Kutipan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Kutipan

Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya mewariskan nilai-nilai, yang akan menjadi
pedoman dan arah dalam menjalankan praktik kehidupan sehari-hari, pendidikan digunakan
sebagai pembeda antara generasi masa lalu, sekarang, dan masa depan, lebih maju atau lebih
merosot kualitasnya. Sehingga dapat dikatakan maju mundurnya serta baik buruknya suatu
peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh proses pendidikan yang diterapkan dalam suatu
bangsa (Tim Dosen STAI Gajah Putih, 2018). Pendidikan dilakukan oleh sekelompok orang
untuk menemukan jati diri, mengubah sikap, potensi diri, dan untuk kelangsungan hidup sosial.
Salah satu pendidikan yang dapat membentuk karakter dan menambah pengetahuan siswa adalah
pendidikan formal yakni sekolah. Di lingkungan sekolah, guru merupakan panutan bagi setiap
siswa.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik
profesional yang mempunyai tugas pokok mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui
pendidikan dasar dan menengah formal. Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa peran
guru sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, baik
secara intelektual maupun moral. Di Indonesia, profesi menjadi guru sangat banyak, khususnya
profesi guru yang mengajar pembelajaran matematika. Matematika adalah cara untuk
menemukan jawaban atas masalah yang dihadapi manusia, cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan menghitung,
dan yang paling penting berpikir untuk diri kita sendiri dalam melihat dan menggunakan
hubungan, Hasratuddin (2014). Matematika sebagai ratu ilmu atau mother of science, artinya
matematika merupakan sumber ilmu pengetahuan lainnya. Ada begitu banyak ilmu pengetahuan,
pengembangannya penemuan bergantung dan pada matematika (Andriani, 2008).
Pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam
meningkatkan kemampuan intelektual siswa (Mariamah,2012). Dengan belajar matematika, maka
siswa dapat berpikir kritis dan terampil berhitung serta memiliki kemampuan mengaplikasikan
konsep dasar matematika pada pelajaran lain maupun pada matematika itu sendiri dan dalam
kehidupan sehari-hari.
Objek yang ada dalam matematika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak
jarang guru maupun siswa mengalami beberapa kendala dalam proses pembelajaran. Pentingnya
penguasaan matematika dapat dilihat pada Hukum RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 37 menegaskan bahwa matematika merupakan salah satu mata
pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada hakekatnya
pelajaran matematika mencakup tiga aspek, yaitu aspek produk, proses, dan sikap. Aspek produk
meliputi konsep dan prinsip yang ada di dalam pelajaran matematika. Aspek proses meliputi
metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan aspek sikap adalah
sikap keilmuan yang merupakan berbagai keyakinan, opini, dan nilai-nilai yang harus
dipertahankan orang yang mempelajarinya.
Pembelajaran dilakukan guru matematika selama ini yang adalah pembelajaran dengan
urutan sebagai berikut: (1) menjelaskan objek matematika, (2) memberi contoh objek matematika
yang baru dijelaskannya, (3) meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang serupa dengan
contoh, dan (4) memberi latihan soal. Latihan soal yang diberikan biasanya cukup bervariasi.
Diawali dari soal yang mirip dengan contoh sampai dengan aplikasi objek matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika seperti itu, cenderung membuat siswa merasa bosan, tidak
tertarik, kurang kreatif, kemampuannya kurang berkembang, dan yang paling menyedihkan
prestasi belajar matematika sampai saat ini belum memuaskan. Padahal siswa-siswa tersebut
bukanlah siswa yang lemah, tetapi mereka selama ini sibuk menghafal objek-objek matematika
yang disampaikan oleh gurunya. Objek tersebut dapat berupa fakta, konsep, prinsip maupun
operasi. Karena terlalu banyak yang harus mereka hafalkan, akibatnya para siswa tidak dapat
berfikir kritis dan kurang siap dalam menghadapi masalah.
Maka model pembelajaran sangat menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman
peserta didik terhadap materi atau konsep yang disampaikan oleh guru. bersemangat Peserta didik
akan dalam belajar, bila menenumakan hal-hal yang berkaitan dengan matematika dalam dunia
nyata peserta didik dan membangkitkan kemampuan peserta didik dalam menemukan sesuatu
yang baru. Contoh: pada materi lingkaran, guru mengajak peserta didik mengamati sekelilingnya
yang berada di sekolah maupun di luar sekolah yang berbentuk lingkaran yaitu bola. Pada bola
tersebut terkandung unsur-unsur matematika berupa diameter, jari-jari, busur, luas, dan keliling
lingkaran. Sehingga akan sangat memungkinkan dengan suatu materi yang dipelajari dari dunia
nyata, dapat membangkitkan kreativitas dan hasil belajar matematika peserta didik sebab materi
tersebut terkait langsung dengan dunia nyata yang ada di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah. Disamping itu penelitian yang dilakukan Pradana, dkk (2012) dalam jurnal yang berjudul
“Pengaruh Model Problem Based Instruction (PBI) Berbantuan Funny Worksheet Terhadap Hasil
Belajar dan Kreativitas“. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) ternyata terjadi peningkatan terhadap kreativitas dan hasil belajar peserta
didik. Sehingga dengan model pembelajaran yang tepat dan menarik membuat suasana belajar
mengajar menjadi nyaman sehingga memungkinkan setiap peserta didik bisa memahami materi
dan konsep tersebut dengan benar.
Model pembelajaran yang bisa diterapkan diantaranya adalah model pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) pada mata pelajaran matematika. Menurut Darmana (dalam
Indrawati, 2018) model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)atau model pembelajaran
berdasarkan masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis,
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pembelajaran. Model Problem Based Istruction (PBI) dikembangkan
terutama untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, dan keterampilan intelektual. Proses belajar Problem Based Instruction (PBI) dibentuk
dari ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada di dunia nyata. Hal tersebut digunakan
sebagai pendorong bagi peserta didik untuk belajar mengintegrasikan dan mengorganisasi
informasi yang didapat, sehingga nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapi. Dengan demikian, pengajaran berdasarkan
masalah merupakan pendekatan yang efektif dalam membantu peserta didik untuk memproses
informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia sosial.
Dalam perolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, peserta
didik belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan, menginvestigasi
masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi
mengenai pemecahan masalah, dan bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan
masalah. Jika model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) terus diterapkan, akan
mampu mengubah suasana belajar yang kaku menjadi aktif dan menyenangkan karena peserta
didik akan mengembangkan kreativitas secara positif untuk aktif dalam proses pembelajaran serta
peserta didik didorong tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari
itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) diharapkan terjadi kreativitas dan hasil belajar matematika.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka penulis berkeinginan
untuk melakukan sebuah penelitian agar kreativitas dan hasil belajar matematika peserta didik
meningkat. Penelitian ini akan menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI). Model pembelajaran ini diharapkan membangkitkan kreativitas pada peserta didik dan
peserta didik dapat memahami konsep matematika sehingga akan memberikan dampak yang baik
pada hasil belajar matematika. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Kreativitas dan Hasil
Belajar Matematika Pesera Didik Kelas VIII SMP N 1 Kuta Utara”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) terdapat pengaruh model pembelajaran
PBI terhadap kreativitas peserta didik kelas VIII SMP N 1 Kuta Utara tahun pelajaran 2018/2019,
(2) terdapat pengaruh model pembelajaran PBI terhadap hasil belajar matematika peserta didik
kelas VIII SMP N 1 Kuta Utara tahun pelajaran 2018/2019, (3) terdapat pengaruh model
pembelajaran PBI secara simultan antara kreativitas dan hasil belajar matematika peserta didik
kelas VIII SMP N 1 Kuta Utara tahun pelajaran 2018/2019.

Alpian, Y., Anggraeni, S. W., Wiharti, U., & Soleha, N. M. (2019). Pentingnya pendidikan bagi
manusia. Jurnal buana pengabdian, 1(1), 66-72.
Afsari, S., Safitri, I., Harahap, S. K., & Munthe, L. S. (2021). Systematic Literature Review: Efektivitas
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Pada Pembelajaran Matematika. Indonesian Journal of
Intellectual Publication, 1(3), 189-197.

Anda mungkin juga menyukai