Artikel Manajemen 3
Artikel Manajemen 3
Artikel Manajemen 3
__________________________________________________________________________________________________
Artikel Penelitian
IMPLEMENTASI STANDAR INTEGRASI PE NDIDIKAN KESEHATAN
DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) DI BERBAGAI KELAS
RUMAH SAKIT DI INDONESIA
Abstrak
Latar Belakang: Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP) pada Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 berlaku untuk rumah sakit yang melaksanakan pendidikan tenaga kesehatan. Standar ini mencakup
kegiatan pendidikan kedokteran dan pendidikan staf klinis lainnya dalam aspek input, proses dan outcome yang berfokus pada mutu
pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Rumah sakit harus memiliki sistem pengendalian mutu dan keselamatan pasien untuk
kegiatan proses pendidikan yang dilakukan di rumah sakit. Standar IPKP ini merupakan standar yang baru dalam SNARS edisi 1 yang
mulai diterapkan pada Januari 2018, sedangkan proses pendidikan kesehatan sudah terlaksana cukup lama di berbagai rumah sakit di
Indonesia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi standar IPKP di berbagai rumah sakit yang melaksanakan pendidikan
kesehatan, serta membandingkan kepatuhan terhadap standar IPKP di berbagai tipe rumah sakit (A, B, C dan D) serta mengetahui
pemenuhan elemen penilaian yang belum tercapai.
Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data bersumber dari sistem informasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (SIKARS) dari
Juli 2018-Desember 2019. Data dikelompokkan menurut jenis rumah sakit sesuai dengan standar akreditasi (enam standar). Pemenuhan
setiap Elemen Penilaian (EP) diklasifikasikan sebagai skor nol lima atau sepuluh. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
Hasil: Sebanyak 1.577 rumah sakit yang melakukan pendidikan kesehatan telah dievaluasi. Menurut kelas, terdapat 57 (3,61%) rumah
sakit kelas A, 351 (22,26%) rumah sakit kelas B, 828 (52,50%) rumah sakit kelas C dan 341 (21,64%) rumah sakit kelas D. Rerata skor
standar IPKP pada kelompok rumah sakit kelas A, B, C dan D adalah 8,65, 6,26, 2,53 dan 0,98 secara berturutan. Pemenuhan EP 2.2
dengan skor 10 terdapat pada rumah sakit kelas A, dan lebih rendah pada rumah sakit B (66,38%), C (31,52%), dan D (7,91%).
Pemenuhan EP 6.4 dengan skor 0 paling banyak terdapat pada rumah sakit kelas D (95,60%), dan lebih tinggi dari rumah sakit kelas C
(81,52%) dan B (50,99%), sedangkan rumah sakit kelas A terendah sebesar 15,79%.
Kesimpulan: Rumah sakit kelas A memiliki skor pemenuhan elemen penilaian tertinggi dibandingkan kelas B, C dan D. Pemenuhan
standar enam di setiap klas rumah sakit masih membutuhkan perhatian khusus dan perlu ditingkatkan.
Kata kunci: Implementasi Standar, Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan, Pendidikan Kesehatan, Rumah Sakit Pendidikan,
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
©2022, Hak cipta pada penulis. Diterbitkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) bekerjasama dengan Divisi Manajemen Mutu Pusat Kebijakan dan Manajemen
Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada
3
4
Anugrahsari S., dkk.
biaya sekitar $30 miliar per tahun akibat pengeluaran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
pelayanan kesehatan yang berlebihan2. Para ahli menyatakan Standar IPKP (Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam
bahwa pelayanan kesehatan harus fokus pada kegagalan sistem, Pelayanan Rumah Sakit) di Rumah Sakit, melalui pemenuhan
bukan penyedia, untuk meningkatkan keamanan1. Sistem ini elemen penilaiannya di berbagai kelas rumah sakit.
mencakup teknologi, praktik, prosedur, kebijakan, dan lebih
luas lagi, budaya dalam organisasi3.
Penelitian mengenai hubungan keselamatan pasien dengan Metode
dimensi budaya dan latar belakang profesi kesehatan di rumah Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang
sakit di Swedia menyebutkan bahwa dimensi budaya menggunakan data sekunder di database Sistem Informasi
keselamatan pasien berkontribusi jauh lebih banyak secara Komisi Akreditasi Rumah Sakit (SIKARS) pada Juli 2018 hingga
keseluruhan daripada karakteristik latar belakang profesi Desember 2019. Terdapat 1.577 rumah sakit di Indonesia yang
kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi ini sangat menyelenggarakan pendidikan kesehatan.
penting dalam upaya untuk meningkatkan budaya keselamatan
pasien secara keseluruhan4. Penelitian lain memberikan Data diambil dari hasil penilaian Standar IPKP (Integrasi
informasi dasar yang diperlukan untuk mereformasi program Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit) sesuai
pendidikan keselamatan pasien secara tepat sesuai dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.1
kebutuhan pendidik keperawatan dan kompetensi keselamatan (Tabel 1) dengan penetapan skor sesuai pedoman KARS (Tabel
pasien baik dalam praktik maupun akademisi di Korea Selatan5. 2)7. Persetujuan etik No. KE/FK/0503/EC/2021 diperoleh dari
Terkait kesalahan medis, ada kebutuhan yang berbeda yang Komisi Etik Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran,
memerlukan lebih banyak pendidikan dan pelatihan Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah
keselamatan pasien pada dokter magang dan pendidikan Mada.
keselamatan pasien dalam pendidikan sarjana kedokteran6.
Tabel 1. Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)
Standar Deskripsi
Standar IPKP 1 Rumah sakit menetapkan regulasi tentang persetujuan pemilik dan pengelola dalam pembuatan perjanjian kerja sama
penyelenggaraan pendidikan klinis di rumah sakit.
EP 1.1 Ada penetapan rumah sakit pendidikan yang masih berlaku.
EP 1.2 Ada kerjasama antara rumah sakit dengan institusi pendidikan yang sudah terakreditasi.
EP 1.3 Jumlah penerimaan peserta didik sesuai dengan kapasitas rumah sakit harus dicantumkan dalam perjanjian kerjasama.
Pelaksanaan pelayanan dalam pendidikan klinis yang diselenggarakan di rumah sakit mempunyai akuntabilitas manajemen,
Standar IPKP 2 koordinasi, dan prosedur yang jelas.
EP 2.1 Ada regulasi tentang pengelolaan dan pengawasan pelaksananaan pendidikan klinis yang telah disepakati bersama.
EP 2.2 Ada daftar lengkap memuat nama semua peserta pendidikan klinis yang saat ini ada di rumah sakit.
EP 2.3 Untuk setiap peserta pendidikan klinis terdapat dokumentasi yang berisi paling sedikit meliputi a) surat keterangan peserta
didik dari institusi pendidikan; b) ijazah, surat tanda registrasi, dan surat izin praktik yang menjadi persyaratan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; c) klasifikasi akademik; d) identifikasi kompetensi peserta pendidikan klinis; dan
e) laporan pencapaian kompetensi.
Tujuan dan sasaran program pendidikan klinis di rumah sakit disesuaikan dengan jumlah staf yang memberikan pendidikan
Standar IPKP 3 klinis, variasi dan jumlah pasien, teknologi, serta fasilitas rumah sakit.
EP 3.1 Ada perhitungan rasio peserta pendidikan dengan staf yang memberikan pendidikan klinis untuk seluruh peserta dari setiap
program pendidikan klinis yang disepakati oleh rumah sakit dan institusi pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
EP 3.2 Ada dokumentasi perhitungan peserta didik yang diterima di rumah sakit per periode untuk proses pendidikan disesuaikan
dengan jumlah pasien untuk menjamin mutu dan keselamatan pasien.
Seluruh staf yang memberikan pendidikan klinis mempunyai kompetensi sebagai pendidik klinis dan mendapatkan
Standar IPKP 4 kewenangan dari institusi pendidikan dan rumah sakit.
EP 4.1 Ada penetapan staf klinis yang memberikan pendidikan klinis dan penetapan penugasan klinis serta rincian kewenangan
klinis dari rumah sakit.
EP 4.2 Ada daftar staf klinis yang memberikan pendidikan klinis secara lengkap (akademik dan profesi) sesuai dengan jenis
pendidikan yang dilaksanakan di RS.
EP 4.3 Ada uraian tugas, tanggung jawab, dan juga wewenang untuk setiap staf yang memberikan pendidikan klinis.
EP 4.4 Ada bukti staf klinis yang memberikan pendidikan klinis telah mengikuti pendidikan keprofesian berkelanjutan.
Rumah sakit memastikan pelaksanaan supervisi yang berlaku untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan staf klinis di rumah
Standar IPKP 5 sakit.
EP 5.1 Ada tingkat supervisi yang diperlukan oleh setiap peserta pendidikan klinis di rumah sakit untuk setiap jenjang pendidikan.
EP 5.2 Setiap peserta pendidikan klinis mengetahui tingkat, frekuensi, dan dokumentasi untuk supervisinya.
EP 5.3 Ada format spesifik untuk mendokumentasikan supervisi yang sesuai dengan kebijakan rumah sakit, sasaran program, serta
mutu dan keselamatan asuhan pasien.
EP 5.4 Ada batasan kewenangan peserta pendidikan yang mempunyai akses dalam mengisi rekam medis.
5
Implementasi Standar IPKP di Berbagai Tipe Rumah Sakit di Indonesia
Standar IPKP 6 Pelaksanaan pendidikan klinis di rumah sakit harus mematuhi regulasi rumah sakit dan pelayanan yang diberikan berada
dalam upaya mempertahankan atau meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
EP 6.1 Ada program orientasi peserta pendidikan staf klinis dengan materi orientasi yang meliputi; 1. Mutu dan keselamatan pasien
2. Pengendalian infeksi dan PPRA 3. Keselamatan penggunaan obat 4. Sasaran Keselamatan Pasien.
EP 6.2 Ada bukti pelaksanaan dan sertifikat program orientasi peserta pendidikan klinis.
EP 6.3 Ada bukti pelaksanaan dan dokumentasi peserta didik yang diikutsertakan dalam semua program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di rumah sakit.
EP 6.4 Ada pemantauan dan evaluasi bahwa pelaksanaan pendidikan klinis tidak menurunkan mutu dan keselamatan pasien yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setahun yang terintegrasi dengan program mutu dan keselamatan pasien.
EP 6.5 Ada survei mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit atas dilaksanakannya pendidikan klinis sekurang-
kurangnya sekali setahun.
Skor Penjelasan
0 (Tidak Bila rumah sakit hanya dapat memenuhi elemen penilaian tersebut kurang dari 20%.
Terpenuhi) Suatu EP dinilai “tidak terpenuhi” apabila jawabannya adalah “jarang” atau “tidak pernah” untuk suatu persyaratan spesifik pada
EP. Bila capaian kurang dari 21 % (contohnya, kurang dari 2 dari 10) pencatatan atau observasi yang menunjukkan kepatuhan,
terdapat temuan “tidak terpenuhi” untuk EP selama survei lengkap atau survei terfokus, ataupun survei lanjutan lainnya, dan
temuan dari pengamatan terkini adalah kepatuhan kurang dari 21%, apabila terdapat sejumlah persyaratan dalam satu EP, dan
kurang dari 21% menunjukkan kepatuhan, suatu kebijakan atau proses telah dibuat namun belum diterapkan.
Bila rumah sakit dapat memenuhi elemen penilaian tersebut antara 20-79 %.
Suatu EP dinilai “terpenuhi sebagian” apabila jawabannya adalah “biasanya” atau “kadang-kadang” pada persyaratan khusus
5 (Terpenuhi dari EP tersebut. Bila capaian 21% sampai 79% (contohnya, 3 sampai 7 dari 10) pencatatan atau observasi menunjukkan
Sebagian) kepatuhan. Temuan EP sebelumnya dinilai “tidak terpenuhi” pada survei awal atau survei ulang atau pun survei terfokus, dan
temuan dari pengamatan terkini adalah capaian 21 % sampai 79%. Bukti kepatuhan tidak dapat ditemukan secara konsisten
pada semua bagian/departemen/unit dimana persyaratan-persyaratan tersebut berlaku (seperti misalnya ditemukan kepatuhan
di unit di rawat inap, namun tidak di unit rawat jalan, patuh pada ruang operasi namun tidak patuh di unit rawat sehari (day
surgery), patuh pada area-area yang menggunakan sedasi namun tidak patuh di klinik gigi). Bila pada suatu EP terdapat
berbagai macam persyaratan, dan paling sedikit 21% - 79 % persyaratan tersebut sudah terpenuhi. Suatu kebijakan/proses telah
dibuat, diterapkan, dan dilaksanakan secara berkesinambungan namun belum mempunyai rentang implementasi yang
memenuhi syarat untuk dinilai sebagai “terpenuhi lengkap”. Suatu kebijakan/proses telah dibuat dan diterapkan, namun belum
dilaksanakan secara berkesinambungan. Bila rumah sakit dapat memenuhi elemen penilaian tersebut minimal 80 %.
10 (Terpenuhi Suatu Elemen Penilaian (EP) dikatakan “terpenuhi lengkap bila jawabannya adalah “ya” atau “selalu” untuk setiap persyaratan
Lengkap) khusus dari EP tersebut. Pengamatan negatif tunggal tidak selalu menghalangi perolehan skor “terpenuhi lengkap”, bila capaian
80% atau lebih dari semua observasi atau pencatatan (contohnya, 8 dari 10) terpenuhi.
Grafik 1. Data Pencapaian Nilai Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP) di Berbagai Kelas Rumah Sakit di
Indonesia
6
Anugrahsari S., dkk.
Tabel 3. Persentase (%) Jumlah RS dengan Pemenuhan Nilai Sepuluh dengan jumlah pasien untuk menjamin mutu dan keselamatan
(10) Terhadap Elemen Penilaian IPKP di Berbagai Kelas Rumah Sakit pasien) dengan nilai 0, paling banyak (93,84%) di rumah sakit
Elemen Penilaian Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D kelas D. Sedangkan pada Standar 4, Elemen Penilaian 4.2 (ada
EA 1.1 59.65 37.6 12.31 5.27 daftar staf klinis yang memberikan pendidikan klinis secara
EA 1.2 84.21 60.6 28.26 8.79 lengkap (akademik dan profesi) sesuai dengan jenis pendidikan
EA 1.3 68.42 47.86 21.01 6.74 yang dilaksanakan di RS) dengan nilai 10 paling banyak
(96,49%) terdapat pada rumah sakit kelas A, dan EP 4.4 (ada
EA 2.1 91.23 61.82 25.48 7.33 bukti staf klinis yang memberikan pendidikan klinis telah
EA 2.2 100 66.38 31.52 7.91 mengikuti pendidikan keprofesian berkelanjutan) memiliki
EA 2.3 80.7 51.28 24.75 5.57 nilai 0, paling banyak (92,96%) pada rumah sakit kelas D.
EA 3.1 89.47 58.68 25.24 76.24 Pada Standar 5, Elemen Penilaian 5.1 (ada tingkat supervisi
EA 3.2 71.93 44.73 18.23 4.69 yang diperlukan oleh setiap peserta pendidikan klinis di rumah
sakit untuk setiap jenjang pendidikan) memiliki nilai 10 paling
EA 4.1 89.47 60.96 26.2 6.45
banyak (91,23%) pada rumah sakit kelas A, dan EP 5.2 memiliki
EA 4.2 96.49 63.81 28.74 7.33
EA 4.3 78.95 51.56 24.75 6.45 nilai 0, paling banyak (93,25%) di rumah sakit kelas D.
EA 4.4 78.95 42.45 18.35 4.39 Sedangkan Standar 6, Elemen Penilaian 6.3 dan 6.4 (Elemen
Penilaian 6.3: Bukti keterlibatan peserta didik dalam program
EA 5.1 91.23 58.97 26.2 7.33 peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit dan
EA 5.2 73.68 44.44 20.04 4.69 EP 6.4 Rumah Sakit harus memiliki pemantauan dan Evaluasi
EA 5.3 75.44 46.72 20.65 5.27 bahwa pelaksanaan pendidikan klinis tidak mengurangi kualitas
EA 5.4 82.46 51.28 21.98 5.86 dan keselamatan pasien yang dilakukan setidaknya setahun
sekali yang terintegrasi dengan kualitas dan program
EA 6.1 89.47 63.53 28.26 7.33
keselamatan pasien) memiliki nilai 0, paling banyak (95,60%),
EA 6.2 77.19 47.47 21.25 4.69
EA 6.3 40.35 28.49 13.04 3.22 yaitu di rumah sakit kelas D.
EA 6.4 38.59 19.08 8.09 2.34
EA 6.5 64.91 32.19 13.64 2.93
Pembahasan
Tabel 4. Persentase (%) Jumlah Rumah Sakit dengan Pemenuhan Dari data tersebut diatas, 95,60% jumlah Rumah Sakit kelas D
Nilai Nol (0) Terhadap Elemen Penilaian IPKP di Berbagai Kelas dengan nilai 0 pada Elemen Penilaian 6.3 dan 6.4 (adanya bukti
Rumah Sakit
keterlibatan peserta didik dalam keikutsertaan pada program
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D peningkatan mutu dan keselamatan pasien, pemantauan dan
Standar 1 evaluasi) dapat disebabkan oleh karena RS belum mengadakan
1.1 12.28 25.35 75.24 92.96 evaluasi dan pemantauan keterlibatan peserta didik dalam
1.2 1.75 25.35 66.30 90.90 upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien sekurangnya
1.3 10.52 33.90 72.82 92.08 satu tahun sekali. Hal ini sebenarnya dapat menjadi peluang
Standar 2 bagi RS untuk melibatkan peserta didik dalam upaya
2.1 1.75 31.62 71.90 91.79
2.2 0 25.35 66.30 91.49
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien untuk tahun
2.3 1.75 27.06 67.15 91.49 berikutnya. Rumah sakit dapat membuat program mutu dan
Standar 3 keselamatan pasien dengan melibatkan peserta didik dengan
3.1 1.75 28.49 69.92 91.79 baik. Manfaat lain bagi peserta didik adalah mengenal lebih
3.2 16.78 32.19 75.48 93.84 awal konsep dan pelaksanaan upaya peningkatan mutu dan
Standar 4 keselamatan pasien di rumah sakit.
4.1 0 25.64 67.87 92.08
4.2 0 25.35 67.15 91.79 Agar mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit
4.3 1.75 32.76 70.17 91.37 penyelenggara pendidikan tetap terjaga maka perlu ditetapkan
4.4 0 29.34 71.37 92.96 standar akreditasi untuk rumah sakit penyelenggara
Standar 5 pendidikan. Oleh karena itu pada rumah sakit yang
5.1 0 32.19 71.73 92.08 melaksanakan proses pendidikan baik yang sudah
5.2 7.01 34.47 71.49 93.25 mendapatkan penetapan maupun belum mendapat penetapan
5.3 1.75 34.19 71.13 92.96
5.4 1.75 31.91 70.16 91.79
dari Kementerian Kesehatan, perlu diterapkan standar dan
Standar 6 elemen penilaian untuk menjaga mutu pelayanan dan
6.1 3.51 29.34 67.87 91.79 menjamin keselamatan pasien, apapun kelas rumah sakit nya
6.2 1.75 30.77 69.80 92.37 dan siapapun pemilik rumah sakitnya.
6.3 35.09 47.29 76.81 95.60
6.4 15.79 50.99 81.52 95.60 Peserta didik klinis di rumah sakit adalah peserta didik yang
6.5 14.03 45.58 78.02 95.30 sudah menyelesaikan pendidikan akademis di kampus,
kemudian melanjutkan pendidikan praktik di rumah sakit yang
menyelenggarakan pendidikan klinis. Dalam hal ini perlu
Pada Standar 3, Elemen Penilaian 3.1 (ada perhitungan rasio adanya standar yang dapat mengukur dan menilai keberhasilan
peserta pendidikan dengan staf yang memberikan pendidikan pendidikan klinis tersebut. Rumah sakit merupakan suatu
klinis untuk seluruh peserta dari setiap program pendidikan tempat belajar bagi peserta didik, namun di sisi lain terdapat
sesuai dengan peraturan perundang undangan) memiliki nilai fungsi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dengan
10 paling banyak (89,47%) di rumah sakit kelas A, dan EP 3.2 demikian proses pendidikan kesehatan harus terintegrasi dalam
(ada dokumentasi perhitungan peserta didik yang diterima di pelayanan di rumah sakit. Demikian pula hal nya dengan
rumah sakit per periode untuk proses pendidikan disesuaikan
7
Implementasi Standar IPKP di Berbagai Tipe Rumah Sakit di Indonesia
Terdapat sejumlah faktor yang dapat menghambat pendidikan 6. Sultana M, Hossain S, Ara I, Sultana J. Medical Errors and Patient
Safety Education: Views of Intern Doctors. Bangladesh Med Res
keselamatan pasien. Ketiadaan pengakuan oleh pendidik bahwa
Counc Bull. 2018; 44.82-88.
pendidikan keselamatan pasien harus menjadi bagian penting
dari kurikulum pendidikan tinggi, dan bahwa keterampilan 7. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Nasional Akreditasi
keselamatan pasien dapat diajarkan14,15. Rumah Sakit. Edisi 1.1. Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
2019.
8. Stevens DP. Finding Safety in Medical Education. Quality and Safety
Kesimpulan in Health Care. 2002; Jun; 11 (2): 109-10.
Skor tertinggi pada elemen penilaian yang berhubungan dengan 9. Johnstone MJ, Kanitsaki O. Clinical Risk Management and Patient
upaya mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit (standar 6.3 Safety Education for Nurses: A Critique. Nurse Educ Today. 2007;
Apr; 27 (3): 185-91.
dan 6.4) secara optimal dicapai oleh rumah sakit kelas A
dibandingkan kelas B, C dan D. Pencapaian pemenuhan Standar 10. Patey R, Flin R, Cuthbertson BH, MacDonald L, dkk. Patient Safety:
6.3 dan 6.4 di setiap tipe Rumah Sakit masih perlu di Helping Medical Students Understand Error in Healthcare. Qual Saf
tingkatkan. Akan tetapi mengingat jumlah rumah sakit yang Heal Care. 2007; Aug; 16 (4): 256-9.
melaksanakan pendidikan klinis justru terbesar pada kelas B, C, 11. Singh R, Naughton B, Taylor JS, Koenigsberg MR, dkk. A
dan D, maka prioritas perbaikan harus dilaksanakan pada Comprehensive Collaborative Patient Safety Residency Curriculum
kelompok rumah sakit B, C dan D ini. to Address the ACGME Core Competencies. Med Educ. 2005; Dec;
39 (12): 1195-204.
Dengan akreditasi Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan
dalam Pelayanan Rumah Sakit, diharapkan rumah sakit 12. Halbach JL, Sullivan LL. Teaching Medical Students About Medical
penyelenggara pendidikan kesehatan tetap mampu menjaga Errors and Patient Safety: Evaluation of a Required Curriculum.
mutu dan keselamatan pasien. Mengingat bahwa pendidikan Acad Med. 2005; Jun; 80 (6): 600-6.
kesehatan di rumah sakit dapat meningkatkan mutu dan 13. Rachmawati NP, Ernawati DK, Artini IGA. Analisis Tingkat
keselamatan pasien, maka perlu dipertimbangkan kembali Pengetahuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Tahun
bahwa rumah sakit yang ditunjuk untuk rumah sakit pendidikan Ajaran 2017-2018 Universitas Udayana Tentang Prescribing Error.
secara penuh adalah RS kelas A dan B, sedangkan RS kelas C Intisari Sains Medis. 2019.
dan D dapat dimanfaatkan untuk pendidikan setingkat vokasi. 14. Sandars J, Bax N, Mayer D, dkk. Educating Undergraduate Medical
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan Students About Patient Safety: Priority Areas For Curriculum
kepatuhan pemenuhan tiap Elemen Penilaian dari tahun ke Development. Med Teach. 2007; Feb; 29 (1): 60-1.
tahun pada tiap kelas Rumah Sakit.
15. Walton M. Teaching Patient Safety To Clinicians And Medical
Students. Clin Teach. 2007; Dec 4 (4): 224-231.