Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri kecil dan menengah untuk olahan tempe dan tahu di Indonesia telah tersebar
sebanyak 85.360 usaha berdasarkan data Direktoriat Jenderal Industri Kecil dan
Menengah Kementerian Perindustrian tahun 2011 (Styawan dkk., 2016; Mahabirama et
al., 2013). Makanan hasil olahan kacang kedelai ini sangat digemari oleh masyarakat,
dari masyarakat kelas bawah, menengah maupun kelas atas, sehingga menyebabkan
tingginya permintaan masyarakat terhadap olahan ini (Ambara, 2017).

Peningkatan usaha kecil dan menengah di Indonesia semakin hari semakin meningkat
sehingga akan menghasilkan limbah padat maupun limbah cair yang semakin besar
pula. Setiap usaha maupun industri kecil tidak melakukan pengolahan limbah yang
dihasilkan melainkan hanya membuang limbah ke lingkungan saja tanpa melakukan
pengolahan terlebih dahulu, sehingga mengakibatkan dampak buruk terhadap
lingkungan maupun masyarakat sekitar yang berada diarea industri. Contohnya industri
tahu skala kecil seperti industri tahu rumahan yang tidak memiliki instalasi pengolahan
air limbah sehingga limbah tidak dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan
(Nindra, 2015).

Menurut Adack (2013), terdapat dampak negatif yang ditimbulkan oleh limbah pabrik
tahu terhadap lingkungan seperti kualitas lingkungan yang menurun terutama pada
perairan yang menjadi kebutuhan makhluk hidup. Akibat rusaknya lingkungan akan
berdampak buruk terhadap ekosistem perairan dan akan mengancam kesehatan manusia.
Rusaknya perairan akan menurunkan manfaat dan kualitas mutu air, jika limbah pabrik
tahu dibiarkan secara terus menerus maka akan semakin terancam kelangsungan hidup
diperairan.

Air limbah pabrik tahu akan berdampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan, maka
dibutuhkan peraturan terkait untuk menanggulanginya. Undang-undang No. 32 tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 67 berbunyi
“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”. Seharusnya kita
menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, dan bagi usaha pabrik tahu yang
melakukan pelanggaran hukum dengan melakukan pencemaran akan mendapatkan
sanksi yang telah diatur pada UU 32 Tahun 2009 pasal 98 ayat 1 “Setiap penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada
orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan tertentu”.

Air limbah tahu memiliki dua karakteristik yaitu karakteristik kimia dan karakteristik
fisika. Karakteristik kimia terdiri dari gas, bahan organik dan bahan anorganik.
Karakteristik fisika terdiri dari suhu, bau, warna, padatan tersuspensi dan padatan total.
Suhu pada air limbah tahu berkisar dari 40oC-46oC, suhu air limbah tahu yang tinggi
apabila dibuang langsung pada lingkungan akan mempengaruhi kelarutan oksigen,
kehidupan biologis, tegangan permukaan, kerapatan air, viskositas dan gas lain
(Sungkowo dkk., 2015).

Menurut Anggraini (2014), industri tahu skala rumah tangga yang menghasilkan air
limbah dari proses produksi memiliki tingkat keasaman, senyawa organik dan
temperatur yang tinggi, sehingga pengolahan pada air limbah tahu diperlukan agar dapat
menurunkan parameter air limbah sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan.

Air limbah tahu yang melebihi baku mutu diharuskan melakukan penanggulangan
seperti yang telah ditegaskan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada
pasal 4 ayat 2 yang berbunyi “Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air”.

Air limbah yang mengandung senyawa organik yang tinggi sebagian besar teknologi
pengolahan dilakukan dengan bantuan mikroorganisme dengan menguraikan senyawa
organik. Pengolahan air limbah yang dilakukan secara biologi dapat dilakukan secara
aerob dan anaerob. Proses aerob diterapkan untuk pengolahan air limbah dengan kadar
BOD yang tidak besar, sedangkan untuk kadar BOD yang besar dilakukan pengolahan
secara anaerob (Rahadi dkk., 2018; Mufida, 2015).

I-2
Pada prinsipnya pengolahan air limbah secara anaerob yaitu tidak menggunakan
oksigen dalam prosesnya, sehingga mikroorganisme yang optimal yaitu
mikroorganisme anaerob (Suhartini dkk., 2018). Keterbatasan pada pengolahan air
limbah secara anaerob yaitu sensitif terhadap perubahan lingkungan,timbulnya bau yang
kurang sedap, timbulnya gas,dalam mendapatkan lumpur memerlukan waktu yang
lama, dan pengolahan anaerob pada dasarnya merupakan pengolahan pendahuluan,
maka dari itu diperlukan adanya pengolahan tambahan untuk mendapatkan hasil yang
memenuhi baku mutu (Nayono dkk., 2010; Metcalf & Eddy Inc., 2003; Polprasert et
al., 2001).

Fitoremediasi adalah suatu sistem dimana tanaman tertentu bekerjasama oleh


mikroorganisme dalam merubah zat berbahaya menjadi kurang ataupun tidak
berbahaya. Keuntungan fitoremediasi yaitu dari segi biaya murah, perawatan dan
pengoperasian sederhana, efisiensi penurunan zat berbahaya yang tinggi (Sungkowo,
2015).

Ganggang (hydrilla verticillata) adalah tanaman yang mampu menyerap cahaya


matahari serta bersaing dengan tanaman lainnya, tanaman ini juga mampu
memanfaatkan nutrisi secara efisien. Tanaman hydrilla memiliki jaringan yang terdiri
atas 90% air, sehingga mampu berkembang biak pada nutrisi esensial yang terbatas.
Tanaman hydrilla mampu hidup pada kondisi range kimia yang besar. Tanaman
hydrilla juga dapat hidup dan beradaptasi pada kondisi sinar matahari yang rendah
untuk proses fotosintesis, sehingga tanaman ini dapat melakukan fotosintesi lebih awal
yaitu pada pagi hari sehingga mampu bersaing dengan tanaman lainnya (Ruhmawati
dkk., 2017; Khiatuddin, 2003).

Hasil penelitian pengolahan limbah cair tahu secara anaerob dengan sistem batch, hasil
yang didapatkan pada perlakuan pertama terjadi penurunan konsentrasi BOD 5, COD,
dan TSS dengan konsetrasi awal yaitu 1120 mg/l, 1680 mg/l, dan 701 mg/l, terjadi
penurunan menjadi 320 mg/l, 405 mg/l dan 437 mg/l. Pada perlakuan kedua konsentrasi
awal sebelum dilakukan pengolahan sebesar 130 mg/l, 2420 mg/l, dan 847 mg/l, setelah
dilakukan pengolahan didapatkan hasil penurunan konsentrasi BOD5, COD, dan TSS
yaitu 350 mg/l, 540 mg/l, dan 420 mg/l (Angraini dkk., 2014).

I-3
Menurut Yohana Puji dkk., (2018), hasil penelitian pada air limbah batik setelah
dilakukan perlakuan fitoremediasi oleh tanaman hydrilla vericillata dengan variasi
massa terbaik yaitu 250 gram terjadi penurunan kadar BOD dan COD menjadi 24,4
mg/l dan 205 mg/l, dengan kadar awal BOD dan COD yaitu 541,0 mg/l 1546,0 mg/l.

Hasil penelitian pada air limbah tahu setelah dilakukan proses fitoremediasi oleh
tanaman lemna minor dan hydrilla verticillata, maka didapatkan hasil terbaik yaitu pada
kerapatan tanaman 80 mg/cm2 dan waktu efektif enam hari. Pada tanaman lemna
minor kadar BOD menurun dari 1237 mg/l turun menjadi 338,15 mg/l, dan untuk kadar
COD dari 10934 turun menjadi 1120,95 mg/l. Pada tanaman hydrilla verticillata kadar
BOD menurun dari 1237 mg/l turun menjadi 253,90 mg/l, dan untuk kadar COD dari
10934 turun menjadi 275,43 mg/l (Ayudyaningtyas, 2013).

Industri tahu di Kota Medan di dominasi oleh industri tahu sklala rumah tangga,
sehingga penanganan air limbah industri tahu masih jauh dari kondisi yang diinginkan,
ketidak ada lahan maupun minimnya biaya menyebabkan para industri tahu tidak
memiliki pengolahan air limbah sehingga langsung membuang air limbah ke
lingkungan. Pada tabel 1.1 dapat dilihat mengenai referensi penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini.

Pengolahan air limbah sederhana yang akan direncanakan yaitu pengolahan air limbah
secara anaerob dan fitoremediasi oleh tanaman ganggang (hydrilla verticillata).
Pengolahan air limbah secara anaerob terlebih dulu dilakukan agar kadar zat organik
terjadi penurunan, sehingga saat air limbah dilakukan fitoremediasi oleh tanaman zat
organik sudah terjadi penurunan secara optimal dan dapat dibuang ke lingkungan.
Tanaman ganggang (hydrilla verticillata) dipilih sebagai tanaman fitoremediasi
dikarenakan dari penelitian sebelumnya tanaman ganggang (hydrilla verticillata) cukup
efektif dalam penurunan zat organik sebagai parameter pencemar. Penelitian ini,
diharapkan dapat memberikan solusi pengolahan air limbah tahu sederhana yang dapat
diaplikasikan pada industri tahu skala rumah tangga.

I-4
Tabel 1.1 Tabel Referensi Jurnal Penelitian Terdahulu Yang Mendukung Penelitian

Judul
No Tahun Penulis Metode Penelitian Variabel Hasil dan Kesimpulan

1 Penurunan kadar N- 2011 Anis Artiyani Pada penelitian ini menggunakan tujuh Dalam penelitian ini Pada penelitian ini waktu tinggal
Total dan P-Total pada buah reaktor batch dan kontiyu dengan menggunakan variasi terbaik yaitu pada waktu kontak
limbah cair tahu dengan ukuran PxLxT = 50x30x30 cm. Dalam kerapatan tanaman yaitu 70 enam hari dan kerapatan optimum
metode fitoremediasi penelitian ini dilakukan proses mg/cm2, 80 mg/cm2 dan 90 tanaman yaitu 90 mg/cm 2, dengan
aliran batch dan batch aklimatisasi sebelum ke metode mg/cm2. Waktu tinggal penurunan kadar N-total dan P-
menggunakan tanaman fitoremediasi. dalam pengambilan sampel total yaitu 22,75 mg/l dan 4,98
hydrilla verticillata yaitu dua hari sekali selama mg/l dimana kadar awalnya yaitu
6 hari. 92,458 mg/l dan 33,85 mg/l

2 Kajian efektivitas 2013 Agnes Tyagita Dilakukan proses aklimatisasi sebelum Pada penelitian ini variasi Dari hasil penelitian kerapatan
tanaman air lemna Ayudyaningtyas dilakukan fitoremediasi. Dilakukan kerapatan tanaman lemna optimum pada tanaman lemna
minor dan hydrilla analisis regresi untuk mengetahui minor yaitu 70 mg/cm3, 80 minor dan hydrilla verticillata
verticillata dalam apakah variabel kerapatan tanaman dan mg/cm3 dan 90 mg/cm3. yaitu pada kerapatan 80 mg/cm2
mereduksi BOD dan waktu detensi dapat menurunkan kadar Variasi kerapatan tanaman dan waktu paling efektif yaitu
COD sebagai upaya BOD dan COD. Dilakukan analisis hydrilla verticillata yaitu 70 enam hari. Pada tanaman lemna
perbaikan kualitas korelasi untuk mengetahui bukti mg/cm3, 80 mg/cm3 dan 90 minor kadar BOD menurun dari
limbah cair industri tahu empiris antara variabel terikat dan mg/cm3. Variabel waktu 1237 mg/l turun menjadi 338,15
variabel bebas . Dilakuan analisis detensi tanaman yaitu 2 hari mg/l, dan untuk kadar COD dari
ANOVA untuk mengetahui adanya sekali selama 10 hari 10934 turun menjadi 1120,95 mg/l.
perbedaan nyata V atau tidak antara Pada tanaman hydrilla
variasi percobaan. verticillata kadar BOD menurun
dari 1237 mg/l turun menjadi
253,90 mg/l, dan untuk kadar COD
dari 10934 turun menjadi 275,43
mg/l. Maka tingkat keefisienan
antara tanaman hydrilla
verticillata dengan tanaman lemna
minor dalam penurunan kadar
BOD dan COD pada air limbah
tahu maka tanaman hydrilla
verticillata lebih efisien dari pada
tanaman lemna minor

3 Pengolahan limbah cair 2014 Angraini, Mumu Pada penelitian ini pengolahan air Dalam penelitian ini Hasil penelitian pengolahan

I-5
Tabel 1.1 Tabel Referensi Jurnal Penelitian Terdahulu Yang Mendukung Penelitian

Judul
No Tahun Penulis Metode Penelitian Variabel Hasil dan Kesimpulan

tahu secara anaerob Sutisna dan limbah tahu dilakukan dengan sistem terdapat dua perlakuan, limbah cair tahu secara anaerob
dengan sistem batch Yulianti Pratama batch selama 30 hari. Pengukuran pada perlakuan pertama air dengan sistem batch, pada
parameter BOD5, COD dan TSS limbah tahu yang digunakan perlakuan pertama terjadi
mengacu pada Kepmen LH No.51 sebanyak 15 liter dan air penurunan konsentrasi BOD5,
tahun 1995. Dalam penelitian awal dan limbah kotoran sapi COD, dan TSS dengan konsetrasi
akhir dilakukan pengukuran rasio C/N. sebanyak 1,5 liter. Pada awal yaitu 1120 mg/l, 1680 mg/l,
perlakuan kedua air limbah dan 701 mg/l, terjadi penurunan
tahu yang digunakan menjadi 320 mg/l, 405 mg/l dan
sebanyak 15 liter dan air 437 mg/l. Pada perlakuan kedua
limbah kotoran sapi penurunan konsentrasi BOD5,
sebanyak 2,5 liter. COD, dan TSS yaitu 350 mg/l, 540
mg/l, dan 420 mg/l, dimana
konsentrasi awal sebelum
dilakukan pengolahan sebesar 130
mg/l, 2420 mg/l, dan 847 mg/l.

4 Phytoremediation 2016 Pooja Mahajan Pada penelitian ini dilakukan Variable yang digunakan Pada penelitian ini dalam waktu 7
Potential of Hydrilla dan Jyotsna pengolahan air limbah tekstil dengan pada penelitian ini yaitu hari terjadi penurunan parameter
verticillata for the Kaushal, fitoremediasi oleh tanaman hydrilla. variable pengenceran air yang signifikan hampir pada
Degradation of Parameter yang di uji diantaranya pH, limbah yaitu 10%, 25%, semua percobaan kecuali pada
Contaminants from konduktivitas, DO, TDS, BOD dan 50%, 75%, dan 100% air konsentrasi air limbah 100%.
Textile Effluent COD. Metode yang digunakan pada uji limbah tekstil. Massa Sehingga tumbuhan hydrilla
pH yaitu elektroda gelas, uji tanaman yang digunakan verticillata dapat dijadikan sebagai
konduktivitas menggunakan metode yaitu 500 gram di setiap tumbuhan fitoremediasi pada air
conductivity meter, uji DO perlakuan dengan waktu limbah tekstil
menggunakan metode winkler, uji tinggal 7 hari.
BOD menggunakan metode winkler, uji
COD menggunakan metode Reluks
terbuka dan uji TDS menggunakan
metode evaporation/penguapan.

I-6
Tabel 1.1 Tabel Referensi Jurnal Penelitian Terdahulu Yang Mendukung Penelitian

Judul
No Tahun Penulis Metode Penelitian Variabel Hasil dan Kesimpulan

5 Penurunan kadar total 2017 Penelitian dilakukan secara eksperimen Variasi waktu tinggal yang Penurunan optimum kadar TSS
suspended solid (TSS) Denny Sukandar, dengan menggunakan perancangan digunakan pada penelitian yaitu pada waktu kontak 6 hari
air limbah pabrik tahu pretest-postest dengan control. Hasil ini yaitu 48 jam (2 hari) 96 yaitu berkisar 9,00 mg/l - 21,00
dengan metode jam (4 hari) dan 144 jam (6 mg/l dengan efisiensi 80,63%.
pengukuran dilakukan dengan analisis
fitoremediasi hari), dengan rancangan Nilai suhu terbaik yaitu pada
univariat untuk mengetahui kadar TSS acak lengkap maka waktu kontak 2 hari yaitu antara
sebelum dan sesudah dikontakkan serta pengulangan dilakukan 28,6 oC – 28,9 oC. Nilai pH terbaik
penurunan kadar TSS, dan selanjutnya sebanyak enam kali. yaitu pada waktu kontak 2 hari
dilakukan analisis bivariat dengan Biomassa sebesar 50 gram / berkisar 7,24-7,74.
menggunakan anova 4 liter di semua perlakuan.

6 Efektivitas variasi 2018 Yohana Puji Pada penelitian ini dilakukan tahap Dalam penelitian ini variasi Pada penelitian ini karakteristik air
biomassa tanaman Lestari dan Dr. aklimatisasi dengan bak volume 5 liter, yang digunakan yaitu limbah (kekeruhan dan bau)
hydrilla verticillata Tien Aminatum dengan konsentrasi air limbah 100%, variasi massa tanaman yaitu semakin lama perlakuan hasil yang
dalam fitoremediasi 90%, 80%, 70%, 60% dan 50% yang 200 gram, 250 gram, dan didapatkan semakin baik.
limbah batik dilakukan selama 1 minggu. Analisis 300 gram, yang dilakukan Kandungan Cr pada air limbah dari
data digunakan secara analisis sebanyak 3 kali awal dan akhir berada dibawah
deskriptif. Parameter yang diukur yaitu pengulangan. Untuk analisa baku mutu yaitu <0,0213 mg/l.
BOD, COD dan kandungan Cr yang karakteristik limbah dan Kandungan BOD dan COD pada
dilakukan di BBTKL PP Yogyakarta. tanaman dilakukan tiga hari air limbah awal berturut yaitu
sekali selama 3 minggu. 541,0 mg/l dan 1546,0 mg/l,
setelah dilakukan perlakuan
penurunan terbaik berada pada
massa tanaman 250 gram, dimana
penurunan kadar BOD dan COD
menjadi 24,4 mg/l dan 205 mg/l.

7 Performance evaluation 2018 KKT Nuwansi Pada penelitian ini dilakukan 3 kali Pada penelitian ini Percobaan pada hari ke-28 nilai
and phytoremediation AK Verma, pengulangan dan percobaan diatur percobaan dilakukan selama nitri terendah yaitu pada T6.
efficiency of selected Chandra Prakash, dalam 21 tangki (100 liter) dengan 56 hari dengan Tanaman C.Carolinia
aquatic macrophytes on GPWA Prabhath rancangan acak lengkap. Sebagai menggunakan variasi 3 menunjukkan tiingginya nilai
aquaculture effluent and RM Peter stocking awal dignakan massa tanaman tanaman mengambang yaitu nittrit-N yang tersisa dalam sistem
400 gram pada 90 liter air limbah di ipomea aqutica, jika dibandingkan pada perlakuan

I-7
Tabel 1.1 Tabel Referensi Jurnal Penelitian Terdahulu Yang Mendukung Penelitian

Judul
No Tahun Penulis Metode Penelitian Variabel Hasil dan Kesimpulan

setiap perlakuan. Parameter yang di uji alternanthera lain dan juga berbeda dengan
yaitu pH, BOD, COD, DO, ammonia, philoxeroides, eichornia signifikan pada perlakuan T5 dan
nitrit. Nitrat fosfat dan alkalinitas. Data crassipe dan 3 tanaman T6. Semua perlakuan
yang diperoleh dianalisis dengan terendam yaitu cabomba menunjukkan perbedaan yang
menggunakan statistik SPSS versi 16, caroliniana, hydrilla signifikan dengan control karena
dan menggunakan metode ANOVA verticillata, caratophyllum konsentrasi nitrit-N yang tersisa di
satu arah dan uji rentang berganda demersum. akhir pecobaan. Pada 28 hari
tukey yang dilakukan pada tingkat pertama nilai nitrat-N terendah
signifikan yaitu (P>0,05) dengan batas yaitu tetap berada pada T2 dan
kepercayaan 95%, agar mengetahui sangat berbeda pada perlakuan
perbedaan yang signifikan antara lainnya. Hasil perbandingan antara
perlakuan dan kontrol. tumbuhan terendam dengan
tumbuhan mengambang selama 28
hari pertama bahwa tumbuhan
mengambang nilai nitrat-N lebih
sedikit dalam sistem dibandinkan
dengan tumbuhan terendam.

8 Ability of local species 2017 Nopi Stiyati Pada penelitian ini pola aliran yang Dalam penelitian, tanaman Nilai BOD dan COD sebelum
plant in surface flow Prihatini, Jumar, digunakan adalah aliran batch, sebelum yang digunakan yaitu dilakukan perlakuan yaitu 2700
constructed wetland to Rima Sari dilakukan fitoremediasi tanaman ganggang (Hydrilla mg/l dan 5518,68 mg/l. Pada bak
reduce biological Arisnawati, terlebih dahulu diaklimatisasi selama verticillata), purun tikus kontrol penurunan terbaik kadar
oxygen demand (BOD) Raudhyna Zata 30 hari. Metode pengukuran BOD dan (Eleocharis dulcis) dan BOD dan COD yaitu pada hari ke-
and chemical oxygen Nadhillah, COD pada sampel air limbah dilakukan lotus (Nelumbo nucifera), 9 yaitu 252,30 mg/l dan 866,13
demand (COD) in Romadhini Putri sesuai dengan ketentuan standar variasi waktu yang mg/l. Setelah dilakukan perlakuan,
sasirangan wastewater Wulandari, Dwi nasional Indonesia (SNI: 6989,72: digunakan yaitu 0, 3, 6, 9 penurunan optimum kadar BOD
Apriliani Fazriati, 2009) dan 12 hari. Air limbah pada reakor tanaman Hydrilla
and Soemarno yang digunakan yaitu air verticillata, Eleocharis dulcis,
limbah sasirangan yang Nelumbo nucifera , dan kombinasi
dilakukan pengenceran ketiga tanamanan, hasil terbaik
dengan air mineral dengan yaitu pada hari ke-12 dengan
perbandingan 1:5. penurunan kadar BOD berturut
menjadi 48,85 mg/l, 34 mg/l, 35,14
mg/l dan 26,13 mg/l. Hasil

I-8
Tabel 1.1 Tabel Referensi Jurnal Penelitian Terdahulu Yang Mendukung Penelitian

Judul
No Tahun Penulis Metode Penelitian Variabel Hasil dan Kesimpulan

penurunan kadar COD pada reakor


tanaman Hydrilla verticillata,
Eleocharis dulcis, Nelumbo
nucifera, dan kombinasi ketiga
tanamanan, hasil terbaik yaitu pada
hari ke-12, dengan penurunan
kadar COD berturut yaitu 87,75
mg/l, 69,86 mg/l, 76,71 mg/l,
64,39 mg/l.

9 Optimization of 2014 Sakunda Pada penelitian ini inokulum Variasi yang terdapat pada Hasil terbaik pada penurunan
hydraulic retention time Anggarini, Nur mikroorganisme diambil dari lumpur penelitian ini yaitu variasi BOD, COD, dan TSS diperoleh
(HRT) and inoculums Hidayat, Nimas sungai yang dibuang dari outlet pabrik hydraulic retention time pada HRT 24 jam dan penambahan
Addition in wastewater Mayang Sabrina tahu, kemudian inokulum (HRT) yaitu 12, 18 dan 24 inokulum 15 % dengan efisiensi
treatment using Sunyoto, Putri dibudidayakan dan di uji selama dua jam dan variasi penambahan penurunan berturut 79,23%
anaerobic digestion Siska hari sekali sampai biomassa yang inokulum yaitu 5%, 10% 86,76%, dan 67,88%, namun pH
System. Wulandari dibutuhkan tercukupi. Kemudian air dan 15 % masih dalam keadaan asam yaitu
limbah dan inokulum diaklimatisasi 4,5 dikarenakan dalam proses ini
selama 7 hari lalu dilakukan proses masih dalam tahap hidrolisis.
running dengan menggunakan media
kain kasa yang dibiarkan menggantung
sebagai media pembentukan biofilm
dan dilakukan pengujian BOD, COD,
TSS, pH. Data yang dihasilka diproses
pada Design-Expert program 8.0.7.1.

10 Evaluation of two-stage 2016 Nur Hidayat, Pada penelitian ini menggunakan Variasi yang digunakan Hasil terbaik pada penurunan
biological treatment Sakunda pengolahan biologis melekat dengan pada penelitian ini yaitu parameter BOD, COD, TSS dan
attached filter mediaon Anggraini, and kombinasi dua tahap dengan urutan variasi pengolahan yaitu penetralan pH yaitu pada tahap
treatment of tofu- Nimas M.S yang berbeda yaiu anaerob-aerob dan anaerob-aerob dan aerob- anaerob-aerob karena stabilitas
processing wastewater Sunyoto aerob-anaerob. Inokulum diambil dari anaerob proses yang lebih baik dengan
lumpur dan air limbah tahu dengan fluktuasi yang rendah antara

I-9
Tabel 1.1 Tabel Referensi Jurnal Penelitian Terdahulu Yang Mendukung Penelitian

Judul
No Tahun Penulis Metode Penelitian Variabel Hasil dan Kesimpulan

perbandingan 1:9 dan di inkubasi harinya dibandingkan dengan


selama 2 hari sampai terbentuk koloni. proses aerob-anaerob.
Selanjutnya dilakukan aklimatisasi atau
proses adaptasi pada masing-masing
reaktor bervolume 25 liter selama 5
hari. Pada sistem anaerob digunakan
media nilon dan pada sistem aerob
digunakan media batu sungai. Running
dilakukan selama 30 hari. Pengujian
parameter TSS ditentukan sesuai
metode gravimetric, pengujian COD
dilakukan secara spektrofotometri,
pengujian BOD ditentukan dengan
menggunakan BOD5.

I-10
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui efisiensi penurunan kadar
Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total
Suspended Solid (TSS) secara optimal dengan melakukan pengolahan secara anaerob
dan fitoremediasi oleh tanaman ganggang (hydrilla verticillata).

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh waktu kontak air limbah tahu terhadap penurunan Chemical
Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS) pada proses anaerob dan
fitoremediasi oleh tanaman ganggang (Hydrilla verticillata).
2. Mengetahui pengaruh variasi massa tanaman ganggang (Hydrilla verticillata)
terhadap penyisihan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended
Solid (TSS).
3. Mengetahui efisiensi penurunan penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD)
dan Total Suspended Solid (TSS) pada air limbah tahu secara anaerob dan
fitoremediasi oleh tanaman ganggang (Hydrilla verticillata).

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang pengaruh pengolahan air imbah tahu secara anaerob
dalam penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended
Solid (TSS) sebelum dilakukan proses fitoremediasi oleh tanaman ganggang
(Hydrilla verticillata).
2. Memberikan informasi tentang efisiensi tanaman ganggang (Hydrilla verticillata)
dalam penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended
Solid (TSS).
3. Memberikan salah satu alternatif teknologi penurunan kadar Chemical Oxygen
Demand (COD) dan Total Suspended Solid (TSS) yang ramah lingkungan.
4. Sebagai referensi dan bahan kajian penelitian berikutnya agar mencoba berbagai
variasi percobaan sehingga diperoleh data yang lebih lengkap mengenai kadar
Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended Solid (TSS) menggunakan
tanaman ganggang (Hydrilla verticillata) ataupun menggunakan tanaman lain.

I-11
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi pada masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Sumatera
Utara.
2. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air limbah tahu UD. Ponimin yang
berlokasi di Jalan Cinta Karya Padang Bulan, Medan.
3. Penelitian dilakukan dengan sistem batch.
4. Proses penurunan kadar Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen
Demand (COD) dan Total Suspended Solid (TSS), dilakukan secara anaerob dan
fitoremediasi menggunakan tanaman ganggang (Hydrilla verticillata).
5. Parameter penelitian
Variabel tetap:
a. Tanaman Ganggang (Hydrilla verticillata)
b. Air limbah tahu
Variabel berubah:
a. Massa tanaman ganggang (Hydrilla verticillata) (250, 200, 150, 100, dan 50
gram).
b. Waktu kontak (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 hari)
Analisa yang dilakukan :
a. pH
b. Suhu
c. Konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD)
d. Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS)
e. Massa tanaman terhadap penurunan Chemical Oxygen Demand (COD)
f. Massa tanaman terhadap penurunan Total Suspended Solid (TSS)

I-12

Anda mungkin juga menyukai