Kel 1 Ibadah Dan Ritual Keagamaan
Kel 1 Ibadah Dan Ritual Keagamaan
Kel 1 Ibadah Dan Ritual Keagamaan
Disusun Oleh:
Sem. III / S1 PAI
Kelas B
Mas Indi Lafia Mayuri (12201037)
Syifa Aulia Sholeha (12201069)
Nurshinta (12201111)
Puja dan puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehataan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Ibadah dan Ritual Keagamaan” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami sadar bahwa kami masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
menyusun makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu, kami sangat senang jika para pembaca memberi saran dan kritik terhadap
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendiri-Nya). Ulama akhlak
mengartikan ibadah dengan mengerjakan segala tha’at badaniyah dan
menyelenggaran segala syariat (hukum). Ulama tasawuf berpendapat bahwa
ibadah ialah Seorang mukallaf mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan ke
-inginan nafsunya untuk membesarkan Tuhannya. Ulama fikih mengatakan
bahwa ibadah ialah segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah
dan meng-harap pahala-Nya di akhirat (Kallang, 2018: 4).
Ibadah juga merupakan suatu ritual, karena ritual berarti kegiatan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan aturan tertentu yang berupa
ajaran dan lambang suatu agama. Hal ini selaras dengan segala ibadah pasti
memiliki tata cara serta aturan tertentu (Husna & Arif, 2021: 146).
Ritual juga dapat disebut ritus, yang berarti aturan-aturan pelaksanaan yang
menggambarkan bagaimana seseorang seharusnya berperilaku karena telah
dihadirkan di depan obyek yang sakral atau disucikan. Dalam konteks yang lebih
dalam lagi, bahwa ritus dalam Islam diartikan sebagai perwujudan dari ajaran
Islam (Ulya, 2013: 197).
Menurut Hakim (Kastolani, 2016: 129) apabila kegiatan ritual dalam Islam
dilihat dari tingkatannya, maka dapat terdapat tiga tingkatan, yaitu:
A. Ritual Islam yang primer, adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat
Islam, seperti sholat.
B. Ritual Islam yang sekunder, adalah ibadah shalat sunnah, misalnya:
bacaan dalam ruku’ dan sujud, shalat tahajud dan shalat dhuha.
C. Ritual Islam yang tersier, adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak
sampai pada derajat sunnah.
Dalam surah al-Kautsar ayat 2 telah diperintahkan oleh Allah kepada
manusia untuk melaksanakan sholat dan berkurban, ialah sebagai berikut:
4
Terdapat Hadis Nabi Saw. Berkaitan dengan shalat berjamaah dalam kitab
Shahih Bukhari Nomor 662 (Ilyas, 2021: 252):
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, telah
menceritakan kepada kami Zuhair dari Humaid dari Anas bin Malik dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Luruskanlah shaf-shaf kalian,
sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku." Dan setiap
orang dari kami merapatkan bahunya kepada bahu temannya, dan kakinya pada
kaki temannya" (HR. Bukhari).
Jadi dari berbagai pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa ibadah
mencakup seluruh bentuk penyembahan kepada Allah, baik secara lahir seperti
zakat, haji, dan umroh, maupun secara batin seperti zikir. Sedangkan ritual ialah
kegiatan yang dilakukan seseorang dengan tata cara tertentu guna mengingat
bahwa dirinya sebagai makhluk ciptaan.
B. Tujuan Ibadah
Tujuan ibadah dalam Islam ialah wujud rasa syukur atas apa yang telah
Allah berikan kepada makhluknya. Selain itu, ada lima tujuam ibadah menurut
Haneef dan Nasution (Kastolani, 2016: 133) yaitu;
1. Untuk memperkuat keyakinan dan pengabdian kepada Allah.
2. Untuk menguatkan karakter, mendisiplinkan diri dan peranannya sebagai
wakil dan hamba yang dipercaya Allah di bumi.
3. Untuk memperkuat tali persaudaraan dan kasih sayang diantara sesama
muslim.
4. Untuk Latihan spiritual dan moral.
5
C. Komponen Ibadah
Dalam ibadah terdapat dua komponen penting yaitu pemahaman dan
penjiwaan. Komponen tersebut dapat dilihat dari dua macam ibadah, yaitu
ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah berarti hubungan antara
hamba dengan Tuhannya, dengan tata cara yang telah ditentukan. Ibadah
mhahdhah ini seperti shalat, thaharah, dan zakat. Sedangkan ibadah ghairu
mhahdah hubungan dengan kehidupan sosial seseorang (mu’amalah), sehingga
hati yang ikhlas dan ridha menjadi tolak ukur dalam ibadah ghairu mhahdah
(Kastolani, 2016: 129).
1. Kewajiban atau rukun syari’at seperti: şalat, puasa, zakat dan haji.
2. Berhubungan dengan bentuk ibadah-ibadah sunnah, seperti: żikir dan
membaca al-Qur’an.
3. Semua bentuk hubungan social yang baik serta peme-nuhan hak-hak
manusia, seperti: berbuat baik kepada orangtua, menjalin silaturrahmi,
menyantuni anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil.
4. Akhlak insaniyah (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara,
menjalankan amanah dan menepati janji.
5. Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti men-cintai Allah dan
rasul-Nya, takut kepada Allah, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya.
6
Kelima bagian tersebut dapat dikelompokkan secara lebih rinci yaitu ibadah
umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai cakupan yang sangat luas,
yaitu meliputi sepgala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan
diizinkan oleh Allah. Sedangkan ibadah khusus ditentukan oleh syara’ yang
sudah ditetapkan Allah tentang bentuk dan caranya (Kastolani, 2016: 129).
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah dan ritual keagamaan tidak pernah dapat dihilangkan. Karena ibadah
ritual merupakan perwujudan dari agama seseorang. Ibadah juga dapat disebut
sebagai perendahan diri terhadap sang pencipta. Ibadah tidak hanya hubungan
manusia dengan Tuhannya, namun juga hubungan antara manusia dengan
manusia itu sendiri. Maka dari itu ibadah memiliki komponen dan ruang lingkup
serta tata cara masing-masing.
Hakikat ibadah ialah agar manusia di muka bumi ini untuk senantiasa
mengingat akan dirinya hanyalah seorang makhluk yang diciptakan. Jika
direnungkan hakikat perintah beribadah itu berupa peringatan agar-agar kita
menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.
B. Saran
Uraian di atas sebagaimana telah memberikan sedikit pemahaman dan
pengetahuan kepada kita semua meskipun tidak sempurna karena memang
penulisan ini tidak terlepas dari kekurangan. Karena inilah penulis sangat
berterima kasih apabila diberi kritik dan saran untuk membuat makalah ini jauh
lebih baik lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA