Program Pascasarjana 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITS MUHAMADIDIYAH SUMATRA UTARA


UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL Tahun 2022/2023

HARI/ Tanggal Sabtu / 10 Desember 2022


Mata kuliah Teori Hukum
Program Studi Magister Ilmu HUkum
Ruangan
Kelas Reguler kerja
Nama Dosen DR. Onny Medaline, SH.,MKn
Waktu Ujian
Sifat Ujian Take Home

Soal

1. Jelaskan tujuan mempelajari Teori Hukuim dalam Praktik hukum di masyarakat ?


Jawab :

Secara spesifik, teori hukum sendiri belum memiliki definisi yang baku.
Namun beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai disiplin
dari teori hukum, sebagai berikut.

1. Hans Kelsen

Menurut Hans Kelsen, teori hukum merupakan ilmu pengetahuan


mengenai hukum yang berlaku dan bukan hanya mengenai hukum yang
seharusnya. Yang dimaksud dari teori hukum menurut beliau adalah teori
hukum murni, yang juga bisa disebut sebagai teori hukum positif.

Teori hukum murni atau teori hukum positif yang dimaksud karena hanya
menjelaskan hukum serta berupaya untuk membersihkan objek penjelasan
dari segala hal yang tidak memiliki sangkut paut dengan hukum. Sebagai
teori, Hans Kelsen juga menjelaskan apa yang dimaksud dari hukum dan
bagaimana hukum tersebut ada.

2. Friedman

Teori hukum menurut Friedman adalah sebuah ilmu pengetahuan yang di


dalamnya mempelajari esensi hukum yang memiliki kaitan antara filsafat
hukum di satu sisi dengan teori politik yang berada di sisi lainya.

Disiplin teori hukum yang ada tidak mendapatkan tempat menjadi sebuah
ilmu yang mandiri, oleh sebab itu disiplin teori hukum harus mendapatkan
tempat di dalam disiplin ilmu hukum yang memiliki sifat mandiri.
3. Ian Mc Leod

Ian Mc Leod juga mengemukakan pendapatnya mengenai definisi dari


teori hukum. Menurutnya, teori hukum merupakan sesuatu yang menjadi
pengarah kepada analisis teoritik secara sistematis terhadap berbagai sifat
dasar hukum, aturan hukum maupun institusi hukum secara umum.

4. John Finch

Definisi dari teori hukum juga disampaikan oleh John Finch yang
mengartikannya sebagai studi yang di dalamnya meliputi karakteristik
esensial yang ada pada hukum serta kebiasaan yang memiliki sifat umum
yang ada pada suatu sistem hukum dalam tujuan menganalisis berbagai
unsur dasar yang menjadikannya sebuah hukum serta membedakannya
dengan peraturan lain.

5. Jan Gijssels dan Mark van Hoecke

Jan Gijssels dan Mark van Hoecke mendefinisikan teori hukum sebagai ilmu
yang memiliki sifat menerangkan maupun menjelaskan mengenai hukum.
Teori hukum sendiri dapat diartikan sebagai sebuah disiplin materi yang
pada perkembangannya dipengaruhi dan memiliki kaitan yang besar dengan
ajaran hukum umum.

Jan Gijssels dan Mark van Hoecke juga memandang bahwa terdapat
kesinambungan antara ajaran hukum umum yang ada dan terbagi menjadi
dua aspek yang ada di bawah ini.

 Teori hukum merupakan kelanjutan dari ajaran hukum umum yang memiliki
objek disiplin mandiri, yang diantaranya yaitu dogmatik hukum yang berada di
satu sisi dengan filsafat hukum yang berada di sisi lainnya. Dalam
perkembangannya, teori hukum juga diakui sebagai disiplin ketiga disamping
dalam fungsinya untuk melengkapi filsafat hukum serta dogmatik hukum, yang
masing-masing memiliki wilayah serta nilai nya sendiri.
 Teori hukum juga dipandang sebagai ilmu a-normatif yang memiliki bebas nilai
yang membuatnya berbeda dari disiplin lain.

6. Bruggink

Bruggink dalam kajiannya mengartikan teori hukum sebagai seluruh


pernyataan yang saling berkaitan satu sama lain dengan sistem konseptual
yang ada pada aturan hukum serta putusan hukum. Sistem tersebut
digunakan untuk sebagian dan yang terpenting dipositifkan.

Pengertian teori hukum dari Bruggink sendiri memiliki makna ganda, yaitu
definisi teori sebagai produk dan juga proses.
7. B. Arief Sidharta

Arief Sidharta mengemukakan bahwa teori ilmu hukum atau rechtstheorie


secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah ilmu maupun disiplin hukum
yang jika dilihat melalui perspektif interdisipliner serta eksternal secara kritis
dapat digunakan untuk menganalisis berbagai aspek gejala hukum, baik
secara sendiri maupun secara keseluruhan, baik di dalam konsep teoritisnya
maupun dengan praktisnya, yang memiliki tujuan dalam mendapatkan
pemahaman lebih baik serta dapat memberikan penjelasan sejelas mungkin
berhubungan dengan bahan hukum yang tersaji dan kegiatan yuridis yang ada
pada kenyataan masyarakat.

Ciri – Ciri Teori Hukum

Berdasarkan penjelasan serta pengertian dari teori hukum yang ada diatas,
dapat ditarik kesimpulan mengenai ciri-ciri dari teori hukum sebagai
berikut.

 Teori hukum merupakan bentuk pemikiran tentang hukum.


 Teori hukum digunakan untuk mencari segala sesuatu tentang
hukum.
 Teori hukum merupakan ilmu yang menanyakan segala sesuatu
yang mana yang merupakan bagian dari hukum.
 Teori hukum digunakan untuk menanyakan apa isi dari sistem
hukum yang ada.
 Teori hukum tidak membentuk hukum yang ajeg.
 Teori hukum memperoleh materialnya atau isinya dari ilmu
hukum.
 Teori hukum merupakan bentuk meta dari teori hukum.
 Teori hukum merupakan refleksi dari sebuah teknik hukum.
 Teori hukum merupakan bentuk dari cara ahli hukum berbicara
mengenai hukum.
 Teori hukum digunakan untuk membicarakan hukum dari
perspektif yang tidak teknis yuridis dan juga penggunaan
bahasa yang tidak teknis yuridis juga.
 Teori hukum digunakan untuk menanyakan mengenai dapat
atau tidak dapatnya digunakan teknik interpretasi logis.
 Teori hukum membicarakan mengenai pertimbangan maupun
penalaran dari para ahli hukum.
 Teori hukum tidak mempermasalahkan mengenai penyelesaian
mana yang paling cocok.
 Teori hukum digunakan untuk meneliti pertimbangan dari para
ahli hukum serta menjadi instrumentarium yang digunakan
oleh para ahli hukum.

Kegunaan Teori Hukum


Teori hukum yang merupakan ilmu disiplin tersendiri yang ada di antara
dogmatik serta filsafat hukum, memiliki perspektif interdisipliner serta eksternal
yang secara kritis menganalisis berbagai aspek gejala hukum, baik secara mandiri
maupun dalam kaitannya dengan keseluruhan.

Teori hukum juga memiliki tujuan untuk menjelaskan berbagai kejadian dalam
bidang hukum serta mencoba untuk memberikan penilaian di dalamnya. Teori
hukum sendiri merupakan bentuk kelanjutan dari usaha dalam mempelajari
hukum positif. Dimana teori hukum digunakan hukum positif sebagai bahan
kajian menggunakan telaah filosofis sebagai salah satu sarana bantuan dalam
menjelaskan mengenai hukum.

Hal tersebut juga termasuk baik di dalam konsep teoritisnya dan juga dalam
kaitannya dengan keseluruhan, baik di dalam konsep teoritisnya maupun
penerapan praktisnya, teori hukum memiliki tujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik serta memberikan penjelasan sejelas mungkin
mengenai hukum yang ada di dalam kenyataan kemasyarakatan.

1. Urgensi dari Teori Hukum sendiri memiliki kegunaan sebagai berikut.


1. Teori hukum digunakan untuk menjelaskan hukum melalui cara
penafsiran akan sesuatu arti ataupun pengertian, sesuatu syarat maupun
unsur sahnya dari suatu peristiwa hukum, serta hirarki kekuatan yang
ada pada peraturan hukum.
2. Teori hukum digunakan untuk menilai sebuah peristiwa hukum yang
ada.
3. Teori hukum digunakan untuk memprediksi mengenai suatu hal yang
akan terjadi.

Teori hukum menurut Radbruch juga memiliki tugas yaitu,

Teori hukum digunakan untuk membuat jelas berbagai nilai serta postulat
hukum hingga pada landasan filosofisnya yang paling tinggi.

Teori hukum menurut Kelsen juga memiliki kegunaan sebagai berikut.

Teori hukum memiliki fungsi untuk mengurangi kekacauan serta kemajemukan


yang dapat menjadi kesatuan.

Teori hukum menurut Mochtar, secara khusus teori hukum pembangunan yang
mengundang banyak atensi, sebagai berikut.

1. Teori hukum pembangunan hingga saat ini merupakan teori hukum


yang diciptakan atau dibuat oleh rakyat Indonesia yang dibuat
dengan melihat dimensi serta kultur dari masyarakat Indonesia. Oleh
sebab itu, melalui tolak ukur dimensi yang ada tersebut mengenai
teori hukum pembangunan pun lahir, tumbuh, serta berkembang
menyesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia. Pada
hakikatnya jika diterapkan dalam aplikasinya yang sesuai dengan
kondisi serta situasi masyarakat di Indonesia yang pluralistik.
2. secara dimensional teori hukum pembangunan menggunakan
kerangka acuan pada way of life atau pandangan hidup masyarakat
dan juga bangsa Indonesia yang didasari atas asas Pancasila yang
memiliki sifat kekeluargaan terhadap norma, asas, lembaga, serta
kaidah yang ada di dalam teori hukum pembangunan yang ada
tersebut relatif dan sudah merupakan dimensi yang meliputi
struktur, kultur, serta substansi.
3. Teori hukum pembangunan pada dasarnya memberikan dasar fungsi
hukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan masyarakat
atau yang disebut dengan law as a tool social engineering serta
hukum sebagai sebuah sistem yang sangat diperlukan bagi bangsa
Indonesia yang merupakan negara yang sedang mengalami
perkembangan.

2. Jelaskan menurut pendapat saudara hubungan antara filsafat hukum, teori


hukum, dogmatik hukum dan fakta hukum?
Jawab :

Pengertian filsafat hukum adalah :

Teori Hukum adalah Teori Hukum mempelajari hukum dengan tujuan


suatu pemahaman yang lebih baik dan terutama lebih mendasar tentang
hukum, demi hukum, bukan demi suatu pemahaman dalam hubungan-
hubungan kemasyarakatan atau dalam kaidah-kaidah etikal yang dianut
dalam masyarakat atau dalam reaksi-reaksi psikhologikal dari suatu
penduduk. Ini tidak berarti bahwa Teori Hukum langsung bertujuan
untuk menyelesaikan masalah-masalah konkret dengan memformulasikan
kaidah-kaidah “de lege ferenda” (hukum yang akan datang, ius
constituendum): ia adalah bukan pembentuk undang-undang. Memang
benar bahwa mereka beranjak dari hal bahwa suatu pengetahuan yang
lebih mendalam tentang latar belakang dari hukum dapat memberikan
kontribusi pada suatu pengaturan yuridikal yang lebih baik terhadap
masalah-masalah kemasyarakatan

Dogmatik hukum dapat dirumuskan sebagai cabang dari ilmu


pengetahuan hukum yang mengemukakan dan atau menuliskan
serta mengsistematisasikan hukum positif yang berlaku dalam
suatu kehidupan masyarakat tertentu dan pada saat tertentu,
dilihat dari sudut pandangan normatif.

Fakta Hukum adalah Fakta hukum adalah fakta / keadaan yang


tidak dibantah atau yang bersesuaian satu sama lain berdasarkan
keterangan saksi dan keterangan terdakwa serta barang bukti
yang relevan dengan unsur dakwaan. Hal-hal yang masih
dipertentangkan antara alat bukti satu dengan lainnya tidak dapat
menjadi fakta hukum. Hal ini berbeda dengan fakta persidangan
yang berisi keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti,
dan fakta pembelaan. Fakta hukum dapat disusun dengan 2 (dua)
cara yaitu

1. Fakta hukum yang diperoleh dari fakta persidangan yang


sudah tidak dibantah atau diperdebatkan lagi, disusun
sesudah seluruh keterangan saksi dan keterangan
terdakwa yang bertujuan untuk memudahkan pembahasan
pertimbangan unsur-unsur pasal yang didakwakan,
2. Tidak menuliskan fakta hukum melainkan langsung ke
pembahasan atau pertimbangan terbukti/tidaknya unsur-
unsur pasal yang didakwakan dengan cara menunjuk atau
mengambil alat bukti keterangan saksi-saksi dan atau
keterangan terdakwa

Hubungan Filsafat hukum, teori hukum,dogmatik hukum adalah


Pada dasarnya Filsafat Hukum merupakan bagian tertinggi dalam ilmu
hukum setelah dogmatika hukum dan teori hukum. Kajian filsafat hukum
ditujukan kepada filsfat itu sendiri yang merupakan hukum sebagai objek kajian
filsafat. Artinya bahwa hukum (tidak terbatas pada peraturan perundang-
undangan/positif hukum saja, tetapi hukum dalam artian luas) akan dikaji secara
mendalam.

Dalam filsafat hukum, hukum akan diabstraksi hingga menjadi asas-asas, norma
dan nilai. Manfaat mempelajari filsafat hukum juga dapat dilihat dari
karakteristik ilmu filsafat itu sendiri, yakni ditinjau dari sifat holistik, mendasar,
spekulatif, dan reflektif kritis.Jika dalam filsafat hukum yang cenderung
menciptakan pemikiran yang spekulatif pada Teori Hukum lebih kepada upaya
pendekatan hukum secara ilmiah-positif. Pada dasarnya Teori Hukum lahir
sebagai bentuk kegelisahan atas allgemeine rechtslehre yang timbul pada abad
ke-19 di Eropa.

Pada waktu itu filsafat hukum dipandang terlalu abstrak dan spekulatif
sementara dogmatika hukum dipandang terlalu konkret karena terikat dengan
tempat dan waktu.

Dogmatika hukum sendiri merupakan cabang ilmu hukum yang menelaah hanya
sekedar hukum positif (peraturan perundang-undangan). Sementara Teori
hukum itu memiliki fungsinya untuk menganalisis dan mengkaji penelitian-
penelitian hukum dan sebagai instrumen dalam mengkaji gejolak fenomena
dalam perkembangan masyarakat.

Hubungan Filsafat Hukum dengan Teori Hukum -- Lalu, untuk apa mempelajari
filsafat hukum? Bukankah dogmatika hukum dan teori hukum sudah cukup untuk
menjelaskan fenomena hukum yang ada di masyarakat? Bukankah ada adaigum
yang menyatakan "La Bounche de La loi" Hakim adalah corong undang-undang?
Filsafat hukum memang bersifat memunculkan pemikiran yang spekulatif
(yang dengan itu harus didiskusikan bersama) tetapi dari spekutalisismenya
filsafat itu mengartikan bahwa

Filsafat hukum memiliki karakteristik yang menyeluruh, artinya bahwa filsafat


memandang suatu perosalan dari segala sesuatu sudut, luas dan universal
sementara dogamtika hukum saja hanya mempelajari hukum sekedar hukum
positif/peraturan perundang-undangan.

Filsafat hukum memiliki sifat yang mendasar. Artinya filsafat selalu mengulas
suatu permasalahan sampai dasar yang terdalam atau sampai ke akar
permasalahan (radix).

Filsafat hukum selalu membuka peluang-peluang baru bagi suatu persoalan


artinya bahwa filsafat selalu memberikan solusi alternatif yang tidak terbatas
(baik oleh budaya, norma lama dan tradisi). Filsafat hukum juga selalu bersikap
kritis sehingga akan memberikan solusi terbaik bagi sebuah persoalan.

Selanjutnya, Filsafat hukum akan sangat kerasa pengaruhnya di dalam suatu


praktik hukum seperti di pengadilan apabila ia mampu mengaktualisasikan diri
sehingga bisa menjadi jembatan antara teori hukum dengan dogmatika hukum.

3. Jelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan keadilan, kemanfaatan dan


kepastian hukum?
Dalam ilmu hukum dikenal beberapa teori tentang tujuan hukum, antara lain
teori Etis, teori Utilitas, dan teori Yuridis-Dogmatik yang digolongkan ke dalam
ajaran konvensionlal serta teori prioritas yang digolongkan ke dalam ajaran
modern. Teori

prioritas ini dibedakan antara prioritas baku dan prioritas kasuistik


1. Teori Etis
Disebutkan bahwa tujuan hukum semata-mata adalah untuk mewujudkan
keadilan. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles dalam bukunya
"EthicaNicomachea
2. Teori Utilitas
Teori utilitas (Utiliteis theori) mengemukakan, hukum bertujuan mewujudkan
kemanfaatan. Teori ni diajarkan oleh Jeremi Bentham. Teori ini juga diikuti oleh
James Mill dan John Stuart.

3. Teori Yuridis-Dogmatik
Teori ini bersumber dari pemikiran posisitivistis yang cenderung melihat hukum
sebagai suatu yang otonom dan mandiri. Menurut pemikiran mereka hukum
tidak lain hanya kumpulan aturan dan tujuan hukum tidak lain dari sekedar
menjamin terwujudnya kepastian hukum

4. Teori Prioritas
Teori konvensional menganggap tujuan hukum hanya untuk mewujudkan salah
satu dari tiga tujuan yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum,
sedangkan teori prioritas menerima ketiga-tiganya sekaligus sebagai tujuan
hukum. Teori ini dibedakan antara prioritas baku dan prioritas kasuistik. Prioritas
baku dipelopori oleh Gutaf Radburch seorang filsuf Jerman. Radburch
mengajarkan adanya asas prioritas dimana keadilan harus mendapat prioritas
pertama, barulah kemanfaatan, dan terakhir kepastian hukum. Prioritas Kasuistik
yang menyebutkan bahwa alur pemikiran (legal reasoning) yang dilakukan hakim
dalam pertimbangan hukumnya sesuai dengan rasa keadilan masyarakat

4. Jelaskan paradigma Positivisme dan berikan contoh penyelesaian kasus yang


menggunakan paradigma tersebut
bahwa paradigma merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu
pengetahuan. Dalam sebuah paradigma tertentu terdapat persamaan dan
perbedaan terhadap pandangan pokok persoalan dari cabang ilmu, sehingga
mengakibatkan persamaan dan perbedaan pula terhadap metode serta
intrumen yang digunakan sebagai alat analisa. Maka dari itu paradigma layaknya
mercesuar yang dapat digunakan untuk melihat seluruh peradaban dari ujung
dunia.
Paradigma positivisme dalam dunia kepustakaan dikenal memalui Filsuf Prancis
yang bernama Auguste Comte dalam karyanya yang berjudul Cours de
Philosophie Positive. Namun Johny Ibrahim dalam bukunya Teori dan Metodologi
Penelitian Hukum Normatif, mengatakan bahwa awal mulanya munculnya
paradigma positivisme dari seorang Henry Saint-Simon dalam karanganya
Memories sur La Science de I’homm pada tahun 1981.6 Namun Comte lah yang
menyusun secara sistematis dan komprehensif terkait dengan perkembangan
paradigma positivisme.
Dalam dunia hukum paradigma positivisme dikenalkan oleh beberapa tokoh,
diantaranya adalah John Austin dan Hans Kelsen. Meskipun keduanya memiliki
pandangan yang berbeda terkait dengan pengklasifikasian positivisme hukum,
namun keduanya masih berada pada rumpun yang sama. Positivisme hukum
atau hukum positif memandang perlu ada pemisahan yang tegas antara hukum
dan moral, antara hukum yang berlaku (das sein) dengan hukum yang
seharusnya (das sollen). Dalam kaidah hukum aliran positivisme disebut legisme,
isme berarti suatu paham bahwa dalam bernegara, berbangsa semata-mata
berdasarkan undang-undang.
Positivisme hukum berpandangan tiada hukum lain kecuali perintah dari otoritas
yang berkuasa, atau norma hukum dapat dikatakan sah apabila ditetapkan oleh
negara dan berpacu pada norma yang lebih tinggi. Penganut positivisme hukum
berpandangan bahwa tidak ada hukum selain hukum positif. Hukum positif
sangatlah berbeda dengan aliran hukum lain yang didasarkan atas moralitas,
agama, dan kebiasaan masyarakat.
Dalam mahzab positivisme hukum sangat mengagung- agungkan hukum tertulis,
sehingga konsekuensinya aliran ini menganggap bahwa tidak ada norma hukum
di luar hukum positif. Sejatinya pendangan yang mengagung-agungkan hukum
positif ini merupakan penghargaan yang sangat berlebihan terhadap kekuasaan
yang memiliki kewenangan membuat hukum tertulis, sehingga sumber
kekuasaan dari kekuasaan adalah hukum.
Konsep paradigma positivisme hukum telah memberikan beberapa premis dan
postulat yang digunakan sebagai dasar dari pemikirannya, diantaranya adalah:
pertama, hukum dalam sebuah negara berlaku bukan karena dasar kehidupan
sosial, maupun dalam jiwa bangsa (volkgueist), dan juga bukan berdasarkan
hukum alam. Namun mendapat legitimasi dari kekuasaan yang berwenang.
Kedua, hukum harus dipandang semata-mata dari bentuk formalnya, maka dari
itu harus terpisah dari bentuk materialnya. Ketiga, materi hukum diakui
keberadaanya, tetapi bukan sebagai bahan ilmu hukum. Karena hal tersebut
diyakini dapat merusak kebenaran ilmiah dari hukum itu sendiri.
Dalam perkembanganya positivisme hukum atau hukum positif memiliki dua
corak yang berbeda. Pertama, hakikat hukum terletak pada aliran hukum positif
analitis (Analytical Legal Positivism) oleh John Austin. Kedua, aliran hukum murni
(The Pure Theory of Law) oleh Hans Kelsen. Herman Bakir menyebutnya
peraturan dapat saja dideduksikan, undang-undang dapat diberlakukan tanpa
meminta pertimbangan dari norma sosial, norma politi dan moral yang disebut
dengan positif segregasipnal atau disebut positif keras
Contoh seseorang melakukan mengambil handphone tanpa izin dari yang punya
handphone sesuai dengan paradigma positivisme seseorang tersebut akan
dihukum kepada pasal 363 tanpa hakim perlu melakukan penafsiran

5. Jelaskan kegunaan teori hukum dalam pengambilan keputusan ?


Satjipto Rahardjo menjelaskan, bahwa dalam dunia ilmu, teori menempatkan
kedudukan yang penting. Ia memberikan sarana kepada kita untuk bisa
merangkum serta memahami masalah yang kita bicarakan secara lebih baik. Hal-
hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan
ditunjukan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori dengan demikian
memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan
mensistematisasikan masalah yang dibicarakannya. Teori bisa juga mengandung
subjektivitas, apalagi berhadapan dengan suatu fenomena yang cukup kompleks
seperti hukum ini. Oleh karena itulah muncul berbagai aliran dalam ilmu hukum,
sesuai dengan sudut pandangan yang dipakai oleh orang-orang yang tergabung
dalam aliran-aliran tersebut.
Setiap teori termasuk teori hukum mempunyai paling sedikit dua fungsi, yaitu (1)
fungsi menjelaskan fenomena; (2) fungsi meramalkan fenomena. Pemahaman
ini sejalan dengan pendapat Kerlinger yang menyatakan, Theory is a set of
interrelated cunstructs (concepts), definition, and propositions that present a
systematics view of phenomena by specifiying relations among variable with the
purposeof explaining and predicting the phenomena. Teori Hukum dengan
demikian merupakan bagian dari strategi kognisi yang dibangun dari bawah
(ranah faktual), digeneralisasi menuju ke konsep,dari konsep direalisasikan ke
konsep lain sebagai suatu proporsi-proporsi yang saling berkaitan dan
membentuk kerangka berpikir untuk menjelaskan atau explaining dan
memperkirakan atau predicting suatufenomena.Sebagai sebuah strategi kognisi
maka teori diasumsikan ada (lahir) mendahuluisuatu ilmu. Setelah ilmu itu
terbentuk danberdiri mapan, ia akan terus memproduksi teori-teori baru atau
memodifikasi teori-teori lama. Teori diposisikan sebagai pilar-pilar dari suatu
ilmu, sehingga suatu ilmu termasuk ilmu hukum mempunyai teori–teori hukum
sebagai penompangnya (pilar). Satjipto Rahardjo berpendapat untuk
menyebarkan fora pendistribusi keadilan tidak semestinya terkonsentrasi hanya
pada satu lembaga yang bernama pengadilan. Keberadaan lembaga peradilan
sebagai salah satu pendistrubusian keadilan tidak dapat dilepas dari penerimaan
dan penggunaan hukum modern Indonesia. Hukum modern Indonesia diterima
dan dijalankan sebagai suatu institusi baru yang didatangkan atau dipaksakan
(imposed) dari luar. Persoalannya karena sistem hukum modern yang liberal itu
tidak dirancang untuk memikirkan dan memberikan keadilan yang luas kepada
masyarakat, melainkan untuk melindungi kemerdekaan individu. Disamping itu
juga, akibat sistem hukum liberal tidak dirancang untuk memberikan keadilan
subtantif, maka seorang dengan kelebihan materil akan memperoleh
“keadilan”yang lebih daripada yang tidak. Jika mengacu pada konsep keadilan
Ariestoteles, maka jenis keadilan hanya ada dua yaitu keadilan distributif dan
keadilan komunitatif. Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan
kepada setiap orang sesuai dengan jatah menurut jasanya. Sedangkan keadilan
Komulatif adalah keadilan yang memberikan jatah tiap orang sama banyak
mengingat jasa yang pernah dilakukannya. Sedangkan anggapan lain menurut
pandangan John Rawls mengatakan bahwa keadilan adalah fairness, justice is
fairness. Sehubungan hal tersebut, maka Pengadilan di sini bukan diartikan
semata-mata sebagai badan untuk mengadili, melainkan sebagai pengertian
abstrak, yaitu “hal memberikan keadilan”. Hal memberikan keadilan berarti yang
bertalian dengan tugas badan pengadilan atau hakim dalam memberikan
keadilan, yaitu memberikan kepada yang bersangkutan. Konkritnya kepada yang
mohon keadilan apa yang menjadi haknya atau hukumnya. Para hakim dituntut
untuk secara totalitas melibatkan dirinya pada saat membuat putusan, bukan
hanya untuk mengandalkan kemahirannya mengenai perundang-undangan.
Menurut Ruslan Saleh. “Seorang hakim diharapkan senantiasa menempatkan
dirinya dalam hukum, sehingga hukum baginya merupakan hakekat hidupnya.
Hakim tidak boleh menganggap hukum sebagai suatu rangkaian dari laranangan
dan perintah yang akanmengurangi kemerdekaannya, melainkan sebaliknya
hukum harus menjadi sesuatu yang mengisi kemerdekaannya. Oleh karena itu
“hukum itu bukan semata-mata peraturan atau undang-undang, tetapi lebih dari
pada itu: ’perilaku’ Undang-undang memeng penting dalam negara hukum, akan
tetapi bukan segalanya dan proses memberi keadilan kepada masyarakat tidak
begitu saja berakhir melalui kelahiran pasal-pasal Undang-Undang” Dengan
penerapan teori hukum melalui keilmuan dari aliran Sociological Jurisprudance
berusaha untuk menyatukan ilmu hukum dengan lingkungannya yaitu
masyarakat
UJIAN

PENEMUAN HUKUM DAN ASPEK PENGUBAH HUKUM

Dijawab Oleh :

Nama : DONNY M DOLOKSARIBU. SH


NIM : 2320010041
KELAS : Group A REG.C Pasca Sarjana Hukum
DOSEN : DR IDA NADIRAH SH, MH

PASCA SARJANA ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

TAHUN 2023

Anda mungkin juga menyukai