Askep M Chandra S

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI CYSTITIS

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu : Dhinny Novryanthi, Ns.M.Kep.Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :

M Chandra Syachputra 2232311011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2024
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI CYSTITIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah teknik yang dilakukan dengan cara wawancara kepada klien guna
mengumpulkan data untuk mengetahui informasi kesehatan :
1) Anamnesis
a) Identitas klein dan keluarga mengenai nama, umur, dan jenis kelamin karena
pengkajian umur dan jenis kelamin diperlukan pada pasien dengan cystitis.
b) Keluhan utama
Klien cystitis akan mengeluh rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil dan
nyeri pada perut bagian bawah.
c) Keluhan kesehatan sekarang
Klien dengan riwayat cystitis datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit
saat buang air kecil, sering buang air kecil, urin berwarna kuning keruh, dan nyeri
pada perut bagian bawah. Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P
(pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality)
nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, ditekan, atau tersayat. R (region) yaitu daerah
perjalanan nyeri . S (severty) adalah keparahan atau intensitas nyeri. T (time)
adalah lama/waktu serangan atau freakuensi nyeri.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian biasannya di temukan kemungkinan penyebab infeksi saluran
kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah dialami klien.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Merupakam riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat memperburuk
keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti DM,
hipertensi, dll. Cystitis bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih
disebabkan dari anatomi reproduksi, higyene seseorang dan gaya hidup seseorang.
Namun jika ada penyakit turunan dicuriai dapat memperburuk atau memperparah
klien.
f) Riwayat Psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya berinteraksi
dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.

2
g) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit seperti
stafilokok, juga kuman yang dapat menyebabkan terjadinya Cystitis.
h) Pola kebutuhan dasar
1) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, ketidak
cukupan pemasukan cairan, terjadinya distensi abdomen.
2) Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya rasa sakit atau terbakar, keinginan doronga ingin berkemih terus
menerus, oliguri, hematuria, piuri atau perubahan pola bekemih.
3) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Kaji tentang keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit yang kronis atau
adanya cedera pada medulla spinalis.
4) Kebutuhan Kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi etergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut costovertebal dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal konstan
menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri yang khas
adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan
pada area ginjal pada palpasi
5) Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar mereka.
6) Kebutuhan Personal higyene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah
sakit.
i) Pemeriksaan Fisik (head to toe)
1) Keadaan umum
Meringis, lemas,
pucat.
2) Tingkat Kesadaran Composmentis.
3) Tanda-tanda Vital
a) TD : Tekanan darah bisa meningkat atapun menurun (TD= 120/90 mmHg)
b) Nadi : Frekuensi nadi bisa meningkat ataupun menurun (N= 60-100
x/menit)

3
c) Suhu : Suhu meningkat (S= 36,5 – 37,20C)

4
d) RR : Rasio pernafasan bisa meningkat ataupun menurun (RR= 16-24
x/menit)
4) TB dan BB
Dapat dilakukan penimbangan BB ataupun menanyakan pada klien terakhir
BB Klien, dan pengukuran TB pada klien.
5) Kulit
Kulit teraba kering, tampak pucat, kadang berkeringat dingin.
6) Kepala
Bentuk kepala klien biasanya normal jika tidak ada kelainan tertentu.
7) Mata
Konjungtiva klien tampak anemis, sklera tidak ikterik, kelainan pada mata
tidak ada, reflek cahaya pada bola mata pasien biasanya tidak ada kelainan,
keadaan pupil.
8) Hidung
Tidak ada kelainan pada hidung.
9) Mulut
Mukosa bibir biasanya kering dan pucat.
10) Telinga
Bentuk dan fungsi pendengaran klien biasanya normal tidak ada kelainan.
11) Leher
Tidak ada kelainan pada leher.
12) Thorax
a) Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba di midklavikula sinistra
P : Sonor
A : Terjadinya bunyi jantung reguler
b) Paru – paru
I : Pengembangan dada simetris, napas normal
P : Tidak ada kelainan paru seperti pleural effusion maupun
pneumathorak P : resonan
A : suara paru normal, tidak ada kelainan seperti ronchi, wheezing, Rales.
c) Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah. Palpasi

5
ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat
teraba ginjal pada sisi sakit hidronefrosis.
13) Genetalia
Pada pola eliminasi urin terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi
urine, dan miksi.
14) Ektremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari
posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga, dan masyarakat tentang kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah,
dan mengubah status kesehatan klien. Diagnosa keperawatan cystitis meliputi :
a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencidera fisiologis.
b. Hipertermi (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit.
c. Gangguan pola eliminasi urin (D.0040) berhubungan dengan iritasi kandung kemih.

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan dengan (L. 08063) (l.08238)
agen pencidera Setelah dilakukan intervensi Observasi
fisiologis selama 3x24 jam maka nyeri 1. Identifikasi lokasi,
(D.0077) menurun, dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
2. Kemampuan mengenali nyeri intensitas nyeri
meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
3. Kemampuan teknik non- 3. Identifikasi respon nyeri
farmakologis meningkat non verbal

6
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgetic

Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
berupa teknik relaksasi
nafas dalam
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

7
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetic
2. Hipertermi Eliminasi Fekal Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan (L. 04033) (I.15506)
proses penyakit. Setelah dilakukan intervensi Observasi
(D.0130) keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Identifikasi penyebab
maka termoregulasi membaik, hipertermia (mis: dehidrasi,
dengan kriteria hasil : terpapar lingkungan panas,
1. Suhu tubuh menurun. penggunaan inkubator)
2. Suhu tubuh menurun. 2. Monitor suhu tubuh
3. Menggigil menghilang. 3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urin
5. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian

8
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan Tirah Baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
3. Gangguan pola Eliminasi Urin Membaik Manajemen Eliminasi Urin
eliminasi urin (L. 05045) (I. 04152)
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Observasi
iritasi kandung kemih keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Identifikasi tanda dan gejala
(D.0040) maka eliminasi urin membaik, retensi atau inkontinensia
dengan kriteria hasil : urin
1. Sensasi berkemih meningkat 2. Identifikasi faktor yang
2. Desakan berkemih (urgensi) menyebabkan retensi atau
menurun inkontinensia urin
3. Distensi kandung kemih
menurun

9
4. Berkemih tidak tuntas 3. Monitor eliminasi urin (mis.
(hesistancy) menurun frekuensi, konsistensi,
5. Volume residu urin menurun aroma, volume, dan warna)
Terapeutik
1. Catat waktu-waktu dan
haluaran berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika
perlu
3. Ambil sampel urin tengah
(midstream) atau kultur
Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran berkemih
2. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urin
3. Ajarkan mengambil spesimen
urin midstream
4. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
6. Anjurkan minum yang cukup,
jika tidak ada kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur

10
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi (pelaksanaan) adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan klien. Perawat bertanggung jawab kepada asuhan keperawatan yang
berfokus pada klien dan dan berorientasi pada hasil, sebagaimana di gambarkan dalam
rencana keperawatan. Fokus utama dari implementasi adalah pemberian asuhan
keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan teraupetik. Spesifikasi dari
tindakan keperawatan berupa tindakan mandiri maupun kolaborasi. Setelah itu perawat
dapat mengakhiri tahap implementasi tersebut dengan mencatat hasilnya di evaluasi
akhir.
Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai intervensi.
Tindakan keperawatan ada 2, yaitu tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
yaitu tindakan yang dilakukan perawata tanpa kerjasama dengan tim lain. Sedangkan
tindakan kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang bekerja sama
dengan anggota tim kesehatan lain.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan dilanjutkan atau dihentikan.
Ada beberapa jenis evaluasi dalam keperawatan diantaranya:
1) Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses dilakukan setelah
perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas
intervensi tersebut
2) Evaluasi sumatif (hasil) adalah kesimpulan dari observasi dan Analisa status
Kesehatan sesuai pada waktu dan tujuan. Tipe evaluasi ini dilakukan pada
akhir asuhan keperawatan.

11

Anda mungkin juga menyukai