Lap SMKK
Lap SMKK
Lap SMKK
LAPORAN
RANCANGAN
KONSEPTUAL SMKK
(
(2) Tujuan Rancangan Konseptual SMKK ini agar semua pemangku kepentingan
mengetahui dan memahami tugas dan kewajibannya dalam penyelenggaraan sistem
manajemen K3 Konstruksi bidang Pekerjaan Umum khususnya untuk pekerjaan ini,
sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit
akibat kerja konstruksi serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman,
yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja.
b. Ketentuan lainnya.
1. K3
adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian
perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan
dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses
produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
4. Ahli K3 Konstruksi
adalah Ahli K3 yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi Sistem
Manajemen K3 Konstruksi sesuai pedoman ini di tempat penugasannya yang
dibuktikan dengan sertifikat dari yang berwenang dan sudah berpengalaman
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam pelaksanaan K3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum yang dibuktikan dengan referensi pengalaman kerja.
5. Petugas K3 Konstruksi
adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa dan/atau Organisasi Penyedia
Jasa yang telah mengikuti pelatihan/sosialisasi K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
7. Tempat kerja
adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber sumber bahaya
baik didarat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
8. Bahaya K3
adalah suatu keadaan yang belum dikendalikan sampai pada suatu batas yang
memadai.
9. Risiko K3
adalah perpaduan antara peluang dan frekuensi terjadinya peristiwa K3 dengan
akibat yang ditimbulkannya dalam kegiatan konstruksi.
Kegiatan : DED Pembangunan Pengaman Tebing Sungai Kampar Kec. Kampa Kab. Kampar
Tanggal Dibuat :
PENILAIAN RESIKO
SKALA PENETAPAN PENANGGUNG JAWAB
NO JENIS / TIPE PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK PRIORITAS
KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT RESIKO
PENGENDALIAN RESIKO K3 (Nama Petugas)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 Mobilisasi dan Demobilisasi - Terjadi insiden berupa Luka ringan, luka 1 2 3 3 Akan di berikan panduan - Petugas K3 Konstruksi
kecelakaan pada saat berat, cacat anggota keselamatan, diberi rompi nama Personil Ahli K3
mobilisasi maupun tubuh, meninggal berwarna, helm, sarung tangan,
demobilisasi peralatan,
kacamata, sepatu safety dan
tertabrak kendaraan, alat
berat, terlindas, terjepit. penempatan rambu yang dapat
Sehingga terjadi luka ringan terlihat dengan jelas. Peralan K3
dan luka berat. dilapangan
3 Fasilitas sementara - Terjadi Insiden Berupa Pekerja Debu, kebisingan, 3 3 3 3 Akan di berikan panduan - Petugas K3 Konstruksi
Terkena Peralatan Kerja/Alat asap, getaran terkena keselamatan, diberi rompi nama Personil Ahli K3
Berat Sehingga Terjadi Luka cangkul tertimbun berwarna, helm, sarung tangan,
terpukul jatuh dari
kacamata, sepatu safety dan
atap
penempatan rambu yang dapat
terlihat dengan jelas. Peralan K3
dilapangan
II. PEKERJAAN TANAH
1 Uji Bor Inti dan Uji Laboratorium - Terjadi gangguan kesehatan Luka ringan, luka 1 2 1 1 Akan disediakan peralatan kerja - Petugas K3 Konstruksi
akibat kondisi lingkungan berat, cacat anggota yang sesuai standard, akan nama Personil Ahli K3
tempat
Terjadi kerja tidak
Insiden memenuhi
Berupa Pekerja tubuh, meninggal disediakan safety sesuai
Terkena Peralatan Kerja/Alat standard kerja, akan di sediakan
Berat Sehingga Terjadi Luka rambu peringatan ditempat
yang mudah terlihat
2 Pekerjaan Timbunan Tanah Didatangkan - Luka ringan, luka 1 2 2 1 Akan di berikan panduan - Petugas K3 Konstruksi
Terjadi Insiden Berupa Pekerja
berat, cacat anggota keselamatan, diberi rompi nama Personil Ahli K3
Terkena Peralatan Kerja/Alat
tubuh, meninggal berwarna, helm, sarung tangan,
Berat Sehingga Terjadi Luka
kacamata, sepatu safety dan
- Terjadi gangguan kesehatan penempatan rambu yang dapat
akibat kondisi lingkungan terlihat dengan jelas. Peralan K3
tempat kerja yang tidak dilapangan
memenuhi syarat
- Terjadi Insiden Berupa Pekerja
Tertimbun Material >
Sehingga Terjadi Luka Ringan
dan Luka Berat
3 Pengerjaan Pemadatan Tanah - Luka ringan, luka 1 2 2 1 Akan di berikan panduan - Petugas K3 Konstruksi
Terjadi Insiden Berupa Pekerja
berat, cacat anggota keselamatan, diberi rompi nama Personil Ahli K3
Terkena Peralatan Kerja/Alat
tubuh, meninggal
Berat Sehingga Terjadi Luka berwarna, helm, sarung tangan,
kacamata, sepatu safety dan
- Terjadi gangguan kesehatan
penempatan rambu yang dapat
akibat kondisi lingkungan
tempat kerja yang tidak terlihat dengan jelas. Peralan K3
memenuhi syarat dilapangan
- Terjadi Insiden Berupa Pekerja
Tertimbun Material >
Sehingga Terjadi Luka Ringan
dan Luka Berat
4 Pekerjaan Galian Tanah - Luka ringan, luka 1 2 2 1 Akan disediakan peralatan kerja - Petugas K3 Konstruksi
Terjadi insiden berupa pekerja berat, cacat anggota
yang sesuai standard, akan nama Personil Ahli K3
terjatuh didalam lubang tubuh, meninggal
disediakan safety sesuai
galian> sehingga terjadi luka
standard kerja, akan di sediakan
ringan dan luka berat, terjadi
rambu peringatan ditempat
insiden berupa pekerja
yang mudah terlihat
kejatuhan material galian
-
Terjadi Insiden Berupa Pekerja
Terkena Peralatan Kerja/Alat
Berat Sehingga Terjadi Luka
1. Ruang Lingkup
Bagian ini menerangkan tentang identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
pengendalian resiko, persyaratan hukum dan persyaratan lainnya, sasaran dan
program keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Referensi
2.1. OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.1 : Planning for Hazard Identification,
Risk Assesment and Risk Control
2.2. OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.2 : Legal and Other Requirements
2.3. OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.3 : Objectives
2.4. OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.4 : OH & S Management Program(s)
4. Dokumen Terkait
4.1. PK3. 4.3.1 Prosedur Identifikasi Bahaya Potensial, Penilaian Risiko dan
Pengendalian Risiko.
4.2. PK3. 4.3.2 Prosedur Identifikasi Perundang-undangan dan Persyaratan
Lain.
4.3. PK3. 4.3.3 Prosedur Penetapan Tujuan, Sasaran dan Program K3.
E. SASARAN K3 DAN PROGRAM K3
SASARAN K3
1. ZERO ACCIDENT
i. Meninggal / Cacat Tetap (0%)
ii. Kehilangan Jam Kerja akibat Kecelakaan kerja maksimal 1 %
iii. Kehilangan jam kerja akibat sakit maksimal 5 %
2. PEMENUHAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN SMK3
3. PEMAHAMAN DAN KESADARAN K3 SELURUH KARYAWAN
i. Penggunaan APD 95 %
ii. Laporan kerja K3 minimal 1 kali dalam sebulan
PROGRAM K3
- Mengidentifikasi dan rnernbuat analisa Bahaya dan Resiko setiap pekerjaan.
- Mengawasi setiap pekerjaan beresiko tinggi dengan dikeluarkannya Surat Ijin
Kerja
- Melakukan Safety Briefing di setiap awal bekerja kepada seluruh pengawas
dan pekerja.
- Melakukan Safety Patroli dan Inspeksi terhadap Lokasi Kerja, Metode dan
Peralatan
- Kerja.
- Mernbuat rnetode pengarnanan dan pengawasan terhadap alat selarna
bekerja
- khususnya alat angkat, angkut dan rnuat.
- Penyediaan alat dan pendukung keselarnatan kerja (Rambu-rambu, APD,
Pemadam kebakaran, P3K).
- Membatasi kerja lernbur
- Pemeriksaan kesehatan setiap pekerja beresiko tinqgi ( secara periodik )
- Menyediakan Alat Pelindung Diri sesuai kebutuhan
- Meningkatkan kedisiplinan terhadap pernakaian APD rnelalui inspeksi dan
- punishment (bila diperlukan)
- Mensosialisasikan Peurundang-undangan dan Peraturan K3
- Memberikan training / pelatihan internal yang berhubungan dengan
kesadaran K3
F. PROSEDUR
III.1 PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA POTENSIAL, PENILAIAN RISIKO
DAN PENGENDALIAN RESIKO
1. Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam penilaian risiko yang meliputi risiko
kesehatan dan keselamatan kerja secara formal sebelum melakukan suatu
kegiatan melalui identifikasi setiap bahaya dan risiko yang timbul dari seluruh
aktivitas, produk dan jasa yang dilakukan, melakukan penilaian tingkat risiko
serta menentukan pengendalian risiko untuk diterapkan dalam aktivitas kerja
sehari-hari.
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini diaplikasikan diseluruh aktivitas baik rutin maupun non rutin (baru
ataupun modifikasi) dalam penyelenggaraan kegiatan jasa dan fasilitas pada
semua bagian termasuk juga kontraktor, sub kontraktor, pengunjung yang
berada di lingkungan kerja PT. LAUDAH REKAYASA KONSULTAN
3. Uraian Umum
3.1. Bahaya adalah sesuatu yang memiliki potensi yang dapat menyebabkan
cidera atau sakit (bagi pekerja, kontraktor, pengunjung atau masyarakat
sekitar) atau kerusakan terhadap properti perusahaan.
3.2. Risiko adalah kecenderungan untuk terjadi cidera, sakit atau kerusakan
terhadap properti perusahaan yang timbul akibat paparan bahaya.
3.3. Penilaian risiko adalah proses penilaian terhadap suatu risiko dengan
menggunakan parameter akibat dan peluang dari bahaya yang ada.
3.4. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan mengakibatkan kepada
kematian, penyakit akibat kerja, cidera, kerusakan atau kehilangan
lainnya.
3.5. Insiden adalah keadaan yang menimbulkan kecelakaan atau memiliki
potensi untuk terjadi kecelakaan. Sebuah insiden dimana tidak ada
penyakit akibat kerja, cidera, kerusakan atau kerugian lainnya juga
diartikan sebagai sebuah ”hampir celaka (near-miss)”. Pengertian
”insiden” termasuk juga ”hampir celaka (near-miss)”.
3.6. Hirarki pengendalian tersebut adalah pengendalian risiko yang meliputi:
3.6.1. Eliminasi merupakan metode yang paling effektif untuk
menghilangkan sumber bahaya (menghilangkan proses).
3.6.2. Substitusi merupakan metode yang dilakukan apabila bahaya tidak
bisa dieliminasi yaitu dengan penggantian (mengganti motor
diesel dengan motor elektrik, menggunakan gerinda yang bebas
debu).
3.6.3. Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan guarding
atau penutup, mengisolasi area kerja yang berbahaya (isolasi area
berdebu).
3.6.4. Pengendalian secara administrasi misalnya, IK, pengawasan,
pelatihan, rambu-rambu dan rotasi kerja.
3.6.5. Alat Pelindung Diri/APD (helmet, sepatu safety, sabuk pengaman,
pelindung telinga, sarung tangan, pelindung mata/muka).
3.7. Tim K3 adalah tim penilai risiko yang terdiri dari perwakilan dari masing-
masing unit kerja yang bertugas untuk melakukan identifikasi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko.
4. Prosedur
4.1. Management Representative
4.1.1. Mengkoordinasikan pelaksanaan identifikasi, penilaian awal bahaya
dan risiko di seluruh area PT. LAUDAH REKAYASA KONSULTAN.
4.1.2. Bersama-sama dengan Tim K3 melakukan evaluasi hasil identifikasi
dan penilaian risiko yang dilakukan.
4.2. Manager Terkait dan/atau Tim K3
4.2.1. Identifikasi Bahaya
4.2.1.1. Pada tahap awal, Tim K3 akan melakukan identifikasi
bahaya dengan mempertimbangkan:
1. Aktivitas rutin dan non rutin.
2. Aktivitas terhadap semua orang yang mempunyai
akses ke area kerja baik kontraktor/pengunjung,
termasuk traffic activity dari Kantor Pusat ke Site atau
sebaliknya baik terhadap orang maupun terhadap
material.
3. Perilaku manusia, kapabilitas dan faktor manusia lain,
seperti tidak tahu, kurang hati-hati, ceroboh.
4. Bahaya-bahaya yang berasal dari luar area kerja yang
dapat memberikan pengaruh merugikan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja seperti adanya
sabotase.
5. Bahaya disekitar area kerja yang terkait dengan
pekerjaan baik fisika (bising, getaran, suhu, tekanan,
listrik), kimia (bersifat meledak, cairan yang mudah
terbakar, bahan beracun, gas dan partikel di udara),
biologi (virus, bakteri, jamur, serangga dan
keracunan), ergonomi (tata letak yang tidak baik,
desain peralatan yang tidak sesuai, radiasi (paparan
sinar X atau sinar UV) dan psikologis (stress).
6. Infrastruktur, peralatan/material yang berada di dalam
area kerja. Bahaya ini dapat ditentukan dengan
melihat apa saja yang dapat mencelakai personil atau
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
7. Identifikasi bahaya juga dilakukan terhadap
perubahan/pengembangan yang ada di PT. LAUDAH
REKAYASA KONSULTANbaik terhadap aktivitas maupun
terhadap alat/mesin/material, segala perubahan yang
terjadi dikendalikan melalui dokumen terdokumentasi.
8. Modifikasi terhadap sistem manajemen K3 termasuk
perubahan yang bersifat sementara dan dampaknya
terhadap proses dan aktivitas.
9. Bahaya dan risiko yang timbul dari peraturan baru atau
perubahan peraturan yang terkait dengan lingkup
sistem manajemen K3, dimasukkan dalam identifikasi
bahaya dengan memasukkan peraturan perundangan
ke dalam HIRAC.
10. Perancangan area kerja, proses, instalasi,
permesinan/peralatan, prosedur operasi dan pekerjaan
dalam organisasi termasuk penyesuaian terhadap
manusia .
11. Dalam melakukan identifikasi bahaya
didokumentasikan dengan menggunakan formulir
Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian
Risiko.
4.2.2. Penilaian Risiko
4.2.2.1. Setelah semua bahaya dapat diidentifikasi selanjutnya
dilakukan assesment risiko yang dapat timbul dari tiap
bahaya itu dengan memperhatikan keparahan risiko,
kemungkinan terjadi, pengendalian risiko dan kesadaran
risiko.
4.2.2.2. Penilaian resiko dilakukan berdasarkan kriteria penilaian
risiko.
4.2.2.3. Apabila pengendalian bahaya hasil penilaian resiko tersebut
membutuhkan investasi yang cukup besar maka
pelaksanaan pengendalian tersebut dimasukkan dalam
objective, tujuan dan program (OTP) diajukan oleh Tim K3
dan disetujui oleh Direktur.
4.2.2.4. Bila ada aturan yang mengatur, maka bahaya akan di
kendalikan sesuai dengan aturan tersebut.
4.2.2.5. Penyampaian hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian risiko kepada Ketua Tim K3 untuk
mendapatkan persetujuan.
4.3. Management Representative
4.3.1. Mengevaluasi hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko yang telah dilakukan oleh Tim K3.
4.3.2. Bertanggung jawab dalam pemantauan tindakan pengendalian
risiko agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
4.3.3. Melakukan tinjauan tindakan pengendalian risiko untuk menilai
apakah tindakan pengendalian yang ada sudah efektif. Jika
ternyata belum maka perlu ditentukan bentuk tindakan
pengendalian yang baru.
4.3.4. Jika terjadi kecelakaan harus dilakukan proses review untuk melihat
pengendalian yang sudah ditetapkan dan atau menambahkan
kegiatan tersebut sebagai bahan untuk dilakukan HIRAC.
5. Lampiran
5.1. Kriteria Pembobotan Risiko.
5.2. Formulir Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko.
5.3. Formulir Rencana Tindakan Pengendalian Risiko.
III.2 PROSEDUR IDENTIFIKASI PERUNDANG-UNDANGAN DAN
PERSYARATAN LAIN
1. Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam identifikasi perundang-undangan dan
persyaratan lain tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan identifikasi perundang-undangan dan
persyaratan yang relevan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Uraian Umum
3.1. Perundang-undangan dan persyaratan lain yang dimaksud di sini
mencakup:
3.1.1. Peraturan Pemerintah.
3.1.2. Persyaratan Pelanggan.
3.1.3. Persyaratan Lainnya.
3.2. Hasil identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain dijadikan
sebagai
acuan dalam menyusun tujuan dan program keselamatan dan kesehatan
kerja.
3.3. Identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain dievaluasi dan
di up-date
sekurang-kurangnya satu tahun sekali, kecuali yang ditentukan oleh
pelanggan.
3.4. Setiap perubahan perundang-undangan dan persyaratan lain
dikendalikan
sesuai dengan revisi yang terbaru.
3.5. Sumber-sumber untuk identifikasi perundang-undangan dan
persyaratan lain
antara lain:
a) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
b) Departemen Kesehatan.
c) Pelanggan.
d) Persyaratan lain yang relevan.
4. Prosedur
1. Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam menghadapi keadaan darurat,
menyelamatkan tenaga kerja, asset perusahaan dan lingkungan kerja.
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan kesiagaan dan ketanggapan darurat
penanganan kebakaran, penanganan kecelakaan kerja atau darurat medis
(PPPK).
3. Uraian Umum
3.1. Keadaan darurat adalah suatu kondisi dimana terjadi kebakaran,
kecelakaan kerja, darurat medis dan kejadian lain yang memerlukan
penanganan segera dan terpadu.
3.2. Kebakaran adalah kobaran api yang membesar yang tidak terkendali yang
dapat menimbulkan kerugian pada manusia, barang dan lingkungan.
3.3. Darurat medis adalah situasi yang mengancam jiwa seseorang dan perlu
penanganan yang serius. Pada umumnya keadaan ini disebabkan karena
keletihan, pingsan, sakit, keracunan dan lain-lain.
3.4. Emergency plan harus disiapkan untuk kondisi darurat yang mungkin
terjadi dan mencakup :
3.4.1. Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat.
3.4.2. Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama
kejadian darurat.
3.4.3. Kewajiban semua personel selama kejadian darurat.
3.4.4. Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas personel dengan
tanggung jawab khusus selama kejadian darurat (seperti
pemadaman kebakaran, P3K dan sebagainya).
3.4.5. Proses evakuasi.
3.4.6. Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat
yang dipersyaratkan.
3.4.7. Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian
darurat.
3.4.8. Komunikasi dengan badan pemerintah.
3.4.9. Komunikasi dengan publik.
3.4.10. Pengamanan catatan dan perlatan penting.
3.4.11. Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti denah
lokasi perusahaan/proyek, data material berbahaya, instruksi kerja
dan nomor telepon penting.
3.5. Peralatan darurat untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat yang
harus ada dilokasi kerja (bila dapat diterapkan) harus disesuaikan dengan
aktivitas potensi kondisi darurat, diuji kelayakannya dalam waktu yang
terancana diantaranya :
3.5.1. Sistem alarm
3.5.2. Lampu dan tenaga listrik darurat
3.5.3. Peralatan pemadam kebakaran
3.5.4. Fasilitas komunikasi
3.5.5. Tempat perlindungan
3.5.6. Hydrant
3.5.7. Stasiun pencuci mata
3.5.8. Alat perlolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
3.6. Setiap lokasi kegiatan kerja perusahaan harus menentukan tempat yang
aman (assembly point) yang berfungsi sebagai tempat berkumpul selama
kegiatan evakuasi. Khusus untuk area project, disesuaikan dengan
customer dan kondisi lapangan.
V. INSTRUKSI KERJA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. KESEHATAN DALAM BEKERJA
Tahapan
Buanglah sampah pada tempat-tempat yang sudah disediakan.
Jagalah alat-alat, material-material dan peralatan tersimpan secara teratur pada
tempat-tempat yang sudah disediakan.
Jika terdapat paku-paku yang menonjol keluar pada kayu yang masih akan
dipakai, maka paku-paku tersebut harus dicabut. Paku-paku yang menonjol
keluar pada potongan kayu yang tidak akan dipakai lagi, maka paku-paku harus
dibengkokkan atau kayu dibuang ditempat pembuagan sampah.
Setiap luka koyak, luka lecet, atau luka tusuk memerlukan pengobatan segera
dan harus dijaga agar tetap bersih. Luka-luka tusuk merupakan tempat-tempat
berbahaya bagi infeksi tetanus, karena itu jagalah agar tetap bersih dan tertutup.
Cucilah selalu tangan-tangan anda sebelum merokok atau memegang makanan
dan sesudah memegang bahan-bahan beracun.
Uraian Penjelasan
1. Aspek penting yang dikendalikan : APD : Alat pelindung diri,
Gangguan kesehatan karena aspek yaitu alat yang digunakan untuk
lingkungan debu, kebauan, kebisingan, memberikan perlindungan dan
limbah cair dan padat, percikan api las, keselamatan personal pribadi.
tumpahan bahan kimia.
Adapun tujuan
2. Alat pelindung diri yang penggunaan alat pelindung diri
digunakan : (APD) ini sebagai pengendalian
Masker dampak ling-kungan yang terjadi
Ear plug, ear muff pada kegiatan pekerjaan.
Sarung tangan
Kaca mata
Safety shoes
3.
Langkah kerja :
a. Pastikan sebelum melakukan
kegiatan pekerjaan pergunakan alat
pelindung diri (APD) sesuai dengan
aspek lingkungan yang terjadi di area
pekerjaan.
b. Pakaialah secara benar alat
pelindung diri (APD) tersebut,
sehingga dalam upaya pencegahan
gangguan kesehatan dapat secara
efektif.
c. Laporkan segera apabila alat
pelindung diri (APD) rusak atau tidak
berfungsi dengan baik ke bagian
terkait untuk dimintakan penggan-
tian.
d. Selesai.
SLOGAN K3
WAJIB BACA