MAKALAH Review Jurnal Limbah Industri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

REVIEW JURNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAMBANG

MINYAK BUMI DI INDONESIA

Disusun Oleh:

Nama : Gitfirul Al Azis S. Adjam

NIM : 23960088

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA TEKNIK

LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya review jurnal ini. Jurnal ini direview untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Limbah B3.

Terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Dewi Eviane, S.Si.,


M.Sc. selaku dosen pembimbing mata kuliah ini yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Adapun kritik saran yang membangun tetap saya nantikan untuk


perbaikan review jurnal ini selanjutnya.

Yogyakarta, Oktober 2023

Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam,

termasuk minyak bumi. Sebagai produsen minyak dan gas terbesar di Asia

Tenggara, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi yang signifikan. Sebagian

besar produksi minyak bumi di Indonesia terjadi di Sumatera, Kalimantan, Jawa,

dan sejumlah kecil di daerah lainnya. Namun, terlepas dari kekayaan sumber daya

alamnya, masalah pengelolaan sumber daya alam seperti minyak bumi di

Indonesia masih memerlukan perhatian serius. Perusahaan-perusahaan

pertambangan dan industri di Indonesia harus memastikan bahwa kegiatan mereka

dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan lingkungan.

Selain itu, keberadaan minyak bumi sering kali juga menjadi sumber perselisihan

antara masyarakat setempat, pemerintah, dan perusahaan-perusahaan

pertambangan terkait dengan distribusi manfaat, dampak lingkungan, dan keadilan

sosial. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan

lainnya untuk bekerja sama dalam memastikan bahwa sumber daya alam tersebut

dimanfaatkan secara bertanggung jawab dan adil.

Limbah minyak bumi merujuk pada berbagai jenis limbah yang dihasilkan

selama produksi, pengangkutan, atau pengolahan minyak bumi. Limbah-limbah

ini dapat berupa limbah padat, cair, atau gas yang mengandung berbagai bahan

berbahaya dan polutan, termasuk hidrokarbon, logam berat, bahan kimia

berbahaya, dan sebagainya. Dalam industri minyak dan gas, pengelolaan limbah

minyak bumi sangat penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap

lingkungan dan kesehatan manusia.


Penting untuk diingat bahwa limbah minyak bumi yang tidak dikelola

dengan baik dapat memiliki dampak serius terhadap lingkungan, termasuk

pencemaran tanah, air, dan udara, serta mengancam kehidupan satwa liar dan

manusia. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pemerintah untuk bekerja

sama dalam mengembangkan dan menerapkan praktik pengelolaan limbah

minyak bumi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari mereview jurnal ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai sumber referensi penulis dalam menyusun rencana penelitian.

b. Untuk memberikan gambaran bagi penulis, cara pengumpulan data,

menganalisis data dan menginterpretasikan data data yang dikumpulkan.


RINGKASAN JOERNAL

1. Jurnal “ Pengolahan Limbah Cair Kegiatan Eksplorasi Minyak dan Gas


Bumi Dengan Metode Comprehensive Solution (Biomerdiasi, Biotreatment
dan Biofiltrasi”.

Identitas Jurnal
Jurnal yang direrview merupakan Jurnal Baristand Indurtri
Palembang yang ditulis oleh Charsi Nurhayati. Jurnal yang berjudul “
Pengolahan Limbah Cair Kegiatan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi
Dengan Metode Comprehensive Solution (Biomerdiasi, Biotreatment dan
Biofiltrasi”).

Pendahuluan

Salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi dan
produksi minyak dan gas bumi adalah limbah cair. Limbah tersebut
berasal dari pemisahan crude oil dan air. Crude oil ditampung di dalam
tanki dan air limbah di tampung didalam di kolam penampungan.
Sebelum limbah dibuang ke lingkungan, limbah harus diolah terlebih
dahulu supaya komponen limbah yang dapat mencemari lingkungan dapat
dikurangi atau dihilangkan, sehiungga dapat dikurangi atau dihilangkan,
sehingga dampak negative dapat diminimalidasi. Minyak dan lemak
merupakan salah satu jenis polutan yang berasal dari limbah cair tersebut
dengan penyebaran yang sangat luas. Polutan industri minyak bumi akan
menyebabkan terancamnya kehidupan biota pada lingkungan. Polutsn ini
mengandung senyawa hidrokarbon alifatik dan aromatik yang
mempunyai berat molekul rendah sampai tinggi. Polutan ini terbentuk
dari minyak mentah (crude oil) dengan struktur bangun kimia alifatik atau
aromatik. Polutan ini masuk ke dalam lingkungan berkaitan dengan
kegiatan eksplorasi dan produksi, penyulingan, pengangkutan dan
penggunaan bahan bakar minyak.

Fenol dalam limbah cair minyak bummi merupakan turunan daro


hibrokarbon aromatik yang mengandung gugus OH. Salah satu sifat
senyawa ini sangat toksik, sehingga jika terurai ke lingkungan dapat
membahayakan biota yang hidup di lingkungan tersebut. Fenol
merupakan senyawa organik yang sering ditemukan dalam limbah cair
sehingga perlu dilakukan pemantauan. Hidrokarbon aromatik yang sering
menimbulkan permasalahan lingkungan dan sering dijumpai, terutama di
daerah perairan adalah fenol yang salah satunya berasal dari industri
pengolahan minyak bumi. Amoniak dalam air limbah eksplorasi minyak
dan gas dapat berasal dari hasil degradasi baik secara aerobik maupun
anaerobik bahan yang mengandung unsur nitrogen, seperti protein.
Adanya amoniak yang terkandung dalam air. dapat menimbulkan bau.
Batas maksimum yang diperbolehkan dalam air permukaan adalah 8 mg/l
(PP Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4, 2007). Kandungan
amoniak dalam air limbah eksplorasi dan produksi minyak bumi setelah
melalui unit pemisahan outlet dari ground pit masih cukup tinggi 8,640
mg/l. Kandungan amoniak dalam limbah sebelum dibuang ke lingkungan
harus diturunkan sampai batas yang diizinkan dengan tujuan agar limbah
tersebut tidak mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya. Pengaruh
kandungan amoniak yang melebihi daya dukung lingkungan penerima
akan berdampak negatif terutama terhadap biota perairan maupun
tumbuhan yang ada di sekitarnya. Teknik penurunan kandungan amoniak
dalam air limbah dapat dilakukan dengan cara optimalisasi, efisiensi dan
peningkatan kualitas lingkungan dengan menurunkan konsentrasi bahan
pencemar (Suratno, 2000). Beberapa penelitian telah banyak dilakukan
dalam upaya untuk menurunkan kandungan amoniak yang terdapat dalam
air limbah, diantaranya dengan cara penyerapan dengan menggunakan
karbon aktif, penyerapan dengan zeolit aktif, penambahan bahan kimia ke
dalam limbah dan dengan metoda pemisahan secara fisik.

Metoda penurunan air limbah saat ini yang sudah banyak


dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu dengan teknik degradasi dengan
penambahan agen bakteri ke dalam limbah yang akan diolah. Teknik
pengolahan ini menggunakan agen biologis berupa bakteri petrofilik yang
diisolasi dari limbah itu sendiri. Degradasi amoniak dengan melibatkan
agen bakteri melalui proses nitrifikasi yaitu proses oksidasi amoniak
menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat. Menurut Holt, et al., (1994),
bakteri yang mempunyai kemampuan untuk digunakan alam proses
degraedasi adalah Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrosolobus dan
Nitrosovibrio.

Dari hasil penelitian beberapa peneliti yang telah dilakukan


sebelumnya, untuk menurunkan kandungan polutan yang terdapat dalam
air limbah eksplorasi dan produksi minyak bumi diduga dapat digunakan
metode Comprehensive Solution. Metode ini menggunakan bakteri
petrofilik multi kultur yang diisolasi dari limbah itu sendiri. Bakteri ini
mempunyai Kemampuan yang cukup tinggi untuk endegradasi secara
tuntas polutan yang terkandung dalam limbah cair minyak dan gas bumi.

Tahapan yang dilakukan pada proses pengolahan limbah dengan


metode Comprehensive Solution adalah pengembangbiakan bakteri,
penggandaan bakteri dan menguji kinerja bakteri terhadap limbah cair
eksplorasi minyak dan gas bumi skala laboratorium.

Metodologi
Tahap penelitian dimulai dari pengambilan contoh limbah cair yang
berasal dari perusahaan eksplorasi minyak dan gas bumi di Kabupaten Lahat
Provinsi Sumatera Selatan. Bakteri yang ada pada sampel limbah cair diisolasi,
diidentifikasi, dibiakkan dan diseleksi. Bakteri hasil isolasi yang terseleksi
ditambahkan pada proses pengolahan limbah cair menggunakan metode
comprehensive solution. (bioremediasi-biotreatment-biofiltrasi) skala
mikrokosmos. Sebagai pembanding perlakuan metode comprehensive solution
(bioremediasibiotreatment-biofiltrasi) dilakukan penelitian kontrol dimana pada
penelitian ini tidak ditambahkan bakteri. Untuk penentuan komposisi konsorsium
berdasarkan populasi bakteri minimum > 8,5 x 10° FU/ml. Bakteri yang terisolasi
dibuat kultur campur yang selanjutnya kultur bakteri tersebut digunakan pada
pengolahan limbah dengan rincian sbb:

Tahap 1: Proses Bioremediasi


Pada tahap ini limbah cair ditambah kultur bakteri hasil isolasi sebanyak >
8,5 x 106 FU/ml. Pada tahap ini selanjutnya dilakukan pemeliharaan bakteri agar
tetap melakukan aktivitasnya. Faktor lingkungan dan nutrien dalam limbah
dioptimalkan sehingga kondusif untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas
bakteri dalam menguraikan komponen limbah cair yang diolah. Salah satu yang
dilakukan adalah penambahanaerator dan pengukuran pH limbah

Tahap II. Biotreatment

Pada tahapan ini limbah cair dirancang untuk melewati sekat-sekat dengan
tujuan untuk memperpanjang proses proses flokulasi sehingga pembentukkan flok
lebih efektif.

Tahap III: Proses Biofiltrasi.

Pada tahap ini limbah cair dialirkan melalui sistem biofilter yang dibuat
dari arang aktif yang telah disterilkan dan dilakukan penambahan kultur bakteri
hasil isolasi pada permukaannya. Pada tahap ini terjadi proses filtrasi komponen
limbah melalui arang aktif yang mengandung bakteri. Arang aktif yang
dipergunakan adalah arang aktif yang telah dinaikkan daya serapnya dengan
pemanasan oven pada suhu 150 °C selama 5 jam, sedang bakteri yang
ditambahkan merupakan kultur
bakteri hasil isolasi. Arang aktif
merupakan arang yang
mempunyai daya serap dan telah
mengalami perubahan sifat- sifat
fisika dan kimia. Proses
pengolahan limbah minyak secara
comprehensive solution
(bioremediasi-biotreatment-
biofiltrasi) dapat dilihat pada Gambar
1.
Analisa Pengolahan
Limbah Cair

Limbah cair
hasil penelitian
dilakukakan
pengambilan contoh pada
titik sampling pada limbah
setelah mengalami
perlakuan dan limbah pada kontrol I sebanyak 8 kali. Sampling dilakukan
sebanyak 8 (delapan) kali setiap 2 (dua) hari sesuai (tabel 1)

Sampling pada limbah tersebut dengan parameter uji sesuai baku mutu (Tabel 2)
Hasil dan Pembahsan

Hasil pengukuran kadar cemaran limbah, jumlah bakteri setelah perlakuan


dan kontrol terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

1. Tahap Bioremediasi
Bioremediasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggunakan mikroba
untuk mengolah limbah melalui mekanisme biodegradasi alamiah atau
meningkatkan mekanisme biodegradasi alamiah dengan menambahkan mikroba,
nutrien, donor electron dan/atau akseptor elektron (enhanced bioremediation).
Pada penelitian skala mikrokosmos tahap pertama adalah pengolahan limbah
dengan menggunakan bakteri yang dihasilkan dari isolasi. Penentuan komposisi
konsorsium ditentukan berdasarkan populasi bakteri minimum > 8,5 x 10 CFU/ml
dan bakteri yang mampu tumbuh bersama secara sinergis, hasil uji interaksi
sinergis. Pada tahap ini juga ditambahkan oksigen dengan menggunakan aerator.

Proses biodegradasi didominasi oleh proses oksidasi. Enzim bakteri akan


mengkatalisa pemasukan oksigen ke dalam hidrokarbon sehingga molekul dapat
dikonsumsi untuk metabolisme sel. Oksigen adalah kebutuhan terpenting dalam
proses biodegradasi minyak bumi. Menurut Atlas dan Barta, (1985) oksigen
adalah kebutuhan terpenting dalam degradasi hidrokarbon karena jalur utama
untuk hidrokarbon baik hidrokarbon jenuh maupun aromatik melibatkan molekul
oksigen atau oksigenase. Baker dan Herson, (1994) menjelaskan sejumlah suplai
oksigen diperlukan untuk degradasi aerobik karena prinsip reaksi adalah oksidasi
reduksi dengan oksigen sebagai elektron penerima. Hasil pengujian pH sebagai
faktor pendukung pertumbuhan pada perlskuan penambahan bakteri maupun
kontrol berkisar 8,45 sampai dengan 9,7 CFU/ml dimana kondisi tersebut dapat
digunakan untuk perkembakbiakan bakteri. Hasil pengukuran suhu menunjukkan
suhu sudah sesuai dengan kondisi lingkungan untuk bakteri. Hasil perhitungan
jumlah bakteri pada perlakuan berkisar antara 3.1x10 6 s/d 8,7 x 109. Jumlah
bakteri ini memungkinkan terjadinya bioremediasi oleh bakteri karena persyaratan
minimum untuk biodegradasi adalah >8,5 x 106 selanjutnya pada hari ke 8 jumlah
bakteri meningkat menjadi 5,1 x 108 dimana jumlah ini memungkinkan kembali
terjadinya biodegradasi (Tabel 4). Sedang untuk kontrol hasil perhitungan jumlah
bakteri adalah 1,7 x 105 s/d 9,0 x 105 dimana jumlah bakteri ini tidak
memungkinkan terjadinya bioremediasi (Tabel 3).

2. Tahap biotreatment

Pada tahap ini terjadi proses flokulasi yang diinisiasi oleh bakteri sehingga
terbentuk flok. Koagulasi adalah proses kimia yang digunakan untuk
menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid.
Partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh
perlakuan fisik. Melalui proses koagulasi, kekokohan partikel koloid ditiadakan
sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat disatukan melalui
proses flokulasi. Penghancuran partikel koloid ini akan terjadi apabila elektrolit
yang ditambahkan dapat diserap oleh partikel koloid sehingga muatan partikel
menjadi netral.

Penetralan muatan partikel oleh koagulan hanya mungkin terjadi jika


muatan partikel mempunyai konsentrasi yang cukup kuat untuk mengadakan gaya
tarik menarik antar partikel koloid. Koagulasi yang efektif terjadi pada selang pH
tertentu. Penggunaan koagulan logam seperti aluminium dan garam-garam besi
secara umum dapat mendekolorisasi limbah cair yang mengandung melanoidin.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan pada partikel tersuspensi dan
koloid.

3. Tahap biofiltrasi

Pada tahap ini terjadi proses filtrasi komponen limbah melalui arang aktif
yang mengandung bakteri. Arang merupakan suatu padatan berpori yang
mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Arang dalam perlakuan ini
digunakan sebagai adsorben (penyerap) limbah cair. Arang aktif yang
ditambahkan pada pengolahan limbah merupakan arang yang mempunyai daya
serap dan mengalami perubahan sifat- sifat fisika dan kimia karena pada
penelitian ini arang dinaikkan daya serapnya dengan pemanasan oven pada suhu
150°C selama 5 jam.

Arang aktif akan mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu


atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori- pori dan
luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap
berat arang aktif.
Hasil analisa parameter COD dan lemak-minyak sampai hari ke-18 (T)
masih tinggi walaupun sudah mengalami nilai penurunan dibandingkan dengan
awal sebelum dilakukan proses dan nilai tersebut masing-masing adalah nilai
4176,0 dan 471 mg/l. Sedangkan pada tabel 4 nilai parameter COD dan lemak-
minyak sampai hari ke-18 (T,) sudah mengalami penurunan yang relatif lebih
cepat dengan masing-masing nilai 2332,76 dan 337 mg/l, hal ini disebabkan
karena kultur bakteri yang ditambahkan mampu bersinergis satu dengan yang lain
dalam menggunakan oksigen yang berasal dari senyawa kimia yang terdapat di
dalam minyak limbah cair dan kultur bakteri ini mampu mendegradasi komponen
limbah terutama sisa hidrokarbon, amoniak, material organik dan komponen
kimia lain yang terdapat pada limbah sehingga komponen kimiawi limbah cair
terdegradasi atau terurai.

Pada tahap bioremediasi akan terjadi penguraian bahan organik yang


terdapat dalam limbah sehingga nilai COD dan pH air limbah akan menurun, di
samping itu terjadi penguraian senyawa kimia limbah seperti fenol, amonia, dan
hidrogen sulfida, sehingga kandungan senyawa tersebut dalam limbah akan turun
juga. Selanjutnya dilakukan tahap pemeliharaan bakteri supaya tetap melakukan
aktivitas menguraikan komponen. Pada tahap ini kondisi faktor lingkungan dan
nutrien dalam limbah dioptimalkan sehingga kondusif untuk pertumbuhan,
perkembangan dan aktivitas bakteri dalam menguraikan komponen limbah cair
yang diolah.
Berdasarkan hasil prediksi pada kontrol dan perlakuan, dapat dilihat pada
Tabel 5. Parameter amonia, hidrogen sulfida, dan fenol pada limbah cair yang
diolah menunjukkan nilai yang sudah dibawah Baku Mutu Limbah, untuk
parameter COD dan minyak-lemak nilai parameter pada limbah cair sebelum
diolah sangat tinggi dan dengan teknologi pengolahan yang meliputi tiga tahap
yaitu bioremediasi, biotreatment dan biofiltrasi menunjukkan bahwa teknologi
yang digunakan sangat efektif karena dapat mengurangi waktu penurunan beban
pencemaran 2 (dua) sampai 6 (enam) kali lebih cepat.

Tabel 6 prediksi yang dihitung secara regresi linier diperoleh kesimpulan


bahwa nilai COD pada kontrol (tanpa perlakuan) akan tercapai sesuai baku mutu
lingkungan membutuhkan waktu 171 hari sedang waktu yang dibutuhkan pada.
bioremediasi (perlakuan) sampail memenuhi baku mutu limbah selama 10 hari.
Untuk parameter uji minyak-lemak akan tercapai sesuai baku mutu lingkungan
dibutuhkan waktu 86,6 hari sedangkan waktu yang dibutuhkan bioremediasi
(perlakuan) sampai memenuhi baku mutu limbah selama 41,1 hari (Tabel 3 dan
Tabel 4).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkam hasil penelitian maka dapat dibuat kesimpulan sebagai


berikut.
A. Kesimpulan
1. Hasil perhitungan angka lempeng total pada sampling T, sampai T, pada
kontrol berkisar antara 4,0 x 10 sampai 4,5 x 10° sedang hasil perhitungan
angka lempeng total pada perlakuan berkisar antara 3,1 x 10° sampai
1,4x10¹0.

2. Hasil pengujian kimia limbah sebelum proses bioremediasi pada sampling


TO sampai T8 adalah H₂S: 0,144-0,015 mg/l, fenol 1,6537- 0,405 mg/l,
pH 9,07-9,13, COD 9372-1132 mg/l, minyak lemak 52- 471 mg/l dan
amoniak 3,713-0,1373 mg/l sedang hasil uji kimia setelah proses
bioremediasi adalah H2S : 0,160-0,014 mg/l, fenol 0,0529- 0,0105 mg/l,
pH 8,45-9,70 COD 7613,76-2332,76, minyak lemak 752-256 mg/l dan
amoniak 3,713- 0,110 mg/l.

3. Dari pehitungan regresi linier terhadap penurunan parameter uji limbah


setelah perlakuan sampai mencapai batas mutu adalah bahwa parameter
COD 10 hari, minyak dan lemak 41,1 hari, sedang amonia, sufida, phenol
total sudah memenuhi baku mutu lingkungan.

B. Saran

1. Hasil penelitian pengolahan limbah cair kegiatan eksplorasi dan produksi


minyak bumi dengan metode comprehensive solution (bioremediasi,
biotreatment, biofiltrasi) skala mikrokosmos perlu diaplikasikan ke skala
lapangan (unit pengolahan limbah skala industri)

2. Jurnal ”Pengolahan limbah cair minyak bumi pada job pertamina-


medco e & p tomori sulawesi kabupaten morowali utara provinsi
sulawesi tengah”

Identitas Jurnal
Jurnal yang direrview merupakan Jurnal Geomine yang ditulis oleh Nindy
wulandary, Jamal rauf husain dan Hasbi bakri. Jurnal yang berjudul
“Pengolahan limbah cair minyak bumi pada job pertamina-medco e &
p tomori sulawesi kabupaten morowali utara provinsi sulawesi
tengah” ini diterbitkan pada April 2015 , Volume 04, No. 2.
Pendahuluan
JOB Pertamina-Medco E & P Tomori Sulawesi adalah perusahaan
Pemerintah yang bergerak dibidang eksplorasi dan eksploitasi minyak
bumi. Cakupan eksploitasi adalah mulai dari evaluasi kandungan
reservoir(eksplorasi) hingga memperoduksinya dari dalam perut bumi.
Produk yang dihasilkan oleh JOB Pertamina-Medco E & P Tomori
Sulawesi adalah minyak mentah yang akandipasarkan dibeberapa
negara untuk pengolahan selanjutnya. Limbah yang dihasilkan JOB
Pertamina-Medco E & P Tomori Sulawesi berupa limbah cair, padat dan
gas. Limbah cair yang dihasilkan berupa air dan fluida berminyak.
Proses pengolahan limbah atau (WWTP) di Tiaka Field menggunakan
WWTP portable dengan sistem(DAF) yang berfungsi menghilangkan
materi tersuspensi seperti minyak, lemak, gemuk atau padatan. Sistem
DAF ini memanfaat udara yang dilarutkan ke dalam air atau air limbah
dibawah tekanan dan kemudian melepaskan udara pada tekanan atmosfer
dalam tangki flotasi.

Penelitian ini difokuskan pada tahap pengolahan limbah cair dan


upaya yang dilakukan untuk penanganan limbah cair minyak bumi pada
JOB Pertamina-Medco E & P Tomori Sulawesi Kabupaten Morowali
Utara Provinsi Sulawesi Tengah. Maksud penelitian ini adalah mengkaji
kondisi penanganan limbah cair minyak bumi pada JOB Pertamina-Medco
E & P Tomori Sulawesi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses pengolahan limbah cair pada JOB Pertamina-Medco
E & P Tomori Sulawesi.

Metodologi

Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari 4 (empat) tahapan,


yaitu prosedur penelitian, metode pengambilan data, tahap analisis data
dan pengolahan data, serta tahap pembutan skripsi. Manfaat dari penelitian
ini, dapat mencegah dan mengurangi tercemarnya udara dan air, dapat
mencegah polusi yang dapat membahayakan manusia dan ligkungan dan
tidak terganggunya ekosistem biota laut
Lokasi penelitian Secara administrasi Lapangan Minyak Tiaka
termasuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah. Secara geografis Daerah penelitian berada pada
koordinat 1049’55” LS dan 121059’23,1” BT. Untuk mencapai lokasi
tersebut dapat ditempuh dengan jalur darat dari kota Makassar dengan
jarak tempuh ± 60 jam menuju.
Secara Garis Besar Proses pengolahan limbah atau (WWTP) di
Tiaka Field menggunakan WWTP portable dengan sistem (DAF) yang
berfungsi menghilangkan materi tersuspensi seperti minyak,
lemak, gemuk atau padatan. Sistem DAF ini memanfaat udara yang
dilarutkan ke dalam air atau air limbah dibawah tekanan dan kemudian
melepaskan udara pada tekanan atmosfer dalam tangki flotasi.

Hasil dan Pembahasan

(WWTP) Proses pengolahan limbah pada JOB Pertamina Medco


E&P Tomori Sulawesi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Flow Chart (WWTP) Tiaka Field (Pertamina, 2007).


Adapun proses pengolahan limbah secara berurutan:
1. Kepala Sumur (Well Head)
2. Pipa Salur (FlowLine)
3. Sambungan (Manifold)
4. Separator
5. Pembakaran (Flare)
6. Skimming Pit 1
7. Tabung Mixing
8. Filter Tank
9. Skimming Pit 2

Tabel 1. Limbah Cair sebelum Proses Pengolahan


Tabel 2. Limbah Cair sesudah Proses Pengolahan

Pengolahan air limbah secara kimia merupakan pengolahan air limbah


dengan penambahan bahan kimiakoogulan dan flokulan kedalam air limbah.
Beberapa proses pengolahan air limbah secara kimia di sebut proses
koagulasi dan flokulasi. Alasan pemilihan bahan kimia koagulan dan flokulan
pada Lapangan Minyak Tiaka karena selain praktis, biayanya juga murah
dibandingkan menggunakan proses secara mikrobiologi. Proses netralisasi
pada koagulasi dan flokulasi bertujuan untuk melakukan perubahan derajat
keasaman (pH) air limbah. Proses ini dilakukan pada awal proses
(pengkondisian) air limbah sebelum dilakukan proses lanjutan atau pada
akhir proses sebelum air limbah dibuang kelingkungan dalam rangka
memenuhi standar baku mutu air limbah yaitu pH 6-9.

Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel, sedangkan flokulasi


merupakan proses penggabungan partikel yang telah mengalami proses
destabilisasi. Proses destabilisasi partikel dilakukan dengan penambahan
bahan kimia yang bermuatan positif yang dapat menyelimuti permukaan
partikel sehingga partikel tersebut dapat berikatan dengan partikel lainnya.
Partikel yang telah berikatan akan mudah untuk dipisahkan secara fisik
(sedimentasi, flotasi, dan filtrasi). Proses flokulasi dibutuhkan untuk
penggabungan partikel dengan mennggunakan bahan kimia sehingga
mempercepat waktu pengendapan partikel (flok).
Pada proses koagulasi (destabilisasi) dibutuhkan bahan kimia yang
mampu merubah muatan partikel, perubahan muatan partikel dapat
dilakukan dengan berbagai bahan kimia tetapi bahan kimia yang
bervalensi 3 (trivalent) sepuluh kali lebih efektif dibanding dengan
bervalensi 2 (divalent). Bahan kimia yang dipergunakan pada Lapangan
Minyak Tiaka dalam proses koagulasi seperti tercantum dalam tabel
berikut:

Tabel 3. Jenis Bahan Kimia Koagulan


Berbagai parameter perancangan sedimentasi untuk koagulasi
berdasarkan jenis koagulan yang dipergunakan seperti tercantum dalam
tabel berikut:

Tabel 4. Perencanaan Sedimentasi Berdasarkan jenis koagulan

Flokulasi merupakan suatu peristiwa penggabungan partikel-partikel


yang telah mengalami proses destabilisasi (koagulasi) dengan penambahan
bahan kimia (flokulan) sehingga terbentuk partikel dengan ukuran lebih
besar (macrofloc) yang mudah untuk diendapkan. Jenis bahan kimia yang
berfungsi sebagai flokulan seperti tercantum dalam tabel berikut:

Flokulan sintetis merupakan flokulan yang diproduksi dengan berbagai


kebutuhan sehingga flokulan ini diproduksi bermuatan negatif (anion),
bermuatan positif (cation) dan netral (non ion), flokulan bermuatan negatif
dapat bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti garam-garam dan
logam- logam hidroksida, sedangkan flokulan yang bermuatan positif akan
bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti silika maupun bahan-
bahan organik, tetapi hukum itu tidak berlaku secara umum karena flokulan
negatif dapat mengikat tanah liat yang bermuatan negatif.

Dalam proses koagulasi-flokulasi beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Konsentrasi padatan yang terkandung dalam air limbah. Konsentrasi


padatan atau zat terlarut dalam air limbah akan mempengaruhi
kebutuhan konsentrasi koagulan yang dibutuhkan dalam pengolahan
air limbah, pada umumnya jika konsentrasi padatan atau zat
terlarutnya tinggi akan dibutuhkan konsentrasi koagulan yang lebih
kecil (diperlukan penelitian pendahuluan)
2. Jenis koagulan yang dipergunakan. Jenis koagulan yang akan
diaplikasikan tergantung pada karakteristik air limbahnya, hal ini
disebabkan karena jenis koagulan tertentu akan bekerja baik pada derajat
keasaman (pH) air limbah tertentu.
3. Kecepatan putaran pengaduk (jika menggunakan tangki
berpengaduk). Kecepatan putaran pengaduk pada pengolahan dengan
tangki berpengaduk berpengaruh terhadap ukuran flok yang
terbentuk, kecepatan putaran pengaduk dapat memecah flok yang
sudah terbentuk. Untuk proses koagulasi kecepatan putaran pengaduk
sekitar 100 rpm, sedangkan pada proses flokulasi lebih lambat sekitar 50
rpm.
4. Kecepatan aliran air limbah masuk dalam tangki (jika kecepatan
aliran dimanfaatkan untuk pengadukan)

Kesimpulan

Dari data hasil penelitian pengolahan Limbah (WWTP) Tiaka Field


menggunakan sistem (DAF) yang berfungsi menghilangkan materi
tersuspensi, seperti minyak, lemak, gemuk dan padatan. Maka dapat
ditarikkesimpulan, bahwa kinerja proses pengolahan air Limbah secara
kimia (koagulan dan flokulan), dapat menurunkan padatan tersuspensi
85-95 %, penurunan COD 50-70 %, penurunan BOD 50-70 %. Adapun
alat yang digunakan pada proses pengolahan diawali dari Kepala Sumur
(Well Head), Pipa Salur (FlowLine), Sambungan (Manifold), Separator,
Pembakaran (Flare), Skimming Pit 1, Tabung Mixing, Filter Tank,
Skimming Pit 2.
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai