1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

JENIS DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI DANAU


SEPINANG DESA PANGKALAN SERIK KECAMATAN SIAK
HULU KABUPATEN KAMPAR PROVISI RIAU

OLEH

SARAH AMELIA YUNITA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton di Danau Sepinang Desa Pangkalan
Serik Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau

Oleh

Sarah Amelia Yunita 1), Madju Siagian 2), Asmika Harnalin Simarmata 2)

Email : [email protected]

Abstrack

Banyak kegiatan di sekitar Danau Sepinang yang menyumbangkan masukan


bahan organik dan anorganik yang mempengaruhi kualitas air dan dengan
demikian mempengaruhi keberadaan fitoplankton. Sebuah penelitian bertujuan
untuk memahami jenis dan kelimpahan fitoplankton yang ada di Danau Sepinang,
sebuah penelitian telah dilakukan pada Maret-April 2018. Ada 3 stasiun, yaitu
Stasiun 1 di inlet, Stasiun 2 berada di tengah-tengah danau dan Station 3 di ujung
danau. Di setiap stasiun, ada 2 titik pengambilan sampel, di permukaan dan
kedalaman 2 Secchi. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali, satu kali / minggu.
Hasil menunjukkan bahwa ada 47 spesies fitoplankton yang ada dan terdiri dari 5
divisi, yaitu Chrysophyta (10 spesies), Chlorophyta (25 spesies), Cyanophyta (8
spesies), Euglenophyta (3 spesies) dan Cryptophyta (1 spesies). Kelimpahan
fitoplankton di Stasiun 1 adalah 90.650 sel / L, di Stasiun 2 adalah 150.650 sel / L
dan di Stasiun 3 ada 106.490 sel / L. Parameter kualitas air lainnya yang diukur
adalah suhu 30,6-320C, transparansi 49.3-62.8 cm, kedalaman 211-223.6 cm,
oksigen terlarut 4.22-5.58 mg/L, CO2 11,32-13,32 mg/L, nitrat 0,07-0,23 mg/L,
fosfat 0,09-0,23 mg/L dan pH 5,3-5,6. Berdasarkan jenis dan kelimpahan
kehadiran phytoplankton, dapat disimpulkan bahwa Danau Sepinang dapat
dikategorikan sebagai mesotropik.

Kata kunci: Sungai Kampar, Danau Oxbow, Mesotrofik, Monoraphodium

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


2) Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
1

Types and Abundance of Phytoplankton in The Sepinang Lake, Siak Hulu


Sub-District, Kampar District, Riau Province

By :

Sarah Amelia Yunita 1), Madju Siagian 2), Asmika Harnalin Simarmata 2)

Email : [email protected]

ABSTRACT

There were several human activities around the Sepinang Lake such as agriculture
and palm plantation contributes the input of organic and anorganic matter that
influence the type and abundance of phytoplankton. To understand the types and
abundances of phytoplankton present in the Sepinang Lake, a research has been
conducted in March-April 2018. There were three sampling points, namely in the
inlet, in the middle of the lake, and in the end of the lake. In each sampling
point,water was sampled from the surface and 2 Secchi depth. Samplings were
conducted 3 times, once/week. Water quality parameters measured were
temperature, transparency, depth, dissolved oxygen, CO2, nitrate, phosphate and
pH. Results shown that there were 47 species of phytoplankton that were
belonged to 5 divisions, namely Chrysophyta (10 species), Chlorophyta (25
species), Cyanophyta (8 species), Euglenophyta (3 species) and Cryptophyta (1
species). The phytoplankton abundance of the Sepinang Lake was 106,490 –
150,650 cells/L. The most common type of phytoplankton present was
Monoraphodium griffithii. Result shown that the temperature was 30.6-320C,
transparency was 49.3-62.8 cm, depth was 211-223.6 cm, dissolved oxygen was
4.22-5.58 mg/L, CO2 was 11.32-13.32 mg/L, nitrate was 0.07-0.23 mg/L,
phosphate was 0.09-0.23 mg/L and pH was 5.3-5.6. Based on the type and
abundance of phytoplankton present, it can be concluded that the Sepinang Lake
can be categorized as mesotrophic.

Keywords: Kampar River, Oxbow Lake, Mesotrophic, Monoraphodium


1)
Student of the Fisheries and Marine Faculty, Riau University
2)
Lecture of the Fisheries and Marine Faculty, Riau University

PENDAHULUAN Desa Pangkalan Serik, 2015). Danau


Danau Sepinang merupakan Sepinang merupakan perairan yang
salah satu oxbow yang terdapat di Desa masih alami dan sumber air danau
Pangkalan Serik Kecamatan Siak Hulu berasal dari air hujan dan dari airan
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Sungai Kampar Kiri.
Danau ini memiliki luas 2 ha (Kantor
2

Danau Sepinang dimanfaatkan Kampar antara lain : Jenis dan


masyarakat setempat sebagai tempat Kelimpahan Fitoplankton di Danau
untuk memancing ikan. Adapun Pinang Luar (Sihombing, 2013) dan
aktivitas yang ada di sekitar danau di Profil Vertikal Fitoplankton di Danau
bagian inlet danau terdapat pohon- Tanjung Putus (Simanjuntak, 2014).
pohon kecil, bagian tengah danau Peneliti terdahulu mengemukakan
terdapat kebun cabe, persawahan dan ketiga danau tersebut termasuk
bagian ujung danau terdapat kedalam mesotrofik. Di Danau
perkebunan kelapa sawit dan karet Sepinang belum pernah dilakukan
yang jauh dari danau. Berbagai penelitian mengenai jenis dan
aktivitas ini akan memberikan masukan kelimpahan fitoplankton. Oleh karena
berupa limpasan pupuk ke perairan, itu, perlu dilakukan penelitian
yang akan mempengaruhi konsentrasi mengenai jenis dan kelimpahan
unsur hara di perairan danau, dan fitoplankton di Danau Sepinang.
akhirnya mempengaruhi fitoplankton TUJUAN DAN MANFAAT
karena fitoplankton memanfaatkan Penelitian ini bertujuan untuk
unsur hara yang ada di perairan. mengetahui jenis dan kelimpahan
fitoplankton di Danau Sepinang dan
Rasyidi (2013) menyatakan
untuk mengetahui status kesuburan
fitoplankton merupakan produsen perairan berdasarkan jenis dan
primer di semua perairan alami serta kelimpahan dari fitoplankton yang
ditemukan. Manfaat penelitian ini
terlibat langsung dalam rantai
sebagai informasi dasar utuk
makanan. Banyak atau sedikitnya jenis pengelolaan danau yang berkelanjutan.
fitoplankton yang hidup di suatu HIPOTESIS
Ada perbedaan jenis dan
perairan dapat memberikan gambaran
kelimpahan fitoplankton antar stasiun
keadaan perairan yang sesungguhnya di Danau Sepinang.
dan dapat menggambarkan METODE PENELITIAN
karakteristik suatu perairan apakah Penelitian ini dilaksanakan pada
berada dalam keadaan subur atau tidak bulan Maret-April 2018 yang berlokasi
subur. di Danau Sepinang Kecamatan Siak
Penelitian-penelitian yang telah Hulu Kabupaten Kampar, Provinsi
dilakukan di beberapa danau oxbow Riau. Sampel fitoplankton, Nitrat,
yang sumber air berasal dari Sungai Fosfat dan identifikasi dilakukan di
3

Laboratorium Produktivitas Perairan 3.Stasiun 3, berada di bagian ujung


Universitas Riau. Sedangkan, Danau Sepinang. Pada stasiun
pengukuran kualitas air (suhu, ini terdapat tumbuhan air di
kedalaman, pH, CO2 bebas, dan permukaan air danau dan di
oksigen terlarut) di lapangan. sekitar danau terdapat kebun
Pengambilan sampel dilakukan kelapa sawit dan kebun karet
di tiga stasiun pada bagian hulu danau milik masyarakat. Stasiun ini
(Stasiun 1), tengah danau (Stasiun 2), berada pada posisi
dan ujung danau (Stasiun 3). 0017’51.7596” LU –
1.Stasiun 1, berada di daerah hulu 101036’1.284” LS.
danau yang merupakan bagian Pengambilan sampel air
saluran air masuk yang dilakukan sebanyak 3 kali dengan
menghubungkan Danau interval waktu seminggu. Pengambilan
Sepinang dengan Sungai air sampel fitoplankton di permukaan
Kampar. Pada stasiun ini langsung menggunakan botol sampel
terdapat pohon-pohon kecil sebanyak 500 ml. Setelah itu
yang berada pinggir danau. ditambahkan larutan lugol 1%
Stasiun ini berada pada posisi sebanyak 8-10 tetes (sampai berwarna
0017’46.9176” LU– kuning teh). Selanjutnya sampel air di
0
101 36’4.4784” LS. kedalaman 2 Secchi diambil dengan
2.Stasiun 2, berada di daerah tengah menggunakan water sampler
Danau Sepinang yang bervolume 2 liter, lalu air sampel
merupakan daerah perairan dimasukkan kedalam botol 500 ml
yang terbuka, dimana sinar melalui selang air yang ada pada water
matahari dapat langsung sampler, dan diberi lugol seperti
menembus ke dalam perairan. sampel untuk di permukaan.
Pada bagian pinggir stasiun ini Kemudian pada masing-masing
terdapat beberapa pohon, botol diberi label dan dimasukkan
kebun tanaman milik kedalam cool box, dan dibawa ke
masyarakat. Stasiun ini berada Laboratorium Produktivitas Perairan
0
pada posisi 0 17’51.054” LU untuk dilakukan pemadatan dengan
– 101036’2.538” LS. menggunakan centrifuge, lalu air
4

sampel dimasukkan ke dalam botol D: Volume 1 tetes air di bawah cover


gelap untuk diidentifikasi dengan glass (0,05 ml)
menggunakan mikroskop binokuler E: Volume air yang disaring (500 ml)
Olympus CX 21. HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi fitoplankton Jenis fitoplankton yang
menggunakan buku Suther dan Rissik ditemukan selama penelitian di Danau
(2008), Lee (2008), Wehr dan Robert Sepinang sebanyak 47 jenis yaitu divisi
(2003), Baker dan Larelle (2002), Chrysophyta (10 jenis), Chlorophyta
Tikkanen dan Willen (1992), Sachlan (25 jenis), Cyanophyta (8 jenis),
(1982), dan Davis (1955). Kelimpahan Euglenophyta (3 jenis) dan
fitoplankton ditentukan dengan rumus Cryptophyta (1 jenis). Jumlah jenis-
menurut APHA (2012) sebagai berikut: jenis fitoplankton yang ditemukan

N=nX X X selama penelitian dapat dilihat pada


Tabel 1.
Keterangan :
N: Kelimpahan total fitoplankton
(sel/L)
n: Jumlah sel fitoplankton yang
tertangkap
A: Luas cover glass (20 x 20) mm2
B: Luas sapuan (9 x 20 x 0,45) mm2
C: Volume air yang tersentrifus (35
ml)
Divisi S1 S2 S3
P K P K P K
Chrysophyta 8 6 7 8 9 7
Chlorophyta 21 18 18 21 20 18
Cyanophyta 4 6 6 4 5 5
Euglenophyta 3 3 3 2 3 3
Cryptophyta 1 1 1 1 1 1
Total 37 34 35 33 37 34

Dapat dilihat bahwa jumlah dari divisi Chlorophyta. Banyaknya


jenis fitoplankton paling banyak jumlah jenis dari Chlorophyta karena
ditemukan pada saat penelitian adalah kelompok ini banyak ditemukan di
5

perairan tawar. Hal ini sesuai dengan perairan pada stasiun masih alami dan
pendapat Bellinger dan Sigee (2010) pada stasiun ini konsentrasi nitrat dan
yang menyatakan bahwa Chlorophyta fosfat sedikit. jJumlah jenis paling
merupakan kelompok alga yang sedikit di Stasiun 2 diduga karena
hidupnya di perairan tawar dengan adanya aktivitas perkebunan cabe yang
cahaya yang cukup seperti di kolam, memberikan masukkan bahan organik
danau, sungai dan genangan air hujan. ke perairan. Hal ini sesuai dengan
Selanjutnya Guiry (2015) menyatakan pendapat Sharfina (2013) yang
bahwa Chlorophyta memiliki banyak menyatakan adanya perbedaan jumlah
kelas seperti, Chlorophyceae, jenis fitoplankton pada tiap stasiun
Trebouxiophyceae, Zygnematophyceae dapat disebabkan karena adanya
dan Ulvophyceae. perbedaan kondisi perairan pada setiap
Jumlah jenis fitoplankton yang stasiun.
paling sedikit ditemukan pada saat Apabila komposisi fitoplankton
penelitian adalah dari divisi antar stasiun dibandingkan terlihat
Cryptophyta. Jumlah jenis dari bahwa baik di permukaan maupun di
Cryptophyta tersebut sedikit kolom air jenis yang terbanyak adalah
ditemukana dikarenakan kelompok ini divisi Chlorophyta, diikuti oleh
umumnya banyak ditemukan di Chrysophyta dan paling sedikit adalah
perairan laut. Hal ini sesuai pendapat Cryptophyta. Tingginya kelimpahan
Bold dan Wayne (1985) yang dari Chlorophyta dikarenakan kelas ini
menyatakan bahwa Cryptophyta ini paling banyak di jumpai di perairan
merupakan kelompok yang umumnya tawar. Hal ini sesuai dengan pendapat
ditemukan di perairan laut dan sedikit Sachlan (1982) yang menyatakan
ditemukan di perairan tawar. bahwa Chlorophyta adalah alga
Apabila jumlah jenis terbanyak yang ditemukan di air tawar.
fitoplankton antar stasiun Sedangkan kelimpahan yang paling
dibandingkan, yang paling banyak sedikit ditemukan dari Cryptophyta.
terdapat di Stasiun 3 dan yang paling Rendahnya kelimpahan Cryptophyta
sedikit di Stasiun 2. Hal ini diduga tersebut dikarenakan jenis ini
karena di Stasiun 3 merupakan stasiun umumnya banyak ditemukan di
yang jauh dari aktivitas sehingga perairan laut. Hal ini didukung oleh
6

pendapat Bold dan Wayne (1985) yang menyatakan bahwa Monoraphodium


menyatakan bahwa Cryptophyta ini griffithii adalah termasuk jenis
umumnya ditemukan di perairan laut kosmopolitan yang biasanya ditemukan
dan sedikit ditemukan di perairan di perairan yang mesotrofik hingga
tawar. eutrofik. Selanjutnya kelimpahan jenis
160 yang paling sedikit adalah Aulacoseira
140 sp (460-1.380 sel/L). Sonneman dalam
Kelimpahan Fitoplankton

120
Cryptophyta Soeprobowati (2013) menyatakan
(sel/L/103)

100
Euglenophyta bahwa jenis Aulacoseira sp ini lebih
80
Cyanophyta
60
Chrysophyta
banyak dijumpai pada perairan dengan
40
Chlorophyta fosfor tinggi dan pH lebih basa dan
20
0 Stasiun
lingkungan turbulen. Pada penelitian
1 2 3
Permukaan ini pH perairan yang didapat asam
sehingga mengakibatkan pertumbuhan
100
90 dari jenis ini kurang maksimal.
Kelimpahan Fitoplankton

80
70 Cryptophyta Sedangkan jenis yang jarang ditemukan
(sel/L/103)

60
Euglenophyta selama penelitian adalah Anabaena sp,
50
Cyanophyta
40
Chrysophyta
dikarenakan jenis ini merupakan
30
20 Chlorophyta indikator perairan eutrofik. Hal ini
10
0 Stasiun
sesuai dengan pendapat Sellers dan
1 2 3
Kolom Air Markland (1987) yang menyatakan
Gambar 1. Komposisi perifiton bahwa jenis dari Cyanophyta terutama
Jenis fitoplankton dengan Anacystis, Anabaena merupakan
kelimpahan yang paling tinggi baik di indikator dari perairan eutrofik.
permukaan maupun di kolom air adalah
Monoraphodium griffithii (2.760-
11.500 sel/L) (Tabel 5). Menurut
Comas dalam Ramos (2012)
Tabel 1. Kelimpahan Fitoplankton di Danau Sepinang Selama Penelitian
Dvisi S1 S2 S3
P K P K P K
Chrysophyta 26.220 14.720 35.190 22.080 22.540 11.960
Chlorophyta 64.860 34.040 71.990 40.480 56.580 31.970
7

Cyanophyta 13.800 11.040 23.690 15.870 12.420 7.820


Euglenophyta 13.800 9.890 13.800 8.510 9.890 6.440
Cryptophyta 6.440 3.220 5.980 3.220 5.060 2.990
Total 125120 72.910 150.650 90.160 106.490 61.180
Sumber : Data Primer
Kelimpahan total fitoplankton selama (2011) yang menyatakan bahwa unsur
penelitian berkisar 106.490-150.650 hara merupakan nutrien utama bagi
sel/L, sedangkan kelimpahan total pertumbuhan fitoplankton.
fitoplankton di kolom air 60.190- Kelimpahan fitoplankton
91.160 sel/L. Baik di permukaan terendah berada di Stasiun 3. Hal ini
maupun di kolom air, kelimpahan karena pada Stasiun 3 memiliki nilai
fitoplankton tertinggi di Stasiun 2 dan kecerahan (49,33 cm) yang lebih
terendah di Stasiun 3. Tingginya rendah dibandingkan stasiun lain. Hal
kelimpahan fitoplankton di Stasiun 2 ini disebabkan adanya tumbuhan air
sejalan dengan nilai kecerahan (62,3 yang berada di sekitar permukaan
cm), konsentrasi nitrat (0,18 mg/L) dan perairan, sehingga menghambat
fosfat (0,21 mg/L) yang lebih tinggi penetrasi cahaya yang masuk.
dibandingkan stasiun lain (Gambar 3). Selanjutnya unsur hara pada stasiun ini
Hal ini sesuai dengan pendapat Sumich bisa dikatakan tersedia seperti nitrat
(1992) yang menyatakan bahwa nitrat (0.07 mg/L) dan fosfat (0.10 mg/L),
dan fosfat merupakan unsur hara yang namun dengan nilai kecerahan yang
dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk rendah mengakibatkan penetrasi
mensitensia bahan organik dengan cahaya matahari yang masuk ke
bantuan energi cahaya matahari dan perairan terhambat dan mengakibatkan
klorofil melalui proses fotosintesis. kurang maksimalnya proses
Tingginya konsentrasi nitrat dan fosfat fotosintesis. Hal ini sesuai dengan
pada stasiun ini berasal dari aktivitas pendapat Sunarto (2004) yang
perkebunan yang ada di sekitar danau, menyatakan selain unsur hara tersedia,
sehingga memberikan masukkan bahan yang menjadi faktor pembatas
organik yang merupakan sumber dari fotosintesis adalah cahaya matahari.
unsur hara yaitu nitrat dan fosfat yang Hubungan kelimpahan fitoplankton
dibutuhkan fitoplankton untuk dengan parameter kualitas air dapat
berkembang. Hal ini sesuai dengan dilihat pada Gambar 3.
pendapat Risamasu dan Prayitno
8

Kelimpahan Fitoplankton (sel/Lx103)


0 50 100 150 200
0
20

Kedalaman (cm)
40 st. 1

60 st. 2

80 st. 3

100
120
140

(a)
Nitrat (mg/L) Fosfat (mg/L)
0.00 0.10 0.20 0.30 0.00 0.10 0.20 0.30
0 0
20
Kedalaman (cm)

Kedalaman (cm)
40
50
60
80
100
100
120
140 150
(b) (c)
Oksigen Terlarut (mg/L) Karbondioksida Bebas (mg/L)
0.00 4.00 8.00 0.00 4.00 8.00 12.00 16.00
0 0
20 20
Kedalaman (cm)

Kedalaman (cm)

40 40
60 60
80 80
100 100
120 120
140 140

(d) (e)

80
60
Kecerahan (cm)

40
20
0
1 2 3

Stasiun

Sumber: Data primer (f)

Selanjutnya jika kelimpahan pada Stasiun 2 sejalan dengan


fitoplankton dihubungkan dengan tingginya konsentrasi oksigen terlarut
konsentrasi oksigen terlarut, maka (4,89 mg/L). Hal ini terjadi karena
tingginya kelimpahan fitoplankton adanya proses fotosintesis yang
9

dilakukan fitoplankton sehingga pada stasiun ini dimanfaatkan oleh


menghasilkan oksigen terlarut di fitoplankton untuk berfotosintesis.
perairan. Sedangkan konsentrasi Untuk melihat apakah
oksigen terlarut terendah berada di kelimpahan fitoplankton di permukaan
Stasiun 3. Hal ini sejalan dengan antar stasiun dan antar waktu berbeda
Kelimpahan fitoplankton yang rendah atau tidak, maka dilakukan uji anova
pada stasiun ini, karena pada saat dua arah. Uji dua arah anova terhadap
penetrasi cahaya yang berkurang akan kelimpahan fitoplankton di permukaan
membuat proses fotosintesis terganggu antar stasiun p= 0,05 (berbeda nyata),
yang akibatnya oksigen terlarut dan antar waktu p= 0,10 (tidak
terbatas. Hal ini sesuai dengan berbeda). Berbedanya kelimpahan
pendapat Hakim (2009) yang fitoplankton antar stasiun diduga
menyatakan bahwa sumber utama disebabkan karakteristik stasiun yang
oksigen di perairan berasal dari berbeda dan berbedanya nilai
fotosintesis oleh fitoplankton dan kecerahan yang didapat pada masing-
tumbuhan berklorofil lainnya. masing stasiun.
Jika dikaitkan dengan Pada kolom air, kelimpahan
konsentrasi CO2 bebas yang didapat fitoplankton antar stasiun p=0,04
selama penelitian tertinggi di Stasiun 3 (berbeda nyata) dan antar waktu p=0,40
dan terendah di Stasiun 2. Tingginya (tidak berbeda). Berbedanya
CO2 bebas pada stasiun ini karena tidak kelimpahan fitoplankton antar stasiun
dimanfaatkan dan sejalan dengan dikarenakan nilai kecerahan yang
kelimpahan fitoplankton yang rendah. didapat selama penelitian pada masing-
Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi masing stasiun berbeda. Sedangkan
(2003) yang menyatakan bahwa proses tidak berbedanya kelimpahan
fotosintesis memanfaatkan CO2 sebagai fitoplankton antar waktu karena
unsur utama sehingga CO2 di perairan konsentrasi nitrat dan fosfat yang
berkurang. Sedangkan konsentrasi CO2 didapat tidak jauh berbeda.
bebas terendah di Stasiun 2, hal ini Selanjutnya uji dua arah anova
sejalan dengan kelimpahan kelimpahan antar kedalaman
fitoplankton tinggi sehingga CO2 bebas menunjukkan di Stasiun 1 dan 3 antar
kedalaman berbeda nyata tetapi di
10

Stasiun 2 tidak berbeda. Berbedanya Parameter Kualitas Air


kelimpahan fitoplankton Stasiun 1 dan Suhu
3 antar kedalaman, sedangkan tidak Pada permukaan suhu air lebih
berbedanya kelimpahan antar hangat disebabkan penetrasi cahaya
kedalaman di Stasiun 2 disebabkan matahari yang lebih tinggi di
konsentrasi fosfat, nitrat dan nilai permukaan dibandingkan kolom air.
kecerahan yang didapat tidak jauh Suhu di permukaan tertinggi pada
berbeda. Hasil uji dua arah anova Stasuin 2 karena stasiun ini merupakan
kelimpahan antar waktu menunjukan di perairan terbuka, sedangkan suhu
semua stasiun tidak berbeda. Hal ini terendah ada di Stasiun 3 dikarenakan
dapat terjadi karena konsentrasi nitrat adanya tumbuhan air yang berada di
dan fosfat yang tidak jauh berbeda tiap permukaan perairan, sehingga cahaya
waktu. matahari terhambat masuk ke perairan.
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan suhu yang didapatkan
kelimpahan fitoplankton yang didapat dalam penelitian ini (30-320C) masih
(61.180-150.260 sel/L), maka perairan layak untuk kehidupan organisme
Danau Sepinang termasuk dalam perairan. Hal ini sesuai dengan
kategori perairan yang tingkat pendapat Effendi (2003) yang
kesuburannya sedang (mesotrofik). Hal menyatakan bahwa kisaran suhu yang
ini sesuai dengan pendapat Goldman optimum bagi pertumbuhan organisme
dan Horne (1983) yang perairan yaitu 20-32 0C.
mengklasifikasikan tingkat kesuburan
Suhu (0C)
perairan berdasarkan kelimpahan 0.00 10.0020.0030.0040.00
0
fitoplankton yaitu kelimpahan
Kedalaman (cm)

20 St.
4 40 1
fitoplankton <10 sel/L disebut tingkat St.
60
2
kesuburan paling rendah (ologotrifik), 80
100
kelimpahan fitoplankton 104 sel/L atau
120
lebih tingkat kesuburan perairan sedang
(mesotrofik), dan jika kelimpahan Gambar 2. Suhu selama penelitian di
7
fitoplankton ≥ 10 sel/L tingkat Danau Sepinang
kesuburan perairan sangat tinggi
(eutrofik).
11

Derajat Keasaman (pH) Sepinang selama penelitian berkisar


Berdasarkan Gambar 3 dapat 61.180-150.650 sel/L. Berdasarkan
dilihat bahwa nilai pH sama dan kelimpahan fitoplankton maka Danau
memiliki nilai 5 (asam). Wardoyo Sepinang dikategorikan mesotrofik
(1981) menyatakan bahwa nilai pH atau status kesuburan yang sedang.
yang mendukung untuk kehidupan Saran
pertumbuhan dan perkembangan Pada penelitian ini tidak
fitoplankton berkisar 5-9. Berdasarkan dilakukan pengukuran konsentrasi
pendapat tersebut maka dapat bahan organik, padahal di sekitar
disimpulkan bahwa perairan di Danau Danau Sepinang terdapat aktivitas
Sepinang masih mendukung kehidupan perkebunan sebagai sumber bahan
fitoplankton di dalamnya. Hal ini organik ke perairan. Oleh karena itu
ditandai dengan kelimpahan yang perlu adanya penelitian lanjutan
tinggi selama penelitian. mengenai kandungan bahan organik di
pH Danau Sepinang.
0.001.002.003.004.005.006.00
0 DAFTAR PUSTAKA
20
Kedalaman (cm)

40 St. 1 APHA (American Public Health


60 St. 2 Association). 2012. Standard
80
St. 3
100 Methods for The Examination of
120
Water and Wastewater. 22th ed.
140
APHA, AWWA (American

Gambar 3. pH Selama Penelitian di Water WORKS Association) end


WPCF (Water Pollution Control
Danau Sepinang
Federation). Washington Dc.
KESIMPULAN DAN SARAN
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi
Kesimpulan
Studi Tentang Ekosistem Sungai
Jenis fitoplankton yang
dan Danau. Program Studi
ditemukan di Danau Sepinang selama Biologi. Fakultas MIPA.
penelitian sebanyak 47 jenis yang Uiversitas Sumatra Utara,
terdiri dari 5 divisi yaitu Chrysophyta Medan. (tidak diterbitkan).
(10 jenis), Chlorophyta (25 jenis), Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Cyanophyta (8 jenis), Euglenophyta (3 Pengelolaan Sumberdaya

jenis) dan Cryptophyta (1 jenis). Lingkungan Perairan.

Kelimpahan fitoplankton di Danau Kansius.Yogyakarta.


12

Goldman, C.R dan A.J. Horne. 1983. Luar Desa Buluh Cina
Limnology. United States of Kecamatan Siak Hulu Kabupaten
America (US) McGraw-Hill Kampar Provinsi Riau. Fakultas
Book Company. Perikanan dan Kelautan.
Ramos, G. J. P., E.M.B. Carlos,G.N. Universitas Riau. Pekanbaru.
Aristoteles, dan W. N. M, (tidak diterbitkan).
Carlos,. 2012. Monorapohidium Simanjuntak, D. M. K. 2014. Profil
and Ankistrodesmus Vertikal Fitoplankton di Danau
(Chlorophyceae, Chlorophyta) Tanjung Putus Buluh Cina
from Pantanal dos Marimbus, Kecamatan Siak Hulu Kabupaten
Chapada Diamantina Bahia State, Kampar Provinsi Riau. Skripsi.
Brazil. Hoehnea 39(3):421-434. Universitas Riau. Pekanbaru.
Risamasu, F. J. L. dan H. B. Prayitno. (tidak diterbitkan).
2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Soeprobowati, T. R. 2011. Komunitas
Nitrit, Nitrat dan Silikat di Fitoplankton Danau Rawapening.
Perairan Matasisi, Kalimantan Jurnal Sains dan Matematika. 19
Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan. 16 (1) : 19-30
(3) 135-142. Soeprobowati, T. R. 2013. Variabilitas
Sachlan, M. A. dan Hanafi. 1982. Analisis Keanekaragaman dan Distribusi
Kualitas Air untuk Keperluan Vertikal Diatom Danau Rawa
Perikanan. Training Penyakit Pening. Jurnal Sains dan
Ikan. Staff Laboratorium Kimia. Matematika. 19 (3) : 65-70.
Balai Penelitian Perikanan Darat. Tang, U. M. dan Pareng Rengi. 2009.
Bogor (tidak diterbitkan). Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sharfina, S. dan H. Suwono. 2013. Kampar untuk Kesejahteraan
Struktur Komunitas Fitoplankton Masyarakat Riau. UR Press.
di Perairan Ranu Pani, Pekanbaru.
Kecamatan Senduro, Kabupaten Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria Kualitas
Lumajang. Skripsi. Universitas Air Untuk Keperluan Pertanian
Negeri Malang. Malang. (tidak dan Perikanan Training Analisa
diterbitkan) Dampak Lingkungan. PPLH-PS.
Sihombing, S. 2013. Profil Vertikal IPB. Bogor. (tidak diterbitkan)
Fitoplankton di Danau Pinang

Anda mungkin juga menyukai