Hasil Anggi Benar
Hasil Anggi Benar
Hasil Anggi Benar
Skripsi ini Telah Kami Setujui Untuk Diajukan Pada Seminar Skripsi Program
Tim Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
ii
ABSTRAK
Universitas Mandala Waluya
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Program Studi S1 Keperawatan
Skripsi, September 2023
ANGGI INTAN LESTARI (NIM:P202102006)
“HUBUNGAN STRES, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II PADA LANSIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE”
PEMBIMBING I : Azlimin,SKM.,MM.,M.Kes
PEMBIMBING II : Sitti Masriwati,S.Kep.,Ns.,M.Kes
(xi+ 102 Halaman + 12 Tabel + 2 Gambar + 9 Lampiran)
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis risiko komplikasi seperti hipertensi
dan ulkus diabetik. Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan utama yang
dialami lansia di wilayah kerja Puskesmas Wawotobi dan menempat urutan
pertama dengan prevalensi diabetes mellitus tipe 2 terbanyak di Kab. Konawe.
Penelitian ini bertujuan untuk megetahui hubungan stres, pola makan dan aktivitas
fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe II pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Wawotobi Kabupaten Konawe.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik. Rancangan penelitian
menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan
usia 60-70 tahun yang menderita Diabetes Melitus Tipe II di wilayah puskesmas
wawotobi Kabupaten Konawe. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 262 orang.
Pembagian jumlah sampel setiap wilayah dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik non probability sampling dengan pendekatan Purposive sampling. Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 72 responden. Penelitian ini menggunakan
Uji statistik Chi-Square dengan tingkat signifikan (α = 0,05) untuk
menghubungkan variabel bebas dengan variabel terikat.
Hasil penelitian menemukan 43,1% responden memiliki kadar gula darah
normal 56,9% terdiagnosa diabetes melitus tipe 2. 31,9% normal, 22,2% stress
ringan, 1,4% stress sedang, 11,1% stress berat dan 33,3% stress sangat berat.
40,3% memiliki pola makan yang baik 59,7% memiliki pola makan yang kurang
baik. 31,9% memiliki aktivitas fisik berat, 30,6% memiliki aktivitas fisik sedang
dan sebanyak 37,5% memiliki aktivitas fisik berat. Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi-square diperoleh X2 hitung ≥ X2tabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima artinya ada hubungan antara stress, pola makan dan aktivitas fisik dengan
kejadian diabetes melitus tipe II.
Kesimpulan penelitian terdapat hubungan antara stress, pola makan dan aktivitas
fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe II. Saran penelitian perlu adanya
edukasi kepada keluarga penderita DM untuk menjaga kondisi yang dapat
memicu kenaikan kadar gula darah .
iii
ABSTRACT
Mandala Waluya University
Faculty of Health Sciences
Bachelor of Nursing Study Program
Undergraduate Thesis, September 2023
ANGGI INTAN LESTARI (NIM:P202102006)
"The RELATIONSHIP OF STRESS, DIET AND PHYSICAL ACTIVITY
WITH THE INCIDENT OF TYPE II DIABETES MELLITUS IN THE
ELDERLY IN THE WORKING AREA OF THE WAWOTOBI HEALTH
CENTER, KONAWE DISTRICT"
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat di harapkan oleh
penulis.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
pikiran yang telah diberikan dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam
Selanjutnya, tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada :
v
5. Dekan Fakultas ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Mandala Waluya.
8. Seluruh Dosen dan Staff Universitas Mandala Waluya yang telah banyak
9. Kedua Orang Tuaku yang tercinta serta saudaraku yang penuh perhatian dan
memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya hasil ini.
Demikian hasil ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama
Kendari.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL.............................................................ii
ABSTRAK.......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH...................x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................6
E. Kebaruan Penelitian..............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis Variabel Dependen (variabel bebas)........................16
B. Tinjauan Teoritis Variabel Independen (Variabel Terikat)..................25
C. Kajian Empiris......................................................................................36
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Bagan Kerangka Konsep......................................................................42
B. Variabel Penelitian................................................................................43
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...........................................44
D. Hipotesis Penelitian..............................................................................46
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian..................................................................47
B. Lokasi dan Waktun Penelitian..............................................................47
C. Populasi dan Sampel.............................................................................48
D. Instrumen Penelitian.............................................................................51
E. Pengumpulan Data................................................................................51
vii
F. Pengolahan dan Analisa Data...............................................................52
G. Etika Penelitian.....................................................................................54
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................................56
B. Hasil Penelitian.....................................................................................57
C. Pembahasan..........................................................................................64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................................74
B. Saran.....................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tipe II......................................................................................................73
Tabel 10. Hubungan Stres dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II pada
Tabel 11. Hubungan Pola Makan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II pada
Tabel 12. Hubungan Aktivitas Fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II
Konawe.................................................................................................77
ix
DAFTAR GAMBAR
10
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes Melitus
H0 : Hipotesis Nol
Ha : Hipotesis Alternatif
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang-Kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target
tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes
adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika
insulin dari keduanya didalam tubuh manusia. Penderita Diabetes Melitus tipe
2 memiliki risiko dapat terkena penyakit jantung dan pemilih darah 2– 4 kali
ulkus kaki deabetik dan penyakit ginjal diabetik (Decroli, 2019). Terjadi
peningkatan risiko diabetes tipe II pada 541 juta orang dewasa (Maglino &
10 juta kasus diabetes yang diderita oleh penduduk dewasa dari total populasi
1
Republik Indonesia menyebutkan prevalensi penderita diabetes penduduk di
atas 15 tahun adalah 1,5-2,3 persen dimana prevalensi daerah perkotaan lebih
Mellitus tertinggi di dunia yaitu : Cina 116,4 juta jiwa, India 77 juta jiwa dan
Amerika Serikat 31 juta jiwa, ketiga negara ini menempati urutan 3 teratas
pada tahun 2019. Jumlah terbesar orang dengan Diabetes Mellitus diperkirakan
berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat, terhitung sekitar setengah kasus
Melitus tipe-2 dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor
riwayat keluarga, pola makan tidak sehat, umur, obesitas serta tingkat
mengatakan bahwa penyakit Diabetes Melitus berada pada urutan ke-5 dari 10
2
penyakit yang mengalami peningkatan di Sulawesi Tenggara setelah ispa
Berdasarkan data tiga tahun terakhir yaitu tahun 2020, penderita Diabetes
pertama dengan jumlah 37,260 kasus dan urutan ke-2 adalah Kota Kendari
Kabupaten Konawe sebanyak 1.337 dimana jenis kelamin laki- laki berjumlah
673 dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 664 dan penderitayang
mengalami Diabetes Melitus tipe 2 dari tahun 2020 sebanyak 113 orang dan
padatahun 2021 sebanyak 149 orang, terdapat kenaikan pada tahun 2022
Peningkatan kadar gula darah (Diabetes Melitus Tipe II) yaitu penyakit
manusia. Selain itu, diabetes melitus tipe 2 juga dapat menyebakan terjadinya
komplikasi ulkus kaki deabetik dan penyakit ginjal diabetik (Decroli, 2019).
Stres dapat meningkatkan kadar gula darah, semakin tinggi tingkat stres
3
maka semakin tinggi kadar gula darah (Luthfiani Dkk., 2020). Penyandang
jangka panjang, biaya pengobatan, dan lamanya durasi sakit. Tekanan dari
(Nash, 2014). Diabetes dan stres merupakan dua hal yang saling
2015). Saat stres datang, tubuh meningkatkan produksi adrenalin dan kortisol.
Tingkat adrenalin dan kortisol yang sangat tinggi memusuhi fungsi insulin dan
Pola makan yang buruk, meliputi waktu makan yang tidak tepat serta
jumlah konsumsi makanan yang tidak teratur akan mempengaruhi kadar gula
darah dalam tubuh, aktivitas fisik juga merupakan faktor yang berisiko
sebelumnya juga mendapatkan hasil yang serupa yaitu, aktivitas fisik yang
kurang dan pola makan yang berlebihan akan mengakibatkan kadar gula darah
(Widiyoga, 2020).
4
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Wawotobi yang
penderita Diabetes Melitus tipe II, didapatkan data bahwa dari 10 orang
sementara 3 orang memiliki pola makan kurang baik ditinjau dari waktu
makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi yang dapat memicu kenaikan
peneliti sangat tertarik mangambil judul “Hubungan Stres, Pola Makan dan
B. Rumusan Masalah
merumuskan masalah :
2. Apakah ada hubungan Pola makan dengan kejadian diabetes melitus tipe II?
3. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe
II?
5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe II
2. Tujuan Khusus
Konawe
Kabupaten Konawe.
Kabupaten Konawe
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
pola makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian diabetes melitus tipe II
pada lansia
2. Manfaat Praktis
6
Dapat menambah wawasan keilmuan bagi program studi
makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian diabetes melitus tipe II pada
lansia dipuskesmas
b. Bagi Puskesmas
Diabetes Melitus.
makan dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe II pada
lansia di Puskesmas.
d. Bagi Responden
mengenai hubungan stres, pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
7
E. Kebaruan Penelitian
yang cukup jelas, sebaga i batasan agar tidak terjadi kesamaan dengan penelitian
ini. perbedaan tersebut untuk menjamin keaslian penelitian yaitu sebagai berikut:
No Nama,
Judul Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun
1. Miftahul Hubungan Didapatkan 1. Variabel 1. Variabel
Arzaq, Tingkat lebih dari dependent
independen
M. Nizar Stres Dan separuh 2. Metode
Syarif Pola Tidur responden penelitian 2. Tekhnik
Hamidi, Dengan yang pengambil
Lira Mufti Kadar mengalami an sampel
Azzahri Gula stres 3. Respondent
Isnaeni, Darah sebanyak 37 4. Lokasi penelitian
2022 Penderita orang
Diabetes (59,7%),
Melitus lebih dari
Tipe Ii Di separuh
Wilayah responden
Kerja Uptd yang
Blud mengalami
Puskesmas gangguan
Airtiris pola tidur
sebanyak 32
orang
(51,6%),
sebagian
besar
responden
yang
memiliki
kadar gula
darah tinggi
sebanyak 35
8
orang
(56,5%).
Simpulan:set
elah
dilakukan
uji chi-
square
didapatkan
nilai p value
0,000 (<
0,05) artinya
terdapat
hubungan
yang
bermakna
antara
tingkat stres
dan pola
tidur dengan
kadar gula
darah pada
penderita
diabetes
melitus di
Wilayah
Kerja UPT
BLUD
Puskesmas
Airtiris.
2. Dwi Hubungan Hasil penelitian 1. Respondent 1. Metode penelitian
Suprapti, Pola Makan, didapatkan ada 2. Lokasi penelitian
2018 Kondisi hubungan antara
Psikologis, kondisi
Dan Aktivitas psikologis, jenis
Fisik Dengan kelamin, suku
Diabetes dan pendidikan
Mellitus Pada dengan status
Lansia Di DM. Pola
Puskesmas makan menjadi
Kumai variabel yang
9
dominan dengan
kejadian DM
pada lansia (p-
value 0.006, OR
2.950). Artinya
lansia yang
memiliki pola
makan sering
>3x/hari
memiliki
peluang
sebanyak 3 kali
lebih tinggi
untuk terkena
DM
dibandingkan
yang memiliki
pola makan
jarang <3x/hari.
3. Santi Faktor - Hasil Subjek 1. Lokasi penelitian
Oktavia, faktor Sosial penelitian penelitian 2. Variabel
Endang Demografi menggunakan yaitu indepeden dan
Budiarti, yang uji fisher penderita Dependen
Ferizal Berhubunga didapatkan p- Diabetes 3. Tekhnik
Masra n dengan value 0,000 Melitus Tipe pengambilan
ewi Kejadian yang artinya 2 sampel
Rahayu, Diabetes ada hubungan
Bamban Melitus Tipe antara usia
g Setiaji 2 dengan
kejadian
Diabetes
Melitus tipe 2,
p-value 0,000
ada hubungan
antara jenis
kelamin
dengan
Diabetes
Melitus tipe 2,
p-value 0,008
10
ada hubungan
antara
variable
Pendidikan
dengan
kejadian
Diabetes
Melitus tipe 2,
p-value 0,000
ada hubungan
antara
variable
Pekerjaan
dengan
kejadian
Diabetes
Melitus tipe 2.
p-value 0,000
yang artinya
ada hubungan
antara
variable
Pekerjaan
dengan
kejadian
Diabetes
Melitus tipe 2,
p-value 0,024
yang artinya
ada hubungan
antara
variable
Aktifitas fisik
dengan
kejadian
Diabetes
Melitus tipe 2
p-value 0,021
< 0,005yang
artinya ada
11
hubungan
antara
variable Pola
Makan
dengan
kejadian
Diabetes
Melitus tipe 2
4. I Dewa Hubungan Hasil 1. Variabel 1. Lokasi penelitian
Ayu Eka Pola Makan penelitan independe
Candra Dan Aktivitas menunjukka n
Astutisar Fisik Dengan n sebagian
i, Kadar Gula besar
A.A.Ay Darah Pada responden
uliati Pasien memiliki
Darmini, Diabetes pola makan
Ida Ayu Melitus Tipe sering
Putri 2 Di (56%),
Wulanda Puskesmas aktivitas
ri Manggis I fisik ringan
(97,2%) dan
kadar gula
darah tinggi
(73,4%).
Terdapat
hubungan
korelasi
yang positif
dengan
nilai pvalue
untuk pola
makan
sebesar
0,038 dan
aktivitas
fisik sebesar
0,009 yang
menunjukka
n adanya
hubungan
12
yang
signifikan.
5. Mutia Hubungan Hasil Responden Teknik Pengambilan
Aulia, Tingkat stres Analisa data pemelitian Sampel
Ismonah, dengan Self menggunaka yaitu penderita
Prita Management n uji Diabetes
Adisty pada Penderita spearman Melitus Tipe 2
Handayani Diabetes rank
Melitus Tipe 2 didapatkan
nilai p value
0,014 yang
berarti
terdapat
hubungan
antara
tingkat stres
dengan self
management
pada
penderita
Diabetes
Mellitus
dengan
koefisien
korelasi r=-
0,417 yang
artinya
hubungan
antara
tingkat stres
dengan self
management
berada pada
kategori
sedang
dengan arah
hubungan
negative
yang artinya
semakin
13
tinggi
tingkat stres
maka akan
semakin
rendah self
management
pada
penderita
DM tipe II.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Diabetse Melitus secara umum terdiri dari Diabetes Melitus tipe
penyakit metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah pada
yaitu faktor risiko yang sifatnya bisa diubah dan faktor risiko yang tak dapat
diubah.
1) Gaya Hidup
(Abdurrahman, 2014).
2) Obesitas
3) stres
16
serta marah merupakan bentuk emosi dari dalam diri individu. Hal
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥
1) Usia
terjadi pada lansia cenderung Diabetes Melitus tipe II. Usia adalah
faktor yang tidak bisa diubah, oleh sebab itu sebaiknya individu yang
pengaturan diet, latihan fisik, pengecekan kadar gula darah agar gula
17
darah dalam tubuh tetap dalam batas normal.
Resiko terbesar bagi anak terserang diabetes jika salah satu atau
3) Jenis Kelamin
18
defisiensi insulin, tidak dapat mempertahanka n kadar glukosa puasa dengan
normal. Tanda dan gejala yang sangat dirasakan adalah kepala sakit, mata
Tanda dan gejala lain Diabetes Melitus antara lain yaitu cepat haus
dan mengantuk secara terus menerus. Karena glukosa hilang bersama urin
Rasa cepat lapar yang semakin besar (polifagia) sebagai akibat kehilangan
disfungsi pada tubuh. Pada Diabetes Melitus tipe II sama sekali tidak
Menurut Edwina Dkk. (2015), pada Diabetes Melitus yang tidak dapat
19
mikrovaskular. Komplikasi kronis yang dapat terjadi akibat diabetes yang
b. Hipertensi
serang jantung dan stroke, menjadi dua kali lipat apabila penderita
c. Infeksi
racun, yang masuk dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila terdapat, nefropati
20
diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
e. Penyakit Paru
Gula Darah.
Lanjut usia adalah tahap terakhir dari siklus hid up manusia, yang
kesehatannya (WHO,2018).
Dkk, 2017).
b. Batasan Usia
tahapan yaitu :
21
b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
menjadi usia lanjut 60-69 tahun dan usia lanjut dengan risiko tinggi 70
perubahan yang dapat terjadi pada lansia perubahan fisik, mental, dan
psikososial.
1) Perubahan Fisik
a) Sistem Integumen
b) Sistem Indra
Sistem Pendengaran:
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
22
Sistem Penglihatan:
c) Sistem Muskuloskeletal
otot.
d) Sistem Kardiovaskuler
jaringan ikat.
e) Sistem Respirasi
berkurang
f) Sistem Gastrointestinal
23
pengecap menurun, sekresi asam lambung dan pepsin berkurang
g) Sistem Genetourinari
2) Perubahan Mental
a) Perubahan fisik
b) Tingkat pendidikan
c) Keturunan (hereditas)
d) Lingkungan
jangkan pendek
f) Kesehatan Umum
1. Stres
a. Defenisi Stres
Kurniawan, 2020).
24
Stres dapat meningkatkan kadar gula darah, semakin tinggi tingkat
stres maka semakin tinggi kadar gula darah (Luthfiani Dkk, 2020).
Tekanan dari luar seperti pengaruh Diabetes Melitus pada keluarga, dan
lingkungan (Nash, 2014). Diabetes dan stres merupakan dua hal yang
(Nasriati, 2015).
b. Dampak Stres
1) Eustres
2) Distres
bersifat negatif atau tidak sehat, dan destruktif atau merusak. Hal
25
tersebut juga merupakan stres patologis, yaitu bila dalam usaha
lagi, maka mungkin memiliki berbagai macam efek pada tubuh, yang
3) Respon Imun
2020), menjelaskan bahwa terdapat beberapa gejala dari stres antara lain
sebagai berikut:
26
1) Merasa gelisah
lama.
4) Sulit berkonsentrasi.
rumah.
dibanding sebelum-sebelumnya.
10) sering merasa kehilangan perspektif atau merasa masa depan suram
d. Pengelolaan Stres
27
besar pula stres yang dapat ditimbulkan sebagai akibatnya. Sebaliknya,
semakin santai dan relax stresor itu dihadapi, semakin banyak alternatif
(Kurniawan, 2020).
28
lama. Hal tersebut kemungkinan berhubungan dengan adaptasi
Melitus Tipe 2)
melaksankan diet dan minum obat tepat waktu akan tetapi kadar glukosa
2) Strategi Koping
29
positif dan disukai serta berpikir positif tentang penyakitnya
dengan skor 19-25, Stres Berat : Jika jawaban responden dengan skor 26-
33, Stres Sangat berat : Jika jawabaan responden dengan skor >33.
2. Pola Makan
a. Defenisi
Pola makan ialah suatu usaha untuk mengatur jumlah dan jenis
b. Jumlah Makanan
30
makanan sehat perlu dikonsumsi terdiri dari:
3) pembatasi konsumsi lemak jenuh dan lemak trans seperti susu full
4) Protein dikonsumsi sekitar 1-1,2 g/kg BB per hari. Jenis protein yaitu
ikan, udang, cumi, ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, tahu, tempe
dan kacang-kacangan.
c. Jenis Makanan
setiap hari diantaranya makanan pokok, lauk hewani dan nabati, sayuran
1) Makanan pokok seperti beras, oat, bubur dan roti gandum, singkong,
31
jalat dan jagung dengan jumlah yang terbatas
2) Makanan pokok perlu dijauhi seperti semua macam tepung, talas, nasi
3) Gula dapat di konsumsi seperti gula aren, gula kelapa, gula stevia dan
madu asli
4) Gula perlu dijauhi seperti gula pasir, gula tongkol jagung digunakan
manisan buah
d. Frekuensi Makan
atau sarapan, makan siang, makan malam dan cemilan. Makan sehat
e. Jadwal Makan
32
berikut :
f. Alat Ukur
3. Aktivitas Fisik
a. Defenisi
tubuh yang dapat membakar kalori dan gerakan yang dilakukan semua
33
gerakan tubuh seperti menyapu, naik turun tangga, berkebun dan
berikut :
keringat sedikit, denyut nadi dan frekuensi napas lebih cepat. Energi
34
dapat dilakukan dan berdasarkan fungsinya:
jogging.
sebagai berikut:
aktivitas fisik setiap 30 menit per hari dan 3 kali dalam seminggu.
f. Alat Ukur
35
aktifitas saat bekerja, olahraga dan waktu senggang (Melati Indah
Mustika, 2018).
C. Kajian Empiris
(2022) Hubungan Tingkat Strees dan Pola Makan dengan kadar gula darah
Penderita Diabetes Melitus Tipe II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat stres dan pola tidur dengan kadar gula darah penderita
Puskesmas Kampar tahun 2020 yang sebanyak 75 orang dengan jumlah sampel
simple random sampling. Hasil: didapatkan lebih dari separuh responden yang
besar responden yang memiliki kadar gula darah tinggi sebanyak 35 orang
didapatkan nilai p value 0,000 (< 0,05) artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat stres dan pola tidur dengan kadar gula darah pada
peningkatan kadar gula darah seperti stres dan gangguan pola tidur agar dapat
36
Dwi Suprapti (2019) Hubungan pola makan, kondisi psikologis dan
aktivitas fisik dengan Diabetes Melitus pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk
fisik dengan Diabetes Melitus pada lansia terhadap risiko kejadian Diabetes
sebesar (53,3%), pola makan sering >3x/hari (54%), stres (54,5%), aktivitas
fisik ringan (61,2%), umur lanjut (52,1%), jenis kelamin perempuan (67,3%),
suku Jawa (71,5%) dan pendidikan rendah (73%). Hasil penelitian didapatkan
ada hubungan antara kondisi psikologis, jenis kelamin, suku dan pendidikan
dengan status Diabetes Melitus. Pola makan menjadi variabel yang dominan
Artinya lansia yang memiliki pola makan sering >3x/hari memiliki peluang
sebanyak 3 kali lebih tinggi untuk terkena Diabetes Melitus dibandingkan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan, serta berobat rutin bagi lansia yang sudah
37
Melitus.
kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Tujuan penelitian Untuk mengetahui factor–
didapatkan p-value 0,000 yang artinya ada hubungan antara usia dengan
kejadian Diabetes Melitus tipe 2, p-value 0,000 ada hubungan antara jenis
kelamin dengan Diabetes Melitus tipe 2, p-value 0,008 ada hubungan antara
ada hubungan antara variable Pekerjaan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe
2. p-value 0,000 yang artinya ada hubungan antara variable Pekerjaan dengan
kejadian Diabetes Melitus tipe 2, p-value 0,024 yang artinya ada hubungan
antara variable Aktifitas fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2 p-value
0,021 < 0,005yang artinya ada hubungan antara variable Pola Makan dengan
I Dewa Ayu Eka Candra Astutisari, A.A.Ayuliati Darmini, Ida Ayu Putri
Wulandari (2022) Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik dengan Kadar
38
Gula Darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kadar
data dilakukan dengan kuesioner FFQ, kuesioner PAL, rekam medis serta data
sering (56%), aktivitas fisik ringan (97,2%) dan kadar gula darah tinggi
(73,4%). Terdapat hubungan korelasi yang positif dengan nilai pvalue untuk
pola makan sebesar 0,038 dan aktivitas fisik sebesar 0,009 yang menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan. Kesimpulan : Makin baik pola makan dan
makin teratur aktivitas fisik maka kadar gula darah pasien akan dapat
Stres dengan Self Management pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan self
39
(58,8%) responden, dan tingkat self management dalam kategori cukup sebesar
didapatkan nilai p value 0,014 yang berarti terdapat hubungan antara tingkat
koefisien korelasi r=-0,417 yang artinya hubungan antara tingkat stres dengan
self management berada pada kategori sedang dengan arah hubungan negative
yang artinya semakin tinggi tingkat stres maka akan semakin rendah self
management pada penderita Diabetes Melitus tipe II. Hasil penelitian ini
baik.
40
BAB III
KERANGKA KONSEP
Diabetes Melitus tipe II merupakan tipe diabetes yang sering terjadi dan
umunya gula menjadi penyebab dari diabetes, tapi stres bisa manjadi pemicu
mengkonsumsi gula tetapi kita dapat mengurangi konsumsi gula dan hindari
kebiasaan makan mkanaann yang baik dapat memenuhi gizi yang optimal.
Pengendalian glukosa darah yang baik merupakan salah satu faktor penting dan
telah terbukti menurunkan risiko komplikasi pada pasien penderita diabtes
melitus.
lebih besar daripada energi pada saat istirahat. Latihan/ exercise yaitu
umumnya sehingga perlu upaya yang signifikan untuk mentoleransi gaya hidup
seseorang
Stres
Aktivitas Fisik
Keterangan :
42
C. Variabel Penelitian
2017). Variabel independen pada penelitian ini yaitu stres, pola makan dan
aktivitas fisik.
1. Diabetes Melitus
kenaikan kadar gula darah pada tubuh, karena terganggunya hormon insulin
Kriteria Objektif
43
2. Stres
Yang dimakud dengan stres yaitu Respon tubuh yang dialami oleh pasien
Diabetes Mellitus tipe II pada lansia akibat penyakit yang diderita. Dalam
Kriteria Objektif
3. Pola Makan
Yang dimaksud dengan pola makan yaitu salah satu cara atau usaha
dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan seperti jenis bahan makanan
yang dikonsumsi oleh pasien Diabetes Melitus. Alat ukur yang digunakan
Kriteria Objektif
4. Aktivitas Fisik
44
ukur menggunakan Kuesioner aktifitas Fisik yang terdiri dari 16 pertanyaan
Kriteria Objektif
E. Hipotesis Penelitian
bahwa:
1. Stres
H0 : Tidak ada hubungan stres dengan kejadian diabetes melitus tipe II.
Ha: Ada hubungan stres dengan kejadian diabetes melitus tipe II.
2. Pola Makan
H0 : Tidak ada hubungan pola makan stres dengan kejadian diabetes melitus
tipe II
Ha: Ada hubungan pola makan dengan kejadian diabetes melitus tipe II
3. Aktivitas Fisik
Ha: Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe II
45
BAB IV
METODE PENELITIAN
Populasi/Sampel
1. Lokasi Penelitian
Kabupaten Konawe
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan usia 60 tahun keatas
2. Sampel
N
n= 2
1+ N (d )
Keterangan :
n = Besarnya sampel
N = Jumlah populasi
sehingga,
262
n= 2
1+262(0 ,1 )
262
n=
1+262(0 , 01)
262
n=
1+2 , 62
262
n=
3 , 62
47
Pembagian jumlah sampel setiap wilayah dalam penelitian ini dilakukan
dengan kritria inklusi yang telah di tetapkan oleh peneliti. Besar atau jumlah
¿
Ni = N x n
Keterangan:
sampel untuk kelompok kasus pada setiap kelurahan adalah sebagai berikut:
48
7. Bose-bose 13
13 x72= 4
262
8. Inolobu 18
18 x72= 5
262
9. Puusinauwi 16
16 x72= 4
262
10. Nohu-nohu 29
29 x72= 6
262
11. Kasupute 27
27 x72= 7
262
12. Kasu mewuho 21
21 x72= 4
262
13. Inalahi 27
27 x72= 7
262
Total 262 72
a. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
(Kurniawati dan Isna, 2019). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :
2) Kritera Ekslusi
49
yaitu:
D. Instrumen Penelitian
peneliti. Untuk mengetahui hubungan stres, pola makan dan aktivitas fisik
dengan peningkatan kadar gula darah pada lansia penderita Diabetes Melitus
tipe II.
1. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
50
yang telah ditetapkan, kemudian memberikan penjelasan pada calon
1. Pengolahan Data
a. Editing
b. Koding
c. Tabulasi Data
penelitian.
51
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
X
N= K
Y
Keterangan :
K :Konstanta 100%
b. Analisa Bivariat
52
2
(fo −fh)
X 2 =∑
(fh)
Keterangan :
X2 : Chi – Kuadrat
berikut:
b. Apabila X2 hitung < X2tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak
3. Penyajian data
Setelah diolah, data disajikan dalam bentuk tabel, diagram narasi untuk
Kabupaten Konawe
G. Etika Penelitian
dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada
asisten peneliti yang telah diberikan penjelasan tujuan dan metode penelitian
53
persetujuan dari instansi terkait barulah peneliti melakukan penelitian dengan
lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti tidak
dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(penelitian).
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Geografis
2022).
2. Keadaan Demografis
a) Pertumbuhan Penduduk
yang terdiri dari berbagai macam suku yakni suku asli tolaki 80% dan
20% merupakan suku pendatang seperti bugis, selayar, makassar. Mata
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Umur
berikut:
Umur n %
60 Tahun 24 33,3
61-70 Tahun 31 43,1
71-75 Tahun 17 23,6
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer Tahun 2023
b. Jenis Kelamin
tabel berikut :
Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 27 37,5
Perempuan 45 62,5
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer Tahun 2023
56
Berdasarkan tabel diketahui dari total 72 responden, sebanyak 27
c. Pendidikan Terahir
Pendidikan n %
SMP 23 31,9
SMA 32 44,4
Sarjana 17 23,6
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer Tahun 2023
2. Analisis Univariat
berikut:
57
Berdasarkan tabel diketahui darit total 72 responden, sebanyak 31
b. Stres
Stres n %
Normal 23 31,9
Ringan 16 22,2
Sedang 1 1,4
Berat 8 11,1
Sangat Berat 24 33,3
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer Tahun 2023
58
c. Pola Makan
Pola Makan n %
Baik 29 40,3
Kurang 43 59,7
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer Tahun 2023
d. Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik n %
Rendah 23 31,9
Sedang 22 30,6
Berat 27 37,5
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer Tahun 2023
fisik berat.
59
3. Analisis Bivariat
kategori stres sedang terdapat 1ansia (1,4%) memiliki kadar gula normal
dan tidak ditemukan lansia dengan DM tipe 2. Pada kategori stres berat
tidak ditemukan lansia dengan gula darah normal dan 8 lansia (11,1%)
60
terdiagnosa DM tipe 2. Pada kategori stres sangat berat sebanyak 6 lansia
X2 hitung > X2tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya artinya ada
Konawe
61
dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2 hitung > X2tabel maka
Konawe
62
2 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai
X2 hitung > X2tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan
C. Pembahasan
Stres adalah suatu bentuk tekanan fisik dan psikologis yang muncul
cara tubuh memberikan tanggapan atas ancaman, tekanan, dan tuntutan yang
muncul. Stres terdiri dari tiga tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat.
Gejala stres ringan yaitu seperti mudah gelisah, mudah marah, kesal dan
kesulitan dalam beristirahat, gejala pada stres tingkat sedang yaitu pada hal
dengan gejala stres tingkat sedang namun gejala-gejala yang dirasakan dapat
lansia (27,8%) memiliki kadar gula normal. Pada kategori stres ringan,
sebanyak 4 lansia (5,6%) memiliki kadar gula normal. Pada kategori stres
sedang terdapat 1ansia (1,4%) memiliki kadar gula normal dan tidak
63
ditemukan lansia dengan DM tipe 2. Pada kategori stres berat tidak
pembuluh darah, saraf dan struktur lainnya. Oleh sebab itu membuat para
dengan perasaan cemas, khawatir jika terjadi komplikasi, takut jika terjadi
Pada kategori stres berat tidak ditemukan lansia dengan gula darah
kadar gula dalam darah dapat disebabkan karena adanya stres, hal ini bisa
ephinefrin, dimana ephinefrin ini memiliki efek yang sangat kuat dalam
menit akan melepaskan sebagian besar gula darah ke dalam darah, yang
akan menimbulkan peningkatan kadar gula dalam darah saat stres. Beberapa
hal yang dapat menimbulkan kenaikan kadar gula dalam darah yaitu
64
berat badan dan usia, dan juga karena efek dari perawatan obat, seperti
steroid.
umur khususnya pada usia lebih dari 40 tahun disebabkan karena adanya
dalam memproduksi insulin. Selain itu, pada individu yang berusia lebih tua
terdapat penurunan aktivitas mitokondria di selsel otot sebesar 35%. Hal ini
memicu terjadinya resistensi insulin. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
bahwa adanya hubungan antara usia dengan kadar gula darah puasa dimana
usia ≥45 tahun yang paling banyak terjadinya risiko peningkatan kadar gula
darah. Hal ini didasari bahwa usia dapat meningkatkan kejadian diabetes
dengan cepat pada usia setelah 40 tahun, salah satu yang berdampak adalah
65
makan, sikap, penyakit, persepsi, emosi, kondisi mental, fisik, biologis dan
menunjukkan adanya gejala serius serta ada juga yang beranggapan bahwa
tetapi terkadang ada rasa bosan dan stres ketika harus melakukan pengaturan
tidak sehat
(8,3%) memiliki kadar gula normal. Stressor pada lansia disebabkan oleh
perubahan pola hidup berupa diet, pemeriksaan dan kontrol gula darah
secara berkala dan aktivitas fisik yang berubah. Kondisi ini memicu stress
namun berdampak baik pada kadar gula darah. Hasil ini didukung oleh teori
banwa perubahan pola hidup pada lansia menyebabkan kadar gula darah
melittus paling sering adalah pola hidup sehingga dapat disimpulkan bahwa
lansia dengan stress berat namun mngikuti pola hidup yang baik
66
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2
hitung > X2tabel artinya ada hubungan stres dengan kejadian diabetes melitus tipe
II. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Latifah dkk (2020)
Puskesmas Palaran Kota Samarinda tahun 2019. Nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 3,826, hal tersebut menunjukkan orang yang gejala stres berisiko
Pola makan adalah suatu cara tertentu dalam mengatur jumlah dan
(Depkes, 2009). Pola makan yang baik harus dipahami oleh para penderita
lansia (37,5%) memiliki kadar gula normal. Pola makan yang baik sangat
berpengaruh dalam mengontrol kadar gula darah didalam tubuh dan untuk
67
menghindari terjadinya komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit diabetes
kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi dan berpotensi menjadi salah satu
sebanyak 4 lansia (5,6%) memiliki kadar gula darah normal. Kondisi ini
dippengaruhi oleh riwayat lama sakit. Lama sakit yang diderita oleh
dialaminya.
68
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2
hitung > X2tabel artinya ada hubungan pola makan dengan kejadian diabetes
melitus tipe II. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Susanti dkk (2018) yang menyimpulkan adanya hubungan antara pola
makan dengan kadar gula darah yang ada pada penderita DM. Pola makan
terkontrol (Susanto, 2013). Kadar gula darah akan meningkat dratis setelah
Konawe
69
Diabetes Association (ADA) Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh
yang dapat membakar kalori dan gerakan yang dilakukan semua gerakan
tubuh seperti menyapu, naik turun tangga, berkebun dan olahraga (Tadra,
fisik berat.
meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifat seperti
insulin. Maka dari itu, pada saat beraktivitas fisik seperti berolahraga,
kedali gula darah dan penurunan berat badan pada diabetes melitus tipe 2.
Manfaat besar dari beraktivitas fisik atau berolahraga pada diabetes melitus
70
Aktivitas fisik merupakan kunci dalam pengelolaan diabetes melitus
kompilkasi. Aktivitas fisik minimal 150 menit setiap minggu yang terdiri
tipe 2.
sebanyak 3 lansia (4,2%) memiliki kadar gula normal Pada kategori pola
aktivitas fisik sedang, sebanyak 9 lansia (12,5%) memiliki kadar gula darah
rendah kalori, rendah lemak dan kolesterol (Fayasari, Julia dan Emy, 2018).
71
merupakan skerja aktif petani yang mana setiap perkembangan tubuh yang
peredaran darah. Pada saat seseorang melakukan kerja aktif akan terjadi
peningkatan aliran darah yang dapat membuat jaring tipis terbuka sehingga
lebih banyak reseptor insulin yang dapat diakses dan reseptor menjadi lebih
banyak dialami oleh wanita. Hal ini sesuai teori yang mengatakan bahwa
hitung > X2tabel artinya artinya ada hubungan pola makan dengan kejadian
diabetes melitus tipe II. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Doru dkk (2023) yang memperoleh hasil Chi Square di peroleh nilai P
value (0.002)> 0,05 yang berarti Ha diterimah dan H0 di tolak, sehingga ada
72
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan stres dengan kejadian diabetes melitus tipe II pada lansia di
2. Ada hubungan pola makan dengan kejadian diabetes melitus tipe II pada
3. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe II pada
B. Saran
2. Perlu adanya edukasi menjaga kadar gula darah bagi penderita diabetes
Arzag Miftahul, Dkk. 2022. Hubungan Tingkat Stres dan pola Tidur Dengan
Kadar Gula Darah Penderita Dibetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja
UPTD BLUD Puskesmas Airtiris. SEHAT : Jurnal Kesehatan Terpadu.
1(1).
Astutisari, Dkk. 2022.Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar
Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Manggis
1. Jurnal Riset Kesehatan Nasional. 6(2).
Aulia, Dkk. 2022. Hubungan Tingkat Stres dan Self Management Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Perawat Indonesia. 6(3). Dan
Keperawatan Aisyiyah, 13(2), 120–127.
https://doi.org/10.31101/jkk.395
Decroli, E. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakulltas Kedokteran Universitas Andalas.
Edwina, D. A., Manaf, A., & Efrida, E. 2015. 102 Jurnal Kesehatan Andalas.
2015; 4(1) Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari
2011 – Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 102–106.
https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.207.
Infus, P. (2019). Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu Volume 07,
Nomor 02, Oktober 2019. 07, 91–98.
Irfan, M., & Wibowo, H. 2015. Hubungan Tingkat Stres dengan Kadar Guladarah
pada Penderita Diabetes Mellitus (DM) di Puskesmas Peterongan
Kabupaten Jombang. Naskah Publikasi. S1 Keperawatan. Stikes Pemkab
Jombang.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Sugiyo, D., & Caesaria, R. 2015. Umur dan Perubahan Kondisi Fisiologis
Suprapti Dwi. 2019. Hubungan Pola Makan, Kondisi Psikologis dan Aktivitas
Fisik Dengan Diabetes Melitus Pada Lansia Di Puskesmas
Kumai.Nursing of Journal STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.
17(1).
Wilson, A., Kundre, R., & Onibala, F. 2017. Hubungan Inkontinensia Urin
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Bethania Lembean.
Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 107408.
Yenny, W. H. 2022. Skor Risiko Diabetes Mellitus Berkorelasi Dengan Kadar
Gula Darah Puasa: Skrining Diabetes Mellitus Tipe-2 Pada Masyarakat.
Jurnal Akal: Abdimas Dan Kearifan Lokal , 193-207.
Yuantari, Maria Goretti Catur. 2022. “Kajian Literatur: Hubungan Antara Pola
Makan Dengan Kejadian Diabetes Melitus.” JKM (Jurnal Kesehatan
Masyarakat) Cendekia Utama 9(2):255–66.
LAMPIRAN
Lampiran I
Tempat
Nim : P. 202102006
dan Aktivitas fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II pada lansia Di
Kendari,.....................2023
Peneliti
Lampiran 2
Umur :
Alamat:
Nim : P. 202102006
Judul : Hubungan Stres, Pola Makan dan Aktivitas fisik Dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe II pada lansia Di wilayah Kerja Puskesmas
Wawotobi Kabupaten Konawe.
Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan dampak
dan risiko apapun pada subyek penelitian, karena semata-mata untuk kepentingan
Peneliti. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal- hal yang
Kendari, 2023
Responden
(................)
Lampiran 3
DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN
2. Alamat : ......................................................
7. Pekerjaan : ......................................................
Beri tanda (X) pada jawaban yang tepat untuk memberikan skor pada
3. Jika ya, seberapa sering anda sarapan per a. Tidak sering (˂3
minggu? kali/seminggu)
b. Sering (4-7
kali/minggu)
4. Apakah anda memiliki kebiasaan makan a. Ya
b. Tidak
siang?
Jika menjawab Tidak di pertanyaan no.4 langsung jawab pertanyaan no. 7
5. Pada pukul berapa kebiasaan makan siang anda a. Pukul 11.00 – 14.00
b. Pukul 14.00
dalam 1 bulan terakhir?
6. Seberapa sering kebiasaan makan siang anda pada a. Sering (4-7
kali/minggu)
waktu tersebut?
b. Tidak sering (˂3
kali/minggu)
7. Apakah anda memiliki kebiasaan makan malam? a. Ya
b. Tidak.
Ket :
a) Baik :23-30 b) Kurang : 15-22.
Lampiran 6
PETUNJUK PENGISIAN
sebelum menjawab.
d. Berilah tanda (√) pada jawaban yang Saudara/i anggap paling tepat dan
cukup dengan mencoret jawaban semula (X) dan memberi tanda (√) pada
A. Aktivitas Bekerja
Aktivitas sedang
Aktivitas berat
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Kadan-kadang
Sering
Selalu
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Kadang-kadang
Sering
Selalu
6. Setelah bekerja, apakah anda Sangat lelah
merasa lelah?
Lelah
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
7. Saat beraktifitas, apakah anda Sangat sering
berkeringat?
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
Sangat ringan
B. Aktivitas Olahraga
Sangat kurang
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Selalu
12. Apakah anda berolahraga? Jika iya, hitung skor olahraga anda
Iya
Tidak
3-2 jam
˃4 jam
4-6 bulan
7-9 bulan
˃9 bulan
Sering
Sangat sering
Kadang-kadang
Sering
Sangat sering
Kadang-kadang
Sering
Sangat sering
16. 5 menit
5-15 menit
15-30 menit
30-45 menit
˃45 menit
Keterangan: