Laporan Kasus

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini menjelaskan mengenai pasien kelolaan asuhan keperawatan nyeri

akut pada anak post operatif laparatomi ileus obstruktif di Ruang HCU Puspanjali

RSD Mangusada. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian keperawatan,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 08 Maret 2022 pukul

14.00 Wita di Ruang HCU Puspanjali RSD Mangusada. Sumber data pengkajian

ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, keluarga dan rekam medis

pasien. Pasien berinisial An. R, jenis kelamin laki-laki berusia 12 tahun,

beragama Islam, pekerjaan pelajar penanggung jawab pasien adalah ayah pasien

sendiri yang berinisial Tn.R berusia 44 tahun, pekerjaan wiraswasta.

Pasien datang ke RSD mangusada melalui IGD pada tanggal 07 Maret

2022, dengan keluhan utama nyeri pada perut, setelah dilakukan pemeriksaan

pasien didiagnosis ileius obstruktif. Pasien dilakukan perawatan di ruang intensif

HCU Puspanjali RSD Mangusada. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 08

Maret pasien sudah dilakukannya proses pembedahan dengan diagnosis post

operatif laparatomi ileus obstruktif. Pasien mengeluh nyeri dirasakan satu jam

setelah tindakan pembedahan. Riwayat penyakit sebelumnya pasien pernah di usia

2 tahun menderita kejang, pasien tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun

makanan dan riwayat kesehatan keluarga tidak ada keluarga yang menderita

44
penyakit menular dan penyakit keturunan, Riwayat imunisasi pada pasien lengkap

sesuai dengan usia.

Pengkajian Initial assessment, primary survey tidak ada masalah

keperawatan seperti B1 (Breath) : Napas spontan B2 (Blood): Normal (Tidak ada

hipertensi, tidak ada hipotensi dan perdarahan), terpasang drain pada abdomen

sinistra B3 (Brain): Normal (tidak dalam pengaruh obat) B4 (Bladder) :Terpasang

kateter urin B5 (Bowel) : terpasang NGT dekompresi B6 (Bone) : Normal dan

secondary survey terdiri dari pengkajian nyeri, pemeriksaan fisik terdapat nyeri

yang dirasakan oleh pasien yakni pada bagian kiri bdomen dengan pengkajian

PQRST yakni P : Nyeri dirasakan karena tindakan pembedahan post op

laparatomi, Q : Nyeri dirasakn seperti diiris -iris, R : Nyeri pada pada bekas

operasi pada bagian perut kiri bawah, S :Skala nyeri 7 (0 –10), T : Nyeri hilang

timbul, dengan durasi nyeri kurang lebih 5 menit setiap dirasakannya nyeri.

Kesadaran pasien compos mentis, pengkajian tanda – tanda vital diperoleh

tekanan darah 90/70 milimeter air raksa, Nadi 110 kali/menit, suhu tubuh 36,10C,

Respiratory rate : 18 x/menit , Sp02 :98%.

45
B. Diagnosis Keperawatan

1. Analisa data

Tabel 4
Analisa Data Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Anak yang
Mengalami Post Operatif Laparatomi Ileus Obstruktif di
Ruang HCU RSD Mangusada Tahun 2022

Data fokus Analisis Masalah


1 2 3
Data Subyektif : Faktor risiko penyebab obstruksi Nyeri akut
Adanya fecalith (batu feses),
Keluarga mengatakan adanya benda asing,hyperplasia
pasien mengeluh nyeri dan jaringan limfoid,kuman dari
tidak dapat buang air colon
besarseminggu sebelum
masuk rumah sakit, sehari Obstruksi usus
setelah masuk rumah sakit
pasien dianjurkan Penimbunan sekresi dan cairan
melakukan prosedur isi lumen
operasi karena menderita
ileus obstruktif. Pasien Hospitalisasi
mengatakan saat ini
merasakan nyeri di bagian Rencana pembedahan
perut setelah melakukan
operasi Laparatomi (pembedahan
abdomen)
Hasil pengkajian PQRST
didapatkan : elaput perut terbuka
P : Pasien mengatak nyeri Post laparatomi
pada perut kiri bawah
Luka insisi
Q : Pasien mengatakan
nyeri dirasakn seperti diiris
Nyeri akut
-iris

R :Nyeri pada pada bekas


operasi pada bagian perut
kanan bawah

S :Skala nyeri 7 (0 –10)

T : Nyeri hilang timbul,


dengan durasi nyeri kurang

46
1 2 3
lebih 5 menit setiap
irasakannya nyeri.

Data Objektif :

a) Pasien nampak
meringis kesakitan
b) Pasien nampak gelisah
c) Pasien nampak
bersikap protektif
(melindungi area
perut)
d) Pasien nampak
menghindari sentuhan
e) Hasil TTV :
Nadi 110 kalii/menit,
suhu tubuh 36,10C
f) Terdapat nyeri tekan
pada perut kiri bawah

2. Perumusan diagnosis

Berdasarkan Analisa data dapat dirumuskan diagnosis keperawatan

aktual yakni, nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisik (prosedur

pembedahan) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri perut kiri bekas luka

operasi, pasien nampak meringis kesakitan, bersikap protektif (menghindar saat

perut ingin disentuh), gelisah, frekuensi nadi 110x/menit, mual,muntah, nafsu

makan berubah, diapforesis.

C. Rencana Keperawatan

1. Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri akut

membaik. SLKI label Tingkat Nyeri Menurun (L.08066) dengan kriteria hasil :

Keluhan nyeri menurun, meringis menurun, Gelisah menurun, Bersikap proteksti

menurun, mual menurun, muntah menurun.

47
2. Intervensi keperawatan

Intervensi utama SIKI label : Manajemen Nyeri (I.08238) memiliki

definisi mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat dan konstan .Tindakannya sebagai berikut

a. Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas , intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respons nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat memperingan nyeri

b. Terapeutik

1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis terapi

distraksi menonton video kartun, 10-15 menit selama 3x24 jam)

c. Edukasi

1) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Intervensi utama SIKI label : Pemberian Analgesik (I.08243) memiliki

definisi pemberian obat untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Tindakan

yang dilakukan diantaranya :

a. Observasi

1) Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,

intensitas, frekuensi, durasi)

2) Identifikasi riwayat alergi obat

48
b. Terapeutik

1) Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal,

jika perlu

c. Edukasi

1) Jelaskan efek teradu dan efek samping obat

d. Kolaborasi

Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah

ditetapkan. Waktu implementasi dilakukan dari tanggal 8-10 Maret 2022.

a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas , intensitas

nyeri

b. Mengidentifikasi skala nyeri

c. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal

d. Mengidentifikasi faktor yang memperberat memperingan

e. Mengidentifikasi alergi obat

f. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis terapi

distraksi menonton video kartun)

g. Mendiskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia

optimal, jika perlu

h. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

i. Menjelaskan efek samping dari obat

j. Melakkan kolaborasi dalam pemberian analgetik

49
Setiap pemberian tindakan dilakukan penilaian respon secara subjektif

dan objektif untuk mengetahui hasil dari tindakan yang sudah diberikan.

a. Tanggal 08 Maret 2022

1) Respon subjektif : Pasien mengatakan merasakan tidak nyaman mual dan

muntah perut terasa kembung, rasa tidak nyaman nyeri dirasakan oleh pasien.

Pasien mengatakan nyeri pada perut kiri bawah pada bekas operasi menjalar

ke tengah bagian perut bertambah jika beraktivitas, dirasakn seperti diiris -iris,

Nyeri pada pada bekas operasi pada bagian perut kanan bawah , skala nyeri 7

(0 –10), nyeri hilang timbul, dengan durasi nyeri kurang lebih 5 menit setiap

dirasakannya nyeri.

2) Respon objektif : Pasien nampak meringis kesakitan, gelisah, pasien bersifat

protektif (melindungi area perut), saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan

adanya nyeri tekan dan prosedur pembedahan.

b. Tanggal 09 Maret 2022

1) Respon subjektif : Pasien mengatakan nyeri pada perut kiri bawah pada bekas

operasi menjalar ke tengah bagian perut bertambah jika beraktivitas, nyeri

dirasakn seperti diiris -iris, Nyeri pada pada bekas operasi pada bagian perut

kanan bawah , skala nyeri 5 (0 –10), Nyeri hilang timbul, dengan durasi nyeri

kurang lebih 5 menit setiap irasakannya nyeri.

2) Respon objektif : Pasien nampak kooperatif, nampak sesekali meringis, pasien

nampak tidak menangis lagi dan sedikit gelisah, tampak meelindungi area

nyerinya.

50
c. Tanggal 10 Maret 2022

1) Reapon subjektif : Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dengan

pengkajian nyeri didapatkan,pasien mengatakan nyeri pada perut kiri bawah

bertambah jika beraktivitas. nyeri dirasakn seperti diiris – iris, nyeri pada

perut kiri bawah, skala nyeri 3 (0 –10), nyeri dirasakan hilang timbul durasi 2

menit.

2) Respon objektif : Pasien sesekali nampak meringis, mual nampak sudah

bekurang, selama perawatan muntah tidak ada, pasien juga nampak sudah

tidak gelisah. Hasil TTV pasien : Nadi : 110x/menit,Respiratory rate :

18x/menit, Sp02 : 100% Suhu tubuh : 36,40C.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan pada 10 Maret 2022, dan kondisi pasien

menunjukkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil yang telah ditetapkan.

1. Subjektif

Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang yang dirasakan pada nyeri pada

perut kiri bawah dirasakan jika beraktivitas, nyeri dirasakn seperti diris-iris, skala

nyeri 3 (0 –10), nyeri dirasakan hilang timbul.

2. Objektif

Pasien sesekali nampak meringis, mual nampak sudah bekurang, pasien,

pasin tampak Keluhan nyeri menurun dengan skala nyeri 3(0-10), Meringis

menurun, Gelisah menurun, Bersikap proteksti menurun, diaforesis menurun

tidak ada keringat dingin, Nafsu makan meningkat nampak pasien sudah

51
berkeinginan minum susu. Hasil TTV pasien : Nadi : 110 x/menit Respiratory rate

: 18x/menit , Sp02 : 100%, Suhu tubuh : 36,40C.

3. Assesment (Analisis)

Masalah keperawatan Nyeri akut teratasi

4. Planing

Tingkatkan kondisi pasien

a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas , intensitas nyeri

b) Anjurkan dan anjurkan melakukan terapi distraksi menonton video kartun,

agar nyeri dapat teralihkan agar pasien tidak merasakan nyeri.

c) Kolaborasi pemberian terapi farmakologis

Cefoperazone 3x800 mg, Paracetamol 3x500 mg, Metronidazolone 3x200 mg,

Ranitidine 2x 25 mg.

F. Pelaksanaan Terapi Distrakdi Menonton Video Kartun

Intervensi inovasi yang diberikan pada pasien kelolaan yang mengalami

nyeri akut dengan data subjektif nyeri dikarenakan prosedur pembedahan, Pasien

mengatakan nyeri pada perut kiri bawah pada bekas operasi menjalar ke tengah

bagian perut bertambah jika beraktivitas, dirasakn seperti diiris -iris, nyeri pada

pada bekas operasi pada bagian perut kanan bawah, skala nyeri 7 (0 –10), nyeri

hilang timbul, dengan durasi nyeri kurang lebih 5 menit setiap dirasakannya nyeri.

Kemudian data objektif pasien nampak meringis kesakitan, gelisah, pasien

bersifat protektif (melindungi area perut), saat dilakukan pemeriksaan fisik

didapatkan adanya nyeri tekan dan prosedur pembedahan. Terapi inovasi yang

diberikan yakni distraksi menonton video kartun dilakukan saat pasien merasakan

nyeri selama 3 hari berturut – turut. Tujuan pemberian terapi distraksi dengan

52
video kartun yaitu untuk mengalihkan dan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

oleh pasien meningkatkan perasaan relaksasi, menurunkan tekanan nadi. Prosedur

terapi distraksi menonton video kartun menggunakan media video sebagai media

dalam pemberian terapi, terapi dilakukan saat pasien merasakan nyeri selama 10-

15 setiap pasien merasakan nyeri. Terapi distraksi menonton video ini dilakukan

pada pasien yang mengalami nyeri akut yang mendapat terapi farmakologis yang

dibantu dengan pemberian terapi non farmakologis oleh perawat yakni terapi

distraksi menonton video kartun.

Hasil yang didapatkan diantaranya pasien tampak meringis menurun,

gelisah menurun, mual menurun, muntah menurun, sikap protektif menurun,

diaforesis menurun, dan nafsu makan sudah membaik. Pasien juga mengatakan

terapi ini menyenangkan karena pasien sangat suka menonton video kartun.

Pasien tampak kooperatif dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan secara

perlahan dibantu oleh keluarga. Penggunaan teknik distraksi menonton video

dapat dijadikan intervensi non farmakologis dalam mengatasi nyeri pada pasien

dengan post operatif laparatomi ileus obstruktif selain terapi yang dianjurkan oleh

dokter dalam pemberian terapi farmakologis.

53
BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan

keperawatan nyeri akut pada dengan penyakit Post Operatif Laparatomi Ileus

Obstruktif. Analisis yang digunakan meliputi analisis asuhan keperawatan dan

analisis intervensi inovasi.

A. Analisis Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada kasus kelolaan An. R yang berumur 12 tahun.

Hasil pengkajian pada kasus kelolaan anak “R” yang mengalami nyeri akut post

operatif laparatomi ileus obstruktif dilakukan dengan metode wawancara,

observasi, dan catatan rekam medis.

Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien yaitu An.R

didapatkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif pasien mengeluh nyeri

perut sejak satu jam setelah dilakukannya prosedur pembedahan lapartomi ileus

obstruktif, nyeri dirasakan diiris – iris, nyeri pada perut bagian kiri menjalar ke

bagian tengah, skala nyeri 7(0-10), nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi

lamanya nyeri 5 menit. Data objektif pasien nampak meringis kesakitan, bersikap

protektif (menghindar saat perut ingin disentuh), gelisah, frekuensi nadi

110x/menit, nafsu makan berkurang dan diaforesis.

Menurut PPNI, (2016) data yang perlu dikaji berkaitan dengan nyeri akut

yaitu terdapat gejala dan tanda mayor serta gejala dan tanda minor. Gejala dan

tanda mayor yaitu subjektif nyeri akut dan objektif meliputi tampak meringis,

54
bersikap protektif, gelisah, frekuensi meningkat.Pengkjian pada subjek dengan

teori yang ada terdapat kesesuaian.

Pengkajian pada subjek penelitian menunjukkan adanya kesesuaian

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahayu and Darmawan, 2020) yang

menyebutkan bahwa nyeri merupakan pengalaman sensasi dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun potensial.

Hal ini juga sesui dengan teori yang disampaikan tentang nyeri akut yang

berlangsung kurang dari 3 bulan. Teori tersebut disampaikan oleh PPNI, (2016)

yang menjelaskan bahwa nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional

yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami, (2020) dengan judul “Penurunan

Skala Nyeri Akut Post Laparatomi Menggunakan Aromaterapi Lemon” yang

menunjukan kesesuai dengan hasil pengkajian yang mengemukakan nyeri sebagai

keluhan utama pasien dengan post operatif laparatomi ileus obstruktif. Hasil

observasi dan dokumentasi saat pengkajian dengan masalah keperawatan nyeri

akut didapatkan tidak adanya kesenjangan antara hasil temuan studi kasus dengan

hasil dari peneliti yang lain dan teori yang ada.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman

atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada

risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Nyeri akut merupakan

sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

55
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berinteritas ringan hingga

berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan ((PPNI, 2016). Menurut (PPNI, 2016)

terdapat tanda dan gejala nyeri akut. Gejala dan tanda mayor yaitu subjektif nyeri

akut dan objektif meliputi tampak meringis, bersifat protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur. Gejala tanda minor data subjektif tidak tersedia dan

data objektif meliputi tekanan darah meningkat, pola napas berubah,nafsu makan

berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri,

diaphoresis. Berdasarkan perumusan diagnosa keperawatan menggunakan format

problem, etiology, sign and symptom (PES).

Hasil dokumentasi pada Anak “R” didapatkan problem nyeri akut,

etiology yaitu katagori fisiologis yakni prosedur pembedahan (operasi), dan untuk

sign and symptom pasien mengatakan nyeri perut sejak satu jam setelah

dilakukannya prosedur pembedahan lapartomi ileus obstruktif, nyeri dirasakan

diiris – iris, nyeri pada perut bagian kiri menjalar ke bagian tengah, skala nyeri

7(0-10), nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi lamanya nyeri 5 menit.

Pasien tampak meringis kesakitan, bersikap protektif (menghindar saat perut ingin

disentuh), gelisah, dan frekuensi nadi 110 kali/menit, mual muntah nafsu makan

berkurang dan diaforesis.

Gejala dan tanda mayor ditemukan untuk validasi diagnosis serta gejala

dan tanda minor tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung

penegakan diagnosis ((PPNI, 2016). Hasil analis diagnosis keperawatan dari

acuan penulis yaitu (PPNI, 2016) terdapat 13 tanda dan gejala yang dapat

menegakan diagnosis keperawatan nyeri akut. Data dari pasien didapatkan 80%

gejala tanda mayor yaitu, mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif,

56
gelisah dan frekuensi nadi meningkat, dan terdapat 25% data minor meliputi nafsu

makan berubah dan diaforesis. Berdasarkan data-data tersebut dapat dirumuskan

diagnosis keperawatan aktual pada kasus kelolaan anak “R” yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agens pencedera fisik (prosedur pembedahan) dibuktikan

dengan pasien mengeluh nyeri perut kiri bekas luka operasi, pasien nampak

meringis kesakitan, bersikap protektif (menghindar saat perut ingin disentuh),

gelisah, frekuensi nadi 110x/menit, mual,muntah, nafsu makan berubah,

diaforesis.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaen, (2022)

dengan judul “Pengelolaan nyeri akut pada Tn. S dengan post laparotomi dengan

indikasi ileus obstruktif di Ruang Cempaka RSUD Unggaran”. penelitian ini

menyebutkan nyeri akut sebagai diagnosis keperawan yang muncul pada pasen

post laparatomi. Berdasarkan hasil temuan studi kasus peneliti, dengan hasil

peneliti lain dan teori yang ada, tidak adanya kesenjangan antara hasil temuan

studi kasus, hasil dari peneliti yang lain dan teori yang ada.

3. Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan pada subjek penelitian menggunakan intervensi

utama label manajemen nyeri (I.08238) dan pemberian analgetik (I.08243) sesuai

dengan teori standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) diantaranya

intervensi keperawatan yang diberikan kepada subjek penelitian yaitu identifikasi

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala

nyeri, identifikasi respons nyeri non verbal, identifikasi faktor yang memperberat

nyeri dan memperingan nyeri, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi

57
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi

bermain), ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,

kolaborasi pemberian analgetik, identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus,

pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi), dan identifikasi riwayat

alergi obat (PPNI, 2018).

Fokus intervensi yang dilakukan adalah pemberian teknik non

farmakologis untuk mengurangi nyeri dengan teknik distraksi menonton video

kartun. Intervensi keperawatan terapi inovasi teknik distraksi menonton video

kartun yang diberikan sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang diberikan

selama 10-15 menit dengan tujuan dan kriteria hasil mengacu pada Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) diharapkan dalam 3 x 24 jam keluhan

nyeri menurun,meringis menurun, gelisah menurun,sikap protektif menurun, mual

muntah menurun, diaforesis menurun, dan nafsu makan meningkat.

Pemberian teknik distraksi menonton video kartun ini sesuai dengan

studi literatur yang dilakukan oleh Rono, (2017) dengan judul “Non

Pharmacological Pain Managment In Pediatric Nursing (1-10years)”. Studi

literatur ini mendapatkan 36 jurnal yang menyatakan teknik non farmakologis

efektif dalam menurunkan nyeri 55 pada pasien anak. Hasil studi literatur ini juga

menyebutkan 5 jurnal yang menyatakan bahwa teknik distraksi menonton video

kartun efetif dalam menurunkan nyeri pada pasien anak. Berdasarkan hal tersebut,

kondisi pasien kelolaan temuan peneliti lain dan teori tidak terdapat kesenjangan.

Namun dalam temuan hasil data rencana keperawatan terdapat beberapa rencana

keperawatan yang tidak ditetapkan oleh peneliti. Hal tersebut dikarenakan peneliti

menyesuaikan rencana keperawatan dengan kondisi pasien.

58
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan

yang telah ditetapkan dan khusus ditambah dengan intervensi yang telah

ditetapkan oleh peneliti. Adapun fokus implementasi yang dilakukan oleh peneliti

adalah memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri dengan

teknik distraksi menonton video kartun (audio visual). Sebelum pemberian

tindakan, perawat telah melakukan proses pendekatan yang bertujuan untuk

mengali hal-hal yang disukai oleh pasien sehingga implementasi bisa disesuikan

dengan kesukaan pasien. Pemberian teknik distraksi menonton video kartun

(audio visual) pada pasien anak “R” dilakukan selama 10-15 menit setiap pasien

merasakan nyeri, dengan video spongebob.

Durasi pemberian tindakan distraksi menonton video kartun selama 10-

15 menit disesuaikan dengan minat anak. Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Rahayu and Darmawan, 2020) dengan judul “Pemberian Teknik

Distraksi Pemutaran Video Kartun untuk Menurunkan Nyeri pada Anak Post

Operasi”. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

asuhan keperawatan dengan durasi pelaksanaan pemberian teknik distraksi selama

10-15 menit dengan pemutaran video kartun. Hasil studi kasus menunjukkan

dengan pemberian teknik distraksi pemutaran video kartun efektif untuk

menurunkan rasa nyeri pada anak yang mengalami post operasi. Semua yang ada

pada tahap perencanaan sudah dapat diaplikasikan pada tahap pelaksanaan atau

tindakan keperawatan pada pasien dengan post operaif laparatomi ileus obstruktif.

Hasil implementasi juga menunjukan keselarasan dengan tujuan dan kriteria hasil

yang dicapai.

59
5. Evaluasi Keperawatan

Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan

keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan

didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu

terjadinya adaptasi pada individu. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan

pendekatan SOAP. Evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang diberikan

mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil (Nursalam, 2020).

Hasil evaluasi keperawatan pada kasus kelolaan An.R yang mengalami

post operatif laparatomi yaitu evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri nya

sudah mulai berkurang. Objektif pasian sesekali nampak meringis, mual nampak

sudah bekurang, pasien, pasien tampak keluhan nyeri menurun dengan skala nyeri

3(0-10), meringis menurun, gelisah menurun, bersikap proteksti menurun,

diaforesis menurun tidak ada keringat dingin, mual dan muntah menurun nafsu

makan meningkat nampak pasien sudah berkeinginan minum susu. Hasil TTV

pasien : Nadi : 110 x/menit Respiratory rate : 18x/menit , Sp02 : 100%, Suhu

tubuh : 36,40C. Assesment masalah keperawatan nyeri akut teratasi. Planning

pertahankan kondisi pasien

Evaluasi berdasarkan luaran dan kriteria hasil yang ditetapkan pada

intervensi keperawatan didapatkan bahwa keluhan nyeri pada pasien menurun

dengan skala nyeri 3(0-10), pasien juga nampak meringis menurun, gelisah

menurun, mual menurun, muntah menurun, sikap protektif menurun, diaforesis

menurun, dan nafsu makan sudah membaik. Sehingga, dapat disimpulkan hasil

evaluasi dari kasus yang dikelola penulis menunjukan adanya penurunan skala

60
nyeri pada pasien anak dengan post operatif laparatomi ileus obstruktif dengan

menggunakan teknik distraksi menonton video kartun (audio visual).

Hasil evaluasi yang ditemukan oleh Nurarif, (2018) sejalan dengan hasil

evaluasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasil uji statistik Mann Whitney

pada penelitian didapatkan nilai ρ = 0,000 < α = 0,05. Hasil ini menunjukkan

bahwa ada perbedaan rata-rata skala nyeri anak yang diberikan teknik distraksi

dengan anak yang tidak diberikan teknik distraksi. Berdasarkan teori, hasil

penlitian yang dilakukan oleh penulis terdapat keselarasan dengan teori yang ada.

B. Analisis Intervensi Pemberian Distraksi Menonton Video Kartun (Audio

Visual) dengan Konsep Evidance Based Practice.

Intervensi yang dilakukan pada subjek penelitian dengan masalah

keperawatan nyeri akut sama yaitu teknik non farmakologis dengan terapi

distraksi menonton video kartun. Metode Distraksi suatu metode untuk

menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain

sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Salah satu metode

distraksi yang dapat digunakan adalah distraksi visual yaitu melihat pertandingan,

menonton televisi, menonton video kartun.(Colin et al., 2020)

Terapi distraksi menonton kartun bertujuan untuk mengalihkan rasa nyeri

yang di rasakan pasien dengan video audiovisual salah satunya kartun. Terapi ini

sangat efektif karena sangat menghibur dan sangat disenangi oleh anak-anak

sehingga tidak mengganggu penyembuhan anak. Metode menonton kartun

animasi di harapkan dapat mengalihkan bahkan mengurangi rasa nyeri yang di

hasilkan karena pemberian obat melalui injeksi. (Colin et al., 2020).

61
Intervensi yang dilakukan selama 3 x 24 jam dengan pemberian teknik

distraksi menonton video kartun dengan durasi 10-15 menit selama 3 kali berturut

– turut . Hasil evaluasi didapatkan pada subjek penelitian menunjukan hasil baik

tujuan tindakan keperawatan pasien tercapai. Hasil yang didapatkan diantaranya

pasien juga nampak meringis menurun, gelisah menurun, mual menurun, muntah

menurun, sikap protektif menurun, diaforesis menurun, dan nafsu makan sudah

membaik. Penggunaan teknik distraksi menonton video dapat dijadikan intervensi

non farmakologis dalam mengatasi nyeri pada pasien dengan post operatif

laparatomi ileus obstruktif.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wahyudi et al., 2020)

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian metode

Quasi Eksperimental melalui pendekatan one group pretest-posttest design.

Sampel penelitian sebanyak 16 anak orang di ruang rawat inap RSUD Dr. A. Dadi

Tjokrodipo Bandar Lampung pada Juli 2019. Hasil uji statistik menggunakan tes-

dependen didapat nilai p-value 0.000 (α<0.05) dapat disimpulkan dalam

penelitian ini terdapat pengaruh terapi distraksi menonton video kartun dengan

pengurangan nyeri pada pengambilan darah pada anak.

Penelitian Akgül,(2018)dalam penelitian yang berjudul “ Effects of

watching cartoons on pain scores in children undergoing venepuncture”.

Penelitian yang melibatkan 81 anak berusia 3-6 tahun ini terbagi menjadi 41 anak

dalam kelompok intervensi dan 40 anak dalam kelompok kontrol. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skor nyeri dan

durasi menangis pada anak, sehingga metode non-farmakologis dengan menonton

62
video disarankan untuk menghilangkan rasa sakit atau yang mengurangi persepsi

nyeri yang dirasakan oleh anak.

Penelitian yang dilakukan oleh (Rahayu and Darmawan, 2020) dengan

judul “Pemberian Teknik Distraksi Pemutaran Video Kartun Untuk Menurunkan

Nyeri Pada Anak Post Operasi”. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan asuhan keperawatan pelaksanaan pemberian teknik distraksi

pemutaran video kartun untuk menurunkan rasa nyeri pada anak post operasi.

Subjek pada studi kasus terdiri dari dua orang anak yang mengalami post operasi.

Hasil dari evaluasi penelitian yang dilakukan terdapat penurunan nyeri yang

dirasakan oleh kedua pasien, yakni subjek pertama nyeri sudah tidak dirasakan

skala 0(0-10) dan sedangkan subjek kedua rasa nyeri dirasakan berkurang dengan

skala nyeri 3(0-10). Sehingga dalam penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa adanya pengaruh pemberian distraksi menonton video kartun terhadap

penurunan intensitas nyeri yang dirasakan kedua pasien, dikarenakan dengan

menonton film kartun animasi otak kanan dan otak kiri anak pada saat bersamaan

diginakan kedua – duanya secara seimbang dan anak berfokus pada video yang

diberikan sehingga rasa nyeri yang dirasakan berkurang. Berdasarkan hasil dari

beberapa jurnal penelitian dan kasus kelolaan maka dapat disimpulkan bahwa

pemberian teknik distraksi pemutaran video kartun efektif untuk mengurangi rasa

nyeri yang dialami oleh anak post operasi. Jika dilakukan secara optimal dan

berkesinambungan dapat mengurangi rasa nyeri dan nyeri akan dirasakan

teralihkan

63

Anda mungkin juga menyukai