Kelompok 1 (Wasting Dan Kurus) Dasar Ilmu Gizi-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH DASAR ILMU GIZI

WASTING DAN KURUS

Oleh
PUTU AAN KARTIKA YUDHA (AK0322002)
I GUSTI WAHYU WIDIARTHA (AK0322007)
MATHEW RIFAIFLE TALOMNAFE (AK0322010)

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI KESEHATAN


STIKES KESDAM IX/UDAYANA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Dasar Ilmu Gizi yaitu sebuah
makalah yang berjudul “Wasting”.
Pada kesempatan ini, sebelumnya penulis sampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada para Dosen:
1. Ni Putu Eka Febianingsih, M.PH
2. Ni Putu Ayu Wulan Noviyanti, S.KM., M.Kes
3. Ns. Kurniasih Widayati, S.Kep., M.Kes
Selaku Dosen Pengampu mata kuliah Dasar Ilmu Gizi di Stikes Kesdam
IX/Udayana.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun.
Terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan
positif bagi kita semua.

Denpasar, 09 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Wasting
2.2 Faktor Penyebab Wasting
2.3 Dampak Wasting
2.4 Upaya Penanggulangan & Pencegahan Wasting
2.5 Hubungan Upaya Pencegahan Wasting dengan Indikator SDG’s
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus
(severe wasted) yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan
ambang batas (Z- score) <-2 SD.(1) Pada tahun 2012 kematian balita
berjumlah 6,6 juta jiwa artinya 18.000 jiwa balita meninggal setiap harinya
dimana secara tidak langsung wasting atau balita kurus menyumbang 60%
kematian balita sebagai underlying causes terhadap penyakit infeksi sebagai
penyebab langsung kematian. Tahun 2013 dari 161 juta jiwa balita di dunia
menderita kelaparan dimana 51 juta jiwa balita diantaranya menderita wasting
(Benjamin, 2019).
Di negara berkembang dan miskin, persoalan nutrisi berkisar seputar
kekurangan asupan sehingga menimbulkan defisiensi nutrisi seperti
kekurangan energi protein, anemia, defisiensi Iodium dan kekurangan
mikronutrien lain. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
175 juta anak di negara berkembang mengalami malnutrisi dilihat dari data
berat badan menurut umur dan sekitar 230 juta mengalami stunted dilihat dari
tinggi badan menurut umur. Pada tahun 2007, hampir 20 juta anak bawah lima
tahun (balita) menderita malnutrisi berat akut. Menurut WHO, anak penderita
gizi buruk berisiko kematian 5 - 20 kali lebih besar daripada anak dengan
nutrisi baik. Malnutrisi bertanggung jawab langsung dan tidak langsung
terhadap 60% kematian balita, lebih dari dua pertiga kematian tersebut justru
terjadi pada usia kurang dari satu tahun.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai
masalah gizi buruk dan wasting. Riskusdas menyebutkan prevalensi sampah di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 12,1% yang berarti turun 1,5%
dibandingkan tahun 2007. Prevalensinya adalah 13,6%. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) pada tahun 2005 memperkirakan sekitar 10% anak di bawah
usia 5 tahun (bayi) di seluruh dunia menderita wasting. Pemerintah Indonesia
telah melaksanakan berbagai program untuk mengurangi prevalensi ini guna
meningkatkan kualitas dan kuantitas generasi mendatang (Bogor, 2017).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah yang sesuai ialah sebagai berikut.
1.2.1 Apa yang di maksud dengan wasting?
1.2.2 Berapa prevalensi masalah Wasting di Indonesia ?
1.2.3 Bagaimana proses pengumpulan data prevalensi masalah Wasting?
1.2.4 Bagaimana landasan penetapan AKG terkait Wasting?
1.2.5 Bagaimana Pedoman Gizi Seimbang dalam mencegah Wasting?
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibahasnya materi mengenai wasting pada balita ialah sebagai
berikut.
1.3.1 Dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
wasting.
1.3.2 Dapat mengetahui prevalensi masalah wasting di Indonesia.
1.3.3 Dapat mengetahui proses pengumpulan data prevalensi wasting.
1.3.4 Dapat mengetahui dan memahami landasan penetapan AKG terkait
wasting.
1.3.5 Dapat mengetahui Pedoman Gizi Seimbang dalam mencegah
masalah wasting.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Wasting


Wasting adalah kondisi di mana berat badan anak menurun secara
signifikan sehingga berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan
atau nilai Z-score kurang dari -2SD. Anak yang mengalami wasting umumnya
memiliki proporsi tubuh yang kurang ideal dan kondisi ini biasanya
disebabkan oleh kekurangan gizi akut, seperti diare. Jika penanganannya
terlambat, wasting dapat berakibat fatal. Wasting berbeda dengan stunting, di
mana anak memiliki tinggi badan yang rendah menurut usia anak atau
gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan zat gizi protein secara kronis.
Anak yang stunting tidak tampak kurus karena anak bisa terlihat gemuk atau
berat badannya normal.

Tabel 1: Kebutuhan karbohidrat per hari (Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia, 2014).

Berdasarkan tabel diatas, kebutuhan karbohidrat menurut umur yaitu untuk


anak usia 0-5 bulan membutuhkan 59 gram karbohidrat per hari, usia 6-11
bulan membutuhkan 105 gram karbohidrat per hari, usia 1-3 tahun
membutuhkan 215 gram karbohidrat per hari, dan usia 4-6 tahun
membutuhkan 220 gram karbohidrat per hari.

2.2 Faktor Penyebab Wasting


Faktor penyebab wasting (kurus) pada anak dapat meliputi:
 Tidak ASI Eksklusif.
 Makanan pendamping ASI yang tidak adekuat.
 Balita menderita sakit.
 Imunisasi tidak lengkap.
 Memberikan vitamin A dua kali dalam setahun
Selain itu, faktor lain yang dapat memengaruhi kejadian wasting pada
balita meliputi ketahanan pangan rumah tangga, tingkat pendapatan keluarga,
status imunisasi, pemantauan pertumbuhan, pemberian ASI eksklusif,
pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu.
2.3 Dampak Wasting
Dampak dari kondisi wasting (kurus) pada anak dapat mencakup berbagai
aspek, termasuk kesehatan fisik dan perkembangan. Beberapa dampak yang
dapat terjadi akibat wasting pada anak antara lain:
 Kekebalan (sistem imunitas) tubuh rendah.
 Gangguan pertumbuhan fisik.
 Gangguan perkembangan otak.
 Berisiko terkena penyakit tidak menular.
Dampak-dampak ini menunjukkan betapa seriusnya kondisi wasting pada
anak dan perlunya tindakan pencegahan serta penanggulangan yang tepat.
Oleh karena itu, pengenalan faktor penyebab dan upaya mengatasinya menjadi
sangat penting dalam menangani masalah wasting pada anak
2.4 Upaya Penanggulangan & Pencegahan Wasting
Beberapa upaya yang dapat dilakukan melibatkan berbagai sektor,
termasuk kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Berikut
adalah beberapa upaya penanggulangan dan pencegahan wasting:
a. Pemberian Makanan Bergizi:
 Memastikan anak-anak menerima makanan yang bergizi dan seimbang,
terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (mulai dari kehamilan hingga
dua tahun pertama kehidupan).
 Memberikan suplemen gizi jika diperlukan, seperti suplemen zat besi dan
vitamin A.
b. Pelayanan Kesehatan:
 Memastikan adanya pelayanan kesehatan yang berkualitas, termasuk
pemeriksaan kesehatan rutin, pemantauan pertumbuhan anak, dan
penanganan dini jika ditemukan tanda-tanda wasting.
 Edukasi kepada ibu hamil dan ibu menyusui tentang pentingnya gizi
seimbang.
c. Air Bersih dan Sanitasi:
 Menjamin akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi yang baik
untuk mencegah penyakit yang dapat memperburuk kondisi gizi anak.
d. Pendidikan Gizi:
 Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi yang
baik, cara memasak yang benar, dan praktik-praktik pangan yang aman.
 Menyediakan informasi tentang makanan lokal yang kaya akan gizi.
e. Program Pemberdayaan Masyarakat:
 Mengembangkan program pemberdayaan masyarakat yang melibatkan
orang tua dan komunitas dalam pemantauan pertumbuhan anak dan
penanganan dini kondisi wasting.
 Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam program-program gizi.
f. Intervensi Nutrisi pada Masa Krisis:
 Menyediakan bantuan nutrisi darurat untuk anak-anak yang terancam
wasting dalam situasi krisis, seperti bencana alam atau konflik.
 Pemantauan dan Evaluasi.
2.5 Hubungan Upaya Pencegahan Wasting dengan Indikator SDG’s
Upaya pencegahan wasting pada anak saling berkaitan dengan beberapa
indikator Sustainable Development Goals (SDGs). Berikut adalah beberapa
indikator SDGs yang terkait dengan upaya pencegahan wasting :
1. SDG 2: Mengacu pada pengangkutan gizi dan menghilangkan malnutrisi
pada 2030. Upaya pencegahan wasting berkaitan dengan target ini karena
membantu mengurangi ketergantungan pada gizi dan meningkatkan
kualitas gizi yang diberikan kepada anak.
2. SDG 3: Fokus pada eradikasi sekitar mautal dan meningkatkan kesehatan
mereka. Wasting pada anak dapat menyebabkan kekurangan gizi yang
parah, yang bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan otak, serta meningkatkan risiko terkena penyakit tidak
menular.
3. SDG 4: Mengacu pada penyediakan akses, kualitas, dan luas pengajaran
primary education. Pencegahan wasting berkaitan dengan target ini karena
membantu memastikan bahwa anak mendapatkan gizi yang cukup untuk
berkembang dan berpelajari dengan baik.
4. SDG 5: Mengacu pada perencanaan dan investasi yang mencakup sektor
pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Upaya pencegahan wasting
melibatkan peningkatan kualitas layanan kesehatan, pemantauan
pertumbuhan, dan pemberian akses ke gizi yang seimbang.
Dalam konteks ini, upaya pencegahan wasting pada anak berkaitan erat
dengan beberapa indikator SDGs yang mempengaruhi kesehatan, pendidikan,
dan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, upaya ini berkontribusi terhadap
mencapai target yang diusulkan dalam SDG’s
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Wasting atau kurus pada anak merupakan kondisi kekurangan gizi yang
dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada kesehatan dan
perkembangan anak. Berdasarkan makalah yang diberikan, beberapa faktor
penyebab wasting meliputi ketahanan pangan rumah tangga, tingkat
pendapatan keluarga, status imunisasi, dan Asi eksklusif. Selain itu, faktor lain
yang mempengaruhi kejadian wasting meliputi faktor Ibu (ASI Eksklusif, Pola
Asuh, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan), faktor Anak (Jenis
Kelamin, Usia, Asupan Nutrisi, Penyakit Infeksi, dan BBLR), serta faktor
Keluarga (Ketahanan Pangan Keluarga, Tingkat Ekonomi, dan Jumlah
Anggota Keluarga)
3.2 Saran
Adapun saran yang bisa kami berikan yaitu:
1. Memahami faktor-faktor penyebab wasting, seperti ketahanan pangan
rumah tangga, tingkat pendapatan keluarga, status imunisasi, dan Asi
ekslusif
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pemantauan pertumbuhan
anak.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi dan nutrisi
yang seimbang.
4. Mengikuti cara-cara pencegahan wasting yang ditetapkan oleh tenaga
medis dan organisasi nirlaba, seperti UNICEF Indonesia
5. Meningkatkan ketersediaan makanan bergizi dan aksesibilitasnya.
6. Mengurangi gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak dengan
memastikan anak mendapatkan gizi yang cukup.
7. Mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular dengan memastikan
anak mendapatkan imunisasi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Benjamin, W. (2019). Masalah Gizi. ペインクリニック学会治療指針2,


3(11201010000069), 1–9.
Bogor, I. P. (2017). WASTING (Wasting). April.

Anda mungkin juga menyukai