. E., & Wibawa, I. C. (2018). Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan
media konkret untuk meningkatkan hasil belajar muatan pelajaran matematika. Journal of
Education Action Research, 2(4), 295-305.